Anda di halaman 1dari 9

TUGAS TOKSIKOLOGI DAN

PENCEMARAN LINGKUNGAN
“ADME Arsenik Pada Manusia”

OLEH
Nama : Christin H. Bonnu

NIM : 1106052006

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN T EKNIK
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2014
Absorbsi, Distribusi, Metabolisme dan Ekskresi Arsen
Dalam Tubuh Manusia

Arsen (As) adalah salah satu logam berat yang di alam berbentuk anion, seperti H2AsO4
(Ismunandar, 2004). Arsen (As) tidak rusak oleh lingkungan, hanya berpindah menuju air atau
tanah yang dibawa oleh debu, hujan, atau awan. Beberapa senyawa Arsen (As) tidak bisa larut di
perairan dan akhirnya akan mengendap di sedimen. Senyawa arsen pada awalnya digunakan
sebagai pestisida dan hibrisida, sebelum senyawa organic ditemukan, dan sebagai pengawet kayu
(Copper Chromated Arsenic (CCA)).
Arsen ditemukan dalam 200 bentuk mineral, diantaranya arsenat (60%), sulfida dan
sulfosalts (20%), dan kelompok kecil berupa arsenida, arsenat, oksida silikat, dan arsen murni
(Onishi, 1969). Mayoritas arsen ditemukan dalam kandungan utama asenopyrite (FeAsS), realgar
(As4S3), dan orpiment (As2S3). Realgar (As4S3), dan orpiment (As2S3) biasanya menurunkan
bentuk dari arsen itu sendiri. Kondisi natural lainnya yakni loellingite (FeAs2), safforlite (CoAs),
nicolite (NiAs), rammelsbergit (NiAs2), arsenopyrite (FeAsS), kobaltite (CoAsS), enargite
(Cu3AsS4), gerdsorfite (NiAsS), glaucodot ((Co,Fe)AsS), dan elemen arsen (Greenwood dan
Earnshaw, 1989). Berikut merupakan Tabel 1 Kondisi As di Alam.
Dalam lingkungan perairan, kondisi dalam tekanan oksidasi arsen membentuk pentavalent
arsenat (As(V)), dimana dalam kondisi sebaliknya saat tereduksi membentuk trivalent arsenit
(As(III)), dan mobilitas serta penyerapan oleh sedimen, tanah lempung, dan mineral tanah
bergantung pada bentuk arsennya. Dalam kondisi anoksik, aktivitas mikrobial dapat membentuk
arsen dalam metilat, yang mana berbentuk padat dan mampu masuk ke lapisan atmosfer (Nriagu
et al., 2007).

a. Absorbsi

Masuknya Arsen dalam tubuh manusia umumnya melalui oral, yaitu melalui
makanan/minuman. Gambar berikut memperlihatkan kandungan arsen dalam beberapa jenis
makanan dan minuman yang sering dikonsumsi manusia.

Paparan arsen pada manusia dapat dibedakan menjadi


a. Paparan akut

Paparan akut dapat terjadi jika tertelan (ingestion) sejumlah 100 mg As. Gejala yang
dapat timbul akibat paparan akut adalah mual, muntah, nyeri perut, diarrhae, kedinginan,
kram otot serta oedeme dibagian muka (facial). Paparan dengan dosis besar dapat
menyebabkan koma dan kolapsnya peredaran darah. Dosis fatal adalah jika sebanyak 120
mg arsenik trioksid masuk ke dalam tubuh.

b. Paparan kronis

Gejala klinis yang nampak pada paparan kronis dari arsen adalah peripheral neuropathy
(rasa kesemutan atau mati rasa), lelah, hilangnya refleks, anemia, gangguan jantung,
gangguan hati, gangguan ginjal, keratosis telapak tangan maupun kaki, hiperpigmentasi
kulit dan dermatitis. Gejala khusus yang dapat terjadi akibat terpapar debu yang
mengandung arsen adalah nyeri tenggorokan serta batuk yang dapat mengeluarkan darah
akibat terjadinya iritasi. Seperti halnya akibat terpapar asap rokok, terpapar arsen secara
menahun dapat menyebabkan terjadinya kanker paru.

b. Distribusi

Target utama arsen dalam tubuh adalah hati, meski arsen juga dapat mempengaruhi
mekanisme kerja paru-paru dan ginjal melalui peredaran darah. Arsen yang tertelan
secara cepat akan diserap lambung dan usus halus kemudian masuk ke peredaran darah
(Wijanto, 2005). Itulah sebabnya pemeriksaan kandungan arsen juga dilakukan melalui
darah. Pada keracunan akut maupun kronis dapat terjadinya anemia, leukopenia,
hiperbilirubinemia.
Arsenik yang terabsorbsi akan terakumulasi di kuku, rambut dan kulit. Kadar As dalam
rambut merupakan indikator yang cukup baik untuk menilai terjadinya karacunan arsen.
Normal kadar As dalam rambut kurang dari 1mug/kg. Namun, kandungan arsen dalam
rambut belum dapat dipastikan akibat paparan langsung atau melalui metobolisme dan
akhirnya terakumulasi di rambut seperti penyimpanan arsen pada kuku. Arsenik yang
terakumulasi sampai pada kuku dan rambut ini tersimpan dalam bentuk arsenic trioksid.

c. Metabolisme/Biotransformasi Arsenik

Biotransformasi atau metabolisme didefinisikan sebagai perubahan xenobiotik/toksin


yang dikatalisa oleh suatu enzim tertentu dalam makhluk hidup. Tujuannya yaitu dengan
merubah toksin bersifat non polar menjadi bersifat polar dan kemudian dirubah menjadi
bersifat hidrofil sehingga dapat dieksresikan keluar dari tubuh. Mekanisme biotransformasi
meliputi 2 reaksi : reaksi fasa 1 dan reaksi fasa 2.
 Reaksi fasa 1 atau reaksi fungsionalisasi/memasukkan gugus fungsional yg sesuai
(a.l : OH, COOH, NH2 dan SH) ke dalam toksin sehingga mengubah toksin non polar
menjadi bentuk yang lebih polar secara langsung dan memodifikasi gugus fungsional
yang ada dalam struktur molekul melalui reaksi oksidasi, reduksi maupun hidrolisis.
 Reaksi fasa 2 (reaksi konjugasi) reaksi ini melibatkan beberapa jenis metabolit
endogen (berupa enzim yang ada dalam tubuh ) di retikulum endoplasma

Arsen adalah racun yang bekerja dalam sel secara umum. Hal tersebut terjadi apabila
arsen terikat dengan gugus sulfhidril (-SH), terutama yang berada dalam enzim. Salah satu
system enzim tersebut ialah kompleks. Piruvat dehidrogenase yang berfungsi untuk oksidasi
dekarboksilasi piruvat menjadi Co-A dan CO2 sebelum masuk dalam siklus TOA
(tricarbocyclic acid). Dimana enzim tersebut terdiri dari beberapa enzim dan kofaktor.Reaksi
tersebut melibatkan transasetilasi yang mengikat koenzim A(CoA-SH) untuk membentuk
asetil CoA dan dihidrolipoil-enzim, yang mengandung dua gugus sulfhidril.Kelompok
sulfhidril sangat berperan mengikat arsen trivial yang membentuk kelat.kelat dari dihidrofil-
arsenat dapat menghambat reoksidasi dari kelompok akibatnya bila arsen terikat dengan
system enzim, akan terjadi akumulasi asam piruvat dalam darah.

Biotransformasi arsen di dalam tubuh terjadi di hati, melewati dua fasa. Hati akan
mengubahnya menjadi bentuk yang tidak merusak dan dibuang lewat urin dalam waktu 4-5
hari dengan persentase 62,7% (dari total arsenik pada tubuh). Pada fasa 1 melalui reaksi
oksidasi aromatik membentuk alkohol (-OH) khususnya oksidasi benzoapirin karena terdapat
epoksid yang dapat menyebabkan bioaktivasi.

Pada fasa 2 arsen akan mengalami reaksi konjugas glutation yang melibatkan enzim
glutation transferase di mana gugus fungsionalnya adalah epoksid hasil metabolism fasa 1
tadi. Glutation/asam merkapturat (GSH) berperan penting pada proses detoktifikasi senyawa
arsn yang merupakan elektrofilik reaktif penyebab kerusakan jaringan, karsinogenik,
mutagenik dan teratogenik karena membentuk ikatan kovalen dengan gugus-gugus neofilik
yang terdapat pada protein dan asam nukleat sel. GSH terdapat pada usus, ginjal, jaringan
lain, terutama hati, mengandung gugus nukleofil sulfihidril (-SH) yang dapat bereaksi dengan
senyawa elektrofilik reaktif sehingga dapat melindungi jaringan sel yang penting.
Keunikan dari GSH adalah terdapat atom S yang memiliki sifat keelektonegatifan tinggi
(kelebihan elektron, δ-) yang mampu berikatan dengan atom elektropositif (kekurangan
elektron, δ+) dari senyawa karsinogenesis kimia. Banyak senyawa alifatik, arilalkil halida,
sulfat, sulfonat, nitrat dan organoposfat mempunyai atom C yang kekurangan elektron
sehingga dapat bereaksi dg glutation melalui pemindahan nukleofil membentuk konjugat
glutation.
Arsenat juga memisahkan oksigen dan fosfolirasi pada fase kedua dariglikolosis dengan
jalan berkompetisi dengan fosfat dalama reaksi gliseraldehid dehidrogenase. Dengan adanya
pengikatan arsenat reaksi gliseraldehid-3-fosfat, akibatnya tidak terjadi proses enzimatik
hidrolisis menjadi 3-fosfogliserat dan tidak memproduksi ATP.Selama Arsen bergabung
dengan gugus –SH,maupun gugus –SH yang terdapat dalam enzim,maka akan banyak ikatan
As dalam hati yang terikat sebagai enzim metabolic.Karena adanya protein yang juga
mengandung gugus –SH terikat dengan As, maka hal inilah yang meneyebbkan As juga
ditemukan dalam rambut, kuku dan tulang.Karena eratnya As bergabung dengan gugus –SH,
maka arsen masih dapat terdeteksi dalam rambut dan tulang beberapa tahun kemudian.

Gambar di atas menunjukan perbedaan aktivitas gen yang normal di sel dengan aktivitas
abnormal yang diakibatkan oleh pengikatan arsenic pada reseptor pengaktivasi gen yang
akan menimbulkan kelainan ekspresi gen pada manusia.

Arsenik trioksid yang dapat disimpan di kuku dan rambut dapat mempengaruhi
enzim yang berperan dalam rantai respirasi, metabolisme glutation ataupun enzim yang
berperan dalam proses perbaikan DNA yang rusak. Dalam tubuh, arsenik organik diubah
monometilarsenic acid (MMA) dan akhirnya diubah menjadi dimetilarsenic acid (DMA)
dengan donor metal, S-adenosymetionin (SAM) dikatalisis oleh metiltransferase dalam
glutation yang ada. Derivat metil ini adalah ribuan lipatan yang dalam jumlah sedikit
berpotensi kuat sebagai agen mutagenic dari pada arsenic anorganik. Arsenik dikonversi
di hati dan menjadi metal dengan toksisitas rendah yang pada akhirnya dapat
dikekskresikan melalui urine dan mengikuti model triphasic dalam waktu 28 jam, 59 jam
dan 9 hari berturut-turut dengan jarak antara 27 jam dan 86 jam dari jenis arsen yang
berbeda menunjukkan tingkatan sebagai berikut:
AS5+<MMA<AS3+<DMA
DNA metiltransferase membutuhkan SAM dan hasil paparan arsen akan menyebabkan
DNA hipometilasi melakukan penipisan metal. Hipometilasi ini akan terjadi bersamaan
dengan transformasi berbahaya dalam level SAM sangat rendah sehingga dapat
menimbulkan kelainan ekskresi gen yang dihasilkan akibat karsinogenesis.
Minimal dosis akut arsenik yang mematikan pada orang dewasa diperkirakan70-
200 mg atau 1 mg/kg/hari. Sebagian besar melaporkan keracunan arsenik tidak
disebabkan oleh unsur arsenik, tapi oleh salah satu senyawa arsen, terutama arsenik
trioksida, yang sekitar 500 kali lebih beracun dari pada arsenikum murni. Walt Klimecki,
yang meneliti bagaimana perbedaan genetik mempengaruhi metabolisme arsen pada
University of Arizona mengatakan ‘temuan studi eksploratory mengenai genetik yang
diakitkan antara varian pada As3MT dengan biotransformasi arsenik makanan laut,
umumnya dipahami eksposure arsenik yang kurang berbahaya, sangatlah provokatif
dengan memberikan spektrum substrat yang dikenal dengan As3MT’.
Sebelum diekskresikan arsen akan mengalami fase toksodinamik (interaksi antara
toksin dengan reseptor pada tubuh) melalui interaksi dengan sistem enzim. Cara arsen
berinteraksi dengan system enzim adalah dengan inhibisi secara bolak-balik (reversible
/terpulihkan). Arsen merupakan toksik polar inhibitor enzim, di mana terjadi ikatan non
kovalen (ikatan yang lemah ) antara arsen dengan enzim sehingga arsen bisa keluar dari
enzim dengan mudah. Ikatan kovalen antara arsen tadi dengan gugus SH pada enzim,
sehingga enzim tidak dapat berfungsi.

