Anda di halaman 1dari 117

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan
sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan
koping yang efektif,konsep diri yang positif, dan kestabilan emosional
(Videbeck,2011).Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seseorang yang terus
tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan dalam pengendalian diri,
serta gangguan jiwa (Direja, 2011).
Gangguan jiwa adalah manifestasi dari bentuk penyimpangan perilaku
akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan ketidakwajaran dalam
bertingkah laku.Hal ini terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan.
Gangguan jiwa terjadi apabila ditemukan adanya gangguan pada fungsi mental ,
meliputi emosi,pikiran, perilaku,perasaan,motivasi, kemauan, keinginan daya tilik
diri dan persepsi sehingga terjadi halusinasi pendengaran dan penglihatan ( Nasir,
2011)
Halusinasi merupakan kondisi hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal pikiran dan rangsangan eksternal dunia
luar.Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek
atau rangsangan yang nyata. Halusinasi dapat dibedakan menjadi lima, pertama
halusinasi pendengaran, kedua halusinasi penglihatan,ketiga halusinasi
penghiduan, halusinasi pengecapan,halusinasi perabaan (Keliat, 2011)
Halusinasi pendengaran adalah karekteristik di tandai dengan mendengar
suara yang sedang membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintah
untuk melakukan sesuatu. Sedangkan halusinasi penglihatan karakteristik ditandai
dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran cahaya, gambaran
geometrik,gambar kartun dan panorama yang luas dan komplek.penglihatan bisa
menyenangkan atau menakutkan.(Keliat, 2011)
Menurut WHO World Health Organization menyebutkan bahwa
prevalensi masalah keperawatan jiwa saat ini cukup tinggi, 25% dari penduduk
dunia pernah menderita masalah kesehatan jiwa, 1% di antaranya adalah

1
2

gangguan jiwa berat. Potensi seseorang mudah terserang gangguan jiwa memang
tinggi, setiap saat 450 juta orang di seluruh dunia terkena dampak permasalahan
jiwa, saraf, maupun perilaku.Salah satu bentuk gangguan jiwa yang terdapat di
seluruh dunia adalah gangguan jiwa berat yaitu Skizofrenia (Riza, 2010).
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), 2014 (Depkes RI, 2014)
menyebutkan 14,1% penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa dari ringan
hingga berat. Data dari 33 rumah sakit jiwa di seluruh Indonesia menyebutkan
hingga kini jumlah penderita jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. Indonesia
memiliki prevalensi sekitar 11% dari total penduduk dewasa.
Menurut peneliatian WHO di beberapa negara berkembang menunjukan
bahwa 30-50% pasien yang berobat ke fasilitas pelayanaan kesehatan umum
ternyata menderita gangguan jiwa, sedangkan jumlah penderita Skizofrenia 70%
diantaranya mengalami halusinasi (Riza, 2010).
Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan
menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan dan perilaku aneh yang
terganggu, salah satu gejala umum Skizofrenia yaitu adanya halusinasi atau
gangguan persepsi sensori.Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di
mana klien mengalami perubahan persepsi sensori seperti merasakan sensasi palsu
berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, penghiduan dan pendengaran
(Robiansyah, 2007).Thomas (2006) yang menyatakan halusinasi secara umum
ditemukan pada klien gangguan jiwa salah satunya adalah pada klien skizofrenia.
Halusinasi adalah bentuk yang paling sering dari gangguan prsepsi berupa
suara-suara, bising/ mendengung, tapi yang paling sering berupa kata tersusun
dalam bentuk kalimat yang agak sempurna.Kadang-kadang pasien mengaanggap
halusinasi datang dari setiap tubuh atau di luar tubuhnya dan menyenangkan
(Dunn & Birchwood, 2009).
Angka statistic dunia menyebutkan hampir 24 juta orang di seluruh dunia
menderita gangguan skizofrenia halusinasi dengan angka kejadian 1 per 1000
penduduk dan diperkirakan terdapat 4-10 % risiko kematian sepanjang rentang
kehidupan penderita skizofrenia halusinasi. Indonesia angka statistic skizofrenia
halusinasi diperkirakan 0,46-2 penduduk atau 1.700.000 jiwa (Irmansyah, 2010).

2
3

Berdasarkan data Kesehatan Kota Padang (DKK,2013) terdapat data


kunjungan kasus gangguan jiwa baru di Pukesmas kota padang khususnya
gangguan skizofrenia dan psikotik kronik lainya berjumlah 122 (laki-laki), 169
(perempuan) sedangkan yang lama yaitu berjumlah 3563 (laki-laki), 1990
(perempuan).
Puskesmas Nanggalo Padang merupakan pelayanan kesehatan melayani
masyarakat dengan berbagai macam masalah kesehatan. Puskesmas nanggalo
padang menyediakan beberapa unit pelayanan yaitu gawat darurat, lansia, umum,
gigi, kesehatan ibu dan anak serta klinik bersalin. Data yang didapatkan dari
puskesmas nanggalo padang januari sampai dengan Juni 2016 didapatkan
sebanyak 101 kasus kunjungan, terdapat penderita halusinasi sebanyak 29 orang
(28%), penderita risiko perilaku kekerasan sebanyak 27 orang (26%), penderita
dengan harga diri rendah sebanyak 18 orang (9%), penderita risiko bunuh diri
sebanyak 8 orang (7%), penderita waham sebanyak 13 orang (12%) dan penderita
isolasi sosial sebanyak 6 orang (5%)
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh pasien yang mengalami gangguan
halusinasi pendengaran dan penglihatan adalah kehilangan kontrol dirinya,
dimana pasien mengalami panik dan perilakunya dikendalikan oleh halusinasinya.
Dalam situasi ini pasien dapat melakukan bunuh diri, membunuh orang lain dan
merusak lingkungan. Untuk memperkecil dampak yang timbul dibutuhkan
penanganan halusinasi yang tepat (Stuart, 2009).
Untuk mencegah dampak selanjutnya dari halusinasi maka juga
dibutuhkan peran perawat dalam melakukan asuhan keperawatan yaitu sebagai
pelaksana asuhan keperawatan jiwa dengan memperhatikan aspek bio-psiko-sosio,
sebagai pendidikan yaitu perawat mengajarkan klien teknik mengontrol
halusinasnya dengan cara menghardik, minum obat, bercakap-cakap dengan orang
lain dan melakukan aktivitas terjadwal
Peran, fungsi dan tanggung jawab perawat adalah untuk meningkatkan
derajat kesehatan jiwa, memulihkan dan melaksanakan program rehabilitasi.Peran
perawat dalam menghadapi pasien halusinasi adalah membina hubungan saling
percaya melalui pendekatan terapeutik dan membantu pasien menghadirkan
realita (Arifiana, 2010).

3
4

Adapun peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan jiwa


diantaranya preventif, promotif dan kuratif dan rehabilitative. Upaya preventif
yaitu dengan mencegah perilaku yang merusak diri sendiri dan orang lain, upaya
promotif yaitu memberikan pendidikan kesehatan bagi keluarga tentang merawat
pasien gangguan sensori persepsi halusinasi, upaya kuratif yaitu kolaborasi
dengan tim kesehatan untuk memberikan pengobatan dan upaya rehabilitatif yaitu
membantu klien dalam kegiatan sehari – hari dan dapat kembali menjalani
kehidupan normal (Keliat, 2009)
Salah satu masalah gangguan jiwa yang menjadi penyebabTn A dibawa ke
rumah sakit jiwa adalah halusinasi.Berdasarkan observasi dilakukan penulis pada
tanggal 18-19 Juli 2016 pada klien Tn. A dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi penglihatan dan pendengaran bahwa klien kooperatif dan dapat
membina hubungan saling percaya . Berdasarkan pengkajian klien menceritakan
apa penyebab masuk rumah sakit, klienmengatakan melihat bayangan-bayangan
putih yang mengajaknya ke suatu tempat dan bayangan-bayangan yang berbentuk
kekerasan serta dengarkan bisikan-bisikan seperti menyuruh untuk pergi dari
rumah .
Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk menulis karya tulis
ilmiah dengan judul “Asuhan keperawatan pada TnA dengan gangguan persepsi
sensori halusinasi penglihatan dan pendengaran di Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Padang tahun 2016”.

B. Tujuan penulisan
1. Tujuan umum
Mampu menerapkanAsuhan keperawatan pada Tn.A dengan gangguan
persepsi sensori halusinasi penglihatan dan pendengaran di Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2016”.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. A dengan gangguan persepsi
sensori halusinasi penglihatan dan pendengaran di Wilayah Kerja
Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2016.

4
5

b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. A dengan


gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan dan pendengaran di
Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2016.
c. Mampu merencana asuhan keperawatan pada Tn. A dengan gangguan
persepsi sensori halusinasi penglihatan dan pendengarandi Wilayah
Kerja Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2016.
d. Mampu melakukan implementasi keperawatan pada Tn. A dengan
gangguan persepsi sensori halusinasipenglihatan dan pendengaran di
Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2016.
e. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. A dengan
gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan dan pendengaran di
Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2016.
f. Melakukan dokumentasi keperawatan pada Tn. A dengan gangguan
persepsi sensori halusinasi penglihatan dan pendengarandi Wilayah
Kerja Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2016.

C. Manfaat penulisan
1. Bagi penulis
a. Menambah wawasan dan pengetahuan, pengalaman dan meningkatkan
keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan
b. Meningkatkan keterampilan dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi penglihatan
dan pendengaran.
2. Profesi keperawatan
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di
Puskesmas dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa
khususnya klien dengan kasus gangguan persepsi sensori
:halusinasipenglihatan dan pendengaran.
3. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di
Puskesmas dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan keperawatan jiwa
khususnya pada kasus gangguan persepsi sensori : halusinasipenglihatan
dan pendengaran.

5
6

4. Institusi pendidikan
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk institusi
pendidikan keperawatan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan
pendidikan di masa yang akan datang.

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa
adanya rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart, 2009).Halusinasi
merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi.Suatu pencerapan panca indera tanpa ada
rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami seperti suatu
persepsi melalui pancaindera tanpa stimulus eksternal : persepsi palsu.
Berbeda dengan ilusi dimana pasien mengalami persepsi yang salah
terhadap stimulus, salah persepsi pada halusinasi terjadi tanpa adanya
stimulus eksternal yang terjadi.Stimulus internal dipersepsikan sebagai
sesuatu yang nyata oleh pasien (Carpenito, 2007).
Dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah gangguan persepsi
yang membuat seseorang dapat melihat sesuatu atau mendengar suara
yang tidak ada sumbernya, bisa berupa halusinasi pendengaran,
penglihatan, penciuman, pengecapan dan perabaan (Diagnostic and
Statistic Manual of Mental Disorder, 2009).
2. Rentang Respon Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu respon mala daptif individu yang
berada dalam rentang respon neurobiologist (Stuart & Laraia, 2001). Ini
merupakan respon persepsi paling maladaptif. Jika individu yang sehat
persepsinya akurat, mampu mengidentifikasi dan menginterprestasikan
stimulus berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indera
(pendengaran, penglihatan, penghidu, pengecapan, dan perabaan), pasien
dengan halusinasi mempersepsikan suatu stimulus panca indera walaupun
sebenarnya stimulus tersebut tidak ada.
Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang
karena sesuatu hal mengalami kelainan persepsi yaitu salah
mempersepsikan stimulus yang diterimanya yang disebut sebagai

7
8

ilusi.Pasien mengalami ilusi jika interpretasi yang dilakukannya terhadap


stimulus panca indera tidak akurat sesuai stimulus yang diterima.Rentang
respon halusinasi dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Adaptif Maladaptif

Respon Adaptif Distorsi pikiran Delusi halusinasi


 Respon logis  Perilaku aneh/  Perilaku
 Persepsi akurat tidak sesuai disorganisasi
 Perilaku sesuai  Menarik diri dengan
 Emosi sosial  Emosi pengalaman
berlebihan

(Purba 2008).
3. Faktor penyebab
a. Faktor predisposisi (Stuart, 2009)
1) Faktor biologi
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami.
2) Faktor psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan
yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah
penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3) Sosial budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan,
bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stres.
b. Faktor presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul
gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan,
isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian

8
9

individu terhadap stresor dan masalah koping dapat mengindikasikan


kemungkinan kekambuhan (Keliat, 2006). Menurut Stuart (2007),
faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak
untuk diinterpretasikan.
2) Stres Lingkungan
Ambang toleransi terhadap stres yang berinteraksi terhadap stresor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) SumberKoping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stresor.
4. Proses terjadinya
Halusinasi terjadi dari faktor penyebab lalu klien merasakan
perasaan diancam oleh lingkungan kemudian individu tersebut mencoba
mengingkari ancaman dan individu mencoba memproyeksikan pikiran
internal pada lingkungan tapi perasaan, pikiran, dan keinginan negative
klien tidak dapat diterima sebagai bagian eksternal maka terjadilah
halusinasi.
5. Klasifikasi halusinasi
Menurut Stuart, (2007) jenis-jenis halusinasi dibedakan menjadi 7
yaitu Halusinasi pendengaran, penglihatan, penciuman, pengecapan,
perabaan, senestetik, dan kinestetik. Adapun penjelasan yang lebih detail
adalah sebagai berikut :
a. Halusinasi pendengaran
Karakteristik : Mendengar suara atau bunyi, biasanya orang.
Suara dapat berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang
bicara mengenai klien. Jenis lain termasuk pikiran yang dapat didengar
yaitu pasien mendengar suara orang yang sedang membicarakan

9
10

apayang sedang dipikirkan oleh klien dan memerintahkan untuk


melakukan sesuatu yang kadang-kadang berbahaya.
b. Halusinasi penglihatan
Karakteristik : Stimulus penglihatan dalam kilatan cahaya,
gambar geometris, gambar karton, atau panorama yang luas dan
kompleks. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan atau
yang menakutkan seperti monster.
c. Halusinasi penciuman
Karakteristik : Mencium bau-bau seperti darah, urine, feses,
umumnya bau-bau yang tidak menyenangkan. Halusinasi penciuman
biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang, dan dimensia.
d. Halusinasi pengecapan
Karakteristik : Merasakan sesuatu yang busuk, amis, dan
menjijikan seperti darah, urine, atau feses.
e. Halusinasi perabaan
Karakteristik : Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa
stimulus yang jelas, rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah,
benda mati atau orang lain.
f. Halusinasi Senestik
Karakteristik : Merasakan fungsi tubuh seperti darah mengalir melalui
vena dan arteri, makanan dicerna atau pembentukan urine.
6. Tanda dan gejala
Jenis halusinasi Data objektif Data subjektif
halusinasi bicara atau tertawa mendengar suara-suara
pendengaran sendiri marah-marah atau kegaduhan
tanpa sebab mendengar suara yang
menyedengkan telinga mengajak bercakap-
kea rah tertentu cakap
menutup telinga mendengar suara
menyuruh melakukan
sesuatu yang
berbahaya

10
11

Halusinasi penglihatan Menunjuk-nunjuk Melihat bayangan sinar


kearah tertentu bentuk geometris
Ketakutan pada sesuatu bentuk karton melihat
yang tidak jelas hantu atau monster
Halusinasi penghidu Menghidu seperti Membaui bau-bauan
sedang membaui bau- seperti bau darah,urine
bauan tersebut feses, kadang kadang
Menutup hidung bau itu menyenangkan
Halusinasi pengecapan Sering meludah merasakan seperti
muntah darah, urine, dan feses
Halusinasi perabaan Mengagaruk garuk Mengatakan ada
permukaaan kulit serangga dipermukaan
kulit
Merasa seperti
tersengat listrik
Yosep I,(2011)
7. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah upaya atau cara untuk menyelesaikan masalah
langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi
diri, mekanisme koping ada 2 yaitu :
a. Mekanisme koping destruktif
1) Identifikasi
Menginternalisasi ciri-ciri yang dimiliki oleh orang lain yang
berkuasa dan dianggap mengancam.
2) Pengalihan
Memindahkan reaksi dari objek yang mengancam ke objek yang
asli tidak ada atau berbahaya bila diagresi secara langsung.
3) Represi
Menghalangi impuls-impuls yang ada atau tidak bias diterima
sehingga impuls-impuls tersebut tidak dapat diekspresikan secara
sadar atau langsung dalam tingkah laku.

11
12

4) Denial
Melakukan bloking atau menolak terhadap kenyataan yang ada
karena kenyataan yang ada dirasa mengancam integritas individu
yang bersangkutan.
5) Reaksi formasi
Dorongan yang mengancam diekspresikan dalam bentuk laku
secara terbalik.
6) Proyeksi
Mengatribusikan atau menerapkan dorongan-dorongan yang
dimiliki pada orang lain karena dorongan-dorongan tersebut
mengancam integritas.
7) Rasionalisme atau intektualitas
Dua gagasan yang berbeda dijaga supaya tetap terpisah karena bila
bersama-bersama akan mengancam.
8) Sublimasi
Dorongan atau impuls yang ditransportasikan menjadi bentuk-
bentuk yang diterima secara social sehingga dorongan atau impuls
aslinya.
b. Mekanisme koping konstruktif
1) Penalaran (reasoning)
Penggunaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasikan
berbagai macam alternative pemecahan masalah dan kemudian
memilih salah satu alternative yang dianggap paling
menguntungkan.
2) Objektifitas
Kemampuan untuk membedakan antara komponen-komponen
emosional dan logis dalam pemikiran, penalaran maupun tingkah
laku.
3) Konsentrasi
Kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada
persoalan yang sedang dihadapi.

12
13

4) Penegasan diri (self assertion)


Individu berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi
pemicu stress dengan cara mengekspresikan perasaan dan pikiran-
pikirannya secara langsung tetapi dengan cara yang tidak memaksa
atau manipulasi orang lain.
5) Pengamatan diri (self observation)
Pengamatan diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu
melakukan pengujian secara objektif proses-proses kesadaran
sendiri atau mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku motif,
ciri, sifat sendir dan seterusnya untuk mendapatkan pemahaman
mengenai diri sendiri yang semakin mendalam.
6. Penatalaksanaan
a. Keperawatan
1) Therapy individu dan keluarga
Metode pemberian strategi pelaksanaan
2) Therapy kelompok
Metode pengobatan klien ditemui dalam rancangan tertentu
dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu. Focus
terapi kelompok adalah membuat sadar diri, peningkatan
hubungan interpersonal, membuat perubahan atau ketiganya
(Keliat, 2008).
b. Medis
1) Elektro Encephalo Grafi (EEG) suatu pemeriksaan yang
bertujuan memberikan informasi penting tentang kerja dan
fungsi otak.
2) CT Scan untuk mendapatkan gambaran fungsi otak tiga
dimensi.
3) Single photon emission computed tomography (SPECT)melihat
wilayah otak dan tanda-tanda abnormalitas pada otak dan
menggambarkan perubahan-perubahan aliran darah yang
terjadi.

13
14

4) Psikofarma
a) Anti psikotik seperti: clopromazine (CPZ), haloperidol
(HLP), stelazine.
b) Anti Parkinson seperti : trihexipenidil, sulfas atropine
(injeksi).
c) Anti depresan seperti : golongan trisilik atau amitripilin
d) Anti ansietas seperti : diazepam
7. Prinsip tindakan Keperawatan
Prinsip tindakan keperawatan pada pasien dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi, menurut Keliat (2006) antara lain :
a. Validasi halusinasi klien dan tidak memfasilitasi halusinasi
klien
b. Adakah kontrak sering tapi singkat
c. Terima halusinasi dan ungkapkan realita perawat
d. Batu klien mengontrol halusinasinya.

B. Asuhan Keperawatan Teoritis


Berdasarkan askep teoritis, diuraikan dengan beberapa langkah sebagai berikut
(Keliat, 2014)
1. Pengkajian
a. Identitas
Identitas terdiri dari : nama pasien (Identitas), umur, jenis kelamin,
agama, alamat lengkap, informan, keluarga yang bisa dihubungi.
b. Keluhan utama
Keluhan klien untuk halusinasi penglihatan yaitu berbicara sendiri,
sering melihat bayangan-bayangan, sering tertawa sendiri dan
cenderung merusak lingkungan. Biasanya ada upaya keluarga untuk
berobat ketempat yang lain namun tidak berhasil sehingga kiln
dimasukkan lagi ke rumah sakit atau ke klinik jiwa lainya.Keluhan
klien untuk halusinasi pendengaran yaitu sering mengarahkan telinga
ke sesuatu tempat dan tertawa-tertawa sendiri dan cenderung
berbicara-berbicara sendiri.

14
15

c. Faktor predisposisi
Biasanya ada salah satu anggota keluarga yang mengalami gangguan
jiwa sebelumnya dan kurang berhasil dalam pengobatan dan putus obat
biasanya ada riwayat penganiayaan fisik maupun kekerasan dalam
keluarga biasanya ada mengalami trauma di masa lalu yang tidak
menyenangkan.
d. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan head to toe, tanda –
tanda vita (TTV) , dan keluhan yang dirasakan pada fisik pasien.
1) Tanda – tanda vital (TTV)
Terdiri dari : TD, Nadi, Suhu dan Pernafasan
2) Ukuran
Pasien halusinasi tinggi badan tidak sesuai dengan berat badan
karna pasien hausinasi biasanya mengalami penurunan nafsu makan
sehingga berat badan pasien menurun.
3) Keluhan fisik
Pasien mengeluh badannya sering merasa lelah dan letih
e. Psikososial
1) Genogram
Biasanya ada anggota keluarga pasien yang lain yang
mengalami gangguan jiwa, pola komunikasi terganggu, begitu
pula dengan pengambilan keputusan dan pola asuh. Genogram
dilihat dari 3 generasi sebelumnya.
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Biasanya berisi tentang persepsi pasien tentang tubuhnya,
bagian tubuh yang disukai dan bagian tubuh yang tidak
disukainya.Biasanya pasien mudah kecewa, mudah putus
asa, menutup diri.
b) Identitas diri
Biasanya berisi status pasien atau posisi pasien sebelum
dirawat.Kepuasan pasien sebagai laki – laki atau

15
16

perempuan.Dan kepuasan pasien terhadap status dan


posisinya (sekolah, temapt kerja, dan kelompok)
c) Peran diri
Biasanya pasien menceritakan tentang peran/tugas yang
diemban dalam keluarga/ kelompok
masyarakat.Kemampuan pasien dalam melaksanakan tugas
atau peran tersebut.Biasanya mengalami krisis peran.
d) Ideal diri
Biasanya berisi tentang harapan pasien terhadap
penyakitnya.Harapan pasien terhadap lingkungan (keluarga,
sekolah, tempat kerja, dan masyarakat).Dan harapan pasien
terhadap tubuh, posisi, status, dan tugas atau peran.Biasanya
gambaran diri negatif.
e) Harga diri
Biasanya tentang hubungan pasien dengan orang lain sesuai
dengan kondisi pada citra diri, identitas diri, peran diri, dan
ideal diri. Penilaian/ penghargaan orang lain terhadap diri
dan kehidupannya. Biasanya pasien mengalami harga diri
rendah.
MK: Harga Diri Rendah
3) Hubungan sosial
Biasanya pasien dengan halusinasi tidak mempunyai orang
yang terdekat dan sering dicemoohkan oleh lingkungan
disekitar pasien
MK: Isolasi sosial
4) Spritual
a) Nilai dan keyakinan
Biasanya nilai – nilai dan keyakinan terhadap agama
kurang sekali, keyakinan agama pasien halusinasi juga
terganggu

16
17

b) Kegiatan ibadah
Biasanya pasien menjalankan kegiatan ibadah dirumah
sebelumnya, saat sakit ibadah terganggu atau sangat
berlebihan
f. Status mental
1) Penampilan
Biasanya penampilan pasien tidak rapi, penggunaan
pakaian tidak sesuai, dan cara berpakaian pasien tidak seperti
biasanya.
MK: Defisit perawatan diri
2) Cara bicara/ pembicaraan
Biasanya cara bicara pasien dengan halusinasi biasanya keras,
gagap, inkoheren, apatis, lambat, membisu, dan tidak mampu
memulai pembicaraan.
MK: Hambatan komunikasi
3) Aktivitas motorik
Biasanya keadaan pasien tampak lesu, tegang, gelisah, dan
tremor.
4) Alam perasaan
Biasanya keadaan pasien tampak seperti sedih, ketakutan,
putus asa, khawatir, dan gembira secara berlebihan
MK:Ansietas/ketakutan/keputusasaan/Ketidakberdayaan
5) Afek
Biasanya afek pasien datar, tumpul, labil, dan tidak sesuai
MK: Hambatan komunikasi
6) Interaksi selama wawancara
Biasanya pada saat melakukan wawancara pasien
bermusuhan, tidak kooperatif , mudah tersinggung, kontak
mata kurang, dan selalu curiga.
MK: Hambatan Komunikasi

17
18

7) Persepsi
Biasanya halusinasi pendengaan, biasanya pasien
mendengar suara gaduh, suara menyuruh melakukan sesuatu
atau suara-suara yang mengajak pasien untuk bercakap-cakap
kadang suara tersebut mengancam dan menakutkan pasien,
waktunya kadang pagi, siang, sore dan bahkan malam hari,
frekuensinya bisa 3 sampai 5 kali dalam sehari atau bahkan tiap
jam, biasanya pasien berespon dengan cara berjalan mondar
mandir, kadang pasien bicara dan tertawa sendiri dan bahkan
berteriak, situasinya yaitu biasanya ketika pasien termenung,
sendirian atau sedang duduk.
MK: Perubahan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran dan
penglihatan
8) Proses pikir
Biasanya pada pasien halusinasi proses pikir pasien
Sirkumtansial, tangensial, kehilangan asosiasi, pengulangan
pembicaraan.
MK: Gangguan proses pikir
9) Isi pikir
Biasanya klien melakukan yang tidak logis terhadap
objek/situasi tertentu, ketakutan ditolak, tidak diterima atau
diejek.
10) Tingkat kesadaran
Biasanya klien bingung dan terjadi disorientasi terhadap
orang, tempat dan waktu.
11) Memori
Jangka panjang biasanya klien bias menceritakan masa
lalunya, janga pendek biasanya klien mampu mengingat
kejadian saat dia dibawa ke RSJ, dan saat ini biasanya klien
mampu mengingat siapa nama perawat.

18
19

12) Tingkat konsentrasi dan berhitung


Biasanya konsentrasi klien mudah dialihkan, klien tidak
mampu berkonsentrasi dan tidak mampu berhitung.
13) Kemampuan penilaian:
Biasanya klien tidak dapat mengambil keputusan sederhana,
terjadi gangguan kemampuan, penilaian ringan dan bermakna.
14) Daya tilik diri
Biasanya klien halusinasi mengingkari penyakit yang diderita,
biasanya sering menyalahkan hal-hal yang ada di luar dirinya.
g. Mekanisme koping
1) Adaptif
Biasanya pasien mampu berbicara dengan orang lain,
mampu menyelesaikan masalah, teknik relaksasi, aktivitas
konstruktif, pasien mampu berolah raga.
2) Maladaptif
Biasanya pasien suka minum alkohol, reaksi pasien
lambat/berlebihan, pasien bekerja secara berlebihan, selalu
menghindar dan menciderai diri sendiri
h. Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah dalam berinteraksi
dengan lingkungan, biasanya disebabkan oleh kurangnya dukungan
dari kelompok, masalah dengan pendidikan, masalah dengan
pekerjaan, masalah dengan ekonomi dan masalah dengan
pelayanan kesehatan.
i. Pengetahuan
Biasanya pasien halusinasi mengalami gangguan kognitif.
j. Aspek Medik
Tindakan medis dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan halusinasi adalah dengan memberikan terapi sebagai
berikut (Erlinafsiah, 2010):
1) ECT (Electro confilsive teraphy)

19
20

2) Obat – obatan seperti: Clopromazine (ZPZ), Haloperidol


(HLP), Trihexphenidyl (THP).
k. Pohon masalah
Risiko perilaku kekerasan

Gangguan sensori persepsi: Halusinasi

Isolasi sosial Defisit Perawatan Diri

Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah


(Keliat, 2009)
l. Kemungkinan diagnose keperawatan
1) Gangguan sensori persepsi : Halusinasi pendengaran dan
penglihatan
2) Isolasi social
3) Deficit perawatan diri
m. Daftar diagnose keperawatan
1) Perubahan sensori persepsi: Halusinasi pendengaran dan
penglihatan
2) Perilaku kekerasan
3) Isolasi sosial
n. Implementasi
Pelaksanaan atau implementasi adalah tahapan ketika perawat
mengaplikasikan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Keliat,
2014).
Kemampuan yang harus dimiliki oleh perawat pada tahap
implementasi adalah kemampuan komunikasi yang efektif,
kemampuan untuk menciptakan hubungan saling percaya dan
saling bantu, kemampuan melakukan teknik psikomotor,
kemampuan melakukan observasi sistematis, kemampuan
memberikan pendidikan kesehatan, kemampuan advokasi dan
kemampuan evaluasi (Keliat, 2014).

20
21

o. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan pada klien (Keliat, 2005). Evaluasi
dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai
pola pikir S merupakan respon subjektif pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan.Dapat diukur dengan
menanyakan “bagaimana perasaan Ibu setelah latihan nafas
dalam?”
O, merupakan respon objektif pasien terhadap tindakan
keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat diukur dengan
mengobservasi perilaku pasien pada saat tindakan dilakukan. Atau
menanyakan kembali apa yang telah dijabarkan atau memberi
umpan balik sesuai dengan hasil observasi.
A adalah analisis ulang atas data subjektif atau objektif
untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul
masalah baru atau ada data kontra indikasi dengan masalah yang
ada. Dapat pula membandingkan hasil dengan tujuan.
P, merupakan perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan
hasil analisis pada respon pasien yang terdiri dari tindak lanjut
pasien dan tindak lanjut oleh perawat.
p. Dokumentasi
Dokumentasi keperawatan merupakan aspek
penting dari praktik keperawatan yaitu sebagai segala sesuatu yang
tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang
bukti bagi individu yang berwenang.Dokumentasi keperawatan
juga mendeskripsikan tentang status dan kebutuhan pasien yang
komprehensif, juga layanan yang diberikan untuk perawatan
pasien.Dokumentasikan semua tindakan beserta respon klien
(Keliat, 2014).

21
22

Nursing Care Planing (NCP) Halusinasi


Rencana Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Kriteria Evaluasi Tindakan Keperawatan Rasional
1 Gangguan Klien mampu: Setelah 1 x pertemuan Sp I (tgl pertemuan) Untuk mengetahui sejauh mana
persepsi 1. Mengenali klien mampu:  Membina hubungan saling klien mengetahui isi, jenis,
sensori : halusinasi yang 1. Dapat percaya dengan tindakan. waktum frekuensi dan respon saat
Halusinasi dialaminya (jenis, menyebutkan  Mengucapkan salam setiap terjadi halusinasi.
pendengara waktu, frekuensi, jenis, waktu, kali berinteraksi
n dan situasi pencetus, frekuensi, situasi  Berkenalan dengan klien:
penglihata perasaan saat pencetus, dan berkenalan nama dan nama
n halusinasi muncul perasaan saat panggilan klien.
dan mampu halusinasi.  Membuat kontrak asuhan
menjelaskan serta 2. Mampu apa yang dilakukan bersama
memperagakan cara menjelaskan dan klien
mengontrol memperagakan  Berapa lama akan
halusinasi dengan cara mengontrol dikerjakan dan tempatnya di
cara obat). halusinasinya mana
dengan minum  Menjelaskan informasi yang
obat diperoleh untuk kepentingan
terapy.

22
23

 Setiap saat kunjungan sikap


simpati terhadap klien
 Penuhi kebutuhan dasar
klien bila memungkinkan.
 Membantu klien mengenal
halusinasi; isi, frekuensi,
waktu terjadi, situasi
pencetus, perasaan, respon.
 Menjelaskan cara
mengontrol halusinasi: obat,
menghardik, bercakap-
cakap dan melakukan
kegiatan harian.
 Jelaskan pentingnya
penggunaan obat pada
gangguan jiwa
 Jelaskan akibat bila putus
obat
 Jelaskan bila obat tidak
digunakan sesuai program

23
24

 Jelaskan cara mendapatkan


obat atau berobat
 Jelaskan cara menggunakan
obat dengan prinsip 5 benar
(benar obat, pasien, cara,
waktu dan dosis)
 Menganjurkan klien
memasukan kedalam jadwal
kegiatan untuk minum obat.

2. Mengikuti program Setelah 1 x pertemuan Sp II (Tgl pertemuan)


pengobatan secara klien mampu :  Evaluasi kegiatan yang
optimal 1. Menyebutkan sebelumnya (Sp I)
kegiatan yang  Jelaskan cara yang kedua
sudah dilakukan yaitu dengan cara
2. Mampu menghardik.
mengontrol  Menganjurkan klien
halusinasinya memasukan kedalam jadwal
dengan cara kegiatan harian
menghardik

24
25

halusinasi.

3. Mengontrol Setelah 1 x pertemuan Sp III (tgl pertemuan)  Menilai kemajuan dan


halusinasinya klien mampu :  Evaluasi kegiatan yang lalu perkembangan klien
dengan cara 1. Menyebutkan (SP I dan II)  Mengetahui sejauh mana
bercakap-cakap kegiatan yang  Latih berbicara / bercakap – klien tau tentang
sudah dilakukan cakap dengan orang lain mengontrol halusinasi
2. Memperagakan saat halusinasi muncul dengan cara menghardik
cara bercakap –  Menganjurkan memasukan halusinasi.
cakap dengan kedalam jadwal harian
orang lain

4. Mengontrol Setelah 1 x pertemuan Sp IV (tgl pertemuan)  Menilai kemajuan


halusinasinya klien mampu :  Evaluasi kegiatan yang lalu perkembangan klien
dengan cara jadwal 1. Menyebutkan (Sp I, II, dan III)  Dengan bercakap – cakap
kegiatan harian kegiatan yang  Latih klien melakukan mengalihkan fokus dan
sudah dilakukan aktivitas yang terjadwal perhatian dan
2. Membuat jadwal agar halusinasi tidak menghindarkan saat klien
kegiatan sehari – muncul, tahapan merasakan sensasi palsu
hari dan mampu tindakannya :  Memungkinkan klien

25
26

memperagakan  Jelaskan pentingnya melakukan kegiatan


Nya aktivitas yang teratur untuk dengan teratur
mengatasi halusinasi
 Diskusikan aktivitas yang
bisa dilakukan oleh pasien
 Latih pasien melakukan
aktivitas
 Susun jadwal aktivitas
sehari – hari sesuai dengan
aktivitas yang sudah dilatih
(dari bangun tidur sampai
tidur malam)
 Menganjurkan memasukan
kedalam jadwal kegiatan
harian

26
27

Keluarga mampu: Setelah 1 x pertemuan SP I keluarga (tgl pertemuan)  Menilai kemajuan


1. Merawat dan keluarga mampu  Diskusikan dengan keluarga perkembangan klien
terlibat dalam menjelaskan tentang masalah dalam merawat  Dengan aktivitas
merawat klien halusinasi klien halusinasi terjadwal memberi
baik di RS  Berikan pendidikan kesibukan yang menyita
maupun dirumah kesehatan tentang halusinasi waktu dan perhatian
2. Menjadi sistem  Pengertian halusinasi menghindarkan klien
pendukung yang  Jenis halusinasi yang merasakan sensasi palsu.
efektif untuk dialami klien  Memberikan pemahaman
pasien  Tanda dan gejala halusinasi tentang pencegahan
 Proses terjadinya halusinasi munculnya halusinasi

 Latih Cara merawat klien dengan aktivitas positif

halusinasi (cara minum yang bermanfaat yang

obat, menghardik bisa dilakukan

halusinasi, bercakap-cakap  Dengan memantau


dan pemberian aktivitas pelaksanaan jadwal
kepada klien) memastikan intervensi

 Jelaskan 5 prinsip benar yang diberikan, dilakukan

minum obat (benar obat, oleh klien dan dengan

pasien, cara, waktu dan penguatan positif

27
28

dosis) mendorong pengulangan


 Sumber – sumber pelayanan perilaku yang diharapkan
kesehatan yang bisa
terjangkau
 Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan beri
pujian.

Setelah 1 x pertemuan SP II keluarga (tgl pertemuan)  Dengan diskusi


keluarga mampu  Evaluasi kegiatan dalam melibatkan keluarga
mempratekkan cara merawat / melatih pasien dalam meningkat kan
merawat pasien minum obat, beri pujian kemampuan keluarga
halusinasi dan mampu  Jelaskan cara mengontrol untuk merawat klien
menyebutkan manfaat halusinadi dengan cara sehingga meningkatkan
dari pengobatan menghardik. pencapain tujuan

 Anjurkan membantu pasien perawatan klien

sesuai jadwal dan beri  Dengan pendidikan


pujian kesehatan dapat
meningkat kan
pemahaman keluarga

28
29

Setelah 1 x pertemuan SP III keluarga (tgl pertemuan) terhadap masalah


keluarga mampu :  Evaluasi kegiatan dalam halusinasi yang dialami
1. Menyebutkan merawat / melatih pasien klien dikunjungi
kegiatan dalam menghardik, obat dan beri  Dengan mengetahui
merawat pasien pujian sumber – sumber
halusinasi  Jelaskan cara bercakap – pelayanan kesehatan yang
2. Mengajarkan cakap dan melakukan bisa terjangkau
cara bercakap – kegiatan untuk mengontrol memberikan kemudahan
cakap dengan halusinasi klien dan keluarga
orang lain  Latih dan sediakan waktu melanjutkan
3. Membuat jadwal untuk bercakap – cakap penatalaksanaan program
kegiatan harian dengan pasien halusinasi pengobatan
untuk  Anjurkan bantu pasien
mengontrol sesuai jadwal dan beri
halusinasi pujian

Setelah 1 x pertemuan SP IV keluarga (tgl pertemuan)  Meningkatkan


keluarga mampu  Evaluasi kegiatan kelurga pengetahuan dan
Membuat jadwal dalam merawat/melatih kemampuan keluarga

29
30

aktivitas di rumah / pasien menghardik, dalam merawat klien


perencanaan pulang memberikan obat, dan halusinasi
pasien dan bercakap – cakap, beri  Memberikan pemahaman
melaksanakan follow up pujian kepada keluarga tentang
pasien setelah pulang  Jelaskan follow up ke PKM pentingnya penggunaan
/ RS, tanda kambuh, rujukan obat pada gangguan jiwa
 Anjurkan bantu pasien
sesuai jadwal dan beri
pujian
2 Isolasi Klien mampu : Setelah 1 x pertmuan SP I klien (tgl pertemuan)  Untuk mengetahui apakah
sosial 1. Membina hubungan klien mampu: 1. Bina hubungan saling percaya memang klien tidak mau
saling percaya 1. Membina hubungan 2. Bantu klien mengenal berinteraksi serta
2. Menyadari saling percaya penyebab isolasi sosail dengan mengatahui alasanya
penyebab isolasi 2. Mengenal penyebab tindakan: kenapa tidak mau
sosial isolasi sosial,  Menanyakan tentang berkenalan dengan orang
3. Berinteraksi dengan keutungan pendapat klien tentang sekitar.
orang lain berhubugan dengan kebiasaan berinteraksi
orang lain dan dengan orang lain
kerugian tidak  Siapa yang satu rumah
berhubungan dengan dengan klien?

30
31

orang lain  Siapa yang dekat dengan


klien?
 Apa sebabnya?
 Siapa yang tidak dekat
dengan klien dan apa
sebabnya?
 Menanyakan apa yang
menyebabkan klien tidak
ingin berinteraksi dengan
orang lain?
3. Bantu klien mengenal
keuntungan berhubungan
dengan orang lain dengan cara
mendiskusikan keuntungan
bila klien memiliki banyak
teman dan bergaul akrab
dengan mereka
4. Bantu klien mengenal kerugian
bila tidak berhubungan dengan
orang lain dengan tindakan:

31
32

 Mendiskusikan kerugian
bila klien hanya mengurung
diri dan tidak bergaul
dengan orang lain
 Menjelaskan pengaruh
isolasi sosial terhadap
kesehatan fisik klien
5. Latih dan ajarkan klien
berkenalan dengan cara:
a. Jelaskan kepada klien cara
berinteraksi dengan orang
lain
b. Beri contoh cara
berinteraksi dengan orang
lain
 Sebutkan nama kita dan
nama panggilan, asal
dan hobi
 Menanyakan nama
orang yang akan diajak

32
33

berkenalan, nama
panggilan, asal dan hobi
nya
 Menganjurkan
memasukkan kedalam
jadwal kegiatan harian

Setelah 1 x pertemuan SP II klien (tgl pertemuan)  Untuk mengetahui sejauh


klien mampu: 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan mana pasien bias
1. Mampu harian (SP I) berkenalan dengan satu
menyebutkan 2. Mengajarkan berinteraksi secara orang.
kegiatan yang sudah bertahap: berkenalan dengan 1
dilakukan atau 2 orang
2. Mampu berinteraksi 3. Menganjurkan memasukkan
dengan orang lain kedalam jadwal kegiatan harian
secara bertahap:
berkenalan dengan
1-2 orang

33
34

Setelah 1 x pertemuan
klien mampu: SP III klien (tgl pertemuan)
1. Mampu 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
menyebutkan harian (SP I dan SP II)
kegiatan yang sudah 2. Mengajarkan klien berinteraksi
dilakukan secara bertahap: berkenalan
2. Mampu berinteraksi dengan 2- 3 orang
dengan orang laian 3. Menganjurkan memasukkan
secara bertahap : kedalam jadwal kegiatan harian
berkenalan 2-3 orang

Setelah 1 x pertemuan SP IV klien (tgl pertemuan)


klien mampu: 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
1. Menyebutkan harian klien (SP I,II dan III)
kembali apa yang 2. Mengajarkan klien berinteraksi
dilakukan secara bertahap : berkenalan
2. Mampu berinteraksi dengan 4-lebih dari 5 orang
dengan orang lain 3. Susun jadwal latihan berkenalan
secara bertahap yaitu dengan orang lain secara
berkenalan 4- lebih bertahap dalam jadwal kegiatan

34
35

dari 5 orang harian  Untuk mengetahui sejauh


mana klien berkenalan
Setelah 1 kali SP I keluarga (tgl pertemuan) dengan dua orang atau
pertemuan keluarga Beri penyuluhan kepada keluarga lebih.
mampu tentang cara merawat klien dengan
mengidentifikasi isolasi sosial dirumah:
masalah dan 1. Mengidentifikasi dan
menjelaskan cara mendiskusikan masalah
merawat pasien dengan keluarga dalam merawat klien
isolasi sosial dirumah
2. Menjelaskan tentang pengertian,
tanda dan gejala perawatan diri
yang dialami klien serta proses
terjadinya  Untuk mengetahui sejauh
3. Jelaskan cara - cara merawat mana klien berkenalan
klien dengan isos. dengan empat orang atau
4. Melatih cara merawat lebih.
berkenalan, bicara saat
melakukan kegiatan harian.
5. Menganjurkan membantu klien

35
36

sesuai jadwal dan memberikan


pujian.  Untuk mengetahui apa
permasalahan keluarga
Setelah 1 x pertemuan SP II keluarga (tgl pertemuan) dalam merawat pasien di
keluarga mampu 1. Mengevaluasi kegiatan keluarga rumah.
mempratekkan cara dalam merawat/ melatih klien  Peran keluarga sangat
merawat pasien isolasi berkenalan, berbicara saat penting karena klien dapat
sosial melakukan kegiatan dan beri bergaul untuk Isos
pujian.
2. Menjelaskan kegiatan rumah
tangga yang dapat melibatkan
klien dalam berbicara (makan,
shalat bersama).
3. Menganjurkan membantu klien
sesuai jadwal dan berikan
pujian.

 Untuk memacu
kemampuan keluarga

36
37

Setelah 1 x pertemuan SP III keluarga (tgl pertemuan) dalam merawat klien.


keluarga mampu 1. Mengevaluasi kegiatan keluarga
membuat jadwal dalam merawat/ melatih klien
aktivitas dirumah/ berkenalan, berbicara saat
perencanaan pulang melakukan kegiatan harian dan
pasien dan RT. Beri pujian.
melaksanakan follow up 2. Menjelaskan cara melatih klien
pasien setelah pulang melakukan kegiatan social
seperti berbelanja, meminta
sesuatu, dll.
3. Melatih keluarga mengajak
klien berbelanja.
4. Menganjurkan membantu klien
sesuai jadwal dan berikan
pujian.  Mengawasi jadwal
kegiatan harian.
SP IV keluarga (tgl pertemuan)
1. Mengevaluasi kegiatan keluarga
dalam merawat/ melatih klien
berkenalan, berbicara saat

37
38

Keluarga mampu : melakukan kegiatan harian/RT,  Untuk menjelaskan


1. Merawat klien berbelanja, beri pujian. kepada keluarga jika
dirumah 2. Menjelaskan follow up ke PKM, terjadi kekambuah maka
tanda kambuh, rujukan. dianjurkan untuk follow
3. Menganjurkan membantu klien up ke PKM.
sesuai jadwal dan memberikan
pujian.

38
39

3 Resiko Pasien mampu : Setelah dilakukan SP I:


Perilaku 1. Mengidentifikasi pertemuan, pasien 1. Identifikasi penyebab perasaan - nafas dalam dapat meredakan
kekerasan penyebab, tanda mampu: marah,tanda dan gejala yang emosi merupakan cara relaksasi
dan gejala, jenis 1. Dapat dirasakan, PK yang dilakukan, yaitu merilekskan otot yang
PK yang pernah menyebutkan akibat PK, tegang
di lakukan dan penyebab, tanda 2. cara mengontrol PK dengan cara - untuk mengingatkan pasien cara
akibat dari PK dan gejala, fisik 1 dan fisik 2 (mengajarkan / mengontrol PK yang telah
yang dilakukan jenisdan akibat melatih cara tarik nafas dalam diajarkan dan dapat dilakukan.
oleh pasien. lanjut dari PK dan pukul bantal dan kasus)
2. Menyebutkan yang dilakukan 3. Memasukkan kedalam jadwal - ketegangan obat dan
cara mengontrol 2. Dapat kegiatan harian pasien mengurangi cedera
PK menyebutkan
3. Mengontrol PK cara mengontrol - penggunaan obat yang teratur
dengan cara PK dengan cara dapat meningkatkan keefektifan
fisik, verbal, fisik 1 dan fisik obat
spiritual dan 2
terapi Setelah dilakukan SP II:
psikoformako pertemuan pasien 1. Mengevaluasi kegiatan yang -melatih pasien melampiaskan
mampu: lalu yaitu latihan tarik nafas kekesalan dan kemarahan melalui
1. Menyebutkan dalam dan pukul bantal dan kata-kata yang baik

39
40

kegiatan yang kasus (sp 1)


telah dilakukan 2. mengontrol marah yaitu
2. Mampu dengan minum obat
memperagakan 3. Memasukkan kedalam
cara mengontrol jadwal kegiatan harian
PK dengan cara pasien
minum obat
yang baik

Setelah dilakukan SP III: -kegiatan spritual mampu


pertemuan, pasien 1. Mengevaluasi jadwal mengurangi tingkat stress dan
mampu : kegiatan harian pasien menenangkan emosional serta
1. Menyebutkan pasien (sp 1,2) pemikiran
kegiatan yang 2. Melatih pasien mengontrol
dilakukan / PK dengan cara verbal:
dilatih mengungkapkan perasaan
2. Memperagakan dengan baik, meminta dan
cara mengontrol menolak dengan baik.
PK dengan cara 3. Memasukkan kedalam
verbal jadwal kegiatan harian

40
41

pasien

Keluarga mampu Setelah dilakukan SP IV: -menggali perasaan keluarga


merawat pasien dengan pertemuan pasien 1. Mengevaluasi jadwal dalam merawatpasien
perilaku kekerasan mampu: kegiatan harian pasien pasien
dirumah 1. Menyebutkan (sp 1,2,3)
kegiatan yang 2. Melatih pasien mengontrol
sudah dilakukan PK dengan cara spiritual
dan di latih seperti
2. Mampu berzikir,berdoa,beristigfar,
memperagakan dan sholat
dan mencobakan 3. Memasukkan kedalam jadwal
cara mengontrol kegiatan harian pasien
PK dengan cara
spiritual

Setelah dilakukan SP I Keluarga: -memberikan informasi pada


pertemuan keluarga 1. Diskusikan masalah yang pasien tentang PK
mampu dirasakan keluarga dalam

41
42

mengidentifikasi merawat pasien PK


masalah dan penyebab 2. Jelaskan tentang PK,
PK pengertian, tanda dan
gejala, jenis perawatan, dan
proses terjadinya
3. Jelaskan cara-cara merawat
pasien dengan perilaku
kekerasan
4. Melatih cara merawat PK
dengan cara fisik 1 dan 2
5. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan beri ujian

Setelah dilakukan 1x SP II Keluarga: -supaya keluarga dapat berlatih


pertemuan keluarga 1. Evaluasi kegiatan keluarga cara merawat pasien PK
mampu merawat pasien melatih pasien latihan fisik
PK secara langsung 1 dan 2
2. Jelaskan 6 benar minum
obat
3. Latih cara memberikan

42
43

minum obat
4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan beri ujian
5. Latih keluarga cara merawat
pasien PK
6. Praktekkan langsung cara
merawat pasien
SP III Keluarga: -agar keluarga dapat merawat
1. Evaluasi kegiatan m dan 2 pasien PK dirumah
minum obat
2. Latih cara membimbing
verbal/bicara
3. Latih cara membimbing
kegiatan spiritual
4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan beri ujian
SP IV keluarga: -dengan mempraktekkan akan
1. evaluasi kegiatan keluarga menambah pengetahuan keluarga
dalam melatih pasien fisik
1 dan 2 , minum obat,

43
44

verbal, dan spiritual


2. jelaskan follow up ke pkm,
tanda kambuh, rujukan
3. anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan beri ujian
4 Defisit Klien mampu: Setelah 1 x pertemuan SP I (tgl pertemuan)  Dengan diskusi memberi
perawatan 1. Melaksanakan klien mampu : Diskusikan tentang kebersihan diri kesempatan bahwa dirinya
diri kebersihan 1. Mampu dengan cara : memiliki sesuat yang
secara mandri menjelaskan 1. Diskusikan pentingnya dapat dibanggakan
pentingnya kebersihan diri  Agar klien mengetahui
kebersihan diri 2. Jelaskan Cara menjaga cara yang benar dalam
2. Melakukan cara kebersihan diri menjaga kebersihan diri
merawat diri 3. Jelaskan cara dan alat  Memberi motivasi dan
dengan kebersihan diri rasa tanggung jawab pada
kebersihan diri 4. Bantu klien mempratekkan pasien untuk
cara menjaga kebersihan melaksanakan kegiatan
diri: mandi, ganti pakaian, dengan teratur
sikat gigi, cuci rambut dan
potong kuku
5. Menganjurkan memasukan

44
45

kedalam jadwal kegiatan


harian

2. Melakukan Setelah 1 x pertemuan SP II (tgl pertemuan)  Mengetahui atau menilai


berhias / klien mampu : 1. Mengevaluasi SP I sejauh mana kegiatan
berdandan secara 1. Menjelaskan 2. Jelaskan cara berdandan / sudah dilaksanakan
baik pentingnya berhias  Agar klien mengetahui
berdandan / 3. Bantu klien mempratekkan cara berdandan/berhias
berhias cara berdandan / berhias dengan baik
2. Melakukan cara dengan tindakan:  Klien mengetahui cara
merawat diri Untuk klien laki – laki berpakaian, menyisir
dengan latihan : rambut dengan benar
berdandan /  Berpakaian  Memberikan motivasi dan
berhias  Menyisir rambut rasa tanggung jawab pada
 Bercukur klien untuk melaksanakan
Untuk klien wanita : kegiatan yang teratur
 Berpakaian
 Menyisir rambut
 Berhias

45
46

4. Menganjurkan memasukan
dalam jadwal kegiatan
harian pasien

3. Melakukan Setelah 1 x pertemuan SP III (tgl pertemuan)  Mengetahui atau menilai


makan dengan klien mampu : 1. Mengevaluasi SP I, II sejauh mana kegiatan
baik 1. Menjelaskan 2. Jelaskan cara makan dengan yang sudah dilaksanakan
pentingnya baik  Dapat menjelaskan dan
makan dengan 3. Bantu klien mempratekkan dapat meningkatkan
baik cara makan dengan baik pemahaman klien tentang
2. Melakukan cara dengan tindakan: cara makan yang baik,
merawat diri  Menjelaskan cara mampu mempratekkan
dengan makan mempersiapkan dan menjadikan makan
dengan baik makanan yang baik sebagai
 Menjelaskan cara kegiatan yang dilakukan
makan yang tertib dengan teratur
 Menjelaskan cara  Dengan jadwal
merapikan peralatan memberikan motivasi dan
makanan setelah makan rasa tanggung jawab pada
sesuai dengan tahapan klien untuk melaksanakan

46
47

makan yang baik kegiatan dengan teratur


4. Menganjurkan memasukan
dalam jadwal kegiatan
harian

4. Melakukan BAB Setelah 1 x pertemuan SP IV (tgl pertemuan)  Mengetahui/menilai


/ BAK dengan klien mampu : 1. Mengevaluasi SP I, II dan sejauh mana kegiatan
baik 1. Menjelaskan III yang sudah dilaksanakan
pentingnya BAB 2. Jelaskan cara BAB/BAK  Dengan menjelaskan
/ BAK secara secara mandiri dapat meningkatkan
mandiri 3. Bantu klien mempratekkan pemahaman klien tentang
2. Melakukan cara cara BAB/BAK secara cara BAB/BAK yang
merawat diri mandiri dengan tindakan : baik, mampu
dengan BAB /  Menjelaskan tempat mempratekkan dan
BAK secara BAB/BAK yang sesuai menjadikan cara
mandiri  Menjelaskan cara BAB/BAK yang baik
membersihkan diri sebagai kegiatan yang
setelah BAB/BAK dilakukan dengan teratur
Setelah 1 x pertemuan  Menjelaskan cara  Dengan jadwal
keluarga mampu membersihkan tempat memberikan motivasi dan

47
48

mengidentifikasi BAB/BAK rasa tanggung jawab pada


masalah dan 4. Menganjurkan memasukan klien untuk melaksanakan
menjelaskan cara kedalam jadwal kegiatan kegiatan dengan teratur
merawat klien kurang harian
perawatan diri
SP I keluarga (tgl pertemuan)  Dengan penyuluhan dapat
1. Beri penyuluhan kepada melibatkan keluarga
keluarga tentang cara dalam meningkatkan
merawat klien dengan kemampuan keluarga
kurang perawatan diri untuk merawat klien
dirumah sehingga meningkatkan
2. Identifikasi dan diskusikan perawatan diri klien
masalah dengan keluarga  Memberi kesempatan
dalam merawat klien keluarga mengungkapkan
dirumah masalah keluarga dalam
3. Jelaskan tentang pengertian, merawat klien dirumah
tanda dan gejala kurang  Meningkatkan
perawatan diri, jenis kurang pengetahuan dan
perawatan diri yang dialami kemampuan keluarga
klien serta proses terjadinya untuk mengenal masalah

48
49

Keluarga mampu: 4. Jelaskan cara merawat klien yang dialami klien


1. Melakukan Setelah 1 x pertemuan dengan kurang perawatan  Memberikan pemahaman
perawatan diri keluarga mampu diri dan meningkatkan
kepada pasien mempratekkan cara 5. Anjurkan bantu pasien kemampuan cara – cara
dengan baik merawat pasien kurang sesuai jadwal dan beri merawat klien
2. membimbing perawatan diri dan pujian
pasien untuk mengajarkan cara
menjaga berdandan/ berhias
kebersihan diri
Setelah 1 x pertemuan SP II keluarga (tgl pertemuan)
keluarga mampu: 1. Evaluasi kegiatan keluarga
1. Menyebutkan dalam merawat / melatih
cara perawatan pasien tentang kebersihan
dengan dri, beri pujian
kebersihan diri 2. Bimbing keluarga
2. Mengajarkan membantu pasien berdandan
cara makan dan atau berhias
minum yang 3. Anjurkan bantu pasien
baik sesuai jadwal dan beri
3. Mengajarkan pujian

49
50

cara BAB/BAK
yang baik dan
benar

Setelah 1 x pertemuan SP III keluarga (tgl pertemuan)


keluarga mampu 1. Evaluasi kegiatan keluarga
membuat jadwal dalam merawat / melatih
aktivitas / perencanaan pasien tentang kebersihan
pasien pulang / follow diri dan berdandan, beri
up pasien setelah pulang pujian
2. Bimbing keluarga
membantu makan dan
minum pasien dengan baik
3. Bimbing keluarga
membantu klien BAB/BAK
dengan baik
4. Anjurkan bantu pasien
sesuai jadwal, beri pujian

50
51

SP IV keluarga (tgl pertemuan)


1. Evaluasi kegiatan keluarga
dalam merawat pasien
kebersihan diri, berdandan,
makan dan minum , BAB
dan BAK, beri pujian
2. Jelaskan follow up ke PKM
/ RS, tanda kambuh rujukan
3. Anjurkan bantu pasien
sesuai jadwal dan beri
pujian
(Keliat, 2014)

51
BAB III
LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN
I. Identitas Klien
a. Inisial Klien : Tn. A
b. Umur : 33 Tahun
c. Jenis Kelamin : Laki-laki
d. Pendidikn : SMP
e. Pekerjaan ; Tidak bekerja
f. Alamat lengkap : Jln. Berok raya no 33 Siteba Padang
g. Tanggal Pengkajian : 18Juli 2016
h. Informan : Klien dan Keluarga
Komposisi keluarga

No Nama Umur/ jk Agama Pendidikan Pekerjaan Status

1 Ny. N 64(P) Islam SD IRT Ibu


Tidak
2 Tn. A 40 (L) Islam SMP Anak
bekerja
3 Tn.A 28(L) Islam SMA Mahasiswa Anak

II. Keluhan utama


Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 18 juli 2016 didapatkan
data klien mengatakan melihat bayangan dan mendengar suara-suara di
malam hari, dia mengatakan bayangan nya seperti orang memakai baju
putih , suara-suara yang didengarkanya yaitumenyuruh anton untuk pergi
dari rumah dan suara-suara yang didengarnya menyuruh untuk memukul
orang tuanya, bayangan dan suara itu muncul kadang-kadang 2-3 kali
dalam sehari, muncul di waktu pagi, siang dan malam hari. Muncul saat
klien bermurung diri dan sendirian, jika bayangan dan suara itu muncul
klien gelisah dan berjalan jalan saat sekarang ini klien berobat di

52
53

puskesmas nanggalo, perasaan sekaran klien masih mendengar suara-


suara serta bayangan putih..
MK : halusinasi pendengaran dan penglihatan
III. Faktor Predisposisi
1. Gangguan jiwa di masa lalu
Klien mengalami gangguan jiwa lebih kurang lebih 4 tahunyang lalu
semenjak orang tua klien meninggal , klien tampa murung, klien
bicara sendiri, tertawa sendiri, mondar mandir membuka pakaian lalu
berjalan keluar rumah ,makan tidak mau sejak itu keluarga klien
membawa klien ke RSJ dan lalu klien dirawat di rumah sakit tersebut
selama 20 hari pasien pulang paksa jadi dalam pemberian asuhan
keperawatan dan obat tidak optimal.
2. Pengobatan sebelumnya
Keluarga mengatakan pernah membawa klien ke orang pintar/obat
kampung tahun 2012 namun tidak berhasil, kemudian keluarga
membawa klien ke RSJ sampai klien ingin pulang dan sekarang
hanya control saja ke Puskesmas untuk mengambil obat.
3. Riwayat trauma
1) Aniaya fisik
Keluarga mengatakan klien pernah menjadi pelaku aniaya fisik
yaitu memukul kepala orang tua nya, keluarga mengatakan klien
pernah dipukul oleh ayah nya karena tidak naik kelas dan
dulunya klien sering melihat kekerasan dalam rumah tangga yaitu
orang tua klien bertengkar.
MK : Resiko perilaku kekerasan
2) Aniaya seksual
Klien mengatakan tidak pernah mengalami penganiayaan
seksual, menyaksikan atau melihat langsung
3) Penolakan
Klien juga tidak ada terjadi penolakan dalam hidupnya.

53
54

4) Kekerasan dalam keluarga


Klienpernah melakukan kekerasan dalam keluargayaitu
memukul orang tua nya , klien pernah dipukul orang tuanya dan
pernah melihat kekerasan di dalam rumah nya
MK : Resiko perilaku kekerasan
5) Tidakan criminal
Klien tidak pernah melakukan tindakan criminal, menjadi korban
ataupun menyaksikan secara langsung.
4. Angota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak ada anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa
seperti klien.
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan sedih dan kecewa karena klien pernah tinggal
sekolah saat duduk di kelas limaSD dan klien juga pernah dipukul
oleh orang tuanya karena klien tidak naik kelas.
MK : Respon Paska Trauma
IV. Pemeriksaan fisik
1. Tanda-tanda vital
1) TD : 110/80 mmHg
2) Nadi : 82 x/i
3) Suhu : 36,5 C
4) Pernafasan : 22 x/i
2. Ukuran
1) TB : 152 cm
2) BB : 47 Kg
3. Keluhan fisik
Klien mengeluh kulitnya gatal-gatal karena klien jarang mandi.

54
55

V. Psikososial
a. Genogram

Keterangan gambar: Skema 3.1

: Meninggal

: Perempuan

: Laki-laki

: tinggal serumah

: Klien

Klien merupakan anak ke 4 dari 5 bersaudara, klien mempunyai 3


saudara laki-laki dan perempuan sebagai kakak nya dan 1 saudara
laki-laki sebagai adiknya, sejak kecil klien diasuh oleh ibu dan
ayahnya, pola asuh kedua orang tuanya baik, ayah klien sudah
meninggal sejak tahun 2012, yang berkerja sehari-hari adalah ibunya
yaitu bedagang. Saat sekarang orang terdekat klien adalah ibu
klien.Klien sering mengikuti ibunya dan membantu ibunya
memasak.Dalam pengambilan keputusan klien jarang diikut
sertakan.Pada komunikasi klien kurang baik karena klien bicara ngaur.
Klien merasa tidak puas dengan apa yang didapatkan nya karena hanya
sampai SMP untuk sebagai pelajar.

55
56

b. Konsep diri
a) Citra Tubuh
Klien mengatakan bahwa dia menyukai serta menerima
seluruh anggota tubuhnya, mulai dari kepala sampai ke kaki nya
namaun klien merasa berbeda dengan orang lain karna
mengalami gangguan jiwa.
b) Identitas Diri
Klien seorang laki-laki yang berumur 33 tahun.Klien dirumah
adalah sebagai anak.Klien mengatakan dia hanya tamatan SMP
dan tidak ada pekerjaan, selama di rumah dia ada membantu
ibunya memasak.
c) Peran Diri
Klien mengatakan perannya sebagai anak di rumah adalah
sebagai kakak terhadap adik laki-lakinya.Sebelum sakit klien
bekerja disebuah PT dan dapat membantu memenuhi kebutuhan
orang tuanya dan adiknya.Saat sakit klien tidak mampu untuk
bekerja dan dan hanya membantu ibunya memasak dirumah.
d) Ideal Diri
Klien mengatakan dulu dia ingin sekali menjadi seseorang yang
berguna dan berhasil, karena tinggal kelas, klien berhenti sekolah
dan klien hanya sampai sekolah tamat SMP saja.Klien megatakan
kalau klien sembuh klien ingin bekerja dan bisa membantu orang
tuanya dan klien dapat lagi diterima dengan baik oleh
lingkunganya.
MK: Gangguan Identitas Diri.
e) Harga Diri
Klien marasa berbeda dengan orang lain karena mengalami
gangguan jiwa. Klien merasa malu dengan lingkungan karena
pernah dirawat di RSJ, klien sangat malu kepada teman-temanya
di rumah nya jika balik ke rumah.Klien merasa malu karena tidak
bisa lagi membantu orang tuanya mencari nafkah.
MK : Harga Diri Rendah

56
57

c. Hubungan sosial
1) Orang terdekat
Pasien mengatakan orang terdekat
adalahibunya.Pasien mengatakan jika mengobrol dengan
orang lain susah. Pasien mengatakan ada adik laki-lakinya
yang sekali-sekali mengajak klien berbicara dan menonton tv
di rumah dan klien mengatakan jarang bersosialisasi dengan
orang lain.
2) Kegiatan klien terhadap lingkungan
Pasien mengatakan dulu pernah mengikuti kegiatan sosial
dimasyarakat,seperti gotong royong
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Semenjak ayahnya sudah tiada kegiatan tersebut jarang
diikutinya kembali pasien tampak murung dan termenung.
Pasien tampak sendirian dan tak mau bergaul dan klien lebih
sering sendirian.
MK : Isolasi Sosial
d. Spiritual
1) Nilai/Keyakinan
Pasien meyakini adanya tuhan yaitu ALLAH SWT.Pasien
memiliki keyakinan agama Islam.
2) Kegiatan ibadah
Pasien mengatakan sholat selalu dilakukan 5x sehari dan
tidak pernah bolong,Pasien mengatakan pandai membaca
surat al-fatiha, pasien mengatakan sangat rugi kalau klien
meninggalkan sholat.
MK :TidakAda Masalah
VI. Status Mental
a. Penampilan
Pada saat pengkajian pasien mengatakan kadang tidak mandi
dan tidak bisa merapikan baju sendiri yang dipakainya. Pasien
mengatakan tidak ada menyisir rambut setelah mandi.Klien

57
58

mengatakan kadang-kadang menggosok gigi, gigi klien tampak


kuning.Pasien mengatakan kadang pakaiannya tidak sesuai,kadang
sempit,kadang terlalu longgar dan kadang tidak punya resleting
celana. Pada pasien rambut tampak kusam, pasien tidak tampak
menyisir rambut setelah mandi, kulit klien terasa sedikit kasar,
kuku kotor dan hitam, pasien tampak tidak rapi,baik baju dan
celana yang dipakai. pasien juga mengatakan kadang mandi kadang
tidak, 1-2 x sehari mandi dan mengganti pakaian kadang 1 x 2
hari, terkadang 1 x dalam sehari. pasien tampak tidak
menggunakan sendal, tampak agak kusam, resleting celana tidak
dirapikan.
MK : Defisit Perawatan Diri
b. Pembicaraan
Saat berinteraksi suara klien jelas dan klien bisa mempertahankan
kontak matanya, jawaban yang diberikan sesuai dengan pertanyaan
perawat.
MK : Tidak Ada Masalah
c. Aktivitas Motorik
Klien terlihat agresif, bergerak kesana kemari, namun perhatian
klien mudah teralihkan, mampu membersihkan dan merapaikan
tempat tidur.Kadang-kadang klien juga membantu ibunya
memasak.Klien juga sering minum kopi saat bersantai dirumah.
MK :Tidak Ada Masalah
d. Alam Perasaan
Klien cepat berubah kadang – kadang terlihat gembira dan kadang
– kadang terlihat sedih dan putus asa. Klien menangis dengan
kondisi kesehatannya
MK :Tidak Ada Masalah
e. Afek
Pada saat perawat menceritakan hal yang sedih seperti cerita-cerita
masa lalu, klien sedih.Afek pasien sesuai,dibuktikan dengan jika

58
59

perawat menceritakan hal yang sedih maka pasien tampak sedih


dan murung .
MK : Tidak Ada Masalah
f. Interaksi selama wawancara
Selama wawancara klien cukup kooperatif, kontak mata kurang,
interaksi dengan klien lebih kurang 5-10 menit.Klien tidak fokus
jika berinteraksi lama, klien banyak diam dan hanya menjawab jika
ditanya.
MK : Tidak Ada Masalah
g. Persepsi
Pasien mengatakan mendengar suara-suara yang
membisikkan di kedua telinganya. Pasien mengatakan suara itu
adalah suara yang tidak jelas yang menyuruhnya untuk tidak
berpakaian terkadang suara tersebut mengatakan menyuruh untuk
memukul orang tuanya.Pasien mengatakan suara itu muncul ketika
menyendiri, berdiam diri dan saat berbincang-bincang.Pasien
tampak termenung, kadang senyum sendiri dan mengarahkan
telinga ke kanan dan ke kiri.Pasien tampak sering menutup mata
seperti sedang berpikir. pasien tampak sibuk dengan dirinya
sendiriKlien mengatakan juga melihat bayangan putih yang selalu
mengganggu nya . Pasien tampak diam jika halusinasinya
muncul.Halusinasi muncul ketika pasien sedang sendirian yaitu
pada pagi hari, siang, sore dan malam hari,biasanya sekitar jam 1
siang saat mau isitirahat, 4-5 kali hingga lebih dalam sehari. Jika
halusinasi pasien muncul ia diam saja.
MK:GangguanSensori Persepsi : Halusinasi Pendengaran dan
penglihatan
h. Proses Pikir/Arus Pikir
Blocking : pembicaraan berhenti tiba – tiba tanpa gangguan
eksternal kemudian dilanjutkan eksternal dan kemudian dilanjutkan
kembali.
MK: Gangguan proses pikir

59
60

i. Isi Pikir
Klien menyakini dirinya, dia mampu untuk sembuh lagi agar bisa
mencari kerja lagi dan keinginan untuk menikah dan membina
rumah tangga yang bahagia dapat terwujud lagi.
MK : Tidak Ada Masalah
j. Tingkat kesadaran klien
Pasien tampak tenang dan orientasi waktu,tempat dan orang baik
dibuktikan dengan pasien mengetahui hari/tanggal pada saat
pengkajian perawat dan mengetahui dimana keberadaannya
sekarang yaitu dirumahnya.
MK : Tidak Ada Masalah
k. Memori
Pasien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang
maupun jangka pendek dibuktikan dengan pasien mampu
mengingat kejadian sewaktu ia sekolah dulu dan daya ingat jangka
pendek seperti pasien mampu mengatakan kenapa ia sakit,
kemudian memori saat ini klien mampu megulangi ’cara
menghardik ’ yang baru saja diajarkan oleh perawat.
MK :Tidak Ada Masalah
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pada saat berbincang-bincang perhatian klien mudah diahlihkan,
klien mampu berkonsentrasi, serta klien mampu berhitung ketika
ditanya oleh perawat.Klien mampu menyebutkan jumlah hari
dalam satu bulan, klien mampu menyebutkan 3 hari setelah hari
saat ditanya.
MK : Tidak ada masalah
m. Kemampuan penilaian
Pasien tidak mengalami gangguan dalam penilaian dibuktikan
dengan pasien mengatakan terlebih dahulu mandi barulah makan.
MK :Tidak Ada Masalah

60
61

n. Daya tilik diri


Pasien mengatakan menyadari penyakit yang sedang pasien alami
sehingga dia di bawa ke rumah sakit jiwa. Pasien mengatakan tidak
ada menyalahkan orang lain atas apa yan terjadi pada dirinya saat
ini.Klien mengatakan jika sembuh ingin bekerja kembali dan
membantu orang tua untuk mencari nafkah.
MK :Tidak Ada Masalah
VII. Mekanisme koping
Pasien memiliki koping maladaptif yaitu reaksi berlebihan dengan
mengamuk jika ada hal yang memancing emosi pasien seperti di ejek
orang lain dan kadang mengamuk tanpa alasan yang jelas juga pasien
tampak menunduk dan kesal.
MK : Ketidakefektifan Koping Individu
VIII. Masalah psikososial dan lingkungan
a. Masalah dengan dukungan kelompok
Klien mengatakan mau berinteraksi dengan orang lain dan kadang –
kadang klien lebih suka menyendiri.
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Klien mengatakan tidak ada masalah degan lingkungan tapi dia malu
jika bertemu dengan teman sebayanya.
c. Masalah dengan pendidikan
Klien mengatakan dia pernah sekolah tetapi cuman sampai tamat
SMP saja.
d. Masalah dengan pekerjaan
Sampai sekarang klien tidak mempunyai pekerjaan, hanya saja
membantu orang tuanya bedagang dan membantu pekerjaan rumah.
e. Masalah dengan perumahan
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan perumahannya
f. Masalah ekonomi

61
62

Klien mempunyai masalah dengan ekonomi karena klien belum


punya pekerjaan dan penghasilan sendiri dan perasaan klien melihat
kondisi dia, klien merasa sedih dan merasa tidak berguna sebagai
anak laki - laki
g. Masalah dengan pelayanan kesehatan
Klien tidak mempunyai masalah tentang pelayanan kesehatan
IX. Pengetahuan
Pasien mengatakan mengetahui tentang penyakitnya dan kenapa pasien
bisa di bawa ke rumah sakit jiwa. Pasien juga mengatakan tidak ada
mengalami gangguan fisik seperti deman atau batuk. Pasien mampu
berhitung secara sederhana dan pasien mengenal obat-obat yang ia
minum setiap makan karna telah dijelaskan oleh perawat sebelumnya.
MK : Tidak Ada Masalah
X. Aspek medik
DX medik : Schizofrenia Paranoid
Terapi medik : CPZ 2x2 mg : Pagi, malam
Thryhexil penidil 2x2 mg : Pagi, malam
Diazepam 1x5 mg : Malam
XI. Analisa dataTabel 3.1

No Data Masalah
1. DS: Gangguan
Pasien mengatakan mendengar suara-suara yang sensoripersepsi :
membisikkan di kedua telinganya. Pasien halusinasi
mengatakan suara itu adalah suara yang tidak jelas pendengaran dan
yang menyuruhnya untuk tidak berpakaian penglihatan
terkadang suara tersebut mengatakan menyuruh
untuk memukul orang tuanya.Pasien mengatakan
suara itu muncul ketika menyendiri, berdiam diri
dan saat berbincang-bincang.Klien mengatakan
juga melihat bayangan putih yang selalu
mengganggu nya .Muncul ketika pasien sedang

62
63

sendirian yaitu pada pagi hari, siang, sore dan


malam hari,biasanya sekitar jam 1 siang saat mau
isitirahat, 4-5 kali hingga lebih dalam sehari
DO:
 Pasien tampak termenung dan mengarahkan
telinga ke kanan dan ke kiri
 Pasien tampak sering menggerakkan mata
keatas seperti sedang berpikir
 Pasien tampak sibuk dengan dirinya sendiri
 Pasien tampak diam jika halusinasi muncul
 Pasien tampak senyum sendiri
2. Ds : Resiko perilaku
 Klien mengatakan pernah memukul orang kekerasan
tuanya
 Klien mengatakan dirumah pernah merusak alat
– alat rumah tangga
 Klien mengatakan dulu pernah dipukuli orang
tuanya
Do :
 Klien tampak menggepalkan tangan
 Mata klien tampak merah,pandangan tajam
 Saat pengkajian kadang klien melontarkan
kata-kata kotor tanpa sebab.
 Riwayat masuk klien : perilaku merusak alat –
alat rumah tangga dan memukul ibunya
3. DS: Defisit perawatan diri
 Pasien mengatakan kadang tidak mandi dan
tidak bisa merapikan baju sendiri yang
dipakainya
 Pasien mengatakan tidak ada menyisir rambut
setelah mandi
 Pasien mengatakan kadang pakaiannya tidak

63
64

sesuai,kadang sempit,kadang terlalu longgar


dan kadang tidak punya resleting celana
 Pasien mengatakan kadang mandi kadang tidak
, 1-2 x sehari mandi dan mengganti pakaian 1 x
2 hari , terkadang 1 x dalam sehari.
DO:
 Pasien tampak kusam, kuku hitam dan kotor
 Pasien tampak tidak ada menyisir rambut
setelah mandi,kuku kotor dan hitam
 Pasien tampak tidak menggunakan sendal,
tampak agak kusam, resleting celana tidak
dirapikan.
4 Ds: Isolasi sosial
 Klien mengatakan malas bergaul dengan orang
lain
 Klien mengatakan tidak mempunyai teman
dekat
Do:
 Klien terlihat murung dan suka menyendiri
 Klien tampak tidak mau berbicara dengan
orang lain
5. DS: Harga diri rendah
 Klien mengatakan di rumah tidak ada pekerjaan
dan tidak mempunyai penghasilan karna hanya
tamatan pesantren.
 Pasien mengatakan hubungannya dengan orang
lain semenjak sakit kurang baik
 Pasien mengatakan tidak ada mengikuti
kegiatan di masyarakat sejak ayahnya
meninggal.
DO:
 Pasien tampak menundukkan kepala

64
65

 Pasien tidak mampu menatap wajah perawat


 Pasien bicara pelan-pelan
B. Masalah Keperawatan
1. Gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran
2. Resiko perilaku kekerasan
3. Defisit perawatan diri
4. Isolasi sosial
5. Harga diri rendah.
6. Distress spiritual
7. Gangguan proses pikir
8. Ketidakefektifan koping individu

C. Pohon Masalah

Resiko mencederai orang


lain atau diri sendiri (RPK)

Defisit perawatan
CORE GANGGUAN PERSEPSI
SENSORI : HALUSINASI
diri
PROBLEM PENDENGARAN DAN
PENGLIHATAN
Gangguan proses
pikir
Hambatan
komunikasi Isolasi sosial
verbal

HDR

D. Daftar Diagnosa Keperawatan

No Diagnosa Kep Tgl TTD Tgl TTD


Muncul Teratasi
1 Gangguan sensoripersepsi 18 juli
: halusinasi pendengaran 2016
dan penglihatan

65
66

2 Resiko perilaku kekerasan 19 juli


2016
3 Deficit perawatan diri 19 juli
2016
4 Isolasi social 19 Juli
2016
5 Gangguan konsep diri:
harga diri rendah

66
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN PADA Tn. A DENGAN HALUSINASI
No Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
keperawatan
1 Gangguan 1.Klien dapat mengenali Setelah 2x interaksi Sp 1 Klien Untuk mengetahui
sensori dan mengontrol - Klien dapat menyebutkan sejauh mana klien
persepsi: halusinasinya dengan cara jenis, isi, waktu, frekuensi, 1.Membina hubungan saling mengetahui isi, janis,
halusinasi menghardik situasi, respon percaya dengan tindakan waktu, frekuensi, dan
penglihatan - Klien dapat mengontrol - Mengucapkan salam setiap respon saat terjadi
dan halusinasinya dengan kali berinteraksi halusinasi
pendengaran menghardik halusinasinya - Berkenalan dengan klien :
berkenalan nama dan nama
pangilan klien.
- Membuat kontrak asuhan apa
yang di lakukan bersama klien.
- Berapa lama akan di kerjakan
dan tempatnya di mana
- Menjelaskan informasi yang
di peroleh untuk kepentingan
terapy.
- Setiap saat kunjuang sikap

67
68

simpati terhadap klien


- penuhi kebutuhan dasar klien
bila memungkin kan
2. Membantu klien mengenal
halusinasi: isi, frekuensi, waktu
terjadi, situasi pencetus,
perasaan, respon.
3.Menjelaskan cara mengontrol
halusinasi: menghardik, obat,
bercakap-cakap,melakukan
kegiatan.
4. Melatih cara mengontrol
halusinasi dengan cara
menghardik.
5. Masukan paada jadwal
kegiatan untuk melatih
menghardik.
2. Klien dapat mengontrol Setelah 2x interaksi klien Sp 2 Klien Mengetahui sejauh
halusinasinya dengan cara mamapu mengendalikan 1.Mengevaluasi jadwal mana kemampuan
bercakap-cakap dengan halusinasi denagan kegiatan menghardik. Beri klien dalam bercakap

68
69

orang lain bercakap-cakap dengan pujian saat halusinasi muncul


orang lain 2.Melatih mengontrol
halusinasi dengan obat
3. Masukan kedalam jadwal
kegiatan untuk melatih
menghardik dan minum obat.
3. Klien dapat mengontorol Setelah 2x interaksi klien Sp 3 Klien Melakukan aktivitas
halusinasi dengan dapat mengontrol 1.Evaluasi kegitan melatih terjadwal klien dapat
melakukan aktivitas halusinasi dengan menghardik dan minum obat. mengontrol halusinasi
terjadwal melakukan aktivitas Berikan pujian.
terjadwal 2.Melatih klien cara
mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap saat terjadi
halusinasi.
3.Memasukan pada jadwal
kegiatan untuk melatih
menghardik, minum obat dan
bercakap-cakap
4. Klien dapat mengikuti Setelah 2x interaksi klien Sp 4 klien Mengetahui seberapa
program pengobatan secara dapat mengontrol 1. Mengvaluasi kegiatan jauh pemahaman klien

69
70

teratur halusinasi dengan cara melatih menghardik dan


minum obat minum obat dan bercakap-
cakap. Berikan pujian.
2.Melatih cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan
kegiatan harian (mulai 2
kegiatan).
3. Masukan pada jadwal
kegiatan untuk melatih
menghardik, minum obat,
bercakap-cakap dan kegiatan
harian.
1. Keluarga dapat Setelah interaksi keluarga Sp 1 Keluarga Peran kelurga sangat
memahami tentang mampu menmenjelaskan 1.Mendiskusikan masalah penting karena klien
halusinasidan cara tentang halusinansi dan yang dirasakan keluarga dalam dapat bergaul untuk
merawat anggota cara merawat anggota merawat klien halusinasinya
keluarga dengan keluarga dengan halusinasi 2.Menjelaskan pengrtian,tanda
halusinasi dan gejala,dan jenis halusinasi
yang dialami beserta proses
terjadinya

70
71

3.Menjelaskan cara-cara
merawat klien dengan
halusinasi
4. Menganjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
member pujian.
2. Keluarga dapat Setelah interksi keluarga Sp 2 keluarga Untuk memacu
memperagakan cara mampu memperagakan 1.Mengevaluasi kegiatan kemampuan keluarga
merawat klien dengan cara merawat klien keluarga dalam merawat/ dalam merawat klien
halusinasi langsung memememelatih klien
menghardik. Beri pujian.
2. Menjelaskan 6 benar cara
memberikan obat.
3. Melatih cara memberikan/
membimbing minum obat.
4. Menganjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
memberi pujian.

71
72

3. Keluarga mengetahui Setelah interaksi keurga Sp 3 Keluarga Mengawasi jadwal


follow up klien dengan mengetahui follow up 1.Mengevaluasi kegiatan kegiatan harian
halusinasi klien dan membantu keluarga dalam merawat/
membuat jadwal kegiatan memememelatih klien
harian klien dirumah menghardik dan memberikan
obat. Beri pujian.
2. Menjelaskan cara bercakap-
cakap dan melakukan kegiatan
untuk mengontrol halusinasi.
3. Melatih dan sediakan waktu
bercakap-cakapdengan klien
terutama saat halusinasi.
4. Menganjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
memberikan pujian.

72
73

Sp 4 Keluarga Untuk mengetahui


1. Mengevaluasi kegiatan sejauh mana klien
keluarga dalam merawat/ memahami tentang
memememelatih klien keuntungan dan
menghardik, memberikan kerugian berinteraksi
obat dan bercakap-cakap. dengan orang lain
Berikan pujian
2. Menjelaskan follow up ke
PKM, tanda kambuh,
rujukan
3. Menganjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
memberikan pujian.
2 Defisit 1.Klien mampu Setelah interaksi klien Sp 1 Klien Untuk mengetahui
Perawat Diri mebersihkan diri secara mampu memenjelaskan 1.Membina hubungan saling sejauh mana klien
mandiri kepentingan diri dan percaya dengan tindakan mengetahui pentingnya
melakukan kebersihan diri - Mengucapkan salam setiap menjaga kesehatan
(mandi)secara mandiri kali berinteraksi
- Berkenalan dengan klien :
berkenalan nama dan nama

73
74

pangilan klien.
- Buat kontrak asuhan apa yang
di lakukan bersama klien.
- Berapa lama akan di kerjakan
dan tempatnya di mana
- Menjelaskan informasi yang
di peroleh untuk kepentingan
terapy.
- Setiap saat kunjuang sikap
simpati terhadap klien
- penuhi kebutuhan dasar klien
bila memungkin kan
2.Membantu klien mengenal
masalah perawatan diri;
kebersihan diri, berdandan,
makan/minum, BAB/BAK
3.Menmenjelaskan pentingnya
kebersihan diri
4.menjelaskan cara dan alat
kebersihan diri

74
75

5.mememelatih cara menjaga


kebersihan diri; mandi dang
anti pakaian, sikat gigi, cuci
rambut, potong kuku
6.masukan pada jadwal
kegiatan untuk melatih mandi,
sikat gigi (2 kali per hari), cuci
rambut(2 kali per minggu),
pootong kuku(1 kali per
minggu)
2. Klien mampu berhias Setelah interaksi klien Sp 2 Klien Mengetahui sejauh
(berdandan) secara mandiri mampu menmenjelaskan 1.Mengevaluasi kegiatan mana kemampuan
cara berhias yang baikdan kebersihan diri. Beri pujian klien dalam berhias
mampu mempraktekannya 2.menjelaskan cara dan alat
untuk berdandan
3.Melatih cara berdandan
setelah kebersihan diri; sisiran,
rias muka untuk perempuan,
sisiran, cukuran untuk pria
4.Memasukan pada jadwal

75
76

kegiatan untuk kebersihasn diri


dan berdandan
3. Klien mampu makan Setelah interaksi klien Sp 3 Klien Melakukan makan
secara baik dan benar mampu menmenjelaskan 1. Mengevaluasi kegiatan yang baik dan benar
cara makan yang baik dan kebersihan diri dan berdandan.
benar serta mampu Beri pujian
mempraktekannya 2.menjelaskan cara dan alat
makan dan minum
3.mememelatih cara makan
dan minum yang baik
4.Masukan kedalam jadwal
kegiatan untuk melatih
kebersihan diri, berdandan &
makan dan minum yang baik
4. Klien dapat melakukan Setelah dilakukan interaksi Sp 4 Klien Klien dapat melakukan
BAK dan BAB pada klien mampu 1. Mengevaluasi kegiatan eliminasi BAB/BAK
tempatnya dengan baik dan menmenjelaskan cara kebersihan diri, berdandan, yang baik dan benar
mandiri BAK dan BAB yang makan dan minum. Beri pujian
baik,melakukan BAK dan 2.Menjelaskan cara BAB dan
BAB pada tempatnya, dan BAK yang baik

76
77

membersihkan diri setelah 3.mememelatih BAB dan BAK


BAK dan BAB yang baik
4.Memasukan kedalam jadwak
kegiatan untuk melatih
kebersihan diri, berdandan,
makan dan minum, dan BAB
dan BAK
1. Keluarga dapat Setelah interksi Sp 1 Keluarga Peran keluarga sangat
memahami tentang defisit keluargamampu 1.mendiskusikan masalah penting karena klien
perawatan diri dan cara menmenjelaskantentang yang dirasakan dalam merawat dapat bergaul dengan
merawat anggota keluarga defisit perawatan diri dan klien defisit perawatan diri
dengan defisit perawatan cara merawat klien dengan 2.Menjelaskan pengrtian,tanda
diri dan gejala, dan proses
terjadinya deficit perawatan
diri
3.Menjelaskan cara merawat
deficit perawatan diri
4.Melatih 2 cara meraawat:
kebersihan diri dan berdandan
5.Menganjurkan membantu

77
78

klien sesuai jadwal dan


memberikan pujian
2. Keluarga dapat Setelah interaksi kelurga Sp 2 Keluarga Untuk memacu
memperagakan cara mampu merawat anggota 1.Mengevaluasi kegiatan kemampuan keluarga
merawat klien dengan keluarga dengan defisit keluarga dalam dalam merawat klien
defisit perawatan diri perawatan diri langsung merawat/memememelatih klien
keklien kebersihan diri. Beri pujian
2.Melatih dua ( yang lain ) cara
merawat makan dan minum,
BAB dan BAK
3.Menganjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan beri
pujian
3. Keluarga mengetahui Setelah interaksikeluarga Sp 3 Keluarga Mengawasi jadwal
follow up klien dengan dapat membuatjadwal 1. Mengevaluasi kegiatan kegiatan harian
defisit perawatan diri kegiatan klien dan keluarga dalam
menmenjelaskan follow up merawat/memememelatih klien
klien kebersihan diri dan berdandan.
Beri pujian
2.membimbing keluarga

78
79

merawat kebersihan diri


berdandan dan makan &
minum klien
3.Menganjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan berikan
pujian
Sp 4 keluarga
1.Mengevaluasi kegiatan
keluarga dalam
merawat/memememelatih klien
kebersihan diri, berdandan
makan & minum. Beri pujian
2.membimbing keluarga
merawat BAB dan BAK klien
3.Menjelaskan follow up ke
PKM, tanda kambuh, rujukan
4.Menganjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan
memberikan pujian

79
80

3 Resiko Pasien mampu : Setelah dilakukan SP I:


Perilaku 1. Mengidentifikasi pertemuan, pasien mampu: 1. Identifikasi penyebab - nafas dalam dapat
kekerasan penyebab, tanda dan 1. Dapat perasaan marah,tanda dan meredakan emosi
gejala, jenis PK menyebutkan gejala yang dirasakan, PK merupakan cara
yang pernah di penyebab, tanda yang dilakukan, akibat PK, relaksasi yaitu
lakukan dan akibat dan gejala, serta cara mengontrol PK merilekskan otot yang
dari PK yang jenisdan akibat dengan cara fisik 1 dan tegang
dilakukan oleh lanjut dari PK yang fisik - untuk mengingatkan
pasien. dilakukan 2. (mengajarkan / melatih pasien cara mengontrol
2. Menyebutkan cara 2. Dapat cara tarik nafas dalam dan PK yang telah
mengontrol PK menyebutkan cara pukul bantal dan kasus) diajarkan dan dapat
3. Mengontrol PK mengontrol PK 3. Memasukkan kedalam dilakukan.
dengan cara fisik, dengan cara fisik 1 jadwal kegiatan harian
verbal, spiritual dan dan fisik 2 pasien - ketegangan obat dan
terapi psikoformako SP II: mengurangi cedera
1. Mengevaluasi kegiatan
yang lalu yaitu latihan - penggunaan obat
tarik nafas dalam dan yang teratur dapat
pukul bantal dan kasus meningkatkan
(sp 1) keefektifan obat

80
81

2. mengontrol marah yaitu


dengan minum obat
3. Memasukkan kedalam
jadwal kegiatan harian
Setelah dilakukan pasien
pertemuan pasien mampu: SP III: -melatih pasien
1. Menyebutkan 1. Mengevaluasi jadwal melampiaskan
kegiatan yang telah kegiatan harian pasien kekesalan dan
dilakukan pasien (sp 1,2) kemarahan melalui
2. Mampu 2. Melatih pasien kata-kata yang baik
memperagakan mengontrol PK dengan
cara mengontrol cara verbal:
PK dengan cara mengungkapkan
minum obat yang perasaan dengan baik,
baik meminta dan menolak
dengan baik.
3. Memasukkan kedalam
jadwal kegiatan harian
pasien

81
82

Setelah dilakukan SP IV: -kegiatan spritual


pertemuan, pasien mampu: 1. Mengevaluasi jadwal mampu mengurangi
1. Menyebutkan kegiatan harian pasien tingkat stress dan
kegiatan yang pasien (sp 1,2,3) menenangkan
dilakukan / dilatih 2. Melatih pasien emosional serta
2. Memperagakan mengontrol PK dengan pemikiran
cara mengontrol cara spiritual seperti
PK dengan cara berzikir,berdoa,beristigfa
verbal r, dan sholat
3. Memasukkan kedalam
jadwal kegiatan harian
pasien

Setelah dilakukan SP I Keluarga: -menggali perasaan


pertemuan pasien mampu: 1. Diskusikan masalah keluarga dalam
1. Menyebutkan yang dirasakan merawatpasien
kegiatan yang keluarga dalam -memberikan
sudah dilakukan merawat pasien PK informasi pada pasien
dan di latih 2. Jelaskan tentang PK, tentang PK
2. Mampu pengertian, tanda dan -supaya keluarga dapat

82
83

memperagakan dan gejala, jenis perawatan, berlatih cara merawat


mencobakan cara dan proses terjadinya pasien PK
mengontrol PK 3. Jelaskan cara-cara -agar keluarga dapat
dengan cara merawat pasien dengan merawat pasien PK
spiritual perilaku kekerasan dirumah
4. Melatih cara merawat -dengan
PK dengan cara fisik 1 mempraktekkan akan
dan 2 menambah
5. Anjurkan membantu pengetahuan keluarga
pasien sesuai jadwal
dan beri ujian

Keluarga mampu merawat SP II Keluarga:


pasien dengan perilaku 1. Evaluasi kegiatan
kekerasan dirumah keluarga melatih pasien
latihan fisik 1 dan 2
2. Jelaskan 6 benar
minum obat
3. Latih cara memberikan
minum obat

83
84

4. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal
dan beri ujian
5. Latih keluarga cara
merawat pasien PK
6. Praktekkan langsung
cara merawat pasien

Setelah dilakukan SP III Keluarga:


pertemuan keluarga 1. Evaluasi kegiatan
mampu mengidentifikasi keluarga dalam melatih
masalah dan penyebab PK fisik 1 dan 2 minum
obat
2. Latih cara membimbing
verbal/bicara
3. Latih cara membimbing
kegiatan spiritual
4. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal
dan beri ujian

84
85

Setelah dilakukan 1x SP IV keluarga:


pertemuan keluarga 4. evaluasi kegiatan
mampu merawat pasien keluarga dalam
PK secara langsung melatih pasien fisik 1
dan 2 , minum obat,
verbal, dan spiritual
5. jelaskan follow up ke
pkm, tanda kambuh,
rujukan
6. anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal
dan beri ujian

85
86

CATATAN PERKEMBANGAN
No Dx Keperawatan Hari/tgl/jam Implementasi keperawatan Hari/tgl/jam Evaluasi keperawatan Tanda
tangan
1. Gangguan Rabu/20- Sp 1 pasien Rabu / 20- S: Pasien
persepsi sensori : 07-2016 1. mengidentifikasi 07-2016 - Pasien mengatakan bayangan
halusinasi 15.00 wib isi,jenis,waktu,frekuensi,situasi,re 15. 15 wib masih ada
penglihatan dan spon pasien - Pasien mengatakan mengerti
pendengaran 1.mengevaluasi jadwal harian dengan penjelasan yang
2.melatih cara mengontrol dengan dijelaskan tentang obat
minum obat secara teratur - Pasien dapat mengulangi manfaat
3.menganjurkan masukan dalam minum obat, dan kerugian tidak
jadwal kegiatan harian minum obat

Keluarga
Sp 1 keluarga - keluarga mengatakan sudah
1.Mendiskusikan masalah yang mengetahui jenis obat dan fungsinya
dirasakan keluarga dalam O: Pasien
merawat klien - pasien tampak minum obat
2.Menjelaskan pengertian,tanda dengan benar dan teratur
dan gejala,dan jenis halusinasi Keluarga

86
87

yang dialami beserta proses - keluarga mampu menjelaskan


terjadinya jenis obat, manfaat dan akibat
3.Menjelaskan cara-cara merawat tidak minum obat
klien dengan halusinasi A: Pasien
4. Menjelaskan 6 benar cara - halusinasi masih ada
memberikan obat. - Klien mempraktekan cara
5. Melatih cara minum obat mengontrol halusinasi : minum
6. Menganjurkan membantu klien obat teratur (Mandiri)
sesuai jadwal dan memberi pujian.
Keluarga
- keluarga sudah mampu
mengontrol halusinasi dengan
patuh minum obat (Mandiri)
P:
Pasien: latihan mengontrol halusinasi
dengan minum obat teratur (mandiri)
Keluarga : keluarga Optimalkan SP1,
lanjutkan SP 2 (mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik)
Perawat: Sp 1 mandiri lanjut Sp 2

87
88

Defisit perawatan Rabu/20- Sp 1 pasien Rabu/20- S : Pasien mengatakan dia cukup senang
diri 07-2016 1.menjelaskan pentingnya 07-2016 setelah mandi
menjaga kebersihan diri -pasien mengatakan malas ganti baju
2.menjelaskan cara menjaga setelah mandi
kebersihan diri : mandi O: -Pasien sudah mandi
3.menganjurkan pasien untuk -Pasien tidak gosok gigi
mempraktekan cara mandi A: Defisit perawatan diri masih ada :
4.menganjurkan masukkan dalam mandi
jadwal kegiatan harian -pasien melakukan kebersihan diri :
mandi (Belum mandiri)
P:
Pasien: latihan mandi secara benar 2x
sehari pagi 08.00 dan sore 16.00
Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
Perawat: Sp 1 (Bm)Optimalkan Sp 1

Resiko perilaku Rabu/20- Sp 1 pasien Rabu/ 20- S: Pasien mengatakan senang berinteraksi
kekerasan 07-2016 1. Mengidentifikasi penyebab 07-2016 dengan perawat
PKMengidentifikasi tanda dan O: Pasien dapat mengulangi cara menarik
gejala PK nafas dalam dengan benar

88
89

2. Mengidentifikasi jenis PK yang A: PK tidak ada


dilakukanMengidentifikasi Pasien melakukan cara mengontrol PK :
akibat PK yang dilakukan Tarik nafas dalam
3. Menjelaskan cara mengontrol P:
PK dengan cara fisik 1: Pasien: latih mengontrol PK dengan
menarik nafas dalam dan pukul menarik nafas dalam 2x sehari pagi jam
bantal kasur 11.00 siang jam 14.00
4. Melatih pasien cara mengontrol Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
PK dengan cara fisik 1: Perawat: optimalkan SP1, lanjut SP2
menarik nafas dalam (mengontrol PK dengan cara fisik 2:
7. Menganjurkan pasien memukul bantal dan kasur)
memasukkan melatih cara
menarik nafas dalam ke jadwal
kegiatan harian

2. Gangguan Kamis/ 21- Sp 2 pasien Kamis/ 21- S:Pasien


persepsi sensori : 07-2016 1.Mengevaluasi jadwal kegiatan 07-2016 - Pasien mengatakan sudah
halusinasi harian memasukkan pada jadwal
penglihatan dan 2.menjelaskan cara mengontrol kegiatan harian
pendengaran halusinasi dengan menghardik - pasien mengatakan mampu

89
90

3.melatih cara menghardik mengontrol halusinasi dengan


halusinasi menghardik
4.menganjurkan masukan dalam Keluarga
jadwal kegiatan harian - keluarga mengatakan selalu
membantu klien dalam minum
Sp 2 keluarga obat
1.Mengevaluasi kegiatan keluarga - keluarga mengatakan paham cara
dalam merawat/ membantu klien membnatu klien mengontrol
minum obat. Beri pujian. halusinasi dengan menghardik
2. Menjelaskan cara mengontrol Kamis/ 21- O : Pasien
halusinasi dengan menghardik 07-2016 - pasien tampak sudah mampu
3. Melatih cara mengontrol mengontrol halusinasi dengan
halusinasi dengan menghardik cara menghardik
4. Menganjurkan membantu klien - Pasien tampak mempraktekkan
sesuai jadwal dan member pujian. cara menghardik

Keluarga
- keluarga mampu melatih pasien
mengontrol halusinsi dengan
menghardik

90
91

A: Pasien
- halusinasi masih ada
- klien mencoba cara menghardik
(mandiri)
Keluarga
- keluarga sudah mampu membantu
pasien mengontrol halusinasi
dengan menghardik (Mandiri)
P:
Pasien : latihan mengontrol halusinasi 2x
sehari pagi jam 11.00 dan siang jam
16.00
Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga : keluarga Optimalkan SP1
dan 2, lanjutkan SP 3 (mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap)
Perawat: Sp 2 mandiri lanjut sp 3

91
92

Defisit perawatan Kamis/ 21- Sp 1 pasien Kamis/ 21- S: Pasien mengatakan sudah mandi
diri 07-2016 1.menjelaskan pentinganya 07-2016 Pasien mengatakan senang sudah mandi
menjaga kebersihan diri O: pasien tampak sudah mandi, dan
2.menjelaskan cara menjaga sudah gosok gigi
kebersihan diri : mandi A;defisit perawatan diri masih ada
3.menganjurkan pasien untuk pasien mandi dengan benar (mandiri)
mempraktekan cara mandi P:
4.menganjurkan masukan dalam Pasien: latihan mandi yang benar 2x
jadwal kegiatan harian sehari pagi 08.00 dan siang 16.00
Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
Perawat: sp 1 (mandiri)
Lanjut sp 2

Resiko prilaku Kamis/ 21- 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Kamis/ 21- S: Pasien mengatakan senang berinteraksi
kekerasan 07-2016 harian pasien 07-2016 dengan perawat
2. Menjelaskan cara mengontrol O: Pasien dapat mengulangi cara
PK dengan cara fisik 2: memukul bantal dan kasur dengan benar
memukul bantal dan kasur A: PK tidak ada
3. Melatih pasien cara mengontrol Pasien mencoba mengontrol Pk :
PK dengan cara fisik 2: memukul bantal dan kasur ( mandiri)

92
93

memukul bantal dan kasur P:


Mengajurkan pasien memasukkan Pasien: latihan mengontrol PK dengan
cara memukul bantal dan kasur memukul bantal dan ksur 2x sehari pagi
dalam jadwal kegiatan harian jam 11.00 dan siang jam 14.00
Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
Perawat: optimalkan SP2, lanjut SP3
(mengontrol PK dengan cara verbal:
meminta dengan baik, menolak dengan
baik, dan mengungkapkan dengan baik

3 Gangguan Sabtu/ 23- Sp 3 pasien Sabtu/ 23- S :Pasien


persepsi sensori : 07-2016 1.mengevluasi jadwal kegiatan 07-2016 - Pasien mengatakan susah untuk
halusinasi harian bercakap ,Pasien mengatakan
penglihatan dan 2.Melatih mengontrol halusinasi malas bicara
pendengaran dengn bercakap-cakap Keluarga
3.Menganjurkan masukan dalam - keluarga mengatakan sedikit
jadwal kegiatan harian kesulitan mengajak klien
bercakap-cakap jika klien lagi
halusinasi

93
94

Sp 3 Keluarga O: Pasien
1.Mengevaluasi kegiatan keluarga - pasien lebih sering sendiri dan
dalam merawat/ melatih klien tidak banyak bicara
menghardik dan memberikan Keluarga
obat. Beri pujian. - keluarga mampu menjelaskan
2. Menjelaskan cara bercakap- kembali cara mengontrol
cakap dan melakukan kegiatan halusinasi dengan bercakap-cakap
untuk mengontrol halusinasi. A: Pasien
3. Melatih dan sediakan waktu - halusinasi masih ada
bercakap-cakapdengan klien - pasien belum mencoba bercakap
terutama saat halusinasi. dengan orang lain.(Belum
4. Menganjurkan membantu klien mandiri)
sesuai jadwal dan memberikan Keluarga
pujian. - keluarga belum mampu
membantu klien dalam
mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap (Belum Mandiri)
P:
Pasien : latihan mengontrol halusinasi
dengan bercakap cakap 2x sehari pagi

94
95

11.00 dan siang 14.00


Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga : keluarga Optimalkan SP1 dan
2, dan SP 3 (obat, menghardik dan
bercakap-cakap)
Perawat: Sp 3 (Belum mandiri)
Optimalkan Sp 3 (bercakap-cakap)

Defisit perawatan Sabtu/ 23- Sp 2 pasien Sabtu/ 23- S: Pasien mengatakan sudah mandi dan
diri 07-2016 1.mengevaluasi jadwal harian 07-2016 malas berdandan
2.mengajarkan cara berdandan O:Pasien kurang rapi ,kumis tidak
yang benar dicukur dan baju tidak rapi
3.memganjurkan pasien A: defisit perawatan diri
mempraktekan cara berdandan Pasien tidak mencoba kan cara berdandan
yang benar P:
4.menganjurkan masukan dalam Pasien: latihan cara berdandan 2x sehari
jadwal kegiatan harian pagi 09.00 dan sore 16.00
Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
Perawat: sp 2(Belum mandiri)
Optimalkan sp 2 (berdandan/berhias)

95
96

Resiko prilaku Sabtu/ 23- 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Sabtu/ 23- S: Pasien mengatakan senang berinteraksi
kekerasan 07-2016 harian pasien 07-2016 dengan perawat
2. Menjelaskan cara mengontrol O: pasien dapat mengulangi cara
PK dengan cara verbal: meminta dengan baik, menolak dengan
meminta dengan baik, menolak baik, dan mengungkapkan dengan baik
dengan baik, dan A: PK tidak ada
mengungkapkan dengan baik pasien mncoba mengontrol PK : dengan
3. Melatih pasien cara mengontrol verbal (M)
PK dengan cara verbal: P:
meminta dengan baik, menolak Pasien: latih mengontrol PK dengan
dengan baik, dan meminta dengan baik, menolak dengan
mengungkapkan dengan baik baik, dan mengungkapkan dengan baik
Mengajurkan pasien memasukkan 2xsehari jam 11.00 dan 14.00
cara meminta dengan baik, Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
menolak dengan baik, dan Perawat: optimalkan SP3, lanjut SP4(
mengungkapkan dengan baik mengontrol PK dengan cara spritual:
dalam jadwal kegiatan harian berdoa dan beribadah)

96
97

4. Gangguan Senin/ 25- Sp 3 pasien Senin/ 25- S : Pasien


persepsi sensori : 07-2016 1.mengevluasi jadwal kegiatan 07-2016 - pasien mengatakan perasaan
halusinasi harian sedikit lebih nyaman setelah
penglihatan dan 2.melatih pasien mengontrol berbincang
pendengaran halusinasi dengn bercakap-cakap Keluarga
3.menganjurkan masukan dalam - keluarga mengatakan sudah bisa
jadwal kegiatan harian mengajak klien bercakap-cakap
jika klien lagi halusinasi
Sp 3 Keluarga O: Pasien
1.Mengevaluasi kegiatan keluarga - pasien sudah bisa bicara dan
dalam merawat/ melatih klien bercakap cakap jika mengalami
menghardik dan memberikan halusinasi
obat. Beri pujian. Keluarga
2. Menjelaskan cara bercakap- - keluarga mampu menjelaskan
cakap dan melakukan kegiatan kembali cara mengontrol
untuk mengontrol halusinasi. halusinasi dengan bercakap-cakap
3. Melatih dan sediakan waktu A:Pasien
bercakap-cakapdengan klien - halusinasi masih ada, klien
terutama saat halusinasi. mampu bercakap-cakap
4. Menganjurkan membantu klien (Mandiri)

97
98

sesuai jadwal dan memberikan Keluarga


pujian. - keluarga mampu membantu klien
dalam mengontrol halusinasi
dengan bercakap-cakap (Mandiri)
P:
Pasien: latihan mengontrol halusinasi
dengan bercakap cakap 2x sehari jam
11.00 dan jam 14.00
Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
Keluarga : keluarga Optimalkan SP1 dan
2, dan SP 3, lanjut sp 4 (memfollow up
jika penuh)
Perawat: sp 3 (m) lanjut sp 4

Defisit perawatan Senin/ 25- Sp 2 pasien Senin/ 25- S: pasien mengatakan senang sudah
diri 07-2016 1.mengevaluasi jadwal harian 07-2016 mandi dan sudah berdandan
2.mengajarkan cara berdandan O: pasien tampak rapi dan segar
yang benar Dan sudah kumis sudah dicukur
3.menganjurkan pasien A: defisit perawatan diri masih ada
mempraktekan cara berdandan pasien mempraktekan cara berdandan

98
99

yang benar (M)


4.menganjurkan masukan dalam P:
jadwal kegiatan harian Pasien: latihan berdandan 2x sehari pagi
jam 09.00 dan saore 16.00
Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
Perawat: sp 2(mandiri), Lanjut sp 3

Resiko prilaku Senin/ 25- 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan Senin/ 25- S: pasien mengatakan senang berinteraksi
kekerasan 07-2016 harian pasien 07-2016 dengan perawat
2. Menjelaskan cara mengontrol O: pasien dapat mengulangi cara berdoa
PK dengan cara spritual: dan beribadah
berdoa, dan beribadah A: PK tidak ada
3. Melatih pasien cara mengontrol pasien mencoba mengontrol PK :
PK dengan cara spritual: berdoa spiritual
dan beribadah P:
4. Mengajurkan pasien Pasien: latihan mengontrol PK dengan
memasukkan berdoa dan berdoa dan beribadah 2x sehari pagi jam
beribadah dalam jadwal 05.00 dan 13.00
kegiatan harian Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
Perawat: optimalkan SP4, lanjut SP5

99
100

(mengontrol PK dengan cara minum obat


teratur)

5. Gangguan Selasa/ 26- Sp 4 pasien Selasa/ 26- S: Pasien


persepsi sensori: 07-2016 1.mengevaluasi jadwal harian 07-2016 - pasien mengatakan bayangan
halusinasi 2.melatih cara mengontrol dengan mulai hilang
penglihatan dan aktitas terjadwal Keluarga
pendengaran 3.menganjurkan masukan dalam - keluarga mengatakan sudah
jadwal kegiatan harian paham jika terjadi kekambuhan
kepada klien
Sp 4 keluarga O:Pasien
1. Mengevaluasi jadwal - pasien tampak bercakap- cakap
kegiatan keluarga dalam dan melakukan aktifitas terjadwal
melatih pasien menghardik,
minum obat, dan berbincang- Keluarga
bincang. - keluarga tampak paham dan
2. Menjelaskan follow up ke mengerti
PKM, tanda kambuh, dan A: Klien
rujukan - halusinasi tidak ada
3. Menganjurkan membantu - pasien mempraktekan cara

100
101

pasien sesuai jadwal dan beri mengontrol halusinas : aktifitas


pujian. terjadwal (M)
Keluarga
- keluarga mampu memfollow up
klien jika terjadi kekambuhan
(Mandiri)
P:
Pasien: latihan mengontrol halusinasi
dengan aktifitas terjadwal dari pagi
sampai malam
Keluarga : keluarga Optimalkan SP1
dan 2, SP 3, dan sp 4
Perawat: Sp 4 (mandiri)

Defisit perawatan Sp 3 pasien S: Pasien mengatakan sudah mandi dan


diri 1.mengevaluasi jadwal harian berdandan
2.Mengajarkan cara makan yang pasien mengatakan sebentar lagi jam
benar makan
3.menganjurkan masukan dalam O: pasien tampak sudah rapidan
jadwal kegiatan harian wangi, dan bersiap –siap makan

101
102

A: defisit perawatan diri masih ada


pasien latihan makan dengan benar (M)
P:
Pasien:latihan makan secara benar 2x
sehari
Pagi jam 07.00 dan siang 12.00
Masukkan dalam jadwal kegiatan harian
Perawat:sp 3(mandiri)Lanjut sp 4.

Resiko prilaku 1. Mengevaluasi jadwal kegiatan S: pasien mengatakan senang berinteraksi


kekerasan harian pasien dengan perawat
2. Menjelaskan cara mengontrol O: pasien dapat mengulangi cara
PK dengan cara minum obat mengontrol Pk dengan minum obat
dengan teratur, manfaat minum teratur, klien dapat mengulangi manfaat
obat, dan kerugian tidak minum minum obat, dan kerugian tidak minum
obat obat
A: PK tidak ada
Pasien mengontrol PK dengan minum
obat (M)
P: Semua Sp sudah optimal intervensi di

102
103

Defisit perawatan hentikan


diri
7. Rabu/ 27- Sp 4 pasien Rabu/ 27- S: Pasien mengatakan senang sudah bisa
07-2016 1.mengevaluasi jadwal harian 07-2016 BAB/BAK dengan benar
2.mengajarkan cara eliminasi O: Pasien tampak pergi BAK d kamar
yang benar A: defisit perawatan diri tidak ada
3.memganjurkan pasien Latihan defisit perawatan diri (Mandiri)
mempraktekan cara berdandan P: Semua Sp sudah optimal intervensi
yang benar dihentikan
4.menganjurkan masukan dalam
jadwal kegiatan harian

103
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses
keperawatan yang meliputi pengkajian, menegakkan diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi, maka dalam BAB ini penulis akan
membahas mengenai kesenjangan antara teori dengan kenyataan yang ditemukan
dalam perawatan khususnya pada pasien persepsi sensori: halusinasi pendengaran
dan penglihatan pada Tn. A yang dikelola penulis sejak tanggal 18 Juli sampai 30
Juli2016 di wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang.
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar dari proses keperawatan
dengan cara wawancara dan observasi secara langsung dengan pasien dan
keluarga. Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses
keperawatan, tahap pengkajian atas pengumpulan data, perumusan kebutuhan
atas masalah pasien, data yang dikumpulkan meliputi biologis, psikologis,
sosial dan spiritual (Keliat, 2011).
Setelah dilakukan pengkajian pada Tn.A ditemukan kesamaan antara teori
dan kasus, pada etiologi, faktor predisposisi yang mempengaruhi halusinasi
pasien, yaitu diantaranya, faktor biologi yaitu abnormalitas perkembangan
sistem saraf yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif.
Pada kasus yang ditemukan pada pasien Tn. A yaitu ditemukan diagnosa
gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran, pada saat pengkajia
klienmengatakan mendengar suara-suara yang membisikkan di kedua
telinganya, suara-suara yang didengarkanya yaitu “untuk tidak berpakaian
dan mengatakan memukul orang tuanya” suara itu muncul kadang-kadang 4-5
kali dalam sehari, muncul di waktu pagi, siang dan malam hari. Muncul saat
klien bermenung dan sendirian.Dapat disimpulkan yang dikatakan pasien itu
merupakan sensasi palsu, karna yang dirasakan oleh pasien tidak sama
dengan mahasiswa perawat jadi mahasiswa perawat mengangat diagnose
sensori persepsi: penglihatan dan pendengaran.
Pada kasus ditemukan adanya kesamaan yaitu baik halusinasi penglihatan
dan pendengaran juga berdampak bagi kepribadian klien yang lemah karena

104
105

ketidakmampuan klien untuk menerima kenyataan membuat klien menjadi


depresi, karena ketidaksesuaian kenyataan dengan keinginan yang tidak dapat
diwujudkan oleh keluarga dan lingkungan.Hal ini diungkapkan oleh
keluarga.Keluarga (ibu klien) mengatakan keinginan dan kemampuan klien
jarang dapat dipenuhi oleh keluarga. Klien juga mempunyai keinginan untuk
menjadi sama dengan teman-teman nya yang berhasil namun klien hanya
tamat SMP dan klien pernah mengalami trauma, serta klien pernah tinggal
kelas. Ketidakmampuan ekonomi keluarga juga menjadi salah satu faktor
penghambat untuk klien melanjutkan keinginan cita-citanya.
Manurut Stuart (2006) faktor sosial budaya dapat pula mengakibatkan
gangguan realita seperti kemiskinan dan konflik sosial budaya misalnya pada
kasus juga ditemukan kesamaan yaitu dari faktor sosial budaya yang
diakibatkan oleh kehidupan sosial yang mengakibatkan gangguan terhadap
realita seperti kemiskinan yang dialami oleh keluarga sehingga keinginan
yang dialami klien tidak dapat diterima dan dipenuhi oleh keluarga.Faktor
biologis yaitu terjadinya abnormalitas perkembangan system syaraf yang
berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif di mana klien
pernah mengalami trauma yaitu pernah dipukul oleh ayahnya.
Dari manifestasi klinis pada kasus ditemukan pada halusinasi penglihatan
itu karakteristiknya adalah melihat kearah yang seperti menampakan sesuatu
dan melihat bayangan, ini sesuai dengan teori stuart dan laraia (2011)
disebutkan karakteristik halusinasi penglihatan: sering melihat bayangan dan
suara yang tidak nyata, seperti hantu orang dan monster bahkan bayangan
lainya, demikian halnya dengan halusinasi pendengaran, klien mendengar
suara-suara yang mengatakan bahwa minta uang dsb, karakteristik ini juga
disebutkan dalam teori Stuart (2011) bahwa pasien dengan halusinasi
pendengaran akan ditandai dengan mendengarkan suara-suara yang tidak ada
sumbernya.
Menurut analisa penulis manifestasi klinis dari halusinasi penglihatan dan
pendengaran itu berbeda, untuk halusinasi penglihatan yaitu lebih kepada
visual dan tidak ada hubungan dengan pendengaran, sedangkan halusinasi
pendengaran itu lebih kepada telinga/ sumber dari pendengaran yang

105
106

realitanya tidak ada. Untuk faktor predisposisi dari ke dua halusinasi itu sama
karena faktor psikologis dimana klien bertipe kepribadian lemah yang mudah
sekali untuk depresi, apabila kemauan klien tidak terpenuhi apalagi diikuti
dengan banyak konflik yang terjadi dalam keluarga dan lingkungan karna
klien suka memikirkan dan bermenung sendirian maka akan berpengaruh
pada psikologis/ kejiwaan klien yang mengakibatkan klien mengalami
gangguan sensori perspesi: halusinasi penglihatan dan pendengaran klien
mudah bicara sendiri, bicara ngaur dan tidak masuk akal.
Saat berinteraksi dengan Tn.A pada tanggal 19 juli 2016, ditemukan
diagnosa deficit perawatan diri.Pada saat pengkajian klienpasien mengatakan
kadang tidak mandi dan tidak bisa merapikan baju sendiri yang
dipakainya.Pasien mengatakan tidak ada menyisir rambut setelah mandi.Klien
mengatakan kadang-kadang menggosok gigi, gigi klien tampak kuning.
Pasien mengatakan kadang pakaiannya tidak sesuai,kadang sempit,kadang
terlalu longgar dan kadang tidak punya resleting celana. Pada pasien rambut
tampak kusam, pasien tidak tampak menyisir rambut setelah mandi, kulit
klien terasa sedikit kasar, kuku kotor dan hitam, pasien tampak tidak rapi,baik
baju dan celana yang dipakai. pasien juga mengatakan kadang mandi kadang
tidak, 1-2 x sehari mandi dan mengganti pakaian kadang 1 x 2 hari,
terkadang 1 x dalam sehari. pasien tampak tidak menggunakan sendal,
tampak agak kusam, resleting celana tidak dirapikan.Setelah dilakukan
pengkajian pada Tn. A ditemukan kesamaan antara teori dan kasus,
diantaranya kesamaan pada status mental yaitu penampilan. Menurut Stuart
(2006) pada penampilan pasien tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai,
dan cara berpakaian pasien tidak seperti biasanya.
Menurut Stuart (2006) faktor sosial budaya dapat pula mengakibatkan
gangguan realita seperti kemiskinan dan konflik sosial budaya misalnya pada
kasus juga ditemukan kesamaan yaitu dari faktor sosial budaya yang
diakibatkan oleh kehidupan sosial yang mengakibatkan gangguan terhadap
realita seperti kemiskinan yang dialami oleh keluarga sehingga keinginan
yang dialami klien tidak dapat diterima dan dipenuhi oleh keluarga.Dari
faktor biologis yaitu terjadina abnormalitas perkembangan system syaraf

106
107

yang berhubungan dengan respon neurobiologis yang maladaptif di mana


klien pernah mengalami trauma yaitu klien pernah dipukuli oleh ayahnya.
Menurut analisa penulis terjadinya defisit perawatan diri klien karena
faktor psikologis, dimana klien bertipe kepribadian lemah yang mudah sekali
untuk depresi, apabila kemauan klien tidak terpenuhi apalagi diikuti dengan
banyaknya konflik yang terjadi di dalam keluarga dan lingkungan yang akan
berpengaruh pada psikologis/kejiwaaan klien yang mengakibatkan klien
mengalami defisit perawatan diri yaitu kulit klien terlihat kotor, gatal, rambut
klien sedikit panjang dan acak-acakan dan rambut klien tidak mau dipotong,
kotor, kuku klien sedikit panjang dan kotor, gigi klien ada caries, pakaian
klien kurang rapi, klien kadang mandi tidak pakai sabun dank lien jarang
menggganti bajunya
Saat berinteraksi dengan Tn.A pada tanggal 19 Juli 2016, ditemukan
diagnosa deficit perawatan diri. Pada saat pengkajian:Klien mengatakan
pernah memukul orang tuanya, klien mengatakan dirumah pernah merusak
alat – alat rumah tangga, klien mengatakan dulu pernah dipukuli orang
tuanya. Oleh sebab itu pada laporan kasus penulis mengangkat diagnose
resiko perilaku kekerasan.
Setelah dilakukan pengkajian pada Tn.A ditemukan kesamaan dan
kesenjangan antara teori dan kasus, diantaranya kesamaan pada faktor
predisposisi.Menurut Stuart (2006) pada etiologi, faktor predisposisi yang
dapat mengakibatkan gangguan orientasi realita sehingga mengakibatkan
resiko perilaku kekerasan meliputi aspek psikologis.Pada faktor psikologis
tipe kepribadian klien lemah.Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya.Klien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju dunia nyata.
Pada kasus ditemukan adanya kesamaan yaitu kepribadian klien yang
lemah karena ketidakmampuan klien untuk menerima kenyataan membuat
klien menjadi depresi, karena ketidaksesuaian kenyataan dengan keinginan
yang tidak dapat diwujudkan oleh keluarga dan lingkungan.Hal ini
diungkapkan oleh keluarga. Keluarga (ibu klien) mengatakan keinginan dan
kemauan klien jarang dapat terpenuhi oleh keluarga dan ketidakmampuan

107
108

ekonomi keluarga juga menjadi salah satu faktor penghambat unutk klien
mendapatkan keinginaanya jadi orang yag sukses seperti teman-teman
sebayanya.
Menurut Stuart (2006) faktor sosial budaya dapat pula mengakibatkan
gangguan realita seperti kemiskinan dan konflik sosial budaya misalnya pada
kasus juga ditemukan kesamaan yaitu dari faktor sosial budaya yang
diakibatkan oleh kehidupan sosial yang mengakibatkan gangguan terhadap
realita seperti kemiskinan yang dialami oleh keluarga sehingga keinginan
yang dialami klien tidak dapat diterima dan dipenuhi oleh keluarga. Faktor
bilologis yaitu terjadinya abnormalitas perkembangan system saraf yang
berhubungan dengan respon yaitu pernah dipukuli yahanya.
Dari manifestasi klinis pada teori dan kasus tidak ditemukan kesenjangan
Tn.A saat ini mengalami resiko perilaku kekerasan. Pada teori stuart dan
laraia (2011) disebutkan karakteristik: klien pernah melakukan penganiayaan,
klien sebagai korban penganiayaan. Pada kasus juga ditemukan hal yang
sama yang dialami klien mengatakan pernah memukul orang tuanya, klien
mengatakan dirumah pernah merusak alat – alat rumah tangga, klien
mengatakan dulu pernah dipukuli orang tuanya
Menurut analisa penulis terjadinya resiko perilaku kekrsan klien karena
faktor psikologis, dimana klien bertipe kepribadian lemah yang mudah sekali
untuk depresi, apabila kemauan klien tidak terpenuhi apalagi diikuti dengan
banyaknya konflik yang terjadi di dalam keluarga dan lingkungan yang akan
berpengaruh pada psikologis/kejiwaaan klien yang mengakibatkan klien
mengalami resiko perilaku kekerasanyaitu Klien mengatakan pernah
memukul orang tuanya, klien mengatakan dirumah pernah merusak alat – alat
rumah tangga, klien mengatakan dulu pernah dipukuli orang tuanya.

B. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah identifikasi atau penilaian terhadap pola
respon klien baik actual maupun potensial (Stuart dan Laraia dalam Keliat,
2009).Menurut Carpenito (2009) diagnosa keperawatan adalah penilaian atau
kesimpulan yang diambil dari pengkajian.

108
109

Dalam masalah gangguan sensori persepsi: halusinasi terdapat tiga


diagnosa utama yaitu perilaku kekerasan, gangguan sensori persepsi
halusinasi dan isolasi sosial (Keliat. 2011)
Dalam menegakkan diagnosa keperawtan ditemukan sedikit kesenjangan
antara teori dan kasus, adapun diagnosa secara teori ditemukan 5 diagnosa
yaitu perilaku kekerasan, gangguan sensori persepsi : halusinasidan isolasi
sosial, defisit perawatan diri, harga diri rendah. sedangkan diagnosa
keperawatan pada klien ditemukan yaitu gangguan sensori persespsi :
halusinasi,deficit perawatan diri dan resiko perilaku kekerasan. Untuk
diagnosa perilaku kekerasan tidak muncul pada saat pengkajian yang muncul
yaitu resiko perilaku kekerasan disaat perawat melakukan pengkajian
bersama klien ternyata untuk tanda- tanda perilaku kekerasan tidak
ditemukan seperti mata merah, bicara secara kasar keras, wajah tegang,
merusak barang-barang serta mencederai diri maupun orang lain tidak
ditemukan saat pengkajian, saat pengkajian hanya ditemukan resiko perilaku
kekerasan oleh karena itu agar tidak terjadi prilaku kekerasan perawat
mencegah dengan strategi pelaksanaan seperti sp 1 yaitu minum obat secara
teratur,sp 2 yaitu latihan fisik tarik nafas dalam pukul bantal kasur,sp 3
latihan terjadwal serta sp 4 mengajarkan pasien tentang spritual sehingga
dengan mengajarkan pasien untuk melakukan strategi pelaksanaan tersebut
untuk mencegah terjadi prilaku kekerasan serta saat pengkajian hanya
terdapat diagnosa halusinasi pendengaran dan penglihatan serta resiko
perilaku kekerasan dan defisit pearawatan diri.
Menurut penulis alasan mengangkat diagnosa tersebut karena pada saat
pengkajian data untuk gangguan sensori persepsi : halusinasi penglihatan,
deficit perawatan diri, dan resiko perilaku kekerasan lebih dominan dan lebih
actual penulis temukan dari pada data yang lain, sehingga penulis
mengangkat tiga diagnosa. Pada teori keliat (2009) pada pohon masalah
halusinasi terdapat tiga masalah keperawatan pada gangguan sensori
persepsi: halusinasi penglihatan yaitu resiko perilaku kekerasan(penyebab)
dan deficit perawatan diri(dampak). Pada kasus terdapat kesenjangan teori
dan kasus pada pohon masalah. Pada Tn.A ditemukan 5 masalah keperawatan

109
110

yaitu: Gangguan sensoripersepsi : halusinasi pendengaran ,Gangguan konsep


diri: harga diri rendah, Defisit perawatan diri, Gangguan identitas diri,Isolasi
sosial.
Keliat (2009) rumusan diagnosa berupa PE yaitu permasalahan (P) yang
berhubungan dengan etiologi (E) dan keduanya memiliki hubungan sebab
akibat secara alamiah.Dalam keperawatan jika ditemukan diagnosa anak
beranak yang jika etiologi sudah di intervensi dan permasalahannya belum
selesai, P dijadikan etiologi untuk diagnosa terbaru demikian seterusnya.Jika
pernyataan dari pohon masalah diangkat menjadi permasalahan dalam
diagnosis keperawatan seluruh pernyataan harus ditulis.Jika pernyataan
tersebut menjadi etiologi pernyatan maka diambil dari akarnya.
C. Perencanaan keperawatan
Perncanaan keperawatan tahap lanjut dari diagnosa keperawatan di mana
perencanaan ini akan menentukan keberhasilan asuhan keperawatan yang
dilaksanakan. Perencanaan meliputi diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria
hasil, perencanaan/ intervensi serta rasional.Tujuan khusus berfokus pada
penyelesaian etiologi (E) dari diagnosa tertentu.Tujuan khusu merupakan
rumusan kemampuan yang perlu dicapai atau dimiliki klien.Kemampuan ini
dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien (Keliat, 2009).
Pada intervensi gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan dan
pendengaran ada 4 strategi pelaksanaan (SP) untuk pasien dan keluarga
(Keliat, 2009).
Keempat strategi pelaksanaan pada pasien mempunyai kesamaan antara
teori dan kasus pada Tn. A. Keempat strategi pelaksanaan sudah dapat
dijalankan sesuai dengan teori.Pada strategi pelaksanaan untuk keluarga
sudah berjalan sesuai dengan teori. Dimana perawat dating ke rumah pasien
untuk memberikan strategi pelaksanaan untuk klien, sekaligus memberikan
penkes kepada keluarga tentang gangguan sensori persepsi: halusinasi yang
dialami oleh klien. Untuk strategi pelaksanaan klien dan keluarga sudah
tercapai dengan baik.Selain itu dalam membuat perencanaan penulis telah
membuat perencanaan sesuai dengan ketentuan.

110
111

D. Implementasi
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan.pada situasi nyata, implementasi sering kali jauh berbeda
dengan rencana keperawatan (Keliat, 2009).
Pada kasus pelaksanaan keperawatan sudah sesuai dengan rencana
tindakan keperawatan yang diberi hanya berfokus pada masalah utama (core
problem) yaitu : gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan dan
pendengaran untuk implementasinya berlangsung dari tanggal 19 juli- 25 juli
2016
Strategi pelaksanaan 1 yaitu membina hubungan saling percaya dengan
tindakan, mengucapkan salam setiap kali berinteraksi, berkenalan dengan
klien :berkenalan nama dan nama panggilan klien, membuat kontrak asuhan
apa yang dilakukan bersama klien, membantu klien mengenal halusinasi : isi,
frekuensi, waktu terjadi, situasi pencentus, persaan, respon, menjelaskan cara
mengontrol halusinasi: obat, menghardik, bercakap-cakap, melakukan
kegiatan terjadwal.
SP 1 yaitu memberikan obat yang baik dan benar yaitu berlangsung
selama 2 hari, di mana klien mampu mengontrol halusinasi dengan obat serta
klien tahu manfaat, isi, dosis, cara, waktu dan kontuinitas obat secara mandiri
kemudian memasukan ke dalam jadwal kegiatan untuk melatih menghardik
dan minum obat. Pada strategi pelaksanaan 2 (SP 2) Mengevaluasi jadwal
kegiatan minum obat dan memberikan pujian, kemudian mengajarkan cara
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, untuk SP 2 berlangsun
selama 1 hari, memberikan contoh kepada klien cara mengontrol halusinasi
dengan cara menghardik, menyarankan klien untuk mengulang kembali cara
untuk mengontrol halusinasi (bayangan dan suara) masukan pada jadwal
kegiatan untuk melatih menghardik. Pada strategi pelaksanaan 3 (SP 3)
evaluasi kegiatan melatih menghardik dan minum obat. Berikan pujian,
melatih klien cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap saat
terjadi halusinasi dengan memanggil teman, keluarga atau perawat saat
halusinasi itu muncul, memasukan pada jadwal kegiatan untuk melatih
minum obat, menghardik dan bercakap-cakap. Untuk SP 3 berlangsung hari,

111
112

di mana klien mampu bercakap-cakap dengan teman, keluarga dan perawat


secara mandiri. Strategi pelaksanaan 4 (SP 4) mengevaluasi kegiatan melatih
minum obat, menghardik dan bercakap-cakap. Berikan pujian, melatih cara
mengontrol halusinasi dengan kegiatan untuk melatih minum obat,
menghardik, bercakap-cakap dan kegiatan harian. Untuk SP 4 berlangsung
selama 1 hari, di mana klien mampu melakukan kegiatan harian (2 kegiatan)
secara mandiri..
Untuk diagnosa pendamping deficit perawatan diri berlangsung pada
tanggal 19 juli sampai 23 juli 2016, sedangkan untuk strategi pelaksanaan
(SP1) yaitu membina hubungan saling percaya dengan tindakan,
mengucapkan salam setiap kali berinteraksi, berkenalan dengan klien:
berkenalan nama dan nama panggilan klien, buat kontrak asuhan apa yang
dilakukan bersama klien, membantu klien mengenal masalah perawatan diri:
kebersihan diri, berdandan, makan/minum BAB/BAK, menjelaskan
pentingnya kebersihan diri, menjelaskan cara dan alat kebersihan diri, melatih
cara menjaga kebersihan diri; mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, cuci
rambut, potong kuku, masukan pada jadwal kegiatan untuk melatih mandi,
sikat gigi (2 kali per hari), cuci rambut (2 kali per minggu), potong kuku (1
kali per minggu). Untuk strategi pelaksanaan (SP 1) berlangsung selama 2
hari, di mana klien mampu menjelaskan pentingnya kebersihan diri,
menjelaskan cara dan alat kebersihan diri secara mandiri. Strategi
pelaksanaan (SP2) mengevaluasi kegiatan kebersihan diri, beri pujian.
Menjelaskan cara dan alat untuk berdandan, melatih cara berdandan setelah
kebersihan diri; sisiran, rias muka untuk perempuan, cukuran untuk pria,
memasukan pada jadwal kegiatan harian untuk kebersihan diri berdandan.
Untuk strategi pelaksanaan (SP 2) berlangsung selama 2 hari, di mana klien
mampu melatih cara berdandan secara mandiri. Strategi pelaksanaan (SP 3)
mengevaluasi kegiatan kebersihan diri dan berdandan. Beri pujian,
menjelaskan cara dan alat makan dan minum, melatih cara makan dan minum
yang baik, masukan pada jadwal kegiatan untuk melatih kebersihan diri,
berdandan dan makan minum yang baik. Untuk strategi pelaksanaan (SP 3)
berlangsung selama 2 hari, di mana klien mampu makan dan minum yang

112
113

baik dan benar secara mandiri.Strategi pelaksanaan (SP 4) mengevaluasi


kegiatan SP1-SP3, dan beri pujian. Menjelaskan cara BAB dan BAK yang
baik, melatih BAB dan BAK yang baik, memasukan ke dalam jadwal
kegiatan untuk melatih kebersihan dirim berdandan,makan dan minum dan
BAB dan BAK. Untuk strategi pelaksanaan (SP 4) berlangsung selama 2 hari,
di ana klien mampu BAB dan BAK yang baik dan benar secara mandiri.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respon klien
terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan, evaluasi dapat
dilakukan dengan pendekatan (Keliat, 2015).
Pada tahap evaluasi ini penulis melakukan asuhan keperawatan dari
tanggal 19 juli sampai dengan 25 juli 2016, untuk mengetahui keberhasilan
tindakan yang telah dilakukan dengan cara menanyakan kembali apa yang
dibicarakan dan telah dicapai selama ini dengan menggunakan penilaian
berdasarkan respon subjektif, objektif, analisa dan planning (SOAP).
Pada kasus evaluasi hasil yang didapatkan penulis, klien mampu
mengidentifikasi isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan,
respon klien terhadap bayangan dan suara yang muncul dank lien dapat
melakukan 4 cara yang telah diajarkan untuk mengontrol halusinasi. Empat
cara mengontrol halusinasi dapat dilakukan klien secara mandiri.
Penulis dapat langsung menerapkan strategi pelaksanaan keluarga,
keluarga mengerti bagaimana penyakit klien, keluarga mengerti cara merawat
anggota keluarga dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan
dan keluarga sudah mengerti follow up klien saat di rumah. Sejauh ini penulis
tidak menemukan hambatan dalam melakukan implementasi baik klien
maupun keluarga dank klien juga mendapatkan faktor pendukung yang
sangat membantu penulis dalam melakukan implementasi, yaitu klien mempu
berinteraksi dengan kooperatif.
Pada diagnosa pendamping deficit perawatan diri, klien mampu
melakukan cara menjaga kebersihan diri dengan mandi, klien sudah mampu
berdandan, makan dan minum, serta BAB dan BAK yang baik dan benar

113
114

secara mandiri. Sejauh ini penulis tidak ada mendapatkan hambatan dalam
memberikan askep, karena ada faktor dari klien yang cukup kooperatif yang
memudahkan klien dalam melaksanakan strategi pelaksanaan.

114
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn.a yang dirawat di


Wilayah kerja Puskesmas Nanggalo Padang. Asuhan keperawatan pada klien
dengan gangguan sensori persepsi: halusinasi penglihatan dan pendengaran yang
dilaksanakan pada tanggal 20 Juli sampai 27 Juli 2016 maka dapat disimpulkan:
A. Kesimpulan
1. Pengkajian
Pada pengkajian untuk manifestasi klinis antara halusinasi
penglihatan dan pendengaran tidak sama sesuai dengan teori, pada saat
pengkajian pada Tn.A halusinasi pendengaran pasien mengadakan telinga
kearah tertentu, mendengarkan bisikan-bisikan ketelinga yang menyuruh
nya untuk pergi dan mencederai orang lain,sedangkan halusinasi
penglihatan pada Tn.A pasien menunjuk-nunjuk kearah tertentu serta
pandangan mata kearah tertentu. dan juga pada pengkajian faktor
predisposisi di mana secara teori salah satu penyebab gangguan sensori
persepsi: halusinasi adalah faktor psikologis. Pada kasus Tn.A terdapat
faktor psikologis yaitu klien merasa sedih dan kecewa saat tiinggal kelas
waktu SD dan pernah dipukul oleh orang tuanya karena klien tidak naik
kelas .Faktor presipitasi yang ditemukan adalah klien pernah dipukul oleh
orang tuanya dan klien juga pernah tinggal kelas waktu SD. Dapat
disimpulkan salah satu dari penyebab halusinasi pendengaran dan
penglihatan adalah faktor psikologis.
2. Diagnosa Keperawatan
Dalam menegakkan diagnosa keperawatan ditemukan kesenjangan
antara teori dan kasus, adapun diagnosa secara teori (Keliat, 2009)
ditemukan 3 diagnosa yaitu gangguan sensori persepsi : halusinasi
penglihatan dan pendengaran, isolasi sosial dan risiko perilaku kekerasan,
sedangkan diagnosa keperawatan yang penulis temukan pada Tn.A ada 7
yaitu Gangguan sensoripersepsi : halusinasi pendengaran dan penglihatan,
Gangguan konsep diri: harga diri rendah, Gangguan proses pikir, Defisit

115
116

perawatan diri, Hambatan komunikasi verbal, Respon pasca trauma,


Isolasi sosial.
Dapat diambil kesimpulan bahwa selain diagnosa keperawatan
yang akan muncul juga didampingi dengan diagnosa sekunder yang telah
dijelaskan di atas.
3. Intervensi Keperawatan
Pada perencanaan berdasarkan core problem pada teori adalah gangguan
persepsi sensori : halusinasi, sedangkan pada kasus core problem yang
ditemukan pada kasus adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi
penglihatan dan pendengaran, dapat disimpulkan antara teori dan kasus
terdapat kesamaan.
4. Implementasi keperawatan
Pada tahap ini tindakan keperawatan terhadap klien disesuaikan dengan
perencanaan yang telah penulis susun yang didapat dari teoritis di mana
pada kasus sudah dilakukan strategi pelaksanaan untuk mengontrol
halusinasi penglihatan dan halusinasi pendengaran klien.Jadi setiap
halusinasi penglihatan dan pendengaran implementasi yang diberikan
sama-sama berupa SP (Strategi pelaksanaan).
5. Evaluasi
Pada tahap evaluasi ini semua tujuan telah tercapai, klien mengatakan
sudah bisa mengontrol halusinasi dengan cara minum obat secara teratur,
menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain dan melakukan kegiatan
terjadwal.
6. Dokumentasi
Pada pendokumentasian asuhan keperawatan pada klien, penulis dapat
melakukan pendokumentasian sesuai dengan asuhan keperawatan yang
dilakukan.

B. Saran
1. Proses keperawatan
Pada pengkajian diharapkan lebih menindaklanjuti pada aspek
manifestasi dari halusinasi pendengaran dan penglihatan, karena di sana
terdapat 2 manifestasi yang berbeda. Pada diagnosa keperawatan

116
117

diharapkan lebih mengkaji ke pengkajian akibat dari halusinasi yaitu RPK,


karena RPK (Risiko Perilaku Kekerasan) tidak ditemukan pada
kasus,sedangkan menuurut teori akibat dari halusinasi adalah RPK. Pada
perencanaan keperawatan diharapkan lebih memperbaharui SP yang telah
direvisi. Untuk implemantasi lebih mencocokan apa-apa saja yang
diintervensi, jadi sesuai dengan perencanaan sebelumnya dan setelah
diimplementasikan selanjutnya dievaluasi sesuai dengan target proses
keperawatan.
2. Institusi Pendidikan
Diharapkan jadi bahan masukan bagi institusi pendidikan dalam
penyusunan karya ilmiah ners dan melaksanakan asuhan keperawatan,
kedepannya lebih optimal, untuk mencapai kesempurnaan dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa.
3. Pembuat Karya Ilmiah Ners Selanjutnya
Diharapkan bagi penulis karya ilmiah ners selanjutnya menjadi bahan
acuan dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa khususnya pada klien
dengan halusinasi penglihatan dan pendengaran dan lebih mengoptimalkan
jurnal-jurnal yang baru, sehingga asuhan keperawatan yang diberikan lebih
berdampak baik bagi klien.

117

Anda mungkin juga menyukai