MODUL
MOTOR DC
2. Dasar Teori
2.1 Motor DC
Prinsip kerja motor DC adalah sebagai berikut. Daerah kumparan medan yang yang dialiri
arus listrik akan menghasilkan medan magnet yang melingkupi kumparan jangkar dengan arah
tertentu. Konversi dari energi listrik menjadi energi mekanik (motor) maupun sebaliknya
berlangsung melalui medan magnet, dengan demikian medan magnet disini selain berfungsi sebagai
tempat untuk menyimpan energi, sekaligus berfungsi sebagai tempat berlangsungnya proses
perubahan energi dan daerah tersebut dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
F = B.I.L
Arah dari gaya ini ditentukan oleh aturan kaidah tangan kiri, adapun kaidah tangan kiri
tersebut adalah ibu jari sebagai arah gaya ( F ), telunjuk jari sebagai fluks ( B ), dan jari tengah
sebagai arus ( I ). Bila motor dc mempunyai jari-jari dengan panjang sebesar ( r ), maka hubungan
persamaan dapat diperoleh :
Tr = Fr = B I L r
Saat gaya ( F ) tersebut dibandingkan, konduktor akan bergerak didalam kumparan medan
magnet dan menimbulkan gaya gerak listrik yang merupakan reaksi lawan terhadap tegangan
sumber.
Agar proses perubahan energi mekanik tersebut dapat berlangsung secara sempurna, maka
tegangan sumber harus lebih besar dari pada tegangan gerak yang disebabkan reaksi lawan.
Dengan memberi arus pada kumparan jangkar yang dilindungi oleh medan maka
menimbulkan perputaran pada motor.
Ketika tegangan listrik disalurkan pada suatu motor DC, maka pada prinsipnya sistem yang
terbentuk dapat digambarkan seperti Gb. 3 berikut.
Jika dialiri arus listrik yang tinggi, akan semakin kuat tenaga putar motor DC tersebut.
Sebaliknya, seperti dalam tape recorder, jika baterai sudah lemah, maka suara kaset menjadi tidak
karuan, karena motor di dalamnya sudah tidak kuat lagi memutar pita kaset. Maka, bisa dikatakan
bahwa torsi (torque/tenaga putar) yang dihasilkan berbanding lurus dengan besar arus listrik yang
dialirkan pada motor. Pada mobil mainan yang memakai baterai misalnya, semakin besar torsinya,
semakin sulit lajunya dihentikan dengan tangan kita. Jika Te ialah torsi, dan iadalah arus listrik,
maka hubungannya menjadi seperti berikut:
(1)
di mana Km ialah suatu konstanta torsi.
Selanjutnya, e dalam gambar diatas adalah tegangan balik (electromotive force) yang terjadi
karena kumparan dalam motor berputar di dalam medan magnet (prinsip generator listrik). Besar
tegangan ini berbanding lurus dengan kecepatan putaran . Seperti yang terjadi di dalam dinamo
sepeda atau kincir angin, semakin cepat putarannya maka semakin besar nyala lampunya karena
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
tinggi tegangan yang dihasilkan. Maka, hubungannya bisa dinyatakan sebagai berikut :
(2)
di mana Ke adalah suatu konstanta.
Hukum Newton digabung dengan hukum Kirchoff menjadi
Dimana S merupakan operator Laplace. Dari persamaan (6) dapat dituliskan I(s) menjadi:
Fungsi transfer dari input tegangan V(s) berbanding lurus dengan kecepatan sudut ω(s)
sehingga:
Keterangan variabel:
G(s)= Gain Proses
ω(s)= kecepatan motor (RPM)
V(s) = tegangan input servo(Volt)
K= Konstanta torsi motor
R = Tahanan Kumparan jangkar (ohm)
J = Momen inersia equivalen dari motor (Kg/m2)
Kemudian didapat fungsi transfer dari plant Motor DC untuk kecepatan motor adalah
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
de
1
CO K p e e.dt Td B
Ti dt
,
100% de
1
e e.dt Td B
PB Ti dt
,
Kp
error + +
+ Kp CO
Ti ∫e.dt
sp
-
+
mv de
Kp Td
dt
Dimana Kp, Ti, dan Td masing-masing adalah Proportional gain, Integral time, dan Derivative
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
time.
Apabila pada input pengendali PID diberi sinyal mendadak (fungsi step), maka nilai output
akan merupakan jumlah dari output step pengendali P, output ramp pengendali I,dan output pulse
pengendali D seperti di Gambar 9.4. Sedangkan apabila input dalam bentuk sinyal ramp maka
output agak sedikit aneh seperti pada Gambar 9.5, karena output pengendali I atas input ramp
adalah kurva parabola.
Input
CO
error
Waktu
Waktu
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa PB yang kecil akan membuat sistem
berespon dengan cepat dan memperkecil offset tetapi membuat pengendali menjadi sensitif dan
cenderung membawa loop berosilasi. Sedangkan PB yang besar akan meninggalkan offset yang
besar juga. Ti yang kecil akan bermanfaat untuk menghilangkan offset dengan cepat, tetapi juga
cenderung membawa sistem menjadi lebih sensitif dan lebih mudah berosilasi. Sedangkan Ti yang
besar belum tentu efektif menghilangkan offset dan juga cenderung membuat respon menjadi
lambat. Td yang besar akan membawa unsur D menjadi lebih menonjol sehingga respon cenderung
cepat sehingga overshoot menjadi kecil. Sedangkan Td yang kecil kurang memberi nilai ekstra di
saat-saat awal sehingga overshoot besar.
Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut. Pertama, sistem lup tertutupharus dipotong menjadi
sistem lup terbuka dengan memindahkan pengendalike posisi manual. Kemudian memberi bukaan
control valve (CO) sebesar 50% dan menaikkan sebesar 5% sampai 10%. Kemudian merekam
respon sistemnya. Setelah sistem stabil kemudian menentukan nilai dead time (td) yaitu waktu yang
dibutuhkan mulai pada saat awal dibari bukaan sebesar 50% sampai sistem mulai berespon dengan
bukaan dinaikkan sebesar 5% sampai 10% kemudian menentukan nilai konstanta waktu (τ) yaitu
waktu yang dibutuhkan sistem berespon mulai dari kenaikan bukaan control valve sampai pada
nilai 63,2% dari kondisi steady. Langkah selanjutnya adalah menghitung laju reaksi (reaction rate)
yang diberi simbol Rr yang dihitung dengan persamaan :
PV
Rr
Dimana PV adalah selisih nilai variabel proses (output system) dari awal berespon sampai
pada 63,2% dari kondisi steady, τ adalah konstanta waktu. Untuk berbagai mode kontrol,
parameternya dihitung menggunakan acuan tabel dibawah ini.Tabel 1 Penentuan parameter PID
dengan metode Kurva Reaksi
Mode Kp Ti Td
kontrol
P Rr. td - -
PI Rr.td/0.9 3,33.td -
Metode osilasi
Metode osilasi merupakan metode berbasis close loop dimana sistemnya terhubung
langsung dengan pengendali. Dalam metode ini yang harus kita lakukan adalah membuat respon
sistem berosilasi dengan amplitudo dan periode osilasi tetap. Gain loop pada saat sistem berosilasi
kemudian disebut ultimate gain (Ku) dan periode pada saat sistem berosilasi disebut ultimate period
(Tu). Langkah-langkah melakukan tuning ini adalah Mula-mula meletakkan sistem pengendalian
pada posisi manual kemudian mengecek apakah sistem pengendalian mengandung unsur I dan D,
jika ya maka hilangkan kedua unsur tersebut dengan meletakkan unsur I pada nilai tak berhingga
dan unsur D pada nilai sekecil mungkin atau nol. Kemudian meletakkan nilai PB pada posisi
tertentu misalnya 100%. Usahakan set point di sekitar 50% atau di daerah kerja yang diharapkan.
Atur bukaan control valve agar variabel proses sama dengan set point dan offset sama dengan nol.
Kemudian ubah loop ke posisi auto. Beri sedikit gangguan pada loop yaitu dengan menaikkan set
point sebesar 5% secara mendadak selama 5 detik kemudian mengembalikan set point ke posisi
semula. Tujuannya adalah untuk mengamati apakah respon sistem underdamped, overdamped,
sustain oscillation, atau undamped. Kalau PB pada langkah 1 terlalu besar, respon akan
underdamped. Untuk itu kecilkan PB agar loop gain menjadi besar. Kalau PB pada langkah 1
terlalu kecil, respon akan undamped. Cegahlah keadaan tersebut secepat mungkin dengan
memindahkan sistem ke posisi manual. Kemudian perbesar PB agar loop gain menjadi lebih kecil.
Ulangi langkah c, d, dan e sampai didapatkan respon sistem yang berosilasi. Catatlah nilai PBu dan
Tu pada keadaan ini dan menghitung Ku=100%/PB. Kemudian untuk berbagai mode kontrol,
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Mode Kontrol Kp Ti Td
P 0,56 Ku - -
PI 0,45 Ku 0,83 Tu -
PID 0,67 Ku 0,5 Tu 0,125 Tu
H(s)
Gambar 5. Lup Kontrol Berumpan Balik
Prosedur kriteria kestabilan Routh-Hurwitz diambil dari persamaan karakteristik yang merupakan
denumerator dari fungsi alih loop tertutup, yaitu:
R(s) C(s)
Maka persamaan fungsi alih di atas dapat di susun metode Routh-Hurwitz sebagai berikut:
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Banyaknya perubahan tanda pada kolom pertama tabel Routh-Hurwitz mengindikasikan banyaknya
akar yang tidak stabil pada sistem
4) Tentukan nilai parameter Kp, Ti, dan Td dengan menggunakan tabel di bawah ini:
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
.
