PENDAHULUAN
Emulsi, emulsiones adalah sistem disfersi kasar dari dua atau lebih cairan
yang tidak larut satu sama lain. Penandaan emulsi di antaranya dari bahasa
latin (Emulgere = memerah) dan berpedoman pada susu sebagai jenis suatu
emulsi alam.
Sistem emulsi di jumpai banyak penggunaannya dalam farmasi. Di
bedakan antara emulsi cairan, yang di tentukan untuk kebutuhan dalam
(emulsi minyak ikan, emulsi paravin) dan emulsi untuk penggunaan luar. Yang
terakhir dinyatakan sebagai linimenta (latin linire = menggosok). Dia adalah
emulsi kental (dalam peraturannya dari jenis M/A), juga di sediaan obat
seperti salep dan suppositoria dapat menggambarkan emulsi dalam pengertian
fisika.
Ahli fisika kimia menentukan emulsi sebagai suatu campuran yang tidak
stabil secara termodinamis, dari dua cairan yang pada dasarnya tidak saling
bercampur.
Dalam bidang farmasi, emulsi biasanya terdiri dari minyak dan air.
Berdasarkan fasa terdisfersinya dikenal dua jenis emulsi yaitu :
1. Emulsi minyak dalam air, yaitu bila fasa minyak terdisfersi di dalam
fasa air
2. Emulsi air dalam minyak, yaitu bila fasa air terdisfersi di dalam fasa
minyak
1.3 Tujuan
1.4 Prinsip
BAB II
PEMBAHASAN
Emulsi merupakan bentuk sediaan yang unit, karena banyak dari sifat-
sifatnya, disebabkan oleh adanya suatu daerah pembatas antara dua fasa. Dalam
hal emulsi, dua cairan yang tidak saling bercampur, biasanya minyak dan air,
bertemu membentuk suatu antar muka. Dalam suspensi, bentuk padat dan bentuk
cair akan memebentuk antar muka. Daerah pembatas sering kali rumit, zat aktif
permukaan yang merupakan molekul-molekul dengan sifat-sifat khusus bisa
dimasukan dalam suatu sistem dengan berbagai bentuk, diantaranya adalah : zat
tersebut mungkin ada sebagai molekul tunggal dalam larutan, zat tersebut dapat
juga di adsorbsi pada permukaan cairan / udara, zat tersebut dapat memebentuk
lapisan antar muka minyak air atau bahkan zat tersebut, atau zat tersebut mungkin
memebentuk kelompok orientasi dalam fasa encer yang disebut miseel. Gaya tarik
menarik dan gaya tolak menolak yang terdapat antara partikel-partikel dan daerah
gaya besar disekeliling partikel menunjukan suatu daerah interaksi potensial. ()
Jika sebuah piala yang mengandung 20 ml minyak terlapis pada 50 ml air
diperiksa secara visual, antar muka tampak sebagai suatu discontinuitas yang
tajam antara kedua fasa tersebut seperti terlihat dalam gambar berikut :
a. Zat-zat yang aktif pada permukaan yang teradsorpsi pada antar muka minyak
atau air membentuk lapisan monomolekular dan mengurangi tegangan antar
muka. Membentuk lapisan monomolekular : surfaktan yang dapat
menstabilkan emulsi bekerja dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang
diabsorbsi molekul atau ion pada permukaan antara minyak atau air. Menurut
Hukum Gibbs kehadiran kelebihan pertemuan penting mengurangi tegangan
permukaan. Ini menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena pengurangan
sejumlah energi bebas permukaan secara nyata adalah fakta bahwa tetesan
dikelilingi oleh sebuah lapisan tunggal koheren yang mencegah
penggabungan tetesan yang mendekat.
b. Koloidal hidrofilik yang membentuk suatu lapisan multimolekular sekitar
tetesan-tetesan terdispersi dari minyak dalam suatu emulsi o/w. Membentuk
lapisan multimolekular : koloid lipofilik membentuk lapisan multimolekuler
disekitar tetesan dari dispersi minyak. Sementara koloid hidrofilik diabsorbsi
pada pertemuan, mereka tidak menyebabkan penurunan tegangan permukaan.
