Bab 1
Bab 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan
sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan
koping yang efektif,konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional
(Videbeck,2011).Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seseorang yang terus
tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan dalam pengendalian diri,
serta gangguan jiwa (Direja, 2011).
Gangguan jiwa adalah manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku
akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam
bertingkah laku.Hal ini terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan.
Gangguan jiwa terjadi apabila ditemukan adanya gangguan pada fungsi mental ,
meliputi emosi,pikiran, perilaku,perasaan,motivasi, kemauan, keinginan daya tilik
diri dan persepsi sehingga terjadi halusinasi pendengaran dan penglihatan ( Nasir,
2011)
Halusinasi merupakan kondisi hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal pikiran dan rangsangan eksternal dunia
luar.Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek
atau rangsangan yang nyata. Halusinasi dapat dibedakan menjadi lima, pertama
halusinasi pendengaran, kedua halusinasi penglihatan,ketiga halusinasi
penghiduan, halusinasi pengecapan,halusinasi perabaan (Keliat, 2011)
Halusinasi pendengaran adalah karekteristik di tandai dengan mendengar
suara yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintah
untuk melakukan sesuatu. Sedangkan halusinasi penglihatan karakteristik ditandai
dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran
geometrik,gambar kartun dan panorama yang luas dan komplek.penglihatan bisa
menyenangkan atau menakutkan.(Keliat, 2011)
Menurut WHO World Health Organization menyebutkan bahwa
prevalensi masalah keperawatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk
dunia pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1% di antaranya adalah
1
2
gangguan jiwa berat. Potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa memang
tinggi, setiap saat 450 juta orang di seluruh dunia terkena dampak permasalahan
jiwa, saraf, maupun perilaku.Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat di
seluruh dunia adalah gangguan jiwa berat yaitu Skizofrenia (Riza, 2010).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2014 (Depkes RI, 2014)
menyebutkan 14,1% penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa dari ringan
hingga berat. Data dari 33 rumah sakit jiwa di seluruh Indonesia menyebutkan
hingga kini jumlah penderita jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. Indonesia
memiliki prevalensi sekitar 11% dari total penduduk dewasa.
Menurut peneliatian WHO di beberapa negara berkembang menunjukan
bahwa 30-50% pasien yang berobat ke fasilitas pelayanaan kesehatan umum
ternyata menderita gangguan jiwa, sedangkan jumlah penderita Skizofrenia 70%
diantaranya mengalami halusinasi (Riza, 2010).
Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan
menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku aneh yang
terganggu, salah satu gejala umum Skizofrenia yaitu adanya halusinasi atau
gangguan persepsi sensori.Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di
mana klien mengalami perubahan persepsi sensori seperti merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, penghiduan dan pendengaran
(Robiansyah, 2007).Thomas (2006) yang menyatakan halusinasi secara umum
ditemukan pada klien gangguan jiwa salah satunya adalah pada klien skizofrenia.
Halusinasi adalah bentuk yang paling sering dari gangguan prsepsi berupa
suara-suara, bising/ mendengung, tapi yang paling sering berupa kata tersusun
dalam bentuk kalimat yang agak sempurna.Kadang-kadang pasien mengaanggap
halusinasi datang dari setiap tubuh atau di luar tubuhnya dan menyenangkan
(Dunn & Birchwood, 2009).
Angka statistic dunia menyebutkan hampir 24 juta orang di seluruh dunia
menderita gangguan skizofrenia halusinasi dengan angka kejadian 1 per 1000
penduduk dan diperkirakan terdapat 4-10 % risiko kematian sepanjang rentang
kehidupan penderita skizofrenia halusinasi. Indonesia angka statistic skizofrenia
halusinasi diperkirakan 0,46-2 penduduk atau 1.700.000 jiwa (Irmansyah, 2010).
2
3
3
4
B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mampu menerapkanAsuhan keperawatan pada Tn.A dengan gangguan
persepsi sensori halusinasi penglihatan dan pendengaran di Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2016”.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. A dengan gangguan persepsi
sensori halusinasi penglihatan dan pendengaran di Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2016.
4
5
C. Manfaat penulisan
1. Bagi penulis
a. Menambah wawasan dan pengetahuan, pengalaman dan meningkatkan
keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan
b. Meningkatkan keterampilan dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan
dan pendengaran.
2. Profesi keperawatan
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di
Puskesmas dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa
khususnya klien dengan kasus gangguan persepsi sensori
:halusinasipenglihatan dan pendengaran.
3. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di
Puskesmas dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa
khususnya pada kasus gangguan persepsi sensori : halusinasipenglihatan
dan pendengaran.
5
6
4. Institusi pendidikan
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk institusi
pendidikan keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
pendidikan di masa yang akan datang.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa
adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart, 2009).Halusinasi
merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi.Suatu pencerapan panca indera tanpa ada
rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami seperti suatu
persepsi melalui pancaindera tanpa stimulus eksternal : persepsi palsu.
Berbeda dengan ilusi dimana pasien mengalami persepsi yang salah
terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya
stimulus eksternal yang terjadi.Stimulus internal dipersepsikan sebagai
sesuatu yang nyata oleh pasien (Carpenito, 2007).
Dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan persepsi
yang membuat seseorang dapat melihat sesuatu atau mendengar suara
yang tidak ada sumbernya, bisa berupa halusinasi pendengaran,
penglihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan (Diagnostic and
Statistic Manual of Mental Disorder, 2009).
2. Rentang Respon Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu respon mala daptif individu yang
berada dalam rentang respon neurobiologist (Stuart & Laraia, 2001). Ini
merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika individu yang sehat
persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterprestasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera
(pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), pasien
dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun
sebenarnya stimulus tersebut tidak ada.
Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang
karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah
mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai
7
8
Adaptif Maladaptif
(Purba 2008).
3. Faktor penyebab
a. Faktor predisposisi (Stuart, 2009)
1) Faktor biologi
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami.
2) Faktor psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan
yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah
penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3) Sosial budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stres.
b. Faktor presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul
gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan,
isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian
8
9
9
10
10
11
11
12
4) Denial
Melakukan bloking atau menolak terhadap kenyataan yang ada
karena kenyataan yang ada dirasa mengancam integritas individu
yang bersangkutan.
5) Reaksi formasi
Dorongan yang mengancam diekspresikan dalam bentuk laku
secara terbalik.
6) Proyeksi
Mengatribusikan atau menerapkan dorongan-dorongan yang
dimiliki pada orang lain karena dorongan-dorongan tersebut
mengancam integritas.
7) Rasionalisme atau intektualitas
Dua gagasan yang berbeda dijaga supaya tetap terpisah karena bila
bersama-bersama akan mengancam.
8) Sublimasi
Dorongan atau impuls yang ditransportasikan menjadi bentuk-
bentuk yang diterima secara social sehingga dorongan atau impuls
aslinya.
b. Mekanisme koping konstruktif
1) Penalaran (reasoning)
Penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasikan
berbagai macam alternative pemecahan masalah dan kemudian
memilih salah satu alternative yang dianggap paling
menguntungkan.
2) Objektifitas
Kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen
emosional dan logis dalam pemikiran, penalaran maupun tingkah
laku.
3) Konsentrasi
Kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada
persoalan yang sedang dihadapi.
12
13
13
14
4) Psikofarma
a) Anti psikotik seperti: clopromazine (CPZ), haloperidol
(HLP), stelazine.
b) Anti Parkinson seperti : trihexipenidil, sulfas atropine
(injeksi).
c) Anti depresan seperti : golongan trisilik atau amitripilin
d) Anti ansietas seperti : diazepam
7. Prinsip tindakan Keperawatan
Prinsip tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi, menurut Keliat (2006) antara lain :
a. Validasi halusinasi klien dan tidak memfasilitasi halusinasi
klien
b. Adakah kontrak sering tapi singkat
c. Terima halusinasi dan ungkapkan realita perawat
d. Batu klien mengontrol halusinasinya.
14
15
c. Faktor predisposisi
Biasanya ada salah satu anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa sebelumnya dan kurang berhasil dalam pengobatan dan putus obat
biasanya ada riwayat penganiayaan fisik maupun kekerasan dalam
keluarga biasanya ada mengalami trauma di masa lalu yang tidak
menyenangkan.
d. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan head to toe, tanda –
tanda vita (TTV) , dan keluhan yang dirasakan pada fisik pasien.
1) Tanda – tanda vital (TTV)
Terdiri dari : TD, Nadi, Suhu dan Pernafasan
2) Ukuran
Pasien halusinasi tinggi badan tidak sesuai dengan berat badan
karna pasien hausinasi biasanya mengalami penurunan nafsu makan
sehingga berat badan pasien menurun.
3) Keluhan fisik
Pasien mengeluh badannya sering merasa lelah dan letih
e. Psikososial
1) Genogram
Biasanya ada anggota keluarga pasien yang lain yang
mengalami gangguan jiwa, pola komunikasi terganggu, begitu
pula dengan pengambilan keputusan dan pola asuh. Genogram
dilihat dari 3 generasi sebelumnya.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Biasanya berisi tentang persepsi pasien tentang tubuhnya,
bagian tubuh yang disukai dan bagian tubuh yang tidak
disukainya.Biasanya pasien mudah kecewa, mudah putus
asa, menutup diri.
b) Identitas diri
Biasanya berisi status pasien atau posisi pasien sebelum
dirawat.Kepuasan pasien sebagai laki – laki atau
15
16
16
17
b) Kegiatan ibadah
Biasanya pasien menjalankan kegiatan ibadah dirumah
sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu atau sangat
berlebihan
f. Status mental
1) Penampilan
Biasanya penampilan pasien tidak rapi, penggunaan
pakaian tidak sesuai, dan cara berpakaian pasien tidak seperti
biasanya.
MK: Defisit perawatan diri
2) Cara bicara/ pembicaraan
Biasanya cara bicara pasien dengan halusinasi biasanya keras,
gagap, inkoheren, apatis, lambat, membisu, dan tidak mampu
memulai pembicaraan.
MK: Hambatan komunikasi
3) Aktivitas motorik
Biasanya keadaan pasien tampak lesu, tegang, gelisah, dan
tremor.
4) Alam perasaan
Biasanya keadaan pasien tampak seperti sedih, ketakutan,
putus asa, khawatir, dan gembira secara berlebihan
MK:Ansietas/ketakutan/keputusasaan/Ketidakberdayaan
5) Afek
Biasanya afek pasien datar, tumpul, labil, dan tidak sesuai
MK: Hambatan komunikasi
6) Interaksi selama wawancara
Biasanya pada saat melakukan wawancara pasien
bermusuhan, tidak kooperatif , mudah tersinggung, kontak
mata kurang, dan selalu curiga.
MK: Hambatan Komunikasi
17
18
7) Persepsi
Biasanya halusinasi pendengaan, biasanya pasien
mendengar suara gaduh, suara menyuruh melakukan sesuatu
atau suara-suara yang mengajak pasien untuk bercakap-cakap
kadang suara tersebut mengancam dan menakutkan pasien,
waktunya kadang pagi, siang, sore dan bahkan malam hari,
frekuensinya bisa 3 sampai 5 kali dalam sehari atau bahkan tiap
jam, biasanya pasien berespon dengan cara berjalan mondar
mandir, kadang pasien bicara dan tertawa sendiri dan bahkan
berteriak, situasinya yaitu biasanya ketika pasien termenung,
sendirian atau sedang duduk.
MK: Perubahan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran dan
penglihatan
8) Proses pikir
Biasanya pada pasien halusinasi proses pikir pasien
Sirkumtansial, tangensial, kehilangan asosiasi, pengulangan
pembicaraan.
MK: Gangguan proses pikir
9) Isi pikir
Biasanya klien melakukan yang tidak logis terhadap
objek/situasi tertentu, ketakutan ditolak, tidak diterima atau
diejek.
10) Tingkat kesadaran
Biasanya klien bingung dan terjadi disorientasi terhadap
orang, tempat dan waktu.
11) Memori
Jangka panjang biasanya klien bias menceritakan masa
lalunya, janga pendek biasanya klien mampu mengingat
kejadian saat dia dibawa ke RSJ, dan saat ini biasanya klien
mampu mengingat siapa nama perawat.
18
19
19
20
20
21
o. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan pada klien (Keliat, 2005). Evaluasi
dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai
pola pikir S merupakan respon subjektif pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan.Dapat diukur dengan
menanyakan “bagaimana perasaan Ibu setelah latihan nafas
dalam?”
O, merupakan respon objektif pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan
mengobservasi perilaku pasien pada saat tindakan dilakukan. Atau
menanyakan kembali apa yang telah dijabarkan atau memberi
umpan balik sesuai dengan hasil observasi.
A adalah analisis ulang atas data subjektif atau objektif
untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul
masalah baru atau ada data kontra indikasi dengan masalah yang
ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan.
P, merupakan perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan
hasil analisis pada respon pasien yang terdiri dari tindak lanjut
pasien dan tindak lanjut oleh perawat.
p. Dokumentasi
Dokumentasi keperawatan merupakan aspek
penting dari praktik keperawatan yaitu sebagai segala sesuatu yang
tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang
bukti bagi individu yang berwenang.Dokumentasi keperawatan
juga mendeskripsikan tentang status dan kebutuhan pasien yang
komprehensif, juga layanan yang diberikan untuk perawatan
pasien.Dokumentasikan semua tindakan beserta respon klien
(Keliat, 2014).
21
22
22
23
23
24
24
25
halusinasi.
25
26
26
27
27
28
28
29
29
30
30
31
31
32
Mendiskusikan kerugian
bila klien hanya mengurung
diri dan tidak bergaul
dengan orang lain
Menjelaskan pengaruh
isolasi sosial terhadap
kesehatan fisik klien
5. Latih dan ajarkan klien
berkenalan dengan cara:
a. Jelaskan kepada klien cara
berinteraksi dengan orang
lain
b. Beri contoh cara
berinteraksi dengan orang
lain
Sebutkan nama kita dan
nama panggilan, asal
dan hobi
Menanyakan nama
orang yang akan diajak
32
33
berkenalan, nama
panggilan, asal dan hobi
nya
Menganjurkan
memasukkan kedalam
jadwal kegiatan harian
33
34
Setelah 1 x pertemuan
klien mampu: SP III klien (tgl pertemuan)
1. Mampu 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
menyebutkan harian (SP I dan SP II)
kegiatan yang sudah 2. Mengajarkan klien berinteraksi
dilakukan secara bertahap: berkenalan
2. Mampu berinteraksi dengan 2- 3 orang
dengan orang laian 3. Menganjurkan memasukkan
secara bertahap : kedalam jadwal kegiatan harian
berkenalan 2-3 orang
34
35
35
36
Untuk memacu
kemampuan keluarga
36
37
37
38
38
39
39
40
40
41
pasien
41
42
42
43
minum obat
4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan beri ujian
5. Latih keluarga cara merawat
pasien PK
6. Praktekkan langsung cara
merawat pasien
SP III Keluarga: -agar keluarga dapat merawat
1. Evaluasi kegiatan m dan 2 pasien PK dirumah
minum obat
2. Latih cara membimbing
verbal/bicara
3. Latih cara membimbing
kegiatan spiritual
4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan beri ujian
SP IV keluarga: -dengan mempraktekkan akan
1. evaluasi kegiatan keluarga menambah pengetahuan keluarga
dalam melatih pasien fisik
1 dan 2 , minum obat,
43
44
44
45
45
46
4. Menganjurkan memasukan
dalam jadwal kegiatan
harian pasien
46
47
47
48
48
49
49
50
cara BAB/BAK
yang baik dan
benar
50
51
51
BAB III
LAPORAN KASUS
A. PENGKAJIAN
I. Identitas Klien
a. Inisial Klien : Tn. A
b. Umur : 33 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Pendidikn : SMP
e. Pekerjaan ; Tidak bekerja
f. Alamat lengkap : Jln. Berok raya no 33 Siteba Padang
g. Tanggal Pengkajian : 18Juli 2016
h. Informan : Klien dan Keluarga
Komposisi keluarga
52
53
53
54
54
55
V. Psikososial
a. Genogram
: Meninggal
: Perempuan
: Laki-laki
: tinggal serumah
: Klien
55
56
b. Konsep diri
a) Citra Tubuh
Klien mengatakan bahwa dia menyukai serta menerima
seluruh anggota tubuhnya, mulai dari kepala sampai ke kaki nya
namaun klien merasa berbeda dengan orang lain karna
mengalami gangguan jiwa.
b) Identitas Diri
Klien seorang laki-laki yang berumur 33 tahun.Klien dirumah
adalah sebagai anak.Klien mengatakan dia hanya tamatan SMP
dan tidak ada pekerjaan, selama di rumah dia ada membantu
ibunya memasak.
c) Peran Diri
Klien mengatakan perannya sebagai anak di rumah adalah
sebagai kakak terhadap adik laki-lakinya.Sebelum sakit klien
bekerja disebuah PT dan dapat membantu memenuhi kebutuhan
orang tuanya dan adiknya.Saat sakit klien tidak mampu untuk
bekerja dan dan hanya membantu ibunya memasak dirumah.
d) Ideal Diri
Klien mengatakan dulu dia ingin sekali menjadi seseorang yang
berguna dan berhasil, karena tinggal kelas, klien berhenti sekolah
dan klien hanya sampai sekolah tamat SMP saja.Klien megatakan
kalau klien sembuh klien ingin bekerja dan bisa membantu orang
tuanya dan klien dapat lagi diterima dengan baik oleh
lingkunganya.
MK: Gangguan Identitas Diri.
e) Harga Diri
Klien marasa berbeda dengan orang lain karena mengalami
gangguan jiwa. Klien merasa malu dengan lingkungan karena
pernah dirawat di RSJ, klien sangat malu kepada teman-temanya
di rumah nya jika balik ke rumah.Klien merasa malu karena tidak
bisa lagi membantu orang tuanya mencari nafkah.
MK : Harga Diri Rendah
56
57
c. Hubungan sosial
1) Orang terdekat
Pasien mengatakan orang terdekat
adalahibunya.Pasien mengatakan jika mengobrol dengan
orang lain susah. Pasien mengatakan ada adik laki-lakinya
yang sekali-sekali mengajak klien berbicara dan menonton tv
di rumah dan klien mengatakan jarang bersosialisasi dengan
orang lain.
2) Kegiatan klien terhadap lingkungan
Pasien mengatakan dulu pernah mengikuti kegiatan sosial
dimasyarakat,seperti gotong royong
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Semenjak ayahnya sudah tiada kegiatan tersebut jarang
diikutinya kembali pasien tampak murung dan termenung.
Pasien tampak sendirian dan tak mau bergaul dan klien lebih
sering sendirian.
MK : Isolasi Sosial
d. Spiritual
1) Nilai/Keyakinan
Pasien meyakini adanya tuhan yaitu ALLAH SWT.Pasien
memiliki keyakinan agama Islam.
2) Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan sholat selalu dilakukan 5x sehari dan
tidak pernah bolong,Pasien mengatakan pandai membaca
surat al-fatiha, pasien mengatakan sangat rugi kalau klien
meninggalkan sholat.
MK :TidakAda Masalah
VI. Status Mental
a. Penampilan
Pada saat pengkajian pasien mengatakan kadang tidak mandi
dan tidak bisa merapikan baju sendiri yang dipakainya. Pasien
mengatakan tidak ada menyisir rambut setelah mandi.Klien
57
58
58
59
59
60
i. Isi Pikir
Klien menyakini dirinya, dia mampu untuk sembuh lagi agar bisa
mencari kerja lagi dan keinginan untuk menikah dan membina
rumah tangga yang bahagia dapat terwujud lagi.
MK : Tidak Ada Masalah
j. Tingkat kesadaran klien
Pasien tampak tenang dan orientasi waktu,tempat dan orang baik
dibuktikan dengan pasien mengetahui hari/tanggal pada saat
pengkajian perawat dan mengetahui dimana keberadaannya
sekarang yaitu dirumahnya.
MK : Tidak Ada Masalah
k. Memori
Pasien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang
maupun jangka pendek dibuktikan dengan pasien mampu
mengingat kejadian sewaktu ia sekolah dulu dan daya ingat jangka
pendek seperti pasien mampu mengatakan kenapa ia sakit,
kemudian memori saat ini klien mampu megulangi ’cara
menghardik ’ yang baru saja diajarkan oleh perawat.
MK :Tidak Ada Masalah
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pada saat berbincang-bincang perhatian klien mudah diahlihkan,
klien mampu berkonsentrasi, serta klien mampu berhitung ketika
ditanya oleh perawat.Klien mampu menyebutkan jumlah hari
dalam satu bulan, klien mampu menyebutkan 3 hari setelah hari
saat ditanya.
MK : Tidak ada masalah
m. Kemampuan penilaian
Pasien tidak mengalami gangguan dalam penilaian dibuktikan
dengan pasien mengatakan terlebih dahulu mandi barulah makan.
MK :Tidak Ada Masalah
60
61
61
62
No Data Masalah
1. DS: Gangguan
Pasien mengatakan mendengar suara-suara yang sensoripersepsi :
membisikkan di kedua telinganya. Pasien halusinasi
mengatakan suara itu adalah suara yang tidak jelas pendengaran dan
yang menyuruhnya untuk tidak berpakaian penglihatan
terkadang suara tersebut mengatakan menyuruh
untuk memukul orang tuanya.Pasien mengatakan
suara itu muncul ketika menyendiri, berdiam diri
dan saat berbincang-bincang.Klien mengatakan
juga melihat bayangan putih yang selalu
mengganggu nya .Muncul ketika pasien sedang
62
63
63
64
64
65
C. Pohon Masalah
Defisit perawatan
CORE GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI : HALUSINASI
diri
PROBLEM PENDENGARAN DAN
PENGLIHATAN
Gangguan proses
pikir
Hambatan
komunikasi Isolasi sosial
verbal
HDR
65
66
66
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN HALUSINASI
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
keperawatan
1 Gangguan 1.Klien dapat mengenali Setelah 2x interaksi Sp 1 Klien Untuk mengetahui
sensori dan mengontrol - Klien dapat menyebutkan sejauh mana klien
persepsi: halusinasinya dengan cara jenis, isi, waktu, frekuensi, 1.Membina hubungan saling mengetahui isi, janis,
halusinasi menghardik situasi, respon percaya dengan tindakan waktu, frekuensi, dan
penglihatan - Klien dapat mengontrol - Mengucapkan salam setiap respon saat terjadi
dan halusinasinya dengan kali berinteraksi halusinasi
pendengaran menghardik halusinasinya - Berkenalan dengan klien :
berkenalan nama dan nama
pangilan klien.
- Membuat kontrak asuhan apa
yang di lakukan bersama klien.
- Berapa lama akan di kerjakan
dan tempatnya di mana
- Menjelaskan informasi yang
di peroleh untuk kepentingan
terapy.
- Setiap saat kunjuang sikap
67
68
68
69
69
70
70
71
3.Menjelaskan cara-cara
merawat klien dengan
halusinasi
4. Menganjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
member pujian.
2. Keluarga dapat Setelah interksi keluarga Sp 2 keluarga Untuk memacu
memperagakan cara mampu memperagakan 1.Mengevaluasi kegiatan kemampuan keluarga
merawat klien dengan cara merawat klien keluarga dalam merawat/ dalam merawat klien
halusinasi langsung memememelatih klien
menghardik. Beri pujian.
2. Menjelaskan 6 benar cara
memberikan obat.
3. Melatih cara memberikan/
membimbing minum obat.
4. Menganjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
memberi pujian.
71
72
72
73
73
74
pangilan klien.
- Buat kontrak asuhan apa yang
di lakukan bersama klien.
- Berapa lama akan di kerjakan
dan tempatnya di mana
- Menjelaskan informasi yang
di peroleh untuk kepentingan
terapy.
- Setiap saat kunjuang sikap
simpati terhadap klien
- penuhi kebutuhan dasar klien
bila memungkin kan
2.Membantu klien mengenal
masalah perawatan diri;
kebersihan diri, berdandan,
makan/minum, BAB/BAK
3.Menmenjelaskan pentingnya
kebersihan diri
4.menjelaskan cara dan alat
kebersihan diri
74
75
75
76
76
77
77
78
78
79
79
80
80
81
81
82
82
83
83
84
4. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal
dan beri ujian
5. Latih keluarga cara
merawat pasien PK
6. Praktekkan langsung
cara merawat pasien
84
85
85
86
CATATAN PERKEMBANGAN
No Dx Keperawatan Hari/tgl/jam Implementasi keperawatan Hari/tgl/jam Evaluasi keperawatan Tanda
tangan
1. Gangguan Rabu/20- Sp 1 pasien Rabu / 20- S: Pasien
persepsi sensori : 07-2016 1. mengidentifikasi 07-2016 - Pasien mengatakan bayangan
halusinasi 15.00 wib isi,jenis,waktu,frekuensi,situasi,re 15. 15 wib masih ada
penglihatan dan spon pasien - Pasien mengatakan mengerti
pendengaran 1.mengevaluasi jadwal harian dengan penjelasan yang
2.melatih cara mengontrol dengan dijelaskan tentang obat
minum obat secara teratur - Pasien dapat mengulangi manfaat
3.menganjurkan masukan dalam minum obat, dan kerugian tidak
jadwal kegiatan harian minum obat
Keluarga
Sp 1 keluarga - keluarga mengatakan sudah
1.Mendiskusikan masalah yang mengetahui jenis obat dan fungsinya
dirasakan keluarga dalam O: Pasien
merawat klien - pasien tampak minum obat
2.Menjelaskan pengertian,tanda dengan benar dan teratur
dan gejala,dan jenis halusinasi Keluarga
86
87
87
88
Defisit perawatan Rabu/20- Sp 1 pasien Rabu/20- S : Pasien mengatakan dia cukup senang
diri 07-2016 1.menjelaskan pentingnya 07-2016 setelah mandi
menjaga kebersihan diri -pasien mengatakan malas ganti baju
2.menjelaskan cara menjaga setelah mandi
kebersihan diri : mandi O: -Pasien sudah mandi
3.menganjurkan pasien untuk -Pasien tidak gosok gigi
mempraktekan cara mandi A: Defisit perawatan diri masih ada :
4.menganjurkan masukkan dalam mandi
jadwal kegiatan harian -pasien melakukan kebersihan diri :
mandi (Belum mandiri)
P:
Pasien: latihan mandi secara benar 2x
sehari pagi 08.00 dan sore 16.00
Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
Perawat: Sp 1 (Bm)Optimalkan Sp 1
Resiko perilaku Rabu/20- Sp 1 pasien Rabu/ 20- S: Pasien mengatakan senang berinteraksi
kekerasan 07-2016 1. Mengidentifikasi penyebab 07-2016 dengan perawat
PKMengidentifikasi tanda dan O: Pasien dapat mengulangi cara menarik
gejala PK nafas dalam dengan benar
88
89
89
90
Keluarga
- keluarga mampu melatih pasien
mengontrol halusinsi dengan
menghardik
90
91
A: Pasien
- halusinasi masih ada
- klien mencoba cara menghardik
(mandiri)
Keluarga
- keluarga sudah mampu membantu
pasien mengontrol halusinasi
dengan menghardik (Mandiri)
P:
Pasien : latihan mengontrol halusinasi 2x
sehari pagi jam 11.00 dan siang jam
16.00
Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga : keluarga Optimalkan SP1
dan 2, lanjutkan SP 3 (mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap)
Perawat: Sp 2 mandiri lanjut sp 3
91
92
Defisit perawatan Kamis/ 21- Sp 1 pasien Kamis/ 21- S: Pasien mengatakan sudah mandi
diri 07-2016 1.menjelaskan pentinganya 07-2016 Pasien mengatakan senang sudah mandi
menjaga kebersihan diri O: pasien tampak sudah mandi, dan
2.menjelaskan cara menjaga sudah gosok gigi
kebersihan diri : mandi A;defisit perawatan diri masih ada
3.menganjurkan pasien untuk pasien mandi dengan benar (mandiri)
mempraktekan cara mandi P:
4.menganjurkan masukan dalam Pasien: latihan mandi yang benar 2x
jadwal kegiatan harian sehari pagi 08.00 dan siang 16.00
Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
Perawat: sp 1 (mandiri)
Lanjut sp 2
Resiko prilaku Kamis/ 21- 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Kamis/ 21- S: Pasien mengatakan senang berinteraksi
kekerasan 07-2016 harian pasien 07-2016 dengan perawat
2. Menjelaskan cara mengontrol O: Pasien dapat mengulangi cara
PK dengan cara fisik 2: memukul bantal dan kasur dengan benar
memukul bantal dan kasur A: PK tidak ada
3. Melatih pasien cara mengontrol Pasien mencoba mengontrol Pk :
PK dengan cara fisik 2: memukul bantal dan kasur ( mandiri)
92
93
93
94
Sp 3 Keluarga O: Pasien
1.Mengevaluasi kegiatan keluarga - pasien lebih sering sendiri dan
dalam merawat/ melatih klien tidak banyak bicara
menghardik dan memberikan Keluarga
obat. Beri pujian. - keluarga mampu menjelaskan
2. Menjelaskan cara bercakap- kembali cara mengontrol
cakap dan melakukan kegiatan halusinasi dengan bercakap-cakap
untuk mengontrol halusinasi. A: Pasien
3. Melatih dan sediakan waktu - halusinasi masih ada
bercakap-cakapdengan klien - pasien belum mencoba bercakap
terutama saat halusinasi. dengan orang lain.(Belum
4. Menganjurkan membantu klien mandiri)
sesuai jadwal dan memberikan Keluarga
pujian. - keluarga belum mampu
membantu klien dalam
mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap (Belum Mandiri)
P:
Pasien : latihan mengontrol halusinasi
dengan bercakap cakap 2x sehari pagi
94
95
Defisit perawatan Sabtu/ 23- Sp 2 pasien Sabtu/ 23- S: Pasien mengatakan sudah mandi dan
diri 07-2016 1.mengevaluasi jadwal harian 07-2016 malas berdandan
2.mengajarkan cara berdandan O:Pasien kurang rapi ,kumis tidak
yang benar dicukur dan baju tidak rapi
3.memganjurkan pasien A: defisit perawatan diri
mempraktekan cara berdandan Pasien tidak mencoba kan cara berdandan
yang benar P:
4.menganjurkan masukan dalam Pasien: latihan cara berdandan 2x sehari
jadwal kegiatan harian pagi 09.00 dan sore 16.00
Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
Perawat: sp 2(Belum mandiri)
Optimalkan sp 2 (berdandan/berhias)
95
96
Resiko prilaku Sabtu/ 23- 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Sabtu/ 23- S: Pasien mengatakan senang berinteraksi
kekerasan 07-2016 harian pasien 07-2016 dengan perawat
2. Menjelaskan cara mengontrol O: pasien dapat mengulangi cara
PK dengan cara verbal: meminta dengan baik, menolak dengan
meminta dengan baik, menolak baik, dan mengungkapkan dengan baik
dengan baik, dan A: PK tidak ada
mengungkapkan dengan baik pasien mncoba mengontrol PK : dengan
3. Melatih pasien cara mengontrol verbal (M)
PK dengan cara verbal: P:
meminta dengan baik, menolak Pasien: latih mengontrol PK dengan
dengan baik, dan meminta dengan baik, menolak dengan
mengungkapkan dengan baik baik, dan mengungkapkan dengan baik
Mengajurkan pasien memasukkan 2xsehari jam 11.00 dan 14.00
cara meminta dengan baik, Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
menolak dengan baik, dan Perawat: optimalkan SP3, lanjut SP4(
mengungkapkan dengan baik mengontrol PK dengan cara spritual:
dalam jadwal kegiatan harian berdoa dan beribadah)
96
97
97
98
Defisit perawatan Senin/ 25- Sp 2 pasien Senin/ 25- S: pasien mengatakan senang sudah
diri 07-2016 1.mengevaluasi jadwal harian 07-2016 mandi dan sudah berdandan
2.mengajarkan cara berdandan O: pasien tampak rapi dan segar
yang benar Dan sudah kumis sudah dicukur
3.menganjurkan pasien A: defisit perawatan diri masih ada
mempraktekan cara berdandan pasien mempraktekan cara berdandan
98
99
Resiko prilaku Senin/ 25- 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Senin/ 25- S: pasien mengatakan senang berinteraksi
kekerasan 07-2016 harian pasien 07-2016 dengan perawat
2. Menjelaskan cara mengontrol O: pasien dapat mengulangi cara berdoa
PK dengan cara spritual: dan beribadah
berdoa, dan beribadah A: PK tidak ada
3. Melatih pasien cara mengontrol pasien mencoba mengontrol PK :
PK dengan cara spritual: berdoa spiritual
dan beribadah P:
4. Mengajurkan pasien Pasien: latihan mengontrol PK dengan
memasukkan berdoa dan berdoa dan beribadah 2x sehari pagi jam
beribadah dalam jadwal 05.00 dan 13.00
kegiatan harian Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
Perawat: optimalkan SP4, lanjut SP5
99
100
100
101
101
102
102
103
103
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, maka dalam BAB ini penulis akan
membahas mengenai kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang ditemukan
dalam perawatan khususnya pada pasien persepsi sensori: halusinasi pendengaran
dan penglihatan pada Tn. A yang dikelola penulis sejak tanggal 18 Juli sampai 30
Juli2016 di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar dari proses keperawatan
dengan cara wawancara dan observasi secara langsung dengan pasien dan
keluarga. Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan, tahap pengkajian atas pengumpulan data, perumusan kebutuhan
atas masalah pasien, data yang dikumpulkan meliputi biologis, psikologis,
sosial dan spiritual (Keliat, 2011).
Setelah dilakukan pengkajian pada Tn.A ditemukan kesamaan antara teori
dan kasus, pada etiologi, faktor predisposisi yang mempengaruhi halusinasi
pasien, yaitu diantaranya, faktor biologi yaitu abnormalitas perkembangan
sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif.
Pada kasus yang ditemukan pada pasien Tn. A yaitu ditemukan diagnosa
gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran, pada saat pengkajia
klienmengatakan mendengar suara-suara yang membisikkan di kedua
telinganya, suara-suara yang didengarkanya yaitu “untuk tidak berpakaian
dan mengatakan memukul orang tuanya” suara itu muncul kadang-kadang 4-5
kali dalam sehari, muncul di waktu pagi, siang dan malam hari. Muncul saat
klien bermenung dan sendirian.Dapat disimpulkan yang dikatakan pasien itu
merupakan sensasi palsu, karna yang dirasakan oleh pasien tidak sama
dengan mahasiswa perawat jadi mahasiswa perawat mengangat diagnose
sensori persepsi: penglihatan dan pendengaran.
Pada kasus ditemukan adanya kesamaan yaitu baik halusinasi penglihatan
dan pendengaran juga berdampak bagi kepribadian klien yang lemah karena
104
105
105
106
realitanya tidak ada. Untuk faktor predisposisi dari ke dua halusinasi itu sama
karena faktor psikologis dimana klien bertipe kepribadian lemah yang mudah
sekali untuk depresi, apabila kemauan klien tidak terpenuhi apalagi diikuti
dengan banyak konflik yang terjadi dalam keluarga dan lingkungan karna
klien suka memikirkan dan bermenung sendirian maka akan berpengaruh
pada psikologis/ kejiwaan klien yang mengakibatkan klien mengalami
gangguan sensori perspesi: halusinasi penglihatan dan pendengaran klien
mudah bicara sendiri, bicara ngaur dan tidak masuk akal.
Saat berinteraksi dengan Tn.A pada tanggal 19 juli 2016, ditemukan
diagnosa deficit perawatan diri.Pada saat pengkajian klienpasien mengatakan
kadang tidak mandi dan tidak bisa merapikan baju sendiri yang
dipakainya.Pasien mengatakan tidak ada menyisir rambut setelah mandi.Klien
mengatakan kadang-kadang menggosok gigi, gigi klien tampak kuning.
Pasien mengatakan kadang pakaiannya tidak sesuai,kadang sempit,kadang
terlalu longgar dan kadang tidak punya resleting celana. Pada pasien rambut
tampak kusam, pasien tidak tampak menyisir rambut setelah mandi, kulit
klien terasa sedikit kasar, kuku kotor dan hitam, pasien tampak tidak rapi,baik
baju dan celana yang dipakai. pasien juga mengatakan kadang mandi kadang
tidak, 1-2 x sehari mandi dan mengganti pakaian kadang 1 x 2 hari,
terkadang 1 x dalam sehari. pasien tampak tidak menggunakan sendal,
tampak agak kusam, resleting celana tidak dirapikan.Setelah dilakukan
pengkajian pada Tn. A ditemukan kesamaan antara teori dan kasus,
diantaranya kesamaan pada status mental yaitu penampilan. Menurut Stuart
(2006) pada penampilan pasien tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai,
dan cara berpakaian pasien tidak seperti biasanya.
Menurut Stuart (2006) faktor sosial budaya dapat pula mengakibatkan
gangguan realita seperti kemiskinan dan konflik sosial budaya misalnya pada
kasus juga ditemukan kesamaan yaitu dari faktor sosial budaya yang
diakibatkan oleh kehidupan sosial yang mengakibatkan gangguan terhadap
realita seperti kemiskinan yang dialami oleh keluarga sehingga keinginan
yang dialami klien tidak dapat diterima dan dipenuhi oleh keluarga.Dari
faktor biologis yaitu terjadina abnormalitas perkembangan system syaraf
106
107
107
108
ekonomi keluarga juga menjadi salah satu faktor penghambat unutk klien
mendapatkan keinginaanya jadi orang yag sukses seperti teman-teman
sebayanya.
Menurut Stuart (2006) faktor sosial budaya dapat pula mengakibatkan
gangguan realita seperti kemiskinan dan konflik sosial budaya misalnya pada
kasus juga ditemukan kesamaan yaitu dari faktor sosial budaya yang
diakibatkan oleh kehidupan sosial yang mengakibatkan gangguan terhadap
realita seperti kemiskinan yang dialami oleh keluarga sehingga keinginan
yang dialami klien tidak dapat diterima dan dipenuhi oleh keluarga. Faktor
bilologis yaitu terjadinya abnormalitas perkembangan system saraf yang
berhubungan dengan respon yaitu pernah dipukuli yahanya.
Dari manifestasi klinis pada teori dan kasus tidak ditemukan kesenjangan
Tn.A saat ini mengalami resiko perilaku kekerasan. Pada teori stuart dan
laraia (2011) disebutkan karakteristik: klien pernah melakukan penganiayaan,
klien sebagai korban penganiayaan. Pada kasus juga ditemukan hal yang
sama yang dialami klien mengatakan pernah memukul orang tuanya, klien
mengatakan dirumah pernah merusak alat – alat rumah tangga, klien
mengatakan dulu pernah dipukuli orang tuanya
Menurut analisa penulis terjadinya resiko perilaku kekrsan klien karena
faktor psikologis, dimana klien bertipe kepribadian lemah yang mudah sekali
untuk depresi, apabila kemauan klien tidak terpenuhi apalagi diikuti dengan
banyaknya konflik yang terjadi di dalam keluarga dan lingkungan yang akan
berpengaruh pada psikologis/kejiwaaan klien yang mengakibatkan klien
mengalami resiko perilaku kekerasanyaitu Klien mengatakan pernah
memukul orang tuanya, klien mengatakan dirumah pernah merusak alat – alat
rumah tangga, klien mengatakan dulu pernah dipukuli orang tuanya.
B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola
respon klien baik actual maupun potensial (Stuart dan Laraia dalam Keliat,
2009).Menurut Carpenito (2009) diagnosa keperawatan adalah penilaian atau
kesimpulan yang diambil dari pengkajian.
108
109
109
110
110
111
D. Implementasi
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan.pada situasi nyata, implementasi sering kali jauh berbeda
dengan rencana keperawatan (Keliat, 2009).
Pada kasus pelaksanaan keperawatan sudah sesuai dengan rencana
tindakan keperawatan yang diberi hanya berfokus pada masalah utama (core
problem) yaitu : gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan dan
pendengaran untuk implementasinya berlangsung dari tanggal 19 juli- 25 juli
2016
Strategi pelaksanaan 1 yaitu membina hubungan saling percaya dengan
tindakan, mengucapkan salam setiap kali berinteraksi, berkenalan dengan
klien :berkenalan nama dan nama panggilan klien, membuat kontrak asuhan
apa yang dilakukan bersama klien, membantu klien mengenal halusinasi : isi,
frekuensi, waktu terjadi, situasi pencentus, persaan, respon, menjelaskan cara
mengontrol halusinasi: obat, menghardik, bercakap-cakap, melakukan
kegiatan terjadwal.
SP 1 yaitu memberikan obat yang baik dan benar yaitu berlangsung
selama 2 hari, di mana klien mampu mengontrol halusinasi dengan obat serta
klien tahu manfaat, isi, dosis, cara, waktu dan kontuinitas obat secara mandiri
kemudian memasukan ke dalam jadwal kegiatan untuk melatih menghardik
dan minum obat. Pada strategi pelaksanaan 2 (SP 2) Mengevaluasi jadwal
kegiatan minum obat dan memberikan pujian, kemudian mengajarkan cara
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, untuk SP 2 berlangsun
selama 1 hari, memberikan contoh kepada klien cara mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik, menyarankan klien untuk mengulang kembali cara
untuk mengontrol halusinasi (bayangan dan suara) masukan pada jadwal
kegiatan untuk melatih menghardik. Pada strategi pelaksanaan 3 (SP 3)
evaluasi kegiatan melatih menghardik dan minum obat. Berikan pujian,
melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap saat
terjadi halusinasi dengan memanggil teman, keluarga atau perawat saat
halusinasi itu muncul, memasukan pada jadwal kegiatan untuk melatih
minum obat, menghardik dan bercakap-cakap. Untuk SP 3 berlangsung hari,
111
112
112
113
113
114
secara mandiri. Sejauh ini penulis tidak ada mendapatkan hambatan dalam
memberikan askep, karena ada faktor dari klien yang cukup kooperatif yang
memudahkan klien dalam melaksanakan strategi pelaksanaan.
114
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
115
116
B. Saran
1. Proses keperawatan
Pada pengkajian diharapkan lebih menindaklanjuti pada aspek
manifestasi dari halusinasi pendengaran dan penglihatan, karena di sana
terdapat 2 manifestasi yang berbeda. Pada diagnosa keperawatan
116
117
117