Gambar 8. DC Motor & Servo Amplifier
Resistansi antara port A dan B dan juga port B dan C yang terdapta pada gambar adalah
Faktor α bernilai antara 0 dan 1, dan dapat diubah-ubah dengan memutar knob. Pada
attenuator memiliki nilai antara 0 dan 10
Alat ini memiliki fungsi sebagai pengendali dalam eksperimen, mengubah sinyal
eror e menjadi tegangan perintah Vcom. Pada dasarnya, unit PID dibuat berdasarkan
hubungan matematis (dalam domain waktu) antara tegangan perintah dan sinyal eror.
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Tiga port di sebelah atas dihubungkan ke ±15 V power supply dan ground. Sinyal
eror dihubungkan dengan port “input error” dan tegangan perintah muncul di port “ouput”
yang berlabel “0o”. Jika dibutuhkan, terdapat –Vcom yaitu kebalikan dari Vcom dan terdapat
pada port “180o”. Terdapat beberapa tombol switch pada unit PID. Ketiga tombol switch
mempunyai label “in” dan “out”. Kegunaan dari ketiga switch untuk mengubah kondisi on
atau off untuk setiap proprtional, integral dan derivative unit. Variabel sp ,si, dan sd
menyatakan keadaan dari ketiga switch. Jika switch pada posisi on (“in”), maka variabel
switch bernilai 1 dan kebalikannya bernilai 0. Terdapat tiga tombol untuk menentuka
parameter K, ti, dan td. Untuk lebih jelas bisa dilihat di tabel.
Pada setiap tombol terdapat keterangan “x 1” dan “x 10”. Dengan mengubah sesuai
nomor, maka nilai akan dikalikan dengan 1 atau 10.
PERCOBAAN 1
SISTEM PENGENDALIAN CLOSED LOOP SEDERHANA UNTUK
KECEPATAN.
Siapkan rangkaian separti gambar dibawah ini (Gambar 7) dan nyalakan tombol
on.Sebelum menyambungkan tachometer ke port input dari OA150A, tingkatkan tegangan
referensi sehingga motor berputar dan voltmeter menunjukan nilai dimana keluaran output
positif. Atur ulang tegangan referensi ke nilai nol kemudian tingkatkan secara bertahap
nilainya, sehingga dapat dibaca range kecepatan motor mencapai kira-kira 2000 r/min untuk
referensi ( mengaktifkan display rpm pada GT 150 X), tachogenerator dan tegangan error.
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
Tugas 1
Gambarkan tegangan error terhadap kecepatan, untuk data yang terukur ambil 10
data naikan tegangan referensi naik sampai 5 step kemudian turunkan secara bertahap.
PERCOBAAN 2
2.1 PROPORTIONAL CONTROL
Lepaskan sambungan output dari op-amp dari servo-amp unit. Pada sisa ruang,
tempatkan PID unit seperti pada gambar di bawah. Sambungkan output dari op-amp ke
input PID unit, kemudian sambungkan output dari PID unit ke appropriate input dari sservo-
amp. Selain itu sambungkan PID unit ke power. Matikan integrator dan differentiator
(pasang ke posisi “out”). Set penguat proprtional ke 1. Nyalakan power dan amati yang
terjadi.
Gambar 13
Pada module AU150 digunakan sebagai setpoint untuk memasukan nilai ke dalam
op-amplifier kemudian sensor menggunakan module GT150X hasil selisih antara kedua
nilai tersebut menjadi error yang akan masuk kedalam module PID kontroler pada
percobaan ini nilai dari intergral dan derivative di geser dalam mode off, atur besar gain
proposional pada nilai tertentu kemudian lihat berapakan nilai errornya , kemudian isi lah
tabel dibawah ini:
Tugas 2 :
Ambillah data dari percobaan ini dan aturlah setpoint pada kondisi tetap pada nilai
tertentu dan nilai dari gain proposional diubah –ubah,perhatikan apa yang terjadi?
kemudian pindahkan setpoint pada posisi step berikutnya, ubah kembali nilai P nya, lakukan
hal sama sampai tiga kali. buatlah kesimpulan dari fenomena aksi kendali proposional yang
Tugas 3 :
Untuk percobaan ini ambil data selama 10 detik dan catat semua nilai perubahan dari
PV ,error, dan MW hingga mencapai nilai steady state, hitung berapa overshoot dan
berapakan lama sistem kontrol PI untuk mencapai nilai steady state. Perhatikan fenomena
yang terjadi dan carilah nilai parameter P dan I yang paling bagus dengan menggunakan
metode trial error
Tugas 4 :
Untuk percobaan ini ambil data selama 10 detik dan catat semua nilai perubahan dari
PV ,error, dan MW hingga mencapai nilai steady state, hitung berapa overshoot dan
berapakan lama sistem kontrol PID untuk mencapai nilai steady state. Perhatikan
fenomena yang terjadi dan carilah nilai parameter P ,I , dan D yang paling bagus dengan
menggunakan metode trial error . buatlah kesimpulan dari fenomena yang terjadi.
Tugas 5;
Simulasikan dengan program Matlab menggunakan simulink dan bandingkan
hasilkan responnya dengan yang ada di Motor DC. Tentukan nilai Kp dan Ti menggunakan
metode Ziegler-Nichols.
Laboratorium Rekayasa Instrumentasi dan Kontrol
MODUL PLC
Praktikum Permrograman Progammable Logic Controller S7200
Siemens CPU 224-01.22
2.1 Tujuan Praktikum :
1. Praktikan dapat mengetahui pemprograman dasar PLC Siemens S7-200
2. Praktikan dapat mengetahui hardware dan software PLC Siemens S7-200
2.2 Dasar Teori
PLC (Programmable Logic Controller Siemens CPU (224) yang berfungsi sebagai
pengontrol, dan rangkaian elektronik pendukung yang berfungsi sebagai pemberi sinyal
masukan untuk digital input PLC dan elemen visualisasi untuk digital output PLC. Instruksi
atau alamat dasar yang terdapat pada Siemens s7- 200. Penjelasan tentang instruksi yang
terdapat dalam PLC Siemens:
PLC dapat diprogram dengan beberapa bahasa pemprograman, terdapat 3 bahasa
pemprograman yang digunakan : ladder diagram. Function block, dan Statemean List, tetapi
dari tiga jenis pemprograman diatas yang paling mudah adalah ladder diagram. Struktur dari
PLC s7-200 dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Struktur operasi:
I0. 2 alamat bit: nomer byte 0 - 7
Decimal point: Digunakan untuk memisahkan
antara byte
alamat bit : nomer bagian IO
identifikasi aksi: inputs, outputs, Internal bit
‘memories,specialmemories,
variable memories,
Tabel alamat:
I0.00 Tombol 1 NO
I0.01 Tombol 2 NC
Q0.00 Lampu
Tabel 1. Alamat untuk Lampu ON_OFF dengan menggunakan Timer dan Counter.
T37 dan T38 timer 1 dan 2 100ms
C1 CTU 5
Q0.0 Output NO
Modul mixing tank terdiri dari PLC (Programmable Logic Controller Siemens (CPU 224)
yang berfungsi sebagai pengontrol, dan rangkaian elektronik pendukung yang berfungsi sebagai
pemberi sinyal masukan untuk digital input PLC dan elemen visualisasi untuk digital output PLC.
Kelebihan mixing tank ini dibandingkan dengan penggunaan saklar input biasa dan led (elemen
display yang lain) adalah penyajiannya yang digabungkan dengan suatu skenario, dalam hal ini
pencampuran fluida, akan lebih memudahkan terciptanya persepsi akan arti PLC sebagai controller
dan bukan sebagai pengganti gerbang-gerbang logika AND, OR, EXOR , NOR, NAND. Pada
modul mixer tank menggambar proses pencampuran dengan skenario pertama sebuah pompa
dengan alamat Q0.4 dan lampu indikator dengan alamat Q0.0 dihidupkan untuk mengalirkan air
kedalam tangki yang kosong. Dalam tangki ini terdapat 3 sensor yaitu sensor ketinggian rendah,
sedang dan tinggi masing –masing memiliki alamt I1.2 ,I1.1 dan I1.3, pada saat ketinggian air
menyentuh sensor pertama I1.2 pompa tetap menyala untuk tetap mengisi air sampai keatas batas
ketinggian pompa, setelah pompa menyentuh sensor I1.1 sensor tersebut menjalan mixer untuk
mengaduk air dalam tangki tersebut, seiring dengan berjalannya waktu air pada tangki akan terus
bertambah sampai air menyentuh sensor I1.3 disini pompa dimatikan dan mengaktifkan seneloid
valve dengan alamat Q0.5 dengan indicator lampu dengan alamat Q0.2 untuk membuang air ke
tangki reservoir, pada kondisi ketinggian air tidak menyentuh sensor I1.3 lagi pompa tetap mati
sampai ketinggian air turun hingga tidak menyentuh sensor I1.2, pada saat kondisi ini pompa
kembali menyala dan proses mixing tank berlangsung kembali dan berjalan terus menerus.
Gambar mengenai plant mixing tank dapat dilihat pada gambar dibawah ini: