Anda di halaman 1dari 8

Makalah Seminar Kerja Praktek

Sistem Proteksi Generator Turbin Gas Berbasis REG 216 Pada PLTGU Muara
Tawar Bekasi
Tri Hutomo1, Yuningtyastuti1
1
Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro,
Jalan Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang Kode Pos 50275 Telp. (024) 7460053, 7460055
Fax. (024) 746055
E-mail: tri3hut@yahoo.com
E-mail: juningastika@yahoo.com

Abstrak

Kebutuhan listrik dari tahun ke tahun pun semakin meningkat seiring dengan laju pertumbuhan penduduk.
Maka dibangunlah pembangkit-pembangkit energi listrik sehingga terpenuhi kebutuhan listrik dalam negeri.
Keandalan dan keberlangsungan suatu pembangkit energi listrik dalam melayani konsumen sangat tergantung pada
sistem proteksi yang digunakan. Adanya gangguan pada suatu pembangkit dapat mengganggu operasi dari
pembangkit tersebut yang juga dapat membahayakan bagian-bagian penting didalamnya karena dapat
mengakibatkan kerusakan dan meluasnya daerah kerusakan ke bagian-bagian lain. Karena itu diperlukan suatu
sistem proteksi yang dapat melindungi setiap bagian dari pembangkit energi listrik.
PLTGU Muara Tawar menggunakan sistem proteksi berbasis REG 216. Sistem ini memiliki berbagai
fungsi proteksi yang salah satunya untuk proteksi generator. Terdiri dari bagian-bagian analog input unit, binary
input and tripping unit, binary output unit, CPU, dll. REG 216 terintegrasi dengan semua perangkat proteksi dan
memilki interface berupa nyala lampu LED dan alarm untuk indikator gangguan. REG 216 juga memilki lock-out
relay sebagai interlock untuk pengaman-pengaman atau breaker pada PLTGU Muara Tawar.

Kata kunci : Sistem Proteksi Generator, REG 216

I. Pendahuluan kerusakan dan penurunan umur pembangkit.


1.1 Latar Belakang Karena itu diperlukan suatu sistem proteksi yang
Listrik sangat berguna baik dalam dapat melindungi setiap bagian dari sistem
pemenuhan kebutuhan rumah tangga ataupun pembangkit listrik , salah satunya adalah
kebutuhan dunia industri. Kebutuhan listrik dari menggunakan REG 216.
tahun ke tahun semakin meningkat seiring
dengan laju pertumbuhan penduduk. Maka 1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
dibangunlah pembangkit-pembangkit energi
Tujuan Kerja Praktek ini adalah :
listrik sehingga terpenuhi kebutuhan listrik
1. Mahasiswa melalui kerja praktek ini dapat
dalam negeri. Tentu saja pembangkit listrik
menerapkan teori yang didapat di bangku
mempunyai peran yang sangat besar pada semua
kuliah.
sektor kehidupan masyarakat sehingga
2. Mahasiswa dapat mengetahui sistem
keberadaannya menjadi sangat penting.
proteksi pada pembangkit tenaga listrik,
Keandalan dan keberlangsungan suatu
khususnya di PLTGU Muara Tawar Bekasi.
sistem tenaga listrik dalam melayani konsumen
3. Mahasiswa dapat mengetahui secara
sangat tergantung pada sistem proteksi yang
langsung alat-alat sistem proteksi yang
digunakan.
terdapat di pembangkit PLTGU Muara
Adanya gangguan pada suatu sistem
Tawar Bekasi.
pembangkit dapat mengganggu operasi dari
sistem pembangkit tersebut yang dapat
1.3 Batasan Masalah
membahayakan bagian-bagian penting
Dalam Laporan Kerja Praktek ini,
didalamnya karena dapat mengakibatkan
penulis menekankan pada cara kerja dari sistem
proteksi generator turbin gas REG 216 pada gangguan yang tipikal dalam sistem-sistem
PLTGU Muara Tawar. tegangan tinggi adalah 140 ms. Dimana
mendatang waktu ini hendak dipersingkat
II. Dasar Teori menjadi 80 ms sehingga memerlukan relay
Yang dimaksud dengan sistem proteksi dengan kecepatan yang sangat tinggi (very high
tenaga listrik adalah sistem pengaman pada speed relaying)
peralatan-peralatan yang terpasang pada sistem d). Sensitivitas (kepekaan)
tenaga listrik, seperti generator, bus bar, Yaitu besarnya arus gangguan agar alat
transformator, saluran udara tegangan tinggi, bekerja. Harga ini dapat dinyatakan dengan
saluran kabel bawah tanah, dan lain sebagainya besarnya arus dalam jaringan aktual (arus
terhadap kondisi abnormal operasi sistem tenaga primer) atau sebagai presentase dari arus
listrik tersebut (J. Soekarto, 1985). sekunder (trafo arus).
e). Reliabilitas (keandalan)
2.1 Fungsi dan Persyaratan Kualitas Proteksi Sifat ini jelas, penyebab utama dari “outage”
Fungsi proteksi adalah : rangkaian adalah tidak bekerjanya proteksi
1. Untuk menghindari ataupun untuk sebagaimana mestinya (mal operation).
mengurangi kerusakan peralatan-peralatan
akibat gangguan (kondisi abnormal operasi 2.2 Perangkat Sistem Proteksi
sistem). Semakin cepat reaksi perangkat Yang dimaksud dengan perangkat sistem
proteksi yang digunakan maka akan semakin proteksi, seperti terlihat pada gambar 2.1 adalah :
sedikitlah pengaruh gangguan kepada
kemungkinan kerusakan alat.
2. Untuk cepat melokalisir luas daerah
terganggu menjadi sekecil mungkin.
3. Untuk dapat memberikan pelayanan listrik
dengan keandalan yang tinggi kepada
konsumen dan juga mutu listrik yang baik.
4. Untuk mengamankan manusia terhadap
bahaya yang ditimbulkan oleh listrik.

Ada beberapa persyaratan yang sangat perlu


diperhatikan dalam suatu perencanaan sistem
proteksi yang efektif yaitu :

a). Selektivitas dan Diskriminasi


Efektivitas suatu sistem proteksi dapat Gambar 2.1 Hubungan antar perangkat proteksi
dilihat dari kesanggupan sistem dalam
mengisolir bagian yang mengalami gangguan 1. Relai.
saja. Sebagai elemen perasa /pengukur untuk
b). Stabilitas mendeteksi gangguan.
Sifat yang tetap inoperatif apabila 2. PMT/PMB (Pemutus Tenaga/ Pemutus Beban)
gangguan-gangguan terjadi diluar zona yang Sebagai pemutus arus dalam sirkuit tenaga
melindungi (gangguan luar). untuk melepas bagian sistem yang terganggu.
c). Kecepatan Operasi 3. Trafo tegangan dan atau trafo arus.
Sifat ini lebih jelas, semakin lama arus Mengubah besarnya arus dan atau tegangan
gangguan terus mengalir, semakin besar dari sirkuit primer ke sirkuit sekunder (Relai)
kerusakan peralatan. Hal yang paling penting 4. Battery.
adalah perlunya membuka bagian-bagian yang Sebagai sumber tenaga untuk mentripkan PMT
terganggu sebelum generator-generator yang dan catu daya untuk relai statik dan relai bantu.
dihubungkan sinkron kehilangan sinkronisasi
dengan sistem selebihnya. Waktu pembebasan
5. Pengawatan. salah satu sisi terhubung ketanah belum
Untuk mengubungkan komponen-komponen menjadikan masalah. Tetapi apabila sisi lainnya
proteksi sehingga menjadi satu sistem. kemudian terhubung ketanah, sementara sisi
sebelumnya tidak terselesaikan maka akan
2.3 Gangguan Pada Generator terjadi kehilangan arus pada sebagian belitan
Macam-macam gangguan pada generator yang terhubung singkat melalui tanah.
dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Akibatnya terjadi ketidakseimbangan fluksi
A. Gangguan listrik (electrical fault) yang menimbulkan vibrasi yang berlebihan dan
B. Gangguan mekanis/panas (mechanical or kerusakan fatal pada rotor.
thermal fault)
C. Gangguan sistem (system fault)

A. Gangguan Listrik (electrical fault ) .


Jenis gangguan ini adalah gangguan yang
timbul dan terjadi pada bagian-bagian listrik dari
generator. Gangguan-gangguan tersebut antara
lain :
1. Hubung singkat 3 (tiga) fasa.
Terjadinya arus lebih pada stator yang
dimaksud adalah arus lebih yang timbul akibat
terjadinya hubungan singkat tiga fasa (three
phase fault). Gangguan ini akan menimbulkan Gambar 2.2 Rotor hubung tanah
loncatan bunga api dengan suhu tinggi yang
akan melelehkan belitan dengan resiko 5. Kehilangan medan penguat (loss of
terjadinya kebakaran jika isolasi tidak terbuat excitation).
dari bahan yang anti api ( non flammable) . Hilangnya medan penguat akan membuat
2. Hubung singkat 2 (dua) fasa. putaran mesin naik dan berfungsi sebagai
Gangguan hubung singkat 2 fasa (unbalance generator induksi. Kondisi ini akan berakibat
fault) lebih berbahaya dibanding gangguan pemanasan Iebih pada rotor dan pasak (slot
hubung singkat tiga fasa (balance fault) karena wedges), akibat arus induksi yang bersirkulasi
disamping akan terjadi kerusakan pada belitan, pada rotor.
akan timbul pula vibrasi pada kumparan stator. Kehilangan medan penguat dapat
Kerusakan lain yang timbul adalah pada poros dimungkinkan oleh :
(shaft) dan kopling turbin akibat adanya momen a. Jatuhnya (trip) saklar penguat .
puntir yang besar. b. Hubung Singkat pada belitan penguat.
3. Stator hubung singkat satu fasa ketanah c. Kerusakan kontak-kontak sikat arang pada sisi
(stator ground fault) penguat.
Kerusakan akibat gangguan 2 fasa atau antara d. Kerusakan pada sistem AVR.
konduktor kadang-kadang masih dapat 6. Tegangan lebih (over voltage).
diperbaiki dengan menyambung (taping) atau Tegangan yang berlebihan melampaui batas
mengganti sebagian konduktor tetapi kerusakan maksimum yang diijinkan dapat berakibat
laminasi besi (iron lamination) akibat gangguan tembusnya (breakdown) desain isolasi yang
1 fasa ketanah yang menimbulkan bunga api dan akhirnya akan menimbulkan hubungan singkat
merusak isolasi dan inti besi adalah kerusakan antara belitan. Tegangan lebih dapat dimung-
serius yang perbaikannya dilakukan secara total. kinkan oleh mesin putaran lebih (overspeed)
Gangguan jenis ini meskipun kecil harus segera atau kerusakan pada pengatur tegangan otomatis
diproteksi. (AVR).
4. Rotor hubung tanah (field ground).
Pada rotor generator yang belitannya tidak
dihubungkan ketanah (ungrounded system), bila
B Gangguan Mekanis/Panas (mechanical or pada turbin generator. Perubahan frekuensi
thermal fault) sistem dapat dimungkinkan oleh tripnya unit-
unit pembangkit atau penghantar (transmisi).
Jenis-jenis gangguan mekanik atau panas 2. Lepas sinkron (loss of synchron).
antara lain: Adanya gangguan di sistem akibat perubahan
1. Generator berfungsi sebagai motor beban mendadak, switching, hubung singkat dan
(motoring). Motoring adalah peristiwa berubah peristiwa yang cukup besar akan menimbulkan
fungsinya generator menjadi motor akibat daya ketidak- stabilan sistem. Apabila peristiwa ini
balik (reverse power). cukup lama dan melampaui batas-batas
Daya balik terjadi disebabkan oleh turunnya ketidakstabilan generator, generator akan
daya masukan dari penggerak utama (prime kehilangan kondisi paralel.
mover) . Dampak kerusakan akibat peristiwa Keadaan ini akan menghasilkan arus puncak
motoring adalah lebih kepada penggerak utama yang tinggi dan penyimpangan frekuensi operasi
itu sendiri . Pada turbin uap peristiwa motoring keluar dan yang seharusnya sehingga akan
akan mengakibatkan pemanasan lebih pada menyebabkan terjadinya stress pada belitan
sudu-sudunya, kavitasi pada sudu-sudu turbin generator, gaya puntir yang berfluktuasi dan
air, dan ketidakstabilan pada turbin gas. resonansi yang akan merusak turbin generator.
2. Pemanasan lebih setempat. Pada kondisi ini generator harus dilepas dari
Pemanasan lebih setempat pada sebagian sistem.
stator dapat dimungkinkan oleh : 3. Pengaman cadangan (back up protection)
a. kerusakan laminasi Kegagalan fungsi proteksi didepan generator
b. kendornya bagian-bagian tertentu didalam pada saat terjadi gangguan di sistem akan
generator seperti: pasak-pasak stator (stator menyebabkan gangguan masuk dan dirasakan
wedges), terminal ujung-ujung belitan, dsb. oleh generator. Untuk ini perlu pemasangan
3. Kesalahan paralel. pengaman cadangan.
Kesalahan dalam memparalel generator 4. Arus beban kumparan yang tidak seimbang
karena syarat-syarat sinkron tidak terpenuhi (unbalance armature current).
dapat mcngakibatkan kerusakan pada bagian Pembebanan yang tidak seimbang pada
poros dan kopling generator dan penggerak sistem atau adanya gangguan satu fasa dan dua
utamanya karena terjadinya momen puntir. fasa pada sistem yang menyebabkan beban
Kemungkinan kerusakan lain yang timbul generator tidak seimbang dan menimbulkan arus
kerusakan PMT dan kerusakan pada kumparan urutan negatif. Arus urutan negatif yang
stator akibat adanya kenaikan tegangan sesaat. melebihi akan menginduksikan arus medan yang
4. Gangguan pendingin stator. berfrekuensi rangkap dengan arah berlawanan
Gangguan pada media sistem pendingin dengan putaran rotor dan akan menginduksikan
stator (pendingin dengan media udara, hidrogen arus pada rotor yang akan menyebabkan adanya
atau air) akan menyebabkan kenaikan suhu pemanasan lebih dan kerusakan pada bagian-
belitan stator. Apabila suhu belitan melampaui bagian konstruksi rotor.
batas ratingnya akan berakibat kerusakan
belitan. BAB III. Sistem Proteksi Generator Turbin
Gas Berbasis REG 216
C. Gangguan sistem (system fault ) .
Sistem Proteksi pada PLTGU Muara Tawar
Generator dapat terganggu akibat adanya memiliki sub-sub sistem proteksi yaitu sistem
gangguan yang datang atau terjadi pada sistem. proteksi turbin gas, sistem proteksi turbin uap
Gangguan-gangguan sistem yang umumnya dan sistem proteksi listrik. Sistem proteksi listrik
terjadi antara lain: sendiri melindungi 2 komponen utama yaitu
1. Frekuensi operasi yang tidak normal generator dan transformator. Sistem proteksi
(abnormal frequency operation) pada generator gas turbin pembangkit
Perubahan frekuensi keluar dari batas-batas menggunakan sistem digital dengan nama
normal di sistem dapat berakibat ketidakstabilan produk MODURES tipe REG 216.
Berikut diagram blok sistem proteksi Keterangan:
generator turbin gas REG 216 1. ANALOG INPUT
Bagian ini berfungsi untuk menerima
variabel-variabel ukur analog lalu
Generator Binary
Input merubahnya ke bentuk digital untuk
diproses lebih lanjut di CPU.
2. CPU
Binary Input Relay-Relay Semua proteksi yang tersedia dan
CT, PT & Tripping Proteksi fungsi-fungsi logika disimpan sebagai
Unit
modul library software didalam CPU
3. Supply Unit
Analog Binary
Unit yang berfungsi sebagai sumber
CPU
Input Unit Output catu daya DC
Unit 4. BINARY INPUT dan TRIPPING
UNIT
Lockout
Bagian Input memiliki 16 channel
Relay berupa LED yang digunakan untuk
sinyal eksternal dari modul relai yang
dikirim ke CPU. Bagian tripping unit
Gambar 3.1 Diagram blok sistem proteksi generator memilki output berupa 8 channel juga
gas turbin REG 216 berupa LED yang digunakan untuk
mengirim perintah trip dari fungsi-
Pada gambar 3.1, terlihat bagian-bagian dari
fungsi proteksi yang aktif ke modul
sistem proteksi generator gas turbin PLTGU
tripping relay
Muara Tawar. Komponen-komponen dari REG
5. BINARY OUTPUT
216 sendiri ditandai oleh garis putus-putus.
Berfungsi untuk mengirim sinyal yang
dihasilkan dari fungsi-fungsi proteksi
yang aktif ke relai tambahan untuk
tujuan pensinyalan jarak jauh.

3.1 Fungsi-Fungsi Proteksi Yang Digunakan


Beberapa fungsi proteksi tersedia pada
Sistem A software yang secara permanen tersimpan dalam
sistem. Sistem proteksi dari generator dibagi
menjadi 2 yaitu sistem A dan sistem B. Masing-
masing sistem ini memiliki fungsi-fungsi
proteksi masing-masing yang independen namun
1 saling berhubungan.
Berikut adalah fungsi-fungsi proteksi yang
4 digunakan dalam sistem A disajikan dalam tabel
2 3.1
Sistem B Tabel 3.1 Fungsi-fungsi proteksi pada sistem A
5
3 No. Kode Fungsi

1. 32.2 Reverse Power (low setting)

2. B.F. Overcurrent Breaker Failure


Gambar 3.2 Hardware REG 216
3. 59GA 95% Stator Ground Fault Berikut adalah diagram kerja dari REG 216
Protection

4. 87G Generator Differential


Protection
LOCAL
BINARY
5. 59.1 Overvoltage Protection Step 1 INPUT

6. 59.2 Overvoltage Protection Step 2 4


7. 81.1 Underfrequency Protection 1 INPUT /
Alarm TRIPPING

8. 81.2 Underfrequency Protection HV


CB Off

9. 81.3 Underfrequency Protection 5 3


Gen. CB Off
ANALOG BINARY
INPUT CPU OUTPUT
2 3
6
Fungsi-fungsi proteksi yang digunakan
dalam sistem B, disajikan dalam tabel 3.2 LOCK-
OUT
RELAY
Tabel 3.2 Fungsi-fungsi proteksi pada sistem B

No. Kode Fungsi

1. 21 Minimum Impedance Protection

2. 32.1 Reverse Power (High Setting)


Gambar 3.3 Diagram Kerja REG 216
3. 40.1 Loss Of Excitation Protection
Gambar diatas menunjukkan diagram kerja
4. 40.2 Loss Of Excitation Protection dari operasi sistem proteksi generator gas turbin
With Time Integrator REG 216. Berikut penjelasannya :
5. 46.1 Negative Sequence Protection 1. Bagian primer sistem CT dan PT terhubung
Alarm langsung ke unit transformer input. Sinyal-
sinyal dari variabel input ukur CT dan PT
6. 46.2 Negative Sequence Protection
diturunkan ke level yang sesuai untuk
Trip
pemrosesan oleh rangkaian elektronika dan
7. 51V Overcurrent / Undervoltage dikirim via sistem kabel ke unit analog input
Protection lalu merubahnya ke bentuk digital dan
mengirim kembali ke sistem bus paralel
8. 60 Voltage Balance B448C.

9. 59GB 100% Stator Ground Fault 2. Variabel ukur digital yang didapat dari
Protection bagian primer sistem secara kontinyu
dibandingkan dengan unit CPU dengan
10. 78 Pole Slip setting yang telah dibuat pada fungsi
proteksi.
3. Jika sebuah fungsi proteksi terpilih maka
sinyal dari fungsi tersebut atau perintah trip
dikirim via bus parallel B448C ke unit
binary output juga ke unit Input/Tripping.
Sinyal output dari unit output dan unit
tripping mengontrol relai tambahan K1-K16
dari output relai atau relai trip. Kontak relai
tambahan dalam keadaan tak dicatu dan
dihubungkan ke terminal untuk koneksi ke
sinyal eksternal dan rangkaian trip.

4. Sinyal input eksternal terhubung ke proteksi


dan mencatu relai tambahan K1-K16 pada
relai input. Kontak dari K1-K16 mengirim
sinyal eksternal ke BINARY INPUT dan
TRIPPING UNIT.

5. Lalu dari BINARY INPUT dan TRIPPING Gambar 3.4 Sistem proteksi dalam keadaan operasi
UNIT sinyal tersebut dikirim ke unit CPU normal
melalui bus parallel B448C. Di dalam CPU
sinyal eksternal tersebut dapat diartikan Dari gambar 3.4 terlihat lampu LED yang
menjadi bermacam-macam fungsi proteksi menyala pada binary output unit adalah nomor
misal kombinasi logika (interlocking dan 01 dan 02 sedangkan untuk binary input unit
blocking) dengan sinyal trip atau untuk yang menyala adalah nomor 12 dan 15, untuk
memicu channel trip 1-8. tripping unit tidak ada lampu LED yang
menyala.
6. Lock-out Relay menerima sinyal trip dari Maksud nyala lampu LED 01 dan 02 adalah
Relai proteksi akibat sinyal perintah tripping bahwa sistem proteksi telah siap digunakan dan
dari CPU untuk kemudian melalui kontak- tidak terjadi gangguan pada sistem yang
kontaknya meneruskan sinyal trip tersebut dilindungi.
untuk mentrip atau melepas secara Untuk nyala lampu LED 12 dan 15 pada
bersamaan peralatan pengaman seperti CB binary input unit, berarti bahwa CB generator
dan DS kemudian menguncinya untuk dalam keadaan tertutup dan beroperasi
menghindari human error. menghasilkan daya listrik. Karena sistem dalam
keadaan normal maka tidak ada sinyal atau
perintah tripping yang bekerja.
REG 216 juga memiliki diagram logika
yang disajikan dalam lampiran.
Berikut adalah tampilan lampu LED pada
REG 216 dalam kondisi operasi sebagai
interface untuk indikator gangguan.
4. PENUTUP [7] Soekarto, J. Proteksi Sistem Distribusi
4.1 Kesimpulan Tegangan Menengah. LMK PT. PLN
1. Suatu sistem tenaga listrik memerlukan (Persero).
adanya sistem proteksi untuk dapat
mendeteksi adanya gangguan pada sistem [8] Soekarto, J. Relai Proteksi Periode 2. LMK
sehingga dapat mencegah atau membatasi PT. PLN (Persero), Jakarta.
kerusakan pada peralatan tenaga listrik
selain itu juga untuk menjaga mutu dan [9] Transparansi Diklat Relai. PT. PLN
keandalan pasokan daya listrik. (Persero) UDIKLAT, Semarang.
2. REG 216 merupakan sistem proteksi yang
terintegrasi yang memiliki sistem peringatan
adanya gangguan berupa nyala lampu LED BIODATA
dan alarm. REG 216 juga dilengkapi lock-
out relay sebagai interlock untuk pengaman- Tri Hutomo dilahirkan di
pengaman atau breaker pada PLTGU Muara Ujung Pandang, 29 Maret
Tawar. 1991. Telah menempuh
3. Pada keadaan operasi normal, lampu LED studi mulai dari Taman
yang menyala pada alat REG 216 adalah Kanak-Kanak Bani Saleh
LED nomor 01 dan 02 pada binary output Bekasi, Sekolah Dasar
unit serta nomor 12 dan 15 untuk binary Tunas Jakasampurna
input unit. Bekasi, SMP Negeri 252
Jakarta, SMA Negeri 81
4.2 Saran Jakarta dan sekarang sedang melanjutkan studi
1. Untuk menghindari masalah-masalah S-1 di Jurusan Teknik Elektro Universitas
kerusakan sistem proteksi dan menjaga Diponegoro, Semarang.
keandalan dari fungsi sistem proteksi maka
seharusnya dilakukan pemeliharaan secara Semarang, September 2012
berkala terhadap semua komponen dari
sistem proteksi. Dosen Pembimbing Penulis

DAFTAR PUSTAKA

[1] Arismunandar, W. PENGGERAK MULA


TURBIN. ITB Bandung. 1980

[2] Christian Mamesah, Proteksi Sistem Tenaga


Listrik 1, Electrical Department TEDC Ir. Yuningtyastuti, MT Tri Hutomo
Bandung, 1998.
NIP. 195209261983032001 L2F009111
[3] Manual Book ABB REG Compact

[4] Materi Pelatihan O&M Relai Proteksi


Jaringan PT PLN Persero P3B

[5] Materi Pelatihan Pemeliharaan Proteksi


Pembangkit PT PLN (PERSERO)
UDIKLAT, Semarang

[6] Modul Pembelajaran Proteksi Sistem


Tenaga Listrik Depdiknas 2003

Anda mungkin juga menyukai