R'S
R - As = O + 2R'SH R - As + H2O

R'S

Reaksi antara Arsen trivalen dengan protein dan enzim yang


mengandung sulfihidril.

Waktu paruh biologis pada manusia menyebabkan arsen (As) terkadang kurang
terdeteksi dalam urin. Namun demikian, apabila logam arsen (As) ini berada dalam
jangka waktu yang cukup lama dalam tubuh (long term exposure) maka akan
terakumulasi dalam target organ tubuh (kuku, rambut dan kulit). Sehingga akan
menimbulkan efek gangguan kesehatan manusia yang bersifat karsinogenik, mutagenik
dan teratogenik dan toksisitasnya dapat bersifat akut dan kronik.

d. Ekskresi
Hasil metabolisme dari arsenik bervalensi 3 adalah asam dimetil arsenik dan asam
monometil arsenik yang keduanya dapat diekskresi melalui urine.
Gas arsin terbentuk dari reaksi antara hidrogen dan arsen yang merupakan hasil samping
dari proses refining (pemurnian logam) non besi (non ferrous metal). Keracunan gas arsin
biasanya bersifat akut dengan gejala mual, muntah, nafas pendek dan sakit kepala. Jika
paparan terus berlanjut dapat menimbulkan gejala hemoglobinuria dan anemia, gagal
ginjal dan ikterus (gangguan hati). Menurut Casarett dan Doull’s (1986), menentukan
indikator biologi dari keracunan arsen merupakan hal yang sangat penting. Arsen
mempunyai waktu paruh yang singkat (hanya beberapa hari), sehingga dapat ditemukan
dalam darah hanya pada saat terjadinya paparan akut. Untuk paparan kronis dari arsen
tidak lazim dilakukan penilaian. Keracunan arsen dapat dideteksi dengan pemeriksaan Uji
Marsh dan Uji NAA (Neutron Activation Analysis).

Pengobatan Keracunan Arsen

Pada keracunan arsen akibat tertelan arsen, tindakan yang terpenting adalah merangsang
refleks muntah. Jika penderita tidak sadar (shock) perlu diberikan infus. Antdote untuk
keracunan arsen adalah injeksi dimerkaprol atau BAL (British Anti Lewisite).

Prognosis
Pada keracunan akut, jika dilakukan penanganan dengan baik dan penderita dapat
bertahan, maka akan kembali normal setelah sekitar 1 minggu atau lebih. Pada keracunan
kronis akan kembali normal dalam waktu 6 – 12 bulan.

Skema ringkasan ADME Arsen Pada Manusia


DAFTAR PUSTAKA

Bahar,dkk.2012.Risiko Paparan Arsen Pada Masyarakat Sekitar Sungai Pangkajene Kecamatan


Bungoro Kabupaten Pangkep.Makasar:Universitas Hasanudin.Diakses pada 20 Mei 2014

Fikri,dkk.2012.Hubungan Paparan Pestisida Dengan Kandungan Arsen (As) Dalam Urin dan
Kejadian Anemia (Studi : Pada Petani Penyemprot Pestisida di Kabupaten Brebes). Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol. 11 No. 1. Diakses pada 20 Mei 2014

Istarani,dkk .2014.Studi Dampak Arsen (As) Dan Kadmium (Cd) Terhadap Penurunan Kualitas
Lingkungan.JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 1. Diakses pada 20 Mei 2014

Nursidika, Perdina.Toksikologi Logam Berat

Saha dan Roy. Metabolism And Toxicity of Arsenic: A human carcinogen.Current Science, Vol.
82, No. 1, 10 January 2002.Diakses pada 22 April 2014

Tualka,A.R.Toksikologi Industri dan Risk Assessment

Anda mungkin juga menyukai