01 GDL Merytanovi 845 1 Kti - Mery 8 PDF
01 GDL Merytanovi 845 1 Kti - Mery 8 PDF
DISUSUN OLEH:
NIM P.11038
DISUSUN OLEH:
NIM P.11038
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang ralin yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atau perbuatan tersebut ssesui
dengan ketetuan akademi yang berlaku.
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal :Kamis, 8 Mei 2014
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari / Tanggal : Rabu, 14 Mei 2014
DEWAN PENGUJI
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKes Kusuma Husada Surakarta
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat dam karuia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Tulis Ilmiah dengan judul “PEMBERIAN TERAPI MUSIK DANGDUT
TERHADAP PENURUNAN DEPRESI PADA ASUHAN KEPERAWATAN
JIWA Ny.Y DENGAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SEMBODRO
RSJD SURAKARTA.”
v
5. S.Dwi Sulistyowati, S,Kep.,Ns.,M.Kep, selaku dosen penguji dengan
cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan
wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
7. Kedua orang tua saya, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan
semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes
Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan
satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual
Semoga laporan studi kasus ini bermanaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ..................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ............................................................................... 1
B. Tujuan studi kasus ......................................................................... 6
C. Manfaat penulisan ......................................................................... 7
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep dasar perilaku kekerasan .................................................. 8
B. Konsep asuhan keperawatan ......................................................... 17
C. Depresi………………………………………………………….. 40
D. Terapi musik ................................................................................. 51
BAB III LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ..................................................................................... 54
B. Diagnosa keperawatan................................................................... 60
C. Pohon masalah............................................................................... 61
D. Pengkajian depresi......................................................................... 61
E. Intervensi ...................................................................................... 70
F. Implementasi …………………………………………………… 73
G. Evaluasi ………………………………………………………… 75
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan ................................................................................... 77
vii
1. Pengkajian …………………………………………………. 77
2. Diagnosa keperawatan............................................................. 79
3. Intervensi ................................................................................. 81
4. Implementasi keperawatan ...................................................... 86
5. Evaluasi ................................................................................... 89
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan.................................................................................... 93
1. Kesimpulan ............................................................................. 93
2. Saran …………………………………………...................... 95
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
x
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Stuart & Laraia dalam Hidayati (2012) kesehatan adalah keadaan
sehat fisik, mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau
dalam keadaan tidak terganggu baik tubuh, psikis maupun sosial. Fisiknya sehat,
maka mental (jiwa) dan sosial pun sehat, jika mentalnya terganggu atau sakit,
maka fisik dan sosialnya pun akan sakit. Kesehatan harus dilihat secara
Kesehatan jiwa menurut UU No.3 tahun 1966 adalah suatu kondisi yang
seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain (Direja,
gangguan jiwa.
Sakit jiwa (psikosa). Keabnormalan terlihat dalam berbagai macam gejala yang
terpenting diantaranya adalah ketegangan (tension), rasa putus asa dan murung,
1
2
kepribadiannya tidak jauh dari realita dan alam kenyataan pada umumnya.
(Damaiyanti, 2010).
Perilaku kekerasan adalah salah satu masalah dari gangguan jiwa yang
menjadi penyebab penderita dibawa ke rumah sakit, tingkah laku individu yang
suatu tanda dan gejala dari gangguan skizofrenia. Skizofrenia sebagai penyakit
neurologis yang mempengaruhi persepsi klien, cara berfikir, bahasa, emosi, dan
gangguan utama pada proses pikir serta keretakan maupun perpecahan antara
maupun orang lain, disertai marah dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol
respon terhadap kecemasan atau kebutuhan yang tidak dipenuhi yang dirasakan
melukai seseorang secara fisik maupun secara psikologis. Tanda dan gejala dari
mandir, bicara kasar, suara tinggi menjerit atau berteriak, mengancam secara
verbal atau fisik, melempar atau memukul benda/orang lain, merusak barang
dan Jawa Tengah. Proporsi RT yang pernah memasung ART gangguan jiwa
berat 14,3 persen dan terbanyak pada penduduk yang tinggal di pedesaan
Musik dapat digunakan sebagai anti depresi alami. Mendengarkan musik saat
senggang atau ketika libur kerja bisa membantu membuat pikiran dan tubuh
mempunyai pengaruh positif terhadap tingkat depresi. Menurut Kirk Weg (2008)
dalam Erika (2010) terapi musik memiliki kekuatan yang luar biasa untuk
dunia adalah 3%. Sementara Sartorius (1974) memperkirakan 100 juta penduduk
mendatang yang disebabkan karena beberapa hal antara lain usia harapan hidup
waktu kasus gangguan kejiwaan yang tergolong kecemasan dan depresi semakin
bertambah. Hal ini dapat dilihat dari kenaikan jumlah kunjungan pasien yang
berobat di pusat pelayanan kesehatan jiwa dan juga ke dokter (psikiater). Saat ini
lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup dengan gangguan jiwa. Di Indonesia,
sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa. Berarti dengan jumlah populasi
orang dewasa Indonesia lebih kurang 150.000.000 ada 1.740.000 orang saat ini
(2012).
(2001)dalam jurnal Erika (2010), gejala berat depresi antara lain yaitu afek
Sesudah diberikan terapi musik dangdut sesuai dengan penelitian Austin (2010)
dalam jurnal Erika (2010), bahwa gerak badan yang aktif memiliki pengaruh
isolasi sosial, 5 pasien mengalami gangguan halusinasi. Oleh karena itu penulis
bisa muncul lebih serius dimulai dari resiko perilaku kekerasan dan dampakyang
komplek seperti mencederai diri, orang lain dan lingkungan, resiko bunuh diri
1. Tujuan umum
2. Tujuan Khusus
denganperilaku kekerasan.
perilaku kekerasan.
kekerasan.
7
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
2. Profesi Keperawatan
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di rumah sakit
secara tepat dan optimal khususnya pada kasus dengan perilaku kekerasan.
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat yang ada di Rumah
4. Bagi Pendidikan
Hasil penulisan ini dapat digunakan sebagai bahan acuan dan sumber bacaan
TINJAUAN TEORITIS
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri
maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tidak
diri sendiri, orang lain maupun lingkungan (Stuart dan sundeen (1995)
kekerasan secara verbal dan fisik (ketner et al(1995) dalam Herman (2011)).
kekerasan ini dapat dilakukan secara verbal maupun fisik, disertai dengan
8
9
a. Fisik
b. Verbal
c. Perilaku
lingkungan, amuk/agresif.
d. Emosi
e. Intelektual
f. Spiritual
g. Sosial
h. Perhatian
3. Rentang Respon
Keterangan:
a. Asertif
b. Frustasi
menemukan alternatif.
c. Pasif
d. Agresif
e. Kekerasan
4. Faktor Presdiposisi
a. Biologis
b. Psikologis
perilaku agresif. Persepsi yang salah tehadap konflik yang terjadi dapat
c. Sosiokultural
tingkah laku agresi yang mengarah pada amuk. Ahli teori sosial
5. Faktor Presipitasi
1) Halusinasi
terjadi.
14
a) Berbicara sendiri
b) Tertawa sendiri
c) Disorientasi
f) Konsentrasi rendah
sesuatu
b) Menarik diri
d) Sulit tidur
e) Gelisah
a) Mengalihkan
b) Mengingkari
c) Disosiasi
d) Proyeksi
e) Rasionalisasi
f) Regresi
g) Splitting
h) Represi
i) Supresi
j) Sublimasi
2) Memecahkan perabot.
3) Melempar barang.
4) Membakar rumah.
5) Memperlihatkan permusuhan.
1. Pengkajian
merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Tahap
klien.
a. Pengumpulan data
ancaman eksternal.
c. Faktor Predisposisi
d. Pemeriksaan fisik
tremor, kaku dan lambat. Hal ini akibat dari efek samping obat anti
psikotik.
1) Aspek Psikologis
generasi.
Konsep diri :
bagian tubuh yang tidak disukai oleh klien. Apakah klien ada
dan lingkungannya.
2) Aspek sosial
3) Aspek spiritual
4) Status mental
a) Penampilan
b) Pembicaraan
c) Aktivitas motorik
d) Alam perasaan
ketakutan, khawatir.
e) Afek
(1) Apakah afek klien datar, tumpul labil atau tidak sesuai.
kurang.
22
g) Persepsi
kinestetik.
h) Isi pikir
i) Proses pikir
j) Tingkat kesadaran
k) Memori
m) Kemampuan penilaian
23
jiwa.
adanya orang-orang yang menjadi support system bagi klien dan tempat
g. Mekanisme koping
jiwa.
sekitarnya.
24
i. Pengetahuan klien
j. Aspek Medik
(ECT).
pengumpulan data.
l. Pohon Masalah
utama.
25
2. Pohon Masalah
Ketidakefektifan
penatalaksanaan
program Defisit perawatan
Perilaku kekerasan diri: mandi dan
terapeutik
Masalah Utama berhias
3. Diagnosa Keperawatan
Tabel 2.1
1. Klien mengancam
6. Klien meremehkan
Obyektif
2. Tangan mengepal.
3. Rahang mengatup.
6. Suara keras.
Halusinasi Subyektif
27
wujudnya.
barang.
Obyektif
1. Bicara.
3. Menarik diri.
konsentrasi.
6. Curiga.
7. Permusuhan.
lingkungan.
Obyektif
3. Rahang mengatup.
4. Tangan mengepal.
5. Mondar mandir.
6. Masalah Keperawatan
1. Perilaku kekerasan.
di rumah.
sebagai kesadaran diri perawat dan klien sangat penting karena akan
mempengaruhi intervensi dan interaksi antara klien dan perawat (Dalami, dkk,
2009). Bila secara emosi belum siap sebaiknya intervensi ditunda, merumuskan
batasan marah bersama klien untuk mengenalkan pada klien arti dan makna
cara menurunkan energi dan emosi kemarahan dengan cara yang biasa dilakukan
permasalahan.
tujuan khusus, dan rencana tindakan keperawatan (Keliat, B.A, 2006). Tujuan
Tujuan umum dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah tercapai.
atau dimiliki klien. Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan
kebutuhan klien. Umumnya, kemampuan klien pada tujuan khusus dapat dibagi
yang diperlukan agar etiologi dapat teratasi, dan kemampuan afektif yang perlu
30
sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi, tanyakan
perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien, buat kontrak interaksi yang
saat terjadi perilaku kekerasan yaitu tanda fisik: mata merah, tangan
31
jengkel, bicara kasar, tanda sosial : bermusuhan yang dialami saat terjadi
perilaku kekerasan.
tindak kekerasan yang dilakukannya: diri sendiri : luka, dijauhi teman, dll,
dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada: diri
dengan cara fisik: nafas dalam, pukul bantal atau kasur, olah raga, verbal:
klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan, beri penguatan pada klien,
penyebab, akibat dan cara merawat klien perilaku kekerasan yang dapat
obat, kerugian tidak minum obat, nama obat, bentuk dan warna obat , dosis
menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika tidak menggunakan obat,
jelaskan kepada klien: jenis obat (nama, warna dan bentuk obat), dosis yang
tepat untuk klien, waktu pemakaian, cara pemakaian, efek yang akan
34
dirasakan klien. Dan anjurkan klien untuk minta dan menggunakan obat
tepat waktu, lapor ke perawat/dokter jika mengalami efek yang tidak biasa,
dialaminya.
mata, mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam,
verbal maupun non verbal, perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan
disukai klien, buat kontrak yang jelas, tunjukkan sikap jujur dan menepati
janji setiap kali interaksi, tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya,
beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien, tanyakan
perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien, dengarkan dengan penuh
Kriteria hasil: klien menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi dan kondisi
lihat/ penghidu /raba/ kecap ), jika klien menjawab ya, tanyakan apa yang
bersahabat tanpa menuduh atau menghakimi), katakan bahwa ada klien lain
yang mengalami hal yang sama, katakan bahwa perawat akan membantu
terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, malam atau sering dan kadang-
aktivitas kelompok.
Diskusikan cara yang digunakan klien, jika cara yang digunakan adaptif beri
halusinasi: katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata (“saya tidak mau
berhalusinasi. Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih
untuk mencobanya. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan
dilatih. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri
pada halusinasi.
37
klien dan keluarga untuk memutus halusinasi, obat- obatan halusinasi, cara
kontrol ke rumah sakit dan bagaimana cara mencari bantuan jika halusinasi
baik. Kriteria hasil: klien menyebutkan manfaat minum obat, kerugian tidak
minum obat, nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat, klien
kerugian tidak minum obat, nama , warna, dosis, cara , efek terapi dan efek
38
samping penggunan obat. Pantau klien saat penggunaan obat. Beri pujian
8. Implementasi Keperawatan
keperawatan (Herman, 2011). Pada situasi nyata, implementasi sering kali jauh
berbeda dengan rencana. Hal itu terjadi karena perawat belum terbiasa
biasa dilakukan perawat adalah menggunakan rencana yang tidak ditulis, yaitu
apa yang dipikirkan, dirasakan, itu yang dilaksanakan. Hal itu sangat
membahayakan klien dan perawat jika tindakan berakibat fatal, da juga tidak
diutuhkan oleh klien saat ini (here and now). Perawat juga menilai diri sendiri,
tindakan aman bagi klien. Setelah tidak ada hambatan maka tindakan
isinya menjelaskan apa yang akan dilaksanakan dan peran serta yang diharapkan
respons klien.
9. Evaluasi keperawatan
keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respons klien
yaitu evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melakukan
antara respons klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan
menanyakan kembali apa yang telah diajarkan atau memberi umpan balik
apakah masalah masih tetap, sudah teratasi, atau ada masalah baru dan ada
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien
yang terdiri dari tindak lanjut klien (PR), dan tindak lanjut oleh perawat.
C. Depresi
Hal ini penting karena orang yang depresi produktivitas akan menurun.
Depresi adalah penyebab utama tindakan bunuh diri, dan tindakan ini
Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan
tidak ada gairah hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya
(Dadang, 2008).
Tanda dan gejala depresi antara lain afek disforik (perasaan murung,
(gaduh, gelisah atau lemah tidak berdaya), hilang rasa senang, produktifitas
2008).
41
yang dimiliki dan dicintai (loss of love object). Dampak dari loss of love
perubahan sikap dan perilaku, misal suka mengkritik dan merasa benar,
prasangka buruk dan curiga, merasa diperlakukan tidak adil, suka mencela
dan bersikap skeptis atau sinis, perasaan tertekan dan tidak puas, kecewa,
suka berbicara sendiri, mengeluarkan kekesalan dan kecewa hati yang bisa
terjadi perubahan posisi seseorang dan guna menghindari rasa kecewa dan
ringan, sedang, berat atau berat sekali, orang mengunakan alat ukur
Depression (HRS-D). Alat ukur ini terdiri dari 21 kelompok gejala yang
1 = gejala ringan
2 = gejala sedang
3 = gejala berat
42
21 – 27 = depresi sedang
28 – 41 = depresi berat
Adapun hal-hal yang dinilai dalam alat ukur HRS-D ini adalah
Tabel 2.2
Skala HRS-D
ditanya
verbal spontan
43
kecenderungan menangis
orang lain
tidur
kecil)
1. Pikiran/perasaan ketidak
45
mampuan, keletihan/kelemahan
bantuan
motorik menurun)
3. Sukar diwawancarai
1. Kegelisahan ringan
dengan tenang
4. Meremas-remas tangan,
kedutan otot
2. Gigi gemerutuk
5. Penglihatan kabur
7. Perasaan ditusuk-tusuk
47
tersinggung
pembicaraan
ditanya
kemampuan
48
sekali
(frigid)
4. Ereksi hilang
5. Impotensi
yang berpindah-pindah)
1. dihayati sendiri
2. preokupasi (keterpakuan)
4. delusi hipokondriasis
(wawancara) :
berhubungan dengan
penyakitnya sekarang
49
badan
ukuran :
seminggu
seminggu
nyata/tidak realistis)
1. Kecurigaan
of reference)
3. Waham kejaran
depresi.
51
D. Terapi Musik
masa lalu dan sekarang. Sepanjang sejarah musik telah mempengaruhi dan
kesehatan, kesadaran, dan tingkah laku kita sehari-hari. Kekuatan dari musik
Jenis musik yang sudah tidak asing antara lain pop, rock, campursari,
dangdut, jazz, keroncong, dan modifikasi jenis musik lainnya. Dan dari
salah satu jenis musik yang akan penulis berikan adalah jenis musik dangdut
karena saat ini musik dangdut banyak digemari oleh masyarakat, dalam
strata usia penggemar musik dangdut lebih cenderung pada kalangan muda.
gendang yaitu “dang”, dan “dut” dengan suatu ungkapan dan perasaan, jenis
tarian dan joget dengan ciri khas yang amat popular. (Arifianto, 2007).
52
Ilmu yang rasional untuk memberi nilai tambah pada musik sebagai
dan emosi. Terapi musik adalah suatu bentuk terapi dengan mempergunakan
musik secara sistematis, terkontrol dan terarah untuk pasien yang menderita
gangguan fisik, mental, atau emosional. Terapi musik juga suatu bentuk
fisik dan mental. Dari hasil penelitian para pakar tersebut maka musik telah
dikutip oleh Chlan, Evans, Greenleaf dan Walker (2000) dalam jurnal
dalam respon fisik, respon kognitif, respon perilaku dan respon sosial pada
emosi kita, meningkatkan perasaan akan cinta dan rasa takut. Jenis musik
positif.
BAB III
LAPORAN KASUS
pengelolaan studi kasus tentang pemberian terapi musik dangdut pada asuhan
pada tanggal 07 April 2014. Asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian pada
pasien, analisa dari data yang diperoleh, intervensi, implementasi keperawatan serta
A. Pengkajian
Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 07 April 2014 pasien masuk
pada tanggal 07 April 2014 jam 07.35 WIB dengan metode wawancara dan
melihat status pasien, dari pengkajian tersebut didapatkan data pasien dengan
inisial Ny.Y yang berusia 37 tahun, dengan jenis kelamin perempuan, bertempat
tinggal di Cepu. Pasien beragama islam, status pasien sudah menikah, pasien
bekerja dan pendidikan terakhir SMA. Pasien masuk RSJD Surakarta baru
hubungan dengan pasien sebagai suami. Alasan pasien saat masuk rumah sakit
pasien sering marah, mengamuk dan bicara ngelantur karena di PHK dari
kerjaannya, selain itu juga pasien mengalami perubahan sikap seperti berbicara
sendiri, gaduh, gelisah sehingga pasien dibawa ke IGD RSJD Surakarta dan
54
55
dalam rumah tangga, serta tidak ada penolakan dalam masyarakat dengan
gangguan jiwa yang sedang dialami pasien saat ini. Faktor presipitasinya pasien
vital klien meliputi tekanan darah pasien 110/70 mmHg, suhu 37ºC, respirasi
22x/menit, nadi 84x/menit, tinggi badan 154 cm, berat badan 45 kg, rambut
hitam dan bersih, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, hidung simetris
dan bersih, telinga kotor dan ada serumen, mukosa bibir lembab, gigi putih
normal, vokal premitus normal, palpasi sonor, auskultasi suara vesikuler, pada
jantung ictus cordis tidak tampak, ictus cordis teraba pada ictus cordis ke lima,
palpasi pekak, auskultasi bunyi jantung satu dan dua normal, pada abdomen
inspeksi simetris, tidak ada bekas luka atau jejas, auskultasi bising usus 16x
permenit, perkusi tympani, palpasi tidak ada nyeri tekan di semua kuadran. Kulit
sawo matang, tugor kulit baik, pasien tidak mengalami keluhan fisik, pasien
1. Genogram
Ny.Y
Keterangan : : laki-laki
Ny.Y : pasien
: meninggal
: garis perkawinan
: perempuan
bersaudara, pasien tinggal bersama adik dan kedua orang tuanya. Pasien seorang
hambatan, bila ada masalah pasien bercerita dengan keluarganya dan pengambil
keputusan adalah ayah pasien karena sampai saat ini ayah pasien adalah sebagai
Dari hasil pengkajian pada konsep diri dalam gambaran diri, Ny.Y
mengatakan ada yang tidak disukai dari bagian tubuhnya yaitu rambutnya karena
rontok dan pasien berjilbab, jadi rambutnya membuat pasien tidak nyaman dan
tidak mengalami kecacatan. Identitas diri, pasien adalah sebagai seorang istri
berumur 37 tahun, pasien berasal dari cepu dan pasien sudah menikah dengan
seorang laki-laki berumur 39 tahun, pasien merasa belum puas sebagai seorang
istri karena pasien belum menjadi ibu rumah tangga yang baik bagi suami dan
anak-anaknya. Peran diri, pasien sebagai seorang istri, dan ibu dari 2 orang anak.
Ideal diri, pasien ingin cepat sembuh, segera pulang kerumah menjalankan
perannya sebagai seorang istri dan bekerja lagi untuk membantu suami
belum bisa menjalankan perannya sebagai istri karena pasien sering mengamuk,
marah-marah dan berbicara sendiri dan pasien merasa belum bisa membantu
paling dekat adalah ibunya. Dalam kegiatan dikampungnya pasien ikut terlibat
seperti karang taruna. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, pasien
dialami adalah cobaan bagi pasien dan keluarganya, beragama islam, ibadah
pasien selama dirumah dan di RSJ jarang melakukan sholat 5 waktu dan sering
lupa.
58
diri cukup, memakai pakaian rumah sakit, rambut hitam dan bersih, kuku
panjang, gigi tampak bersih. Ketika diajak bicara pasien koheren, intonasi jelas,
pembicaraan pasien dapat dipahami dengan volume tinggi dengan nada marah
dan emosi. Aktivitas motorik saat diajak bicara pasien terlihat tegang, gelisah
dan kurang semangat. Alam perasaan pasien merasa jengkel, karena di PHK dari
pekerjaannya, ingin memukul temannya dan kesal ingin pulang tidak dituruti
oleh keluarganya. Afek pasien stabil apabila diberi stimulus langsung merespon.
dia pergi saat melamun, sehari 2-3 kali, saat mendengar suara pasien ingin
marah, mengamuk dan ingin memukul temannya. Proses pikir saat bicara,
pembicaraan pasien terarah jelas tetapi kadang dengan nada tinggi. Isi pikir
pasien mengatakan pikirannya ingin selalu pulang dan bekerja kembali. Tingkat
kesadaran pasien sadar penuh tetapi kadang masih binggungpasien saat ini
berada dimana. Memori pasien masih dapat mengingat kejadian masa lