Home
Privacy Policy
About
contact Us
Disclaimer
Daftar Isi
Bau mulut-tanda parasit Cara mudah singkirkan Wanita berusia 64 ini Tahukah kamu cara Berat saya dulu 103 kg,
dalam tubuh. Mereka lemak perut 56 kg 2 tidak memiliki keriput dan mengurangi tagihan sekarang 51 kg! Setiap
lenyap jika Anda minum minggu. Sebelum tidur, semua orang ingin tahu listrik 2-3 kali lebih pagi saya hanya
sesendok ambil 1 sdt... RESEPNYA murah? mencampurkan...
B. Rumusan masalah
Masalah yang kami angkat pada makalah ini mengenai asuhan keperawatan pada
pasien dengan sindroma nefrotik.
C. Tujuan
a. Tujuan umum
Untuk mendapatkan gambaran tentang asuhan keperawatan dengan sindrom nefrotik serta
factor-faktor yang berhubungan dengan masalah tersebut.
b. Tujuan khusus
Tujuan dari penulisan makalah diharapkan mahasiswa mampu:
1. Mengetahui pengertian sindrom nefrotik
2. Mengetahui etiologi sindrom nefrotik
3. Mengetahui patofisologi sindrom nefrotik
4. Mengetahui manifestasi klinis sindrom nefrotik
5. Memberikan asuhan keperawatan yang tepat pada anak yang sindrom nefrotik
D. Manfaat
1. Memahami pengertian dari sindrom nefrotik
2. Memahami etiologi dari penyakit sindrom nefrotik
3. Memahami patofisologi sindrom nefrotik
4. Memahami manifestasi klinis sindrom nefrotik
5. Dapat memberikan perawatan yang tepat pada anak yang sindrom nefrotik
BAB II
Landasan Teori
A. Anatomi dan Fisiologi
Glomerulus merupakan gulungan pembuluh darah kapiler yang berada di dalam
sebuahkapsul sirkuler, yang disebut kapsula Bowman, secara bersamaan glomerulus dan
kapsul bowman disebut dengan korpuskulum renali.
Ginjal manusia memiliki sekitar satu jutaglomerulus di dalamnya. Glomerulus
terdiri atas tiga tipe sel intrinsik: sel endotel kapiler, selepitel yang dipisahkan dari sel endotel oleh
membrana basalis glomerular, serta sel mesangial
Fungsi terpenting dari glomerolus adalah membentuk ultrafiltrat yang dapat masuk ke
tubulus akibat tekanan hidrostatik kapiler yang lebih besar dibanding tekanan hidrostatik
intra kapiler dan tekanan koloid osmotik. Volume ultrafiltrat tiap menit per luas
permukaan tubuh disebut glomerula filtration rate (GFR). GFR normal dewasa : 120
cc/menit/1,73 m2 (luas pemukaan tubuh). GFR normal umur 2-12 tahun : 30-90 cc/menit/luas
permukaan tubuh anak.
B. Defenisi
Sindrom Nefrotik adalah Status klinis yang ditandai dengan peningkatan
permeabilitas membran glomerulus terhadap protein, yang mengakibatkan kehilangan protein
urinaris yang massif (Donna L. Wong, 2004)
Menurut Smeltzer dan Bare (2001), sindroma nefrotik merupakan gangguan klinis
ditandai dengan peningkatan protein dalam urin secara bermakna (proteinuria),
penurunan albumin dalam darah (hipoalbuminemia), edema, dan serum kolesterol yang
tinggi dan lipoprotein densitas rendah (hiperlipidemia). Tanda-tanda tersebut dijumpai di
setiap kondisi yang ssngat merusak membran kapiler glomerolus dan menyebabkan
peningkatan permeabilitas glomerolus.
Sindroma ini bisa terjadi pada segala usia. Pada anak-anak, paling sering timbul pada
usia 18 bulan sampai 4 tahun, dan lebih banyak menyerang anak laki-laki.
C. Etiologi
Sebab penyakit sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-akhir ini dianggap
sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu reaksi antigen-antibodi. Umumnya
para ahli membagi etiologinya menjadi:
F. Patofisiologi
Terjadi proteinuria akibat peningkatan permiabilitas membran glomerulus. Sebagian
besar protein dalam urin adalah albumin sehingga jika laju sintesis hepar dilampui, meski
telah berusaha ditingkatkan, terjadi hipoalbuminemia. Hal ini menyebabkan retensi garam
dan air. Menurunnya tekanan osmotik menyebabkan edema generalisata akibat cairan yang
berpindah dari sistem vaskuler kedalam ruang cairan ekstra seluler. Penurunan sirkulasi
volume darah mengaktifkan sistem imun angiotensin, menyebabkan retensi natrium dan
edema lebih lanjut. Hilangnya protein dalam serum menstimulasi sintesis lipoprotein di hati
dan peningkatan konsentrasi lemak dalam darah (hiperlipidemia). Menurunnya respon imun
karena sel imun tertekan, kemungkinan disebabkan karena hypoalbuminemia, hyperlipidemia
atau defisiensi seng.
Sindrom nefrotik dapat terjadi dihampir setiap penyakit renal intrinsik atau
sistemik yang mempengaruhi glomerulus. Meskipun secara umum penyakit ini dianggap
menyerang anak-anak, namun sindrom nefrotik juga terjadi pada orang dewasa termasuk
lansia.
G. Komplikasi
Menurut Rauf, .2002 : .27-28 :
1. Infeksi sekunder mungkin karena kadar imunoglobulin yang rendah akibat hipoalbuminemia.
2. Shock : terjadi terutama pada hipoalbuminemia berat (< 1 gram/100ml) yang menyebabkan
hipovolemia berat sehingga menyebabkan shock.
3. Trombosis vaskuler : mungkin akibat gangguan sistem koagulasi sehingga terjadi peninggian
fibrinogen plasma.
4. Komplikasi yang bisa timbul adalah malnutrisi atau kegagalan ginjal.
H. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
1. Urine
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguria). Warna urine kotor, sediment
kecoklatan menunjukkan adanya darah, hemoglobin, mioglobin, porfirin.
2. Darah
Hemoglobin menurun karena adanya anemia. Hematokrit menurun. Natrium biasanya
meningkat, tetapi dapat bervariasi. Kalium meningkat sehubungan dengan retensi seiring
dengan perpindahan seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah merah).
Klorida, fsfat dan magnesium meningkat.
b. Biosi ginjal dilakukan untuk memperkuat diagnosa.
I. Penatalaksanaan
a. Diperlukan tirah baring selama masa edema parah yang menimbulkan keadaan tidak berdaya
dan selama infeksi yang interkuten. Juga dianjurkan untuk mempertahankan tirah baring
selama diuresis jika terdapat kehilangan berat badan yang cepat.
b. Diit. Pada beberapa unit masukan cairan dikurangi menjadi 900 sampai 1200 ml/ hari dan
masukan natrium dibatasi menjadi 2 gram/ hari. Jika telah terjadi diuresis dan edema
menghilang, pembatasan ini dapat dihilangkan. Usahakan masukan protein yang seimbang
dalam usaha memperkecil keseimbangan negatif nitrogen yang persisten dan kehabisan
jaringan yang timbul akibat kehilangan protein. Diit harus mengandung 2-3 gram protein/ kg
berat badan/ hari. Anak yang mengalami anoreksia akan memerlukan bujukan untuk
menjamin masukan yang adekuat.
c. Perawatan kulit. Edema masif merupakan masalah dalam perawatan kulit. Trauma terhadap
kulit dengan pemakaian kantong urin yang sering, plester atau verban harus dikurangi sampai
minimum. Kantong urin dan plester harus diangkat dengan lembut, menggunakan pelarut dan
bukan dengan cara mengelupaskan. Daerah popok harus dijaga tetap bersih dan kering dan
scrotum harus disokong dengan popok yang tidak menimbulkan kontriksi, hindarkan
menggosok kulit.
d. Perawatan mata. Tidak jarang mata anak tertutup akibat edema kelopak mata dan untuk
mencegah alis mata yang melekat, mereka harus diswab dengan air hangat.
J. Pengobatan
- Donperidon syr 3xI cth
- Furosemid 3x20mg
- Spironolacton 3x6.25mg
- Prednisolon 20mg selang sehari
- Penicilin V 2x125mg
G. Asuhan Keperawatan Sindroma Neprotik
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan pertama : Penambahan BB edema, wajah sebab, sesak nafas acites,
pembekakan labial/skrotal, anoreksia, diare, mudah lelah, letargi
2. Riwayat kesehatan sekarang
3. Riwayat kesehatan yang lalu
4. Riwayat keluarga
5. Riwayat tumbuh kembang
c. Pemeriksaan Persistem
1. Keadaan umum : Kesadaran, vital, sign, status gizi (BB, TB)
2. Sistem
- Pernafasan : Kesulitan pernafasan (Efusi Pleura)
- Kardiovaskuler : Tekanan darah normal / menurun
- Gastrointestinal : diare, (Edema mukosa usus)
- Integumen : Pucat kulit ekstrem, edema
- Persyarafan : peka rangsang
kemihan : Penurunan volume, warna urine gelap, berbau buah.
Diagnosa Intervensi
No Tujuan
Keperawatan
1. Kelebihan Setelah dilakukan Elektrolite Management
- volume cairan tindakan (2000)
b.d mekanisme keperawatan selama 1. Monitor intake output
pengaturan … X 24 jam 2. Monitor fungsi renal
melemah kelebihan cairan
3. Monitor nilai Ca, Mg,
klien berkurang, Cl
Batasan dengan kriteria 4. Kolaborasi medikasi
Karakteristik : sesuai program
- Peningkatan Electrolyte & Acid 5. Monitor gejala mual,
berat badan / base balance muntah, hematuria
cepat (0600) sebagai akibat gangguan
- Intake lebih- Nadi dbn ginjal
banyak dari- Respirasi dbn
output - Serum Ca, Mg,
- Edema s.d Cl, dbn
anasarka - Albumin, Ceatinin Fluid Management
- Oliguria dbn (4120)
- Penurunan Hb 1. Monitor intake-output
dan HMT Balance 2.
cairan Monitor status hidrasi
- Perubahan (0601) (kelembaban membran
pola res-pirasi,- Nadi perifer mukosa, kuatnya nadi)
dispnea, nafas teraba kuat 3. Monitor vital sign
pendek, - Tidak terjadi
4. Monitor indikasi
ortopnea, su-ara orthostatic kelebihan cairan (cracles,
abnormal : rales hipotension edema, distensi vena
atau crakles,- Intake-output / 24 jugularis, acites)
efusi pleura jam seim-bang 5. Kelola pemberian
- Tidak ada acites, th/cairan
edema anasarka < 6. Monitor status nutrisi
- Tidak ada suara 7. Kelola pemberian
nafas tambahan diuretik
- Berat badan stabil
- Membran mukosa
lembab
- Nilai HMT dan
elektrolit serum dbn
Risk Control
(1902)
- Faktor resiko
termonitor (dari
klien maupun ling-
kungan)
- Menggunakan
cara yang efektif
untuk mengontrol
resiko kerusakan
jaringan
- Modifikasi
lifestyle untuk
mengurangi resiko
- Keluarga terlibat
dalam mengontrol
resiko
- Monitor
perubahan status
kesehatan
- Klien dan
keluarga terlibat
dalam screning
untuk menetapkan
masalah kesehatan
3. Gangguan citra Setelah dilakukan Body Image
tubuh b.d. tindakan enhancement (5220)
perubahan keperawatan selama 1. Deteksi adanya
penam-pilan … X 24 jam klien perubahan body image
persepsi ketidak tidak mengalami 2. Gunakan prosedur
mampuan gangguan citra antisipasi untuk
tubuh, dengan mencegah perubahan
Batasan criteria : body image
karakteristik : 3. Bantu klien untuk men-
- Perilaku Body Image (1200) diskusikan perubahan
menghindar - Gambaran diri yang terjadi karena
- baik penyakitnya
Pengungk- Keseimbangan 4. Bantu klien untuk
apan mengenai antara ke-adaan mendis-kripsikan
perubahan tubuh dan idealisme, perubahan bentuk dan
penampilan dan serta perilaku fungsi tubuh sesuai umur
fungsi - Bisa menerima 5. Latih anak / klien utuk
perubahan fungsi menggunakan fungsi
tubuh tubuh sesuai kondisi
- Menerima 6. Identifikasi coping
perubahan status strategi dari orang
kesehatan tua dalam me-respon
- Mau perubahan kondisi anak.
menggunakan alter-
native / fasilitas lain
untuk mendukung
fungsi.
Psychosocial
Adjustment : Life
change (1305)
- Merumuskan
tujuan realistis
- Kenyamanan diri
terpelihara
- Menunjukka
produktifitas dan
optimisme
- Menunjukkan
perasaan mampu
sesuai kondisi
- Bisa
mengidentifikasi
dan menggunakan
coping yang efektif
4. Resiko infeksi Setelah dilakukan Monitor elektrolite
b.d per-tahanan tindakan (2020)
tubuh menurun keperawatan selama 1. Monitor elektrolit
/ imunosopresi … X 24 jam klien serum
tidak mengalami 2. Monitor serum albumin
infeksi, dengan dan total protein, sesuai
criteria : indikasi
3. Monitor hal-hal yang
Dialisis Acces dapat mempengaruhi
Integrity (1105) asam basa
- Risk control
4. Identifikasi penyebab
(1902) ketidak seimbangan
- Immue status elektrolit
(0702) 5. Catat dan laporkan bila
- Infeksi recurrent terdapat ketidak
tidak terjadi seimbangan elektrolit
- Tak ada tumor 6. Catat perubahan sensasi
- Gastrointestinal perifer (tremor)
dalam batas normal7. Monitor mual, munt,
- Pernafasan diare
dalam batas normal8. Monitor keadequatan
- Genitourinary per-nafasan
dalam batas normal9. Monitor kehilangan
- TempSuhu tubuh cairan yang bisa
dalam rentang menyebabkan kehilangan
normal elektrolit
- Integritas jar
10. Monitor cramp perut,
kulit baik bradi cardi hipotension,
- Integritas depresi pernafasan
mukosa bahkan coma
- Cronic fatique
tidak terjadi Pencegahan Infeksi
- Tak ada reaksi (6550)
ektrem pada daerah o Monitor simtom local
skin test maupun sistemik, adanya
- WBC dalam infeksi
batas normal o Monitor luka yang bisa
- Tissue integrity menyebabkan infeksi
skin dan mucous o Monitor WBC
- Elastisitas dalam
o Gunakan teknik aseptik
batas normal o Lakukan perawatan
- Hidrasi baik khusus yang sesuai untuk
- Pigmentasi daerah edema
dalam batas normalo Inpeksi daerah mukosa
- Textur dalam membran apakah terdapat
batas normal kemerahan panas
- Pertumbuhan
o Monitor perubahan energi
rambut dan jaringan
o Berikan antibiotik sesuai
kulit baik
- Tak tampak lesi indikasi
pada jaringan o Libatkan klien dan
keluarga untuk mencegah
infeksi
5. PK: Syok Setelah dilakukan 1. Kaji dan catat status
hipovolemia b.d tindakan / perfusi perifer. Laporkan
kebocoran penanganan selama temuan bermakna :
plasma, … X 24 ekstremitas dingin dan
perdarahan , jam diharapkan pucat, penurunan
dehidrasi klien tidak amplitude nadi, pengisian
mengalami syok, kapiler lambat.
dengan criteria : 2. Pantau tekanan darah
pada interval sering ;
Kriteria hasil : waspadai pada
- Amplitudo nadi pembacaan lebih dari 20
perifer meningkat mmHg di bawah rentang
- Pengisian kapiler normal klien atau
singkat (< 2 detik) indicator lain dari
- Tekanan darah hipotensi : pusing,
dalam rentang perubahan mental,
normal keluaran urin menurun.
- CVP > atau = 3. 5 Bila hipotensi terjadi,
cm H2O tempatkan klien pada
- Frekuensi posisi telentang untuk
jantung teratur meningkatkan aliran
- Berorientasi balik vena. Ingat bahwa
terhadap waktu, tekanan darah > atau =
tempat, dan orang 80/60 mmHg untuk
- Keluaran urin > perfusi koroner dan arteri
atau = 30 ml/jam ginjal yang adekuat.
- Akral hangat 4. Pantau CVp (bila jalur
- Nadi teraba dipasang) untuk
- Membran menentukan keadekuatan
mukosa lembab aliran balik vena dan
- Turgor kulit volume darah; 5-10 cm
normal H2O biasanya dianggap
- Berat badan rentang yang adekuat.
stabil dan dalam Nilai mendekati 0
batas normal menunjukkan
- Kelopak mata hipovolemia, khususnya
tidak cekung bila terkait dengan
- Tidak demam keluaran urin menurun,
- Tidak ada rasa vasokonstriksi, dan
haus yang sangat peningkatan frekuensi
- Tidak ada napas jantung yang ditemukan
pen-dek /kusmaul pada hipovolemia.
5. Observasi terhadap
indicator perfusi serebral
menurun : gelisah,
konfusi, penurunan
tingkat kesadaran. Bila
indicator positif terjadi,
lindungi klien dari cidera
dengan meninggikan
pengaman tempat tidur
dan menempatkan tempat
tidur pada posisi paling
rendah. Reorientasikan
klien sesuai indikasi.
6. Pantau terhadap
indicator perfusi arteri
koroner menurun : nyeri
dada, frekuensi jantung
tidak teratur.
7. Pantau hasil
laboratorium terhadap
BUN (>20 mg/dl) dan
kreatinin (>1,5 mg/dl)
meninggi ; laporkan
peningkatan.
8. Pantau nilai elektrolit
terhadap bukti ketidak
seimbangan , terutama
Natrium (>147 mEq/L)
dan Kalium (>5 mEq/L).
Waspadai tanda
hiperkalemia : kelemahan
otot, hiporefleksia,
frekuensi jantung tidak
teratur. Juga pantau tanda
hipernatremia, retensi
cairan dan edema.
9. Berikan cairan sesuai
program untuk
meningkatkan volume
vaskuler. Jenis dan
jumlah cairan tergantung
pada jenis syok dan
situasi klinis klien : RL,
Asering
10. Siapkan untuk
pemindahan klien ke
ICU/PICU
(Keperawatan Medical
Bedah : Swearingen :
1996)