Anda di halaman 1dari 10

PENELITIAN MINERAL IKUTAN DAN UNSUR TANAH JARANG

DAERAH BEKAS TAMBANG DI KABUPATEN SAMBAS,


PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Rudy Gunradi
Kelompok Penyelidikan Konservasi, Pusat Sumber Daya Geologi

SARI

Daerah penelitian secara geografis terletak pada koordinat 109°11’0,24” BT -


109°30’43,88” BT dan 1°33’32,40” LU - 1°01’56,59 LU, secara administrasi termasuk ke
dalam wilayah Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimantan Barat.
Daerah penelitian merupakan daerah bekas penambangan emas rakyat, hanya
sedikit endapan aluvial yang masih utuh (insitu), terutama terletak di daerah pinggiran
cekungan endapan aluvial dan sebagian masuk dalam lahan peruntukan lain diantaranya
perkebunan kelapa sawit.
Lokasi bekas penambangan emas aluvial terletak di 4 lokasi yaitu di daerah Seminis,
Kelingkau, Karangan dan Pelanjau di daerah dan 1 lokasi bekas penambangan emas primer
terletak di daerah Pengapit dengan luas keseluruhan sebesar 647,24 Ha.
Bahan galian lain di lokasi bekas tambang di daerah penelitian yaitu kaolin dan
mineral ikutan yang terdapat bersama-sama emas aluvial yaitu zirkon dan pasir kuarsa.
Disamping itu di daerah bekas penambangan tersebut masih menyisakan butir emas yang
tidak tertambang dan terbuang bersama tailing.
Kadar zirkon dalam tailing tidak merata, dari keempat daerah bekas tambang, hanya
1 lokasi yaitu di daerah bekas tambang Pelanjau yang dapat dihitung sumber daya
hipotetiknya yaitu sebesar 8,76 ton, hasil analisis unsur tanah jarang (UTJ) pada conto
konsentrat dulang menunjukan kadar yang tinggi di beberapa lokasi pada endapan aluvial di
S. Seminis.
Sumber daya hipotetik pasir kuarsa di 4 lokasi bekas tambang emas aluvial sebesar
47,62 juta ton dengan kualitas lebih baik karena telah mengalami proses pencucian pada
saat penambangan emas aluvial dan sumber daya hipotetik kaolin yang terletak dibawah
endapan tailing sebesar 16,50 ton.
Sumber daya emas yang terbuang bersama tailing akibat penambangan tidak
optimal sebesar 0,485 ton, dengan kadar rata-rata 25 mgr/m3.

PENDAHULUAN setempat dengan cara pendulangan dan


Latar Belakang tambang sedot semprot.
Penelitian mineral ikutan dan Beberapa perusahaan pertam-
unsur tanah jarang (UTJ) di daerah bekas bangan sedang melakukan kegiatan
tambang merupakan salah satu cara eksplorasi emas dan zirkon di wilayah ini.
untuk menerapkan aspek-aspek Disamping pertambangan berizin, pada
konservasi pada pengelolaan bahan saat ini banyak penambangan emas tanpa
galian di Indonesia. izin (PETI) yang dilakukan oleh masyara-
Kabupaten Sambas merupakan kat terutama di sekitar DAS Seminis dan
bagian dari Distrik Cina yang telah dikenal DAS Tebas.
sejak dahulu sebagai tempat penam- Telah diketahui di beberapa
bangan emas plaser. wilayah di Kalimantan Barat pada wilayah
Penambangan emas plaser bekas penambangan emas aluvial
dimulai sejak abad 18 dan 19 oleh imigran terkandung mineral zirkon dan sedang
Cina. Distrik Cina memanjang dari dataran dilakukan penambangan oleh rakyat
pantai barat sampai S. Landak dan setempat, seperti yang terdapat di daerah
melanjut ke arah timur ke hulu S. Tayan Mandor, Kabupaten Landak dan di daerah
dan mungkin ke hulu S. Sekayam. Matan Hilir, Kabupaten Ketapang. Mineral
Penambangan dilakukan oleh masyarakat zirkon menjadi penting pada saat ini
karena didalamnya terkandung unsur tambang, pemetaan sebaran tailing dan
tanah jarang (UTJ) yang saat ini bernilai penyontohan konsentrat dulang dan
sangat ekonomis. batuan.
Pada saat ini beberapa kegiatan Analisis conto hasil kegiatan
penelitian sedang dilakukan untuk meneliti penelitian di lapangan, dianalisis terutama
potensi mineral ikutan UTJ pada daerah untuk mengetahui mineral ikutan dan UTJ
penambangan emas aluvial; untuk dengan metoda analisis mineralogi butir
mengetahui hal tersebut di atas, Pusat dan ICP. Disamping analisis tersebut, juga
Sumber Daya Geologi perlu melakukan dilakukan analisis major element untuk
kegiatan penelitian mineral ikutan dan mengetahui kualitas dan kegunaan bahan
unsur tanah jarang di daerah bekas galian lain yang terdapat di sekitar daerah
tambang di Kabupaten Sambas, Provinsi bekas penambangan.
Kalimantan Barat, yang akan dibiayai oleh Pada tahap akhir dilakukan
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran analisis dan sintesa data yang selanjutnya
(DIPA) Tahun 2014. disusun dalam suatu bentuk laporan
kegiatan penelitian.
Maksud dan Tujuan
Maksud dari kegiatan penelitian ini GEOLOGI DAN PERTAMBANGAN
yaitu mengumpulkan data potensi mineral Menurut Peta Geologi Lembar
ikutan dan UTJ di daerah bekas tambang Sambar/Siluas (E.Rusmana dan P.E
di Kabupaten Sambas. Pieters, 1993), tatanan stratigrafi
Tujuan penelitian ini yaitu untuk Kabupaten Sambas dari yang berumur tua
melakukan evaluasi potensi mineral ikutan ke muda adalah sebagai berikut :
dan UTJ di daerah penelitian agar dapat Formasi Seminis (PzTRs), terdiri
dikelola dan dimanfaatkan secara lebih dari batusabak, filit dan batupasir,
optimal dan hasil kegiatan ini diharapkan berumur Perem, merupakan formasi
dapat menjadi bahan masukan bagi tertua yang tersingkap di daerah ini,
kebijakan penerapan konservasi di diatasnya secara tidak selaras
Kabupaten Sambas. diendapkan Batuan Gunungapi Sekadau
(Trusk), terdiri dari basal, dolerit, andesit,
Lokasi Kegiatan dan Kesampaian tufa, breksi dan aglomerat, berumur Trias.
Daerah Pada Jura Bawah diendapkan tidak
Daerah penelitian secara geografis selaras Kelompok Bengkayang (TrJb),
terletak pada koordinat 109°11’0,24” BT - terdiri dari batupasir, batulumpur,
109°30’43,88” BT dan 1°33’32,40” LU - batulanau, konglomerat, serpih, batupasir
1°01’56,59 LU, secara administrasi terma- tufaan, tufa, biasanya karbonan, diatasnya
suk ke dalam wilayah Kabupaten Sambas, diendapkan secara tidak selaras Komplek
Provinsi Kalimantan Barat. Serabang (JKls), terdiri dari batuan
Lokasi penelitian dapat dicapai ultramafik, gabro, basal malih, rijang,
dengan menggunakan pesawat terbang sepilit berasosiasi seperti bancuh dengan
reguler Jakarta – Pontianak dan untuk batusabak, filit, sekis, batupasir malih dan
mencapai lokasi rencana penelitian dapat batutanduk, berumur Jura-Kapur. Pada
ditempuh dengan kendaraan roda empat umur Kapur Atas-Oligosen Bawah
menuju Kota Sambas. (Gambar 1) diendapkan Batupasir Kayan (Tkk), terdiri
dari batupasir kuarsa, serpih, batulanau
METODOLOGI sisipan konglomerat, setempat kayu
Metoda penyelidikan yang terkersikan, sedikit batubara.
dilakukan dalam kegiatan penelitian ini Pada umur Kapur Atas terjadi
dimulai dengan pengumpulan studi penerobosan Granit Puteh (Kup), terdiri
kepustakaan, terutama yang berkaitan dari granit dan adamelit dan pada umur
dengan mineral ikutan dan keterdapatan Oligosen Atas Miosen Bawah terjadi
UTJ pada endapan aluvial dan tailing penerobosan Batuan Terobosan Sintang
pada daerah bekas penambangan emas. (Toms), terdiri dari diorit, dasit, andesit
Kegiatan penelitian di lapangan dan granodiorit, mengintrusi batuan-
meliputi pemetaan daerah bekas batuan yang lebih tua. Terobosan batuan
termuda berupa Batuan Gunungapi Niut menyebabkan mineralisasi di daerah
(Tpn), terdiri dari basal dan andesit tersebut.
piroksen, berumur Pliosen.
Endapan yang paling muda berupa Pertambangan
endapan litoral (Qc), endapan pantai (Qp), Potensi emas pada cebakan emas
terdiri dari lumpur, pasir , kerikil, setempat primer dan endapan aluvial di daerah
gampingan, sisa tumbuhan, dan endapan penyelidikan sebagian besar telah
aluvial dan rawa (Qa), terdiri dari lumpur, ditambang, hanya sedikit yang masih utuh
pasir, kerikil, sisa tumbuhan, menutupi (insitu), terutama terletak di daerah
batuan-batuan yang lebih tua dan proses pinggiran cekungan endapan aluvial dan
penyendapannya masih berlangsung sebagian masuk dalam lahan peruntukan
sampai sekarang. Peta geologi Kabupaten lain diantaranya perkebunan kelapa sawit.
Sambas dapat dilihat pada Gambar 2 Kegiatan penambangan baik emas primer
maupun aluvial dilakukan dengan cara
Bahan Galian di Kabupaten Sambas tambang terbuka memakai alat-alat
Seperti telah disebutkan di atas, sederhana berupa mesin sedot, sluice box
Kabupaten Sambas merupakan bagian dan dulang dan menggunakan proses
dari Disrtik Cina, tempat tersebut telah amalgamasi untuk proses pengolahannya.
dikenal sejak dahulu sebagai tempat Hasil pendataaan di lapangan di
penambangan emas aluvial. Kegiatan daerah penyelidikan terdapat 5 daerah
penambangan emas aluvial dimulai sejak penambangan emas rakyat baik yang
abad 18 dan 19 oleh imigran Cina. Distrik masih aktif maupun yang telah
Cina memanjang dari dataran pantai barat ditinggalkan (Gambar. 3) yaitu di daerah :
sampai S. Landak dan melanjut ke arah
timur ke hulu S. Tayan dan hulu S. 1. Daerah Seminis
Sekayam. Daerah penambangan terletak di
Para peneliti Belanda telah DAS Seminis yang mempunyai hulu di G.
menemukan beberapa daerah prospek Sekadau. Pada awal kegiatan
emas primer berasosiasi dengan galena, penambangan sekitar tahun 1998,
sfalerit, kalkopirit dan pirit, di beberapa penambangan hanya dilakukan di daerah
tempat contohnya di Mayau (S. Landak), hulu sungai disekitar dusun Praja
Tambutgabung, G. Selakean. Sekadau, mengingat ke arah hilirnya
Penelitian kerjasama Indonesia- masih berupa rawa-rawa. Seiring dengan
Jepang (JICA) antara tahun 1978-1982 perkembangan industri perkebunan sawit
menyimpulkan terdapat beberapa tipe rawa-rawa tersebut dikeringkan untuk
mineralisasi emas, logam dasar dan dijadikan areal lahan perkebunan sawit.
molibdenit di Kalimantan Barat, jalur Karena terbukanya akses jalan dan
mineralisasi ini nampaknya membentuk kondisi rawa di sekitar DAS Seminis
bagian dari sebuah busur magmatik kering, maka para penambang melakukan
berumur Kapur yang memanjang dari aktifitas di bagian hilir.
Cina Selatan menerus ke bagian selatan Disamping pasir kuarsa sebagai
Indocina hingga Kalimantan Tengah. mineral ikutan pada penambangan emas
IAGMP telah menemukan bahwa aluvial yang jumlahnya cukup melimpah,
mineralisasi emas umumnya berasosiasi hasil pengamatan dari konsentrat dulang
dengan beberapa singkapan terobosan endapan tailing di daerah ini teridentifikasi
Sintang. Pieters (1988) menduga bahwa mineral magnetit, ilmenit dan zirkon
mineralisasi emas terbentuk akibat sebagai catatan zirkon di daerah ini
kegiatan larutan hidrotermal yang berwarna merah muda. Hasil pengamatan
berasosiasi dengan penempatan di lapangan pada dasar endapan aluvial
Terobosan Sintang pada waktu teridentifikasi bahan galian lain berupa
pengangkatan Punggungan Semitau dan kaolin berkualitas baik, berwarna putih
dikontrol oleh sesar. IAGMP (1985), bersih dengan tingkat plastisitas yang
menduga bahwa terobosan berumur tinggi. Ketebalan endapan kaolin tersebut
Permo-Trias pada Kompleks Embuoi juga antara 1 - 1,5 m.
2. Daerah Kelingkau primer dan sebagian merupakan endapan
Daerah penambangan terletak di residual.
hulu S. Tebas, kegiatan di wilayah ini Tipe mineralisasi di daerah ini
sudah berhenti sejak beberapa tahun berupa zona urat, dengan ubahan
terakhir. Pada saat ini hanya tinggal 1-2 didominasi oleh silisifikasi dan kaolinisasi.
kelompok yang melakukan kegiatan Dari hasil bukaan tambang terlihat 4 zona
penambangan tailing. urat yang telah dilakukan kegiatan
Hasil pengamatan di lapangan penambangan. Hasil pengukuran zona
disamping pasir kuarsa, teridentifikasi urat tersebut berarah N 320oE/80o dengan
mineral magnetit, ilmenit dan sedikit zirkon lebar zona urat antara 2-4 m.
sebagai mineral ikutan pada endapan Hasil pengamatan konsentrat
emas aluvial di daerah ini. Bahan galian dulang pada zona kaolin terlihat banyak
lain yang teridentifikasi yaitu bolder-bolder mengandung butir emas, dengan bentuk
hematit yang letaknya tersebar di atas menyudut dan sebagian masih menempel
endapan aluvial. pada kuarsa dan sedikit ditemukan
magnetit, ilmenit dan zirkon.
3. Daerah Pelanjau Bahan galian lain yang
Daerah penambangan terletak di teridentifikasi yaitu kaolin ubahan
dataran tidak jauh dari Bukit Pelanjau . hidrotermal di sekitar zona urat emas
Kegiatan di wilayah ini kebanyakan dengan lebar antara 1-2 m, berwarna
menambang ulang sisa penambangan putih kekuningan dengan tingkat
terdahulu (tailing) dan hanya sebagian plastisitas sedang.
kecil yang menambang aluvial yang masih
utuh. Penyontoan
Penambangan emas aluvial Untuk mengetahui mineral ikutan
dengan cara sedot di permukaan tanah pada endapan emas aluvial, penyontohan
dan dengan cara menyelam yaitu dilakukan dengan cara chanell sampling
membuat sumuran dan penambang mengikuti tebal lapisan tailing dan
masuk kedalam sumur samblil selanjutnya dilakukan pendulangan
mengarahkan pipa penyedot ke tempat seperti yang telah dijelaskan pada bab
yang diperkirakan banyak mengandung sebelumnya, sedangkan untuk
butir emas. Hasil pengamatan konsentrat mengetahui kualitas bahan galian lain
dulang pada tailing masih mengandung yang terdapat di daerah penambangan
beberapa butir emas, magnetit dan ilmenit emas tersebut dilakukan penyontohan
dalam jumlah banyak serta sedikit zirkon. dengan cara chip sampling. Selama
penelitian telah diconto sebanyak
4. Daerah Karangan sebanyak 51 conto, yang terdiri dari 41
Daerah penambangan terletak di conto kosentrat dulang endapan aluvial
bagian tenggara dari Kota Sambas, di dan tailing dan 10 conto batuan. Seluruh
daerah ini kegiatan penambangan sudah titik lokasi penyontohan koordinatnya
berhenti cukup lama. Pada saat ini hanya diikat dengan GPS dan selanjutnya dibuat
1 kelompok penambang yang melakukan peta lokasi penyontohan. (Gambar. 4)
kegiatan penambangan tailing dan sisa
aluvial di daerah ini . Hasil pengamatan PEMBAHASAN
konsentrat dulang pada tailing masih Hasil pengamatan di lapangan di
mengandung beberapa butir emas, daerah bekas penambangan emas
magnett, ilmenit dan sedikit zirkon. tersebut teridentifikasi mineral ikutan yaitu
mineral zirkon dan pasir kuarsa serta
5. Daerah Pengapit bahan galian lain yaitu kaolin dan bijih
Daerah penambangan terletak di besi.
Dusun Pengapit, Desa Madak,
Kecamatan Sudah. Berbeda dengan Luas Daerah Bekas Tambang
keempat daerah potensi emas di atas, Daerah bekas tambang yang
potensi emas di daerah ini berupa emas paling luas terletak di sepanjang S.
Seminis, di keempat lokasi bekas
tambang lainnya relatif kecil. Hasil yang sangat tidak merata maka
pengukuran GPS di lapangan dan di disimpulkan zirkon pada endapan tailing di
proses dengan program Map Info, luas daerah Seminis ini sangat kecil jumlahnya
daerah bekas tambang emas rakyat di dan tidak ekonomis untuk ditambang.
daerah penelitian sebesar 647,24 Ha, Kadar zirkon pada endapan tailing
dengan ketebalan rata-rata endapan di Pelanjau relatif rata sebesar 30 gr/m3 .
tailing di kelima lokasi bekas Dengan luas daerah bekas penambangan
penambangan emas aluvial rakyat di daerah Pelanjau sebesar 39,28 Ha,
sebesar 3 m. maka jumlah sumber daya hipotetik zirkon
di daerah ini sebesar 8,76 ton.
Zircon dan Unsur Tanah Jarang (UTJ) Dari hasil analisis konsentrat
Zirkon merupakan mineral asesoris dulang terlihat terdapat nilai yang sangat
pada batuan granit yang setelah tinggi untuk unsur Ce, Gd, La, Nd, Pr dan
mengalami pelapukan dan transportasi Sm di lokasi SB 07 AL, SB 20 AL, SB 42
lalu terakumulasi membentuk hamparan AL dan SB 47 AL yang semuanya berasal
bersama-sama dengan pasir kuarsa. dari conto aluvial di S. Seminis.
Endapan zirkon umumnya berupa Sedangkan pada conto tailing kadar dari
endapan sedimenter, terutama di masing-masing unsur UTJ tersebut tidak
lingkungan pengendapan aluvium dan menunjukan peninggian yang berarti.
rawa-rawa yang terlihat dari asosiasinya
dengan material organik atau karbon. Ciri Pasir Kuarsa
dan sifat fisik zirkon antara lain berwarna Potensi pasir kuarsa di daerah
coklat, kuning, pink, atau tidak berwarna, bekas tambang emas hanya terdapat di 4
memiliki ukuran partikel yang halus hingga lokasi yaitu di Seminis, Kelingkau,
sedang, serta memiliki berat jenis dan Pelanjau dan Karangan, sedangkan di
indeks refraksi yang tinggi. Berat jenis lokasi Pengapit potensi pasir kuarsa relatif
yang tinggi memungkinkan zirkon dapat sedikit karena daerah tersebut merupakan
dipisahkan dari mineral lain menggunakan daerah bekas tambang emas primer. Hasil
prinsip gravitasi. perhitungan sumber daya hipotetik pasir
Secara genesa mineral zirkon di kuarsa di keempat lokasi bekas tambang
daerah penelitian merupakan hasil tersebut sebesar 47,62 juta ton pada luas
pengendapan kembali hasil pelapukan 634,83 Ha .
batuan yang berkomposisi asam dan
terendapkan bersamaan dengan butir Kaolin
emas dalam endapan aluvial. Pada saat Endapan kaolin di daerah
dilakukan penambangan emas aluvial penelitian terletak di bawah endapan
mineral zirkon yang tidak tertambang aluvial dengan penyebaran seluas bekas
selama proses penambangan dan bukaan penambangan emas aluvial
terbuang bersama tailing. dengan tebal rata-rata 1 m. Potensi
Hasil analisis mineralogi butir dari endapan kaolin tersebut sebagian sudah
konsentrat dulang, terlihat penyebaran terbuka dan sebagian besar lainnya
dan konsentrasi zirkon di tiap daerah tertutup oleh endapan tailing. Endapan
bekas penambangan tidak merata. Zirkon kaolin yang terbuka umumnya terletak di
teridentifikasi di daerah Seminis dan pinggir/tebing cekungan aliran sungai
Pelanjau. Konsentrasi zirkon di daerah purba.
Seminis teridentifikasi di 6 lokasi dari 24 Selain endapan kaolin sedimenter
lokasi penyontohan dan di daerah di daerah bekas penambangan emas
Pelanjau di 2 lokasi dari 4 lokasi primer di daerah Pengapit terdapat kaolin
penyontohan. hasil proses hidrothermal. Potensi kaolin
Kadar zirkon di daerah Seminis hidrotermal ini relatif sedikit hanya di
antara 0 – 240 gr/m3, nilai yang cukup sekitar zona mineralisasi emas dengan
tinggi di dapat dari hasil pendulangan kualitas yang kurang baik karena banyak
tailing penambangan emas. Dilihat dari pengotornya.
jumlah lokasi penyontohan dibandingkan Hasil perhitungan sumber daya
dengan jumlah lokasi keterdapatan zirkon hipotetik kaolin di keempat daerah bekas
tambang emas aluvial yaitu di Seminis, Penambangan emas di daerah
Kelingkau, Pelanjau dan Karangan Seminis, Kelingkau, Pelanjau dan
sebesar 16,50 ton pada luas 634,83 Ha. Karangan berupa penambangan
emas aluvial sedangkan di daerah
Hematit Pengapit berupa penambangan emas
Hematit merupakan salah satu primer. Mineral ikutan ekonomis pada
mineral ekonomis penghasil bijih besi pertambangan emas aluvial yaitu
disamping magnetit dan pasir besi. zirkon dan pasir dengan bahan galian
Seperti yang telah disebutkan pada bab lain yaitu kaolin. Mineral ikutan pada
sebelumnya di daerah bekas tambang pertambangan emas primer yaitu
Kelingkau ditemukan bijih hematit berupa kaolin hidrotermal dan hasil
boulder-boulder yang letaknya tersebar, pelapukan.
sehingga sulit dilakukan perhitungan 2. Kadar zirkon dalam tailing tidak
jumlah sumberdayanya. Hasil analisis merata, dari keempat daerah bekas
kimia menunjukan kadar Fetotal = 16,18% tambang, hanya 1 lokasi yaitu di
dan Fe2O3 = 22,81% , kadar besi dalam daerah bekas tambang Pelanjau yang
mineral hematit tersebut saat ini masih dapat dihitung sumber daya
dibawah kadar ekonomis untuk bijih besi. hipotetiknya yaitu sebesar 8,76 ton
pada luas 39,28 Ha, dengan kadar
Emas rata-rata 30 gr/m3.
Hasil perhitungan sumber daya 3. Hasil analisis unsur tanah jarang pada
hipotetik emas dari ke 5 daerah bekas konsentrat dulang memperlihatkan
tambang emas aluvial pada luas 647,24 kadar yang sangat tinggi untuk unsur
Ha sebesar 0,485 ton dengan kadar rata- Ce, Gd, La, Nd, Pr dan Sm di lokasi
rata 25 mgr/m3 . Kadar emas pada tailing SB 07 AL, SB 20 AL, SB 42 AL dan
tersebut relatif kecil apabila dibandingkan SB 47 AL yang semuanya berasal dari
dengan kadar emas ekonomis pada conto aluvial di S. Seminis,
endapan aluvial yaitu sebesar 125 sedangkan pada conto tailing kadar
mgr/m3. dari masing-masing unsur UTJ
Disamping analisis butir untuk tersebut tidak menunjukan peninggian
mengetahui kandungan emas pada yang berarti.
endapan tailing, juga dilakukan analisis 4. Sumber daya hipotetik pasir kuarsa di
kimia 4 conto tailing sisa penambangan 4 lokasi bekas tambang emas aluvial,
emas primer di daerah Pengapit. Hasil yaitu di Seminis, Kelingkau, Pelanjau
analisis menunjukan kadar Au berkisar dan Karangan sebesar 47,62 juta ton,
antara 108 – 1.452 ppb dan kadar logam pada luas 634,83 Ha. Kualitas pasir
dasar yang relatif kecil. Terdapat 2 conto kuarsa pada tailing lebih baik karena
tailing batuan menunjukan kadar Au 881 telah mengalami proses pencucian
dan 1.452 ppb, emas dengan kadar pada saat penambangan emas
tersebut tidak tertambang mengingat di aluvial.
lokasi penambangan emas Pengapit para 5. Sumber daya hipotetik kaolin di
penambang rakyat hanya menggunakan keempat daerah bekas tambang emas
proses fisika dengan cara pendulangan, aluvial tersebut di atas sebesar 16,50
kadar emas yang relatif kecil tersebut ton.
dapat diolah dengan proses kimia 6. Pada endapan tailing di daerah bekas
(sianidasi), sehingga dapat memperkecil tambang emas masih teridentifikasi
emas terbuang bersama tailing. adanya butir emas yang terlepas
selama proses penambangan.
KESIMPULAN DAN SARAN Sumber daya hipotetik emas dari
1. Di Kabupaten Sambas saat ini kelima daerah bekas tambang
terdapat 5 daerah penambangan tersebut di atas sebesar 0,485 ton,
emas baik yang masih aktif maupun pada luas 647,24 Ha dengan kadar
bekas tambang yaitu di Daerah rata-rata 25 mgr/m3.
Seminis, Kelingkau, Pelanjau,
Karangan dan Pengapit.
Saran
 Perlu adanya penelitian lanjutan untuk
mengetahui secara rinci potensi UTJ
terutama pada endapan aluvial di S.
Seminis.
 Perlu adanya tinjauan ulang tata ruang
di sekitar DAS Seminis, DAS Tebas
dan DAS Sambas sehingga tidak ada
tumpang tindih antara daerah yang
berpotensi bahan galian dengan
peruntukan lainnya (kelapa sawit).
DAFTAR PUSTAKA

Badhroom, 1977, Penyelidikan Endapan Emas Plaser dan Mineral Berat Berharga Lainnya
di Daerah Antara Sambas dan Pemangkat, Kalimantan Barat, Direktorat Geologi,
Direktorat Jenderal Pertambangan, Departemen Pertambangan, Bandung.
Diding Sunardi, Kusdarto, dkk, 1994, Eksplorasi Lanjutan Sumberdaya Bahan Galian
Industri Di Daerah Kabupaten Sambas, Propinsi Kalimantan Barat, Direktorat
Sumberdaya Mineral, Bandung.
Dinas Pertambangan Provinsi Kalimantan Barat, 2002, Pendataan Pertambangan Rakyat
Provinsi Kalimantan Barat, Pontianak.
Dinas Pertambangan Kabupaten Sambas, 1997, Kompilasi Bahan Galian Golongan C di
Kabupaten Sambas.
Endang Jaelani, Komarudin, 1999, Hasil Inventarisasi dan Eksplorasi Sumberdaya Mineral
Indonesia, Direktorat Sumberdaya Mineral, Bandung
E.Rusmana dan P.E Pieters, 1993, Peta Geologi Lembar Sambar/Siluas, Kalimantan,
Sekala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Gunradi, R. dkk, 2001, Inventarisasi dan Evaluasi Bahan Galian Mineral Indonesia di
Kabupaten Sambas dan Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Gunradi, R, 2004, Pendataan Dan Evaluasi Pemanfaatan Bahan Galian Pada Bekas
Tambang Dan Wilayah Peti Daerah Sambas, Provinsi Kalimantan Barat,
Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Bandung.
Husaini dan Syafri Munir, 1985, Percobaan Menjalankan Percontohan Pengolahan Emas
Letakan (Aluvial) Di Desa Sei Muntik, Sanggau, Kalimantan Barat, Direktorat
Jenderal Pertambangan Umum, Pusat Pengembangan Teknologi Mineral,
Bandung.
N. Suwarna dan R.P. Langford, 1993, Peta Geologi Lembar Singkawang, Kalimantan,
Sekala 1 : 250.000, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Suhala. S, Arifin. M, 1997, Bahan Galian Industri, Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Mineral, Bandung.
Sukmawan, Gunadi Somali, dkk, 1997, Eksplorasi Mineral Industri Di Daerah Kabupaten
Sambas, Propinsi Kalimantan Barat, Sekala 1 : 100.000, Direktorat Sumberdaya
Mineral, Bandung
Gambar 1. Peta lokasi penelitian Kabupaten Sambas

Gambar 2. Peta geologi regional Kabupaten Sambas,


Gambar 3. Peta lokasi bekas tambang

Gambar 4 . Peta lokasi conto

Anda mungkin juga menyukai