Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

KEPERAWATAN SISTEM ENDOKRIN


PANDANGAN ISLAM TENTANG PEMBERIAN HORMON KE DALAM
TUBUH (INSULIN, KB DAN HORMON PERTUMBUHAN)

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan Sistem
Endokrin

Dosen Pengajar : H. Iswantoro, S.Kp., MM

Oleh :
Syahrida Agustina
Syarifah Salmah
Wijayanti Wulandari
Jean Fransisca Aurora
M. Ridhani Mahli
Kelompok : VI
Kelas B

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN ALIH JENIS
BANJARMASIN, 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat dah
hidayah-Nya kelompok mampu menyelesaikan tugas Keperawatan Sistem
Perkemihan dengan judul “Pandangan Islam Tentang Pemberian Hormon ke
Dalam Tubuh (Insulin, KB dan Hormon Pertumbuhan)”. Kelompok mengucapkan
banyak terimakasih kepada rekan – rekan yang berperan membantu dalam
terselesaikannya makalah ini. Tak lupa pula kelompok mengucapkan terimakasih
kepada dosen pegajar Bapak H. Iswantoro, S.Kp., MM. Kelompok menyadari
makalah ini masih banyak memerlukan masukan. Oleh karena ini penulis
menerima masukan dan saran dari para pembaca makalah ini. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih semoga mekalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Banjarmasin, Maret 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakan ........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ...................................................................... 2

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Pandangan Islam Tentang Pemberian Hormon Insulin Ke Dalam
Tubuh ....................................................................................... 3
2.2 Pandangan Islam Tentang Pemberian Hormon KB Ke Dalam Tubuh
.................................................................................................. 9
2.3 Pandangan Islam Tentang Pemberian Hormon Pertumbuhan Ke
Dalam Tubuh ............................................................................ 17

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan................................................................................... 20
3.2 Saran ......................................................................................... 20

Daftar Pustaka ............................................................................................. 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masalah penggunaan alat kontrasepsi menurut pandangan Islam tidak bisa
dipisah-pisah antara niat/motivasi, metode penggunaan, alat dan juga resiko.
Sehingga bila salah satu komponen itu ada yang tidak sejalan dengan hukum
Islam, maka penggunaan alat kontrasespsi itu pun menjadi tidak boleh juga.
Misalnya, masalah niat. Meski alat kontrasepsi yang digunakan termasuk yang
dibolehkan namun motivasi atau niatnya adalah karena hal-hal yang dilarang
Islam sepertitakut miskin dan sebagainya, maka hukumnya menjadi tidak
boleh juga. Khusus mengenai alat kontrasepsi itu sendiri, saat ini dunia
kedokteran telah memiliki begitu banyak alat dan metode.
Diabetes melitus atau yang sering disebut kencing manis dalam bahasa
awamnya, merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. World Health Organization (WHO) telah
merumuskan bahwa DM merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan
dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat
dikatakan sebagai suatu kumpulan problem anatomik dan kimiawi akibat dari
sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut/relatif dan gangguan
fungsi insulin.
Dalam kasus penambahan berat badan, dijelaskan bahwa seorang perempuan
boleh menambah berat badannya, baik yang dilakukan dengan cara
mengonsumsi obat maupun dengan metode lainnya (suntik hormon), yang
dinyatakan aman secara medis.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana pandangan islam terhadap penggunaan hormon insulin
kedalam tubuh?
1.2.2 Bagaimana pandangan islam terhadap penggunaan hormon KB
kedalam tubuh?

1
1.2.3 Bagaimana pandangan islam terhadap penggunaan hormon
pertumbuhan kedalam tubuh?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pandangan islam terhadap penggunaan hormon
insulin kedalam tubuh
1.3.2 Untuk mengetahui pandangan islam terhadap penggunaan hormon KB
kedalam tubuh
1.3.3 Untuk mengetahui pandangan islam terhadap penggunaan hormon
pertumbuhan kedalam tubuh

2
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pandangan Islam Tentang Pemberian Hormon Insulin Ke dalam Tubuh


Diabetes melitus atau yang sering disebut kencing manis dalam bahasa
awamnya, merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua-duanya. World Health Organization (WHO) telah
merumuskan bahwa DM merupakan sesuatu yang tidak dapat dituangkan
dalam satu jawaban yang jelas dan singkat tetapi secara umum dapat
dikatakan sebagai suatu kumpulan problem anatomik dan kimiawi akibat dari
sejumlah faktor dimana didapat defisiensi insulin absolut/relatif dan
gangguan fungsi insulin.
Secara epidemiologi, faktor resiko yang dapat menimbulkan DM adalah :
bertambahnya usia, lebih banyak dan lebih lamanya obesitas, distribusi lemak
tubuh, kurangnya aktifitas jasmani dan hiperinsulinemia. Dengan semakin
meningkatnya usia harapan hidup manusia, maka kebutuhan hidup manusia
terhadap insulin semakin bertambah. Karena secara alami, dengan
bertambahnya usia, maka fungsi pankreas akan semakin menurun. Dengan
menurunnya fungsi pankreas, maka menurun pula fungsi insulin yang dapat
dihasilkan tubuh manusia. Dengan menurunnya insulin dalam tubuh manusia,
maka kemampuan tubuh manusia untuk memecah gula dalam darah akan
semakin turun. Pada saat itulah manusia terkena penyakit diabetes melitus,
dan memerlukan suntikan insulin.
Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi dua yaitu diabetes melitus tipe I
yang bergantung pada insulin (IDDM), dan DM tipe II yang tidak bergantung
kepada insulin (NIDDM). DM tipe I merupakan penyakit autoimun yang
biasa dialami oleh anak-anak atau remaja, dimana sel β pankres dihancurkan
sehingga tidak mampu memproduksi insulin endogen yang bertanggung
jawab terhadap peningkatan glukosa darah DM tipe II, terjadi defisiensi
insulin yang didahului oleh adanya resistensi insulin di otot, lemak, dan hati
(terutama pada obesitas viseral), dan bersamaan itu disertai gangguan sekresi

3
insulin sel β pankreas yang lambat laun menjadi defisiensi insulin yang
permanen.
Selain itu, terdapat jenis diabetes melitus gestasional (DMG) yang juga
disebabkan oleh resistensi insulin yang terjadi pada wanita hamil. DMG
biasanya terjadi pada trimester kedua atau ketiga. Saat ini insulin
dipergunakan untuk DM tipe I dan DM tipe II apabila pengobatan dengan
antidiabetik oral gagal. Pasien DMG juga diberi terapi dengan insulin.
Namun biasanya glukosa darah akan kembali normal setelah melahirkan.
Seseorang dikatakan menderita diabetes jika ia memilik kadar gula puasa
>126 mg/dL dan pada tes >200 mg/dL. Kadar gula darah yang normal pada
pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah.
Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan, tetapi
progresif (bertahap) setelah usia 50 tahun. Terutama, pada orang-orang yang
tidak aktif bergerak. Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum
merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah
terjadinya kenaikan kadar gula darah menurun secara perlahan.
2.1.1 Insulin dan Manusia
Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino,
dihasilkan oleh sel β pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada
rangsangan pada sel β, insulin disintesis dan kemudian disekresi
kedalam darah sesuai kebutuhan tubuh untuk keperluan regulasi
glukosa darah. Insulin berperan penting pada berbagai proses biologis
dalam tubuh terutama menyangkut metabolisme karbohidrat. Hormon
ini berfungsi dalam proses utilisasi glukosa pada hampir seluruh tubuh
terutama pada otot, lemak, dan hepar. Apabila ada gangguan pada kerja
insulin, menimbulkan hambatan dalam utilisasi glukosa dan
peningkatan kadar glukosa serta peningkatan kadar glukosa darah.
Secara klinis, gangguan tersebut dikenal sebagaidiabetes melitus.
Seseorang diharuskan menggunakan insulin jika ia menderitadiabetes
tipe 1 (IDDM) yang kesembuhannya sangat tergantung kepada insulin.
Diabetes melitus tipe 1 dapat dicirikan dengan kurangnya produksi
insulin oleh pankreas. Gejalanya berupa kencing yang berlebihan

4
(polyuria) dengan volume urin yang besar atau >2,5 Lselama 24 jam,
rasa haus (polydipsia), lapar berkelanjutan, penurunan berat badan,
daya lihat menurun dan kelelahan. Gejala-gejala tersebut dapat terjadi
secara tiba-tiba dan dapat berkembang sangat cepat dalam hitungan
minggu atau bulan.
Tanda-tanda juga dapat dilihat dari hasil pengukuran konsentrasi gula
darah. Bila konsentrasi gula dalam darah tinggi, melebihi kemampuan
ginjal, maka penyerapan gula ginjal (dalam proximal ginjal tubuli)
menjadi tidak sempurna, dan bagian dari glukosa akan tetap berada di
air seni (glycosuria). Peningkatan glukosa dan air seni ini menyebabkan
peningkatkan tekanan air seni (osmotic pressure) dan menghalangi
penyerapan ulang (reabsorption) air oleh ginjal. Hal ini meningkatan
produksi air seni (polyuria) dan peningkatan kehilangan cairan. Volume
cairan darah yang hilang akan digantikan dengan cairan dari air yang
diserap dari sel-sel tubuh lainnya, hal inilah yang menyebabkan
dehidrasi dan peningkatan kehausan.
Gula darah tinggi yang berkepanjangan dalam darah menyebabkan
penyerapan gula juga tinggi. Hal ini mengarah ke perubahan dalam
bentuk lensa mata, sehingga menyebabkan perubahan pada penglihatan.
Kontrol gula pada lensa biasanya mengembalikan kondisi ini ke bentuk
aslinya. Penglihatan kabur adalah hal yang umum pada pengidap
diabetes dan merupakan keluhan yang mengarah ke diagnosa diabetes.
Pada diabetes melitus tipe 1, perubahan penglihatan ini berlangsung
dengan cepat tidak seperti pada disbetes melitus tipe 2 yang
berlangsungnya lebih bertahap.
Gejala lain yang biasanya timbul pada pengidap diabetes melitus tipe 1
yaitu adanya regulasi metabolisme yang ekstrim dengan dicirikan oleh
bau acetone pada nafas pasien, berat bernafas, mual, muntah dan rasa
sakit pada perut atau abdominal. Pasien juga mengalami salah satu dari
banyak status kesadaran yang berubah-ubah seperti sifat permusuhan,
maniak, kebingungan dan kelesuan. Semua gejala inilah yang dapat

5
dikategorikan bahwa pasien tersebut mengidap diabetes melitus tipe 1
yang sangat tergantung pada insulin.
2.1.2 Sudah banyak penelitian yang dilakukan oleh beberapa ilmuwan, bahwa
tidak sedikit dari insulin terbuat dari pankreas babi. Jika dibandingkan
dengan insulin dari ekstraksi pankreas sapi yang hanya menghasilkan ½
cc saja, insulin babi dapat menghasilkan sekitar 1 L insulin dari gen
pankreas yang diklon dalam ragi pada tabung fermentor kapasitas 1000
L. Bila diamati dengan cermat, secara ilmiah organ yang ada pada babi
memiliki perwujudan yang sangat serasi dengan manusia. Perbandingan
lain juga ditemukan dari hasil struktur kimia yang dimiliki oleh babi,
ternyata struktur insulin yang dimiliki oleh pankres babi memiliki
bentuk yang hampir sama dengan insulin manusia, yaitu :
Insulin Manusia : C256H381N65O76S6 MW = 5807,7
Insulin Babi : C257H383N65O77S6 MW = 5777,6
Dari perbandingan yang ditemukan itulah, kini banyak insulin yang
beredar di seluruh dunia. Maka dari itu pengobatan untuk penderita
diabetes kebanyakan menggunakan insulin babi. Kini timbul
pertanyaan, “Apakah insulin tersebut boleh digunakan untuk penderita
Diabetes Melitus yang beragama Islam ?”.
Jika dilihat dari pokok utama panduan umat Islam, Al-qur’an dan
Hadist. Maka menggunakan insulin yang terbuat dari pankreas babi,
HARAM. Pengharaman tersebut dilihat berdasarkan ayat Al-qur’an
yang berbunyi:

َ ‫ير َو َما أ ُ هه َل هب هه هلغَي هْر‬


‫ّللاه‬ ‫هإنَ َما َح َر َم َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْيتَةَ َوالد ََم َولَ ْح َم ْال هخ ْن هز ه‬
‫ّللاَ َغفُور َر هحيم‬ َ ‫ط َر َغي َْر بَاغ َو َل َعاد فَ َل إهثْ َم َعلَ ْي هه إه َن‬ ُ ‫ض‬ ْ ‫فَ َم هن ا‬
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah,
daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama)
selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa
(memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Haram juga menurut ayat ini

6
daging yang berasal dari sembelihan yang menyebut nama Allah tetapi
disebut pula nama selain Allah” (Al-Baqoroh : 173)
Dan juga sabda Rasulullah SAW, yang artinya :
Hadis riwayat Jabir bin Abdullah ra.
Bahwa ia mendengar Rasulullah saw. bersabda pada tahun penaklukan,
ketika beliau masih berada di Mekah : Sesungguhnya Allah dan Rasul-
Nya telah mengharamkan penjualan khamar, bangkai, babi dan berhala.
Lalu beliau ditanya : Wahai Rasulullah, bagaimana dengan lemak
bangkai yang digunakan untuk mengecat perahu, meminyaki kulit dan
untuk menyalakan lampu? Beliau menjawab : Tidak boleh, ia tetap
haram. (Shahih Muslim) Tidak hanya dilihat dari dua pokok utama, Al-
qur’an dan Hadist saja, ternyata sudah banyak pembuktian
kebenarannya kenapa Allah mengharamkan babi untuk dimakan atau
digunakan untuk apapun. Sesungguhnya pengharaman menggunakan
babi dalam Islam, merupakan lompatan jauh ke depan bila ditinjau dari
segi ilmu pengetahuan materi dan juga kesehatan.
Babi adalah hewan yang kerakusannya dalam makan tidak tertandingi
hewan lain. Ia makan semua makanan yang ada di depannya. Jika
perutnya telah penuh atau makanannya telah habis, ia akan
memuntahkan isi perutnya dan memakannya lagi, untuk memuaskan
kerakusannya. Ia tidak akan berhenti makan, bahkan memakan
muntahannya. Ia memakan semua yang bisa dimakan di hadapannya.
Memakan kotoran apa pun di depannya, entah kotoran manusia, hewan
atau tumbuhan, bahkan memakan kotorannya sendiri, hingga tidak ada
lagi yang bisa dimakan di hadapannya. Kadang ia mengencingi
kotorannya dan memakannya jika berada di hadapannya, kemudian
memakannya kembali. Ia memakan sampah busuk dan kotoran hewan.
Babi memiliki sifat yang tidak sesuai dengan fitrah manusia yang
diperintahkan oleh Allah SWT, babi adalah hewan yang pemalas tidak
pernah berusaha dalam mencapai sesuatu yang diinginkannya, babi
tidak mengenal etika reproduksi sampai anak babi membuahi telurnya
kepada induknya, babi tidak memiliki sifat pencemburu sampai ia tidak

7
marah jika pasanganya diambil oleh babi lain, babi jantan sangat rakus
sampai satu betina disetubuhi dengan banyak babi jantan, tidak
memiliki rasa kasih sayang sekalipun kepada anaknya sendiri, dan babi
memiliki sifat egois, yang selalu mementingkan dirinya sendiri. Semua
sifat tersebut sangat bertentangan kepada apa yang sudah difitrahkan
kepada manusia, Allah memerintahkan manusia untuk selalu berusaha
dalam mencapai sesuatu, Allah memerintahkan agar manusia selalu
berkasih sayang kepada siapapun, dan banyak lagi sifat yang
seharusnya dimiliki oleh manusia yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Selain itu babi juga adalah unsur dari berbagai macam penyakit, antara
lain TBC, cacar, scabies, antrax, asam urat, dan yang saat ini masih
hangat dibicarakan oleh masyarakat dunia adalah flu babi, serta masih
banyak lagi penyakit yang dapat ditimbulkan oleh babi.
Maka dari itu dalam penggunaan insulin yang terbuat dari pankreas
babi sangat diharamkan kepada penderita Diabetes Melitus. Coba kita
bayangkan dari segi pemberian insulin. Contohnya saja pada pemberian
insulin melalui suntikan subkutan. Pemberian insulin dengan cara
penyuntikan melalui subkutan yang bertujuan mempertahankan gula
darah dalam batas normal, dosis yang diberikan sepanjang hari yaitu
80-120 mg% saat puasa dan 80-160 mg% setelah makan. Jika dosis
tersebut diberikan sepanjang hari, tubuh penderita secara otomatis
menerima dan menyimpan asupan insulin dari pankreas babi dan
akhirnya menjadi insulin utama dalam proses metabolisme selanjutnya.
Dapat disimpulkan semakin banyak insulin yang digunakan oleh sang
penderita, banyak kemungkinan penyakit baru yang akan timbul. Tidak
hanya itu saja, jika dilihat dari istilah dalam bahasa Inggris “You are as
you eat”, yang memiliki pengertian bahwa sifat dan karakteristik
manusia itu berasal dari apa yang ia makan maka tidak mustahil jika
sifat yang dimiliki babi akan tertanam erat ke penderita itu sendiri.
Semua itu adalah alasan kenapa Allah mengharamkan memakan atau
menggunakan babi dalam bentuk apapun. Subhanallah . . .
Lalu Apa Solusinya ?

8
ْ ‫و ََ هإذَا َم هر‬
‫ضتُ فَ ُه َو يَ ْش هف ه‬
‫ين‬
“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku”. (QS. asy-
Syu’ara (26) : 80)
Didalam hadist Nabi Muhammad SAW bersabda, yang artinya :
“Allah tidak akan menurunkan penyakit, kecuali Allah juga
menurunkan baginya obat penyembuhnya”
Dari kedua pedoman tersebut memberikan keyakinan bahwa
sebenarnya setiap penyakit yang diberikan Allah kepada manusia pasti
disertai dengan jalan keluarnya. Oleh karena itu, bukan insulin saja
yang dapat menyembuhkan diabetes melitus, tetapi masih banyak lagi
jenis-jenis yang halal yang Allah berikan di dunia.
Dalam dunia kesehatan, ada dua cara medis lain yang biasa dilakukan
untuk menangani penderita diabetes. Pertama, terapi dengan
hipoglikemik oral yang berfungsi untuk menurunkan kadar gula darah
secara adekuat, terutama pada penderita diabetes tipe 2. Salah satu
contohnya adalah glipizid. Kedua, dengan obat jenis akabors yang cara
kerjanya adalah dengan cara menunda penyerapan glukosa di dalam
usus.

2.2 Pandangan Islam Tentang Pemberian Hormon KB Ke dalam Tubuh


Agama Islam memiliki ajaran yang komprehensif yang terinci dalam masalah
keluarga. Ada puluhan ayat Al-Qur‟an dan ratusan Hadts Nabi yang
memberikan petunjuk sangat jelas menyangkut persoalan keluarga, mulai dari
pembentukan keluarga, hak dan kewajiban masing-masing unsure dalam
keluarga hingga masalah warisan dan perwalian. Islam memang memberikan
perhatian besar besar kepada penataan keluarga. Ini terbukti bahwa
seperempat bagian fiqih (hokum Islam), yang dikenal dengan rub‟u al-
manakahat, berbicara tentang masalah keluarga. (Ali dalam Faturrahman,
2011)
Beberapa pandangan islam tentang pemberian hormon KB
2.2.1 Pandangan Yusuf Al Qaradhawi

9
Yusuf Al-Qaradhawi melalui bukunya Halal dan
Haram mengungkapkan, tujuan perkawinan salah satunya adalah
lahirnya keturunan. Dengan adanya keturunan, menopang kelangsung
jenis manusia. Islam menyukai banyaknya keturunan di kalangan
umatnya. Namun, Islam pun mengizinkan kepada setiap Muslim untuk
mengatur keturunan apabila didorong oleh alasan kuat. Hal yang
masyhur digunakan pada zaman Rasulullah untuk mengatur kelahiran
adalah dengan azl, yaitu mengeluarkan sperma di luar rahim ketika
akan terasa keluar. Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim
dijelaskan, para sahabat menyatakan bahwa mereka biasa melakukan
azl pada masa Nabi Muhammad SAW. Ketika informasi itu sampai
kepada Rasulullah, beliau tidak melarangnya. Di sisi lain ada bantahan
terhadap cerita-cerita tentang orang Yahudi bahwa azl merupakan
pembunuhan kecil. Rasulullah menegaskan dusta orang-orang Yahudi
itu. Kalau Allah SWT berkehendak untuk menjadikannya hamil dari
hubungan itu, maka tak akan ada yang dapat mengelaknya.
Maksudnya, dalam hubungan intim dengan cara azl terkadang ada
setetes sperma yang menyebabkan kehamilan. Menurut Al-
Qaradhawi, ada alasan-alasan yang menjadi pijakan untuk berkeluarga
berencana. Di antaranya, adanya kekhawatiran kehidupan atau
kesehatan ibu bila hamil atau melahirkan. Ini setelah penelitian dan
pemeriksaan dokter yang dapat dipercaya. Ia mengutip Al Baqarah
ayat 195, agar seseorang tak menjatuhkan diri dalam kebinasaan.
Alasan lainnya adalah kekhawatiran munculnya bahaya terhadap
urusan dunia yang tak jarang mempersulit ibadah. Pada akhirnya, hal
itu membuat seseorang mau saja menerima barang haram atau
menjalankan pekerjaan terlarang demi memenuhi kebutuhan anak-
anaknya. Persoalan kesehatan dan pendidikan juga menjadi faktor
yang menjadi pertimbangan dalam memutuskan berkeluarga
berencana. Keharusan melakukan azl karena khawatir terhadap
keadaan perempuan yang sedang menyusui kalau hamil atau
melahirkan anak lagi. Rasulullah, kata Al-Qaradhawi, selalu berusaha

10
demi kesejahteraan umatnya. Oleh karena itu, Rasulullah
memerintahkan umatnya berbuat hal yang melahirkan maslahat dan
tak mengizinkan sesuatu yang menimbulkan bahaya. Menurut Al-
Qaradhawi, di masa kini sudah ada beragam alat kontrasepsi yang
dapat dipastikan kebaikannya. Hal inilah yang diharapkan oleh
Rasulullah. Beliau, ujar Al-Qaradhawi, ingin melindungi anak yang
masih menyusu dari bahaya. Dengan dasar inilah ia mengatakan, jarak
yang pantas antara dua anak adalah sekitar 30 atau 33 bulan bagi
mereka yang berkeinginan menyempurnakan susuannya. Imam
Ahmad menuturkan, se muanya tentu jika ada perkenan sang istri.
Sebab, istrilah yang lebih berhak atas anaknya. Istri juga mempunyai
hak bersenang-senang.
2.2.2 Pandangan Muhammadiyah
Sementara itu, Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat
Muhammadiyah melalui fatwafatwa tarjih menjelaskan, surah An-
Nisa ayat 9 secara umum dapat menjadi motivasi keluarga berencana,
tapi bukan jadi dasar langsung kebolehannya.
Ayat tersebut berbunyi, "Hendaklah takut kepada Allah orang-orang
yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di
belakang mereka, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraannya,
oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan
hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar".
Menurut Majelis Tarjih dan Tajdid, Islam menganjurkan agar
kehidupan anak-anak jangan sampai telantar sehingga menjadi
tanggungan orang lain. Ayat tersebut mengingatkan agar orang tua
selalu memikirkan kesejahteraan jasmani dan rohani anak-anaknya.
2.2.3 Pendapat Sayyid Sabiq dan Al Ghazali
Sayyid Sabiq dalam bukunya Fiqih Sunnah menjelaskan, dalam
keadaan tertentu Islam tidak menghalangi pembatasan kelahiran
melalui penggunaan obat pencegah kehamilan atau cara-cara lainnya.
"Pembatasan kelahiran diperbolehkan bagi laki-laki yang beranak
banyak dan tak sanggup lagi menanggung biaya pendidikan anaknya

11
dengan baik," tambahnya. Demikian pula jika keadaan istri sudah
lemah, mudah hamil, serta suaminya dalam kondisi miskin. Dalam
keadaan semacam ini, ujar Sabiq, diperbolehkan membatasi kelahiran.
Sejumlah ulama menegaskan pembatasan kelahiran tak sekadar
diperbolehkan bahkan dianjurkan. Imam Al-Ghazali membolehkan hal
itu jika istri merasa khawatir akan rusak kecantikannya. Dalam
kondisi tersebut, suami dan istri berhak memutuskan untuk melakukan
pembatasan. Ada pula ulama yang mengatakan pembatasan bisa
dilakukan tanpa syarat apa pun yang mendasarinya.
Mereka berpegang pada hadis-hadis mengenai sikap Rasulullah yang
mengizinkan para sahabat melakukan azl. Sumber hukum utama
dalam Islam ada dua, yaitu Alquran dan Sunnah. Hal ini berdasarkan
hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw.
bersabda, “Aku meninggalkan dua hal untuk kalian. Kalian tidak akan
tersesat selama berpegah teguh pada keduanya, yaitu Kitabullah dan
Sunnahku. Kebaikan pada keduanya tidak akan berpisah hingga
mereka datang kepadaku di haudh (telaga al-Kautsar di surga).”
(HR. Hakim).
Melalui metode induksi (istiqra`) terhadap ayat-ayat Alquran, kita
dapat menjumpai bahwa tidak ditemukan sebuah ayat yang secara
khusus dan tegas mengharamkan pembatasan keturunan atau
pelarangan kehamilan. Yang ada adalah menjadikan tindakan menjaga
keturunan sebagai salah satu dari lima tujuan primer dalam
menetapkan hukum. Namun, di dalam Sunnah terdapat hadis-hadis –
diriwayatkan dalam kitab Shahih dan lainnya— yang membolehkan
‘azl terhadap istri. ‘Azl adalah mengeluarkan sperma di luar saluran
reproduksi istri ketika seseorang menggauli istrinya. Di antara hadis-
hadis yang berbicara mengenai ‘azl ini adalah hadis Jabir
binAbdullah r.a., dia berkata, “Kami melakukan ‘azl di zaman
Rasulullah SAW. dan ketika itu Alquran masih turun (kepada
beliau).” (Muttafaq alaih). Muslim juga meriwayatkan dari Jabir
bin Abdullah r.a., dia berkata, “Kami melakukan ‘azl pada zaman

12
Rasulullah SAW. Perbuatan kami itu terdengar oleh Nabi SAW tapi
beliau tidak melarang kami untuk melakukannya.”
Para ulama fikih berbeda pendapat mengenai kebolehan melakukan
‘azl guna mencegah kehamilan atau membatasi keturunan. Imam
Ghazali, dalam kitab Ihyâ` ‘Ulûmiddîn dalam bab Adab Menikah,
mengatakan bahwa para ulama terbagi menjadi empat kelompok
dalam masalah ‘azl ini. Di antara mereka ada yang membolehkannya
secara mutlak. Kelompok kedua berpendapat bahwa ‘azl adalah haram
secara mutlak. Kelompok ketiga membolehkan ‘azl tapi dengan seizin
istri. Dan kelompok terakhir membolehkan ‘azl terhadap budak
perempuan saja, bukan terhadap perempuan merdeka. Lalu Imam
Ghazali berkata, “Pendapat yang benar menurut kami–ulama mazhab
Syafi’i adalah kebolehan melakukan ‘azl.” Hampir seluruh ahli fikih
dari berbagai mazhab sepakat bahwa ‘azl–usaha untuk mencegah
pertemuan antara sperma dan sel telur-adalah boleh jika kedua suami-
istri itu sepakat untuk melakukannya. Salah seorang dari keduanya
tidak boleh melakukannya tanpa persetujuan yang lain. Dalil atas
kebolehan ini adalah tindakan para sahabat yang melakukan ‘azl
terhadap para istri dan budak perempuan mereka di masa Rasulullah
saw. Perbuatan mereka tersebut telah sampai juga kepada Rasulullah
saw tapi beliau tidak melarangnya, sebagaimana disebutkan dalam
riwayat Muslim dari Jabir bin Abdullahr r.a. di atas. Jika demikian
adanya, maka kebolehan melakukan pengaturan kehamilan adalah hal
yang tidak ditolak oleh nash-nash Sunnah. Perbuatan ini dapat
dikiyaskan (dianalogikan) dengan ‘azl yang dilakukan dan dibolehkan
pada masa Rasulullah saw. Seperti dalam kisah Jabir
bin Abdullah yang diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shahih-nya,
“Kami melakukan ‘azl di zaman Rasulullah saw dan ketika itu
Alquran masih turun (kepada beliau).” Hal ini juga sesuai dengan
riwayat dalam Bukhari.
Yang dimaksud dengan pengaturan kehamilan di sini adalah
menjauhkan jarak antar kehamilan, guna menjaga kondisi kesehatan

13
sang ibu. Atau guna meminimalisir dampak negatif dari proses
kehamilan dan melahirkan yang terus-menerus, serta memberikan
waktu yang cukup bagi seorang ibu untuk mendidik anak-anaknya.
Bahkan, sebagaimana dikatakan oleh Imam Ghazali dalam Ihyâ`
‘Ulûmiddîn dan Imam Syaukani dalam Nailul Authâr, di antara tujuan
utama dari ‘azl adalah menghindari kehamilan di masa menyusui yang
dapat berimplikasi buruk terhadap bayi yang sedang disusui, tidak
ingin mempunyai anak yang banyak atau tidak menginginkan anak
sama sekali. Adapun jika maksud mencegah kehamilan adalah
menghentikan kemampuan untuk melahirkan secara permanen, maka
ini bertentangan dengan risalah dan tujuan Islam dalam menjaga
keberlangsungan manusia sampai batas masa yang ditentukan oleh
Allah.
Allah berfirman,
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut
kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan
juga kepadamu.” (Al-Isrâ`: 31).
Ayat ini tidak bertentangan dengan pendapat jumhur ulama yang
membolehkan ‘azl terhadap istri guna memperlambat kehamilan atau
menghentikannya sementara waktu karena suatu alasan yang
dibenarkan oleh syarak. Ayat di atas menjelaskan mengenai larangan
membunuh anak, sedangkan mencegah kehamilan dengan mencegah
terjadinya pembuahan sebagai proses awal dari pembentukan janin,
tidak dianggap sebagai suatu pembunuhan, karena ketika itu janin
belum terbentuk. Hal ini sebagaimana ketika seorang suami
melakukan ‘azl yang membuat spermanya tidak bertemu dengan
indung telur istri. Dalam kondisi ini, wallahu a’lam, proses
pembentukan janin belum berlangsung dan belum melalui fase-
fase pembentukan yang diterangkan dalam ayat:
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).” (Al-

14
Mu`minûn: 12 – 13). Fase ini pun telah dijelaskan dalam sebuah hadis
yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud r.a., dia berkata,
Rasulullah saw. menjelaskan kepada kami. “Sesungguhnya
setiap kalian mengalami proses penciptaan dalam perut ibunya selama
empat puluh hari empat puluh malam sebagai air mani. Lalu dia
menjadi segumpal darah selama waktu itu pula. Lalu menjadi sekerat
daging selama waktu itu pula. Lalu diutuslah malaikat dan
menetapkan baginya empat hal: menuliskan rezekinya, ajalnya,
perbuatannya dan apakah akan menjadi orang celaka atau bahagia.
Malaikat itu lalu meniupkan ruh padanya. Sesungguhnya seseorang
dari kalian melakukan perbuatan penduduk surga, sehingga tidak ada
jarak antara dirinya dan surga kecuali satu hasta, akan tetapi catatan
tentang dirinya (di Lauh Mahfuzh) telah mendahuluinya, sehingga dia
melakukan perbuatan penduduk neraka, maka dia pun masuk neraka.
Dan sesungguhnya seorang dari kalian melakukan perbuatan
penduduk neraka, sehingga tidak ada jarak antara dirinya dengan
neraka kecuali satu hasta, akan tetapi catatan tentang dirinya (di Lauh
Mahfuzh) telah mendahuluinya, sehingga dia pun melakukan
perbuatan penduduk surga, maka dia pun masuk surga.” (HR. Bukhari
di beberapa tempat dalam kitab Shahîh-nya).
Dengan demikian, segala tindakan yang tidak menyebabkan
terbunuhnya janin setelah penciptaannya dalam fase apapun meski
hanya sebentar adalah boleh dilakukan sebagaimana dijelaskan di atas.
2.2.4 Muktamar Lembaga Riset Islam di Kairo
Dalam muktamar kedua tahun 1385 H/1965 M menetapkan keputusan
sebagai berikut:
“Sesungguhnya Islam menganjurkan untuk menambah dan
memperbanyak keturunan, karena banyaknya keturunan akan
memperkuat umat Islam secara sosial, ekonomi dan militer.
Menambah kemuliaan dan kekuatan. “Jika terdapat darurat yang
bersifat pribadi yang mengharuskan pembatasan keturunan, maka
kedua suami istri harus diperlakukan sesuai dengan kondisi darurat.

15
Dan batasan darurat ini dikembalikan kepada hati nurani dan kualitas
agama setiap pribadi.
Tidak sah secara syar’i membuat peraturan berupa pemaksaan kepada
manusia untuk melakukan pembatasan keturunan walaupun dengan
berbagai macam dalih. “Pengguguran dengan maksud pembatasan
keturunan atau menggunakan cara yang mengakibatkan kemandulan
untuk maksud serupa adalah sesuatu yang dilarang secara syar’i
terhadap suami istri atau lainnya.
2.2.5 Pernyataan Majelis Pendiri Rabithah Alam Islami
Pada sidang ke- 16 Majelis Pendiri Rabithah Alam Islami membuat
fatwa melarang pembatasan keturunan, dan berikut nashnya:
Majelis mempelajari masalah pembatasan keturunan atau KB,
sebagaimana sebagian para penyeru menamakannya. Anggota majelis
sepakat bahwa para pencetus ide ini hendak membuat makar atau tipu
daya terhadap umat Islam. Dan umat Islam yang menganjurkannya
akan jatuh pada perangkap mereka. Pembatasan ini akan
membahayakan secara politik, ekonomi, sosial dan keamanan. Telah
muncul fatwa-fatwa dari para ulama yang mulia dan terpercaya
keilmuan serta keagamaannya yang mengharamkan pembatasan
keturunan ini. Dan pembatasan keturunan tersebut bertentangan
dengan Syari’ah Islam. Umat Islam telah sepakat bahwa diantara
sasaran pernikahan dalam Islam adalah melahirkan keturunan.
Disebutkan dalam hadits shahih dari Rasulullah SAW bahwa wanita
yang subur lebih baik dari yang mandul.
2.2.6 Pernyataan Badan Ulama Besar di Kerajaan Arab Saudi
Pernyataan no: 42 tanggal 13/4 1396 H :
Dilarang melakukan pembatasan keturunan secara mutlak. Tidak
boleh menolak kehamilan jika sebabnya adalah takut miskin. Karena
Allah Ta’ala yang memberi rejeki yang Maha Kuat dan Kokoh. Tidak
ada binatang di bumi kecuali Allah-lah yang menanggung
rejekinya. Adapun jika mencegah kehamilan karena darurat yang
jelas, seperti jika wanita tidak mungkin melahirkan secara wajar dan

16
akan mengakibatkan harus dilakukan operasi untuk mengeluarkan
anaknya. Atau melambatkan untuk jangka waktu tertentu karena
kemashlahatan yang dipandang suami-istri maka tidak mengapa untuk
mencegah kehamilan atau menundanya. Hal ini sesuai dengan apa
yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan sebagian besar para
sahabat tentang bolehnya ‘azl (coitus terputus).
2.2.7 Pernyataan Majelis Lembaga Fiqh Islami
Dalam edisi ketiga tentang hukum syari’ KB yang ditetapkan di
Mekkah 30-4-1400H, Majelis Lembaga Fiqh Islami menetapkan
bahwa pembatasan keturunan secara mutlak itu tidak diperbolehkan
dan tidak diperbolehkan juga menolak atau mencegah kehamilan
karena alasan ekonomi, karena Allah Ta’ala sudah mengatur rezeki
setiap makhluknya. Sedangkan mencegah kehamilan atau
menundanya karena sebab-sebab pribadi yang bahayanya jelas, seperti
wanita tidak dapat melahirkan secara wajar dan akan mengakibatkan
dilakukan operasi untuk mengeluarkan bayinya, maka hal yang
demikian tidak dilarang Syar’i. Begitu juga jika menundanya
disebabkan sesuatu yang sesuai Syar’i atau secara medis melaui
ketetapan dokter muslim terpercaya. Bahkan dimungkinkan
melakukan pencegahan kehamilan dalam kondisi yang terbukti
membahayakan terhadap ibu dan mengancam kehidupannya
berdasarkan keterangan dokter muslim terpercaya.
Adapun seruan pembatasan keturunan atau menolak kehamilan karena
alasan yang bersifat umum tidak diperbolehkan secara Syari’ah.

2.3 Pandangan Islam Tentang Pemberian Hormon Pertumbuhan (Growth


Hormone) Ke dalam Tubuh
Prof Abd Al Karim Zaidan menjelaskan hal itu dalam bukunya yang berjudul
Al Mufashshal fi Ahkam Al Mar’at.Dalam karya yang terdiri dari 11 jilid
tersebut, ia mengutarakan kedua permasalahan itu dengan mencantumkan
sejumlah dalil. Dalam kasus penambahan berat badan, dijelaskan bahwa
seorang perempuan boleh menambah berat badannya, baik yang dilakukan

17
dengan cara mengonsumsi obat maupun dengan metode lainnya (suntik
hormon), yang dinyatakan aman secara medis. Menurutnya, apakah untuk
tujuan pengobatan ataupun atas permintaan suaminya, maka hukumnya sama
saja boleh.
Dalam kajian fikih, lanjutnya, istilah penambahan berat badan dikenal dengan
tasmin. Abu Dawud menukil riwayat dari Hisyam bin Urwah tentang praktik
tasminpada zaman Rasulullah SAW. Ketika Aisyah RA dinikahi Rasulullah,
ibu dari perempuan yang berjuluk khumaira (pipi kemerah-merahan) itu ingin
agar berat badan anaknya tersebut naik.
Aisyah sempat menolaknya, hingga akhirnya ia diberi makan ibundanya
ketimun dicampur kurma basah. Menu ini membuat berat badannya bertambah
secara ideal. Dalil ini menunjukkan bahwa praktik tasminsudah dikenal oleh
para perempuan di Madinah kala itu. Mereka juga kerap melakukannya, baik
untuk tujuan berobat maupun sekadar untuk penampilan.
Atas dasar hadis ini, para ulama memperbolehkan perempuan menambah berat
badan mereka selama tidak membahayakan. Dalam kitab Al Fatawa Al
Khaniyah, sebuah kumpulan fatwa Mazhab Hanafi disebutkan, ada halnya
perempuan mengonsumsi menu tertentu agar berat badan mereka naik, maka
hal ini diperbolehkan. Abu Muthi’ Al Balkhi juga berpendapat demikian. Tak
jadi soal bila seseorang hendak menggemukkan badan mereka.
Suntik hormon merupakan metode pemberian hormon melalui suntikan.
Hormon merupakan senyawa yang menimbulkan berbagai respon kimia,
metabolisme dan pensignalan dalam tubuh. Beberapa hormon memiliki fungsi
yang unik, artinya tidak dapat diwakili oleh hormon lainya, contohnya hormon
insulin pada penderita diabetes tipe 1, ketiadaan hormon insulin dapat
menyebabkan tingginya kadar gula darah yang menyebabkan berbagai
masalah kesehatan dan gangguan organ.
Berdasarkan pertanyaan Anda, saya mengasumsikan hormon yang Anda
tanyakan adalah hormon steroid (testosterone). Hormon steroid dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan (pendek), hal ini disebabkan oleh
hormon steroid merangsang penutupan lempeng pertumbuhan lebih awal.

18
Kemandulan juga dapat disebabkan oleh hormon steroid, bila terdapat asupan
hormon steroid dari luar, tubuh akan menghentikan produksi alamiahnya, hal
ini akan menganggu spermatogenesis (pertumbuhan sperma didalam buah
zakar) yang bila menetap dapat menyebabkan atrofi testis dan berujung pada
kemandulan.
Pengunaan hormon steroid harus sesuai indikasi yang tepat, contohnya pada
kasus hipoandrogen (kadar testoterone yang rendah), atrofi otot, HIV wasting
syndrome, dst. Pengunaan hormon ini juga membutuhkan pengawasan dokter
karena memiliki efek samping yang berat dan dapat permanen, selain itu,
pengunaan obat-obatan hormon juga diregulasi oleh hukum sehingga dapat
jadi bahan yang Anda gunakan merupakan ilegal atau tidak dapat dipastikan
keaslianya.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Jika dilihat dari pokok utama panduan umat Islam, Al-qur’an dan Hadist.
Maka menggunakan insulin yang terbuat dari pankreas babi, HARAM tetapi
jika menggunakan insulin yang ada pada sapi di HALAL kan. Menurut Majelis
Tarjih dan Tajdid, Islam menganjurkan agar kehidupan anak-anak jangan sampai
telantar sehingga menjadi tanggungan orang lain. Ayat tersebut mengingatkan agar
orang tua selalu memikirkan kesejahteraan jasmani dan rohani anak-anaknya,
maksudnya adalah dengan membatasi kelahiran anak dengan penggunaan KB.
Dalam kasus penambahan berat badan, dijelaskan bahwa seorang perempuan
boleh menambah berat badannya, baik yang dilakukan dengan cara
mengonsumsi obat maupun dengan metode lainnya (suntik hormon), yang
dinyatakan aman secara medis.

3.2 Saran
Sejalan dengan simpulan diatas, kami merumuskan saran sebagai berikut:
3.2.1 Hendaklah mempertimbangkan sebelum menggunakan insulin yang
terbuat dari pankreas babi, bukan insulin saja yang dapat
menyembuhkan diabetes melitus, tetapi masih banyak lagi jenis-jenis
yang halal yang Allah berikan di dunia ini untuk menyembuhkannya.
3.2.2 Hendaklah mempertimbangkan sebelum ber KB, menggunakan KB
sesuai kebutuhan dan sesuai syariat Islam.
3.2.3 Penggunaan obat penambah berat badan diperbolehkan secara agama
Islam tetapi harus sesuai indikasi dari dokter agar tidak terjadi efek
samping yang merugikan tubuh.

20
DAFTAR PUSTAKA

Al-qur’an & Terjemahan

Al-Hafidz. W. Ahsin. 2007. Fikih Kesehatan. Jakarta : Amzah

Faturrahman, Arif. (2011). Konsep Badan Kependudukan dan Keluarga


Berencana Nasional (BKKBN) Tentang Keluarga Berencana (KB) Ditinjau
dari Hukum Islam dan Hukum Positif. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah

Isnawati, Nurlaela, & Rusdi. (2009). Awas ! Anda Bisa Mati Akibat Hipertensi &
Diabetes. Jogjakarta : PowerBooks

Suyono, Slamet. (2008). Ilmu Penyakit Dalam , edisi IV. Jakarta : Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jilid III.

Wulan. (2009). Herbal Indonesia Berkhasiat & Cara Meracik. Depok : PT.
Trubus Swadaya

Wijaya, Permana, Yoga. (2009). “Fakta Imiah Tentang Keharaman Babi”.


Bandung : File PDF

21

Anda mungkin juga menyukai