Keefektivitasnya tergantung pada kemampuan membentuk lapisan kuat,
lapisan multimolekular yang koheren.
c. Partikel-partikel padat yang terbagi halus, yang diadsorpsi pada batas antar
muka dua fase cair yang tidak bercampur dan membentuk suatu lapisan
partikel disekitar bola-bola terdispersi. Pembentukan kristal partikel-partikel
padat : mereka menunjukan pembiasan ganda yang kuat dan dapat dilihat
secara mikroskopik polarisasi. Sifat-sifat optis yang sesuai dengan kristal
mengarahkan kepada penanda ‘Kristal Cair’. Jika lebih banyak dikenal
melalui struktur spesialnya mesifase yang khas, yang banyak dibentuk dalam
ketergantungannya dari struktur kimia tensid/air, suhu dan seni dan cara
penyiapan emulsi. Daerah strukturisasi kristal cair yang berbeda dapat karena
pengaruh terhadap distribusi fase emulsi.
Salah satu fase cair dalam suatu emulsi terutama bersifat polar sebagai
contoh air, sedangkan lainnya relatif nonpolar sebagai contoh minyak. Bila fase
didispersikan sebagai bola-bola keseluruh fase keontinue air, sistem tersebut
dikenal sebagai produk air dalam minyak (o/w). Bila fase minyak bertindak
sebagai fase kontinue, emulsi tersebut dikenl sebagai produk air dalam minyak
(w/o). Emulsi obat untuk pemberian oral biasanya berasal dari tipe o/w dan
membutuhkan penggunaan suatu zat pengemulsi o/w. Zat pengemulsi tiper ini
termasuk zat sintetik yang aktif dan permukaan dan bersifat nonionik, akasia
(gom), tragacanth dan gelatin. Tetapi tidak semua emulsi yang dipergunkan
termasuk tipe o/w. Makana tertentu seperti mentega dan beberapa saus salad
merupakan emulsi tipe w/o.
Emulsi yang dipakai untuk obat luar bertipe o/w atau w.o, emulsi tipe o/w
menggunakan zat pengemulsi (emulsifier) seperti: natrium lauril sulfat,
trietanolamin strearat, sabun-sabun monovalen seperti natrium oleat dan self
emulsifying glyceryl monosterate, yakni gliseril monostearat yang dicampur
dengan sedikit sabun bervalensi satu (monovalen) atau suatu alkisulfat. Emulsi
farmasi w/o digunakan hampir untuk semua penggunaan luar dan bisa
mengandung satu atau beberapa pengemulsi sabun-sabun polivalen seperti
kalsium palmitat, ester-ester sorbitan (spans), kolestrol dan lemak wol.
Beberapa metode bisa digunakan untuk menentukan tipe dari suatu emulsi.
Sejumlah kecil zat warna yang larut daam air, seperti biru metilen atau briliant
blue FCF bisa ditaburkan pada permukaan suspensi. Jika air merupakan fase luar
yakni jika emulsi tersebur betipe o/w, zat warna tersebut akan melarut didalamnya
dan berdifusi merata keseluruh baian dari air tersebut. Jika emusi tersebut bertipe
w/o, partikel-partikel zat warna akan tinggal bergerombol pada permukaan.
Metode kedua meliputi pengenceran dari emulsi tersebut dengan air. Jika emulsi
tersebut bercampur sempurna dengan air, maka ia termasuk bertipe o/w. Pengujian
lainnya menggunakan sepasang elektroda yang dihubungkan dengan suatu sumber
listrik luar dan dicelupkan dalam emulsi. Jika fase luar adalah air, aliran listrik
akan melalui emulsi tersebut dan dapat dibuat untuk membelokkan jarum
voltmeter atau menyebabkan suatu cahaya dalam sirkuit berpijar. Jika minyak
merupakan fase kontinue, emulsi tersebut tidak dapat membawa arus listrik.
Dalam pertimbangan ini, ketidak stabilan dari emulsi farmasi bisa digolongkan
sebagai berikut:
bola dalam mikrometer diplot pada sumbu horizontal terhadap frekuensi atau
banyaknya bola-bola dalam tiap kisaran ukurran pada sumbu vertikel (ordinat).
Jika dikontrol dengan tepat selama pembuatan suatu emulsi, inversi fase
seringkali menghasilkan suatu produk yang lebih halus tetapi jika pembuatan
sudah selesai dan dipengauhi oleh faktor lain ketika emulsi sudah terbentuk, hal
ini dapat menyebabkan maaslah yang besar.
Suatu emulsi o/w yang distabilakan dengan natrium stearat dapat diubah
menjadi tipe w/o dengan menabhakan kalsium klorida untuk membentuk kalsium
stearat. Inversi bisa juga dihasilkan dengan mengubah perbandingan volume fase.
Dalam pembuatan suatu emulsi, seseorang dapat mencampur suatu zat pengemulsi
o/w dengan minyak, kemudian menambahkan sejumlah kecil air. Karena volume
air sedikit dibandingkan dengan volume minyak, air tersebut didispersikan dalam
minyak dengan pengocokan, walapunpengemulsinya lebih suka membentuk
sistem minyyak dalam air. Ketika ditambahkan air lagi lebih banyak secara
perlahan-lahan, lama kelamaan tercapai titik inversi.
2.4 Pengawetan Emulsi
Biar pun tidak selalu perlu untuk mencapai keadaan steril dalam suatu emulsi,
bahkan jika produk tersebut digunakan untuk kulit atau oral,perubahan-perubahan
tertentu dalam sifat-sifat emulsi yang tidak dikehendaki dapat diakibatkan oleh
pertumbuhan mikroorganisme. Ini meliputi pemisahan fisik dari fase,
hilang/berubahnya warna,terbentukny gas dan bau,dan perubahan sifat-sifat
rheologi.
Faktor-faktor prinsip yang mempengaruhi sifat aliran dari emulsi. Materi dari
bagian ini membicarakan secara garis besar beberapa sifat viskositas yang
berhubungan dari fase terdispers, fase kontinu dan zat pengemulsi. Faktor-faktor
yang berhubungan dengan fase terdispers meliputi perbandingan volume
fase,distribusi ukuran partikel, dan viskositas dari fase dalam itu sendiri.
Sifat utama fase kontinu yang mempengaruhi sifat-sifat aliran dari suatu
emulsi adalah bukan pada viskositasnya. Tetapi efek viskositasnya dari fase
kontinu mungkin lebih besar dari yang diramalkan dengan menentukan viskositas
bulk dari fase kontinu itu sendiri. Sherman menekankan bahwa punurunan
viskositas dengan penaikan shear sebagian bias disebabkan oleh penurunan
viskositas dari fase kontinu karena jarak pemisahan antara bola-bola yang
meningkat.
Suatu emulsi o/w merupakan suatu cara pemberian oral yang baik untuk
cairan-cairan yang tidak larut dalam air, terutama jika fase terdispersi mempunyai
fase yang tidak enak. Yang lebih bermakna dalam farmasi masa kini adalah
pengamatan tentang beberapa senyawa yang larut dalam lemak, seperti vitamin,
diabsorpsi lebih sempurna jika diemulsikan daripada jika diberikan peroral dalam
suatu larutan berminyak. Penggunaan emulsi intravena telah diteliti sebagai suatu
cara untuk merawat pasien lemah yang tidak bisa menerima obat-obat yang
diberikan secara oral. Emulsi radiopaque telah ditemukan untuk penggunaan
sebagai zat diagnostik dalma pengujian sinar x. Emulsifikasi secara luas
digunakan dalam produk farmasi dan kosmetik untuk pemakaian luar. Terutama
untuk lotion, dermatologi dan lotion kosmetik serta krim karena dikehendakinya
suatu produk yang menyebar dengan mudah dan sempurna pada areal dimana ia
digunakan. Sekarang produks emacam itu dapat diformulasi menjadi dapat tercuci
air dan tidak berkarat. Produk seperti itu jelas lebih dapat diterima bagi pasien dan
dokter daripada produk berlemak yang digunakan satu atau beberapa abad yang
lalu. Emulsifikasi digunakan dalam produk aerosol utnuk menghasilkan busa.
Propelan yang membentuk fase cair terdispersi didalam wadah menguap bila
emulsi tersebut dikeluarkan dari wadahnya, ini menghasilkan pembentukan busa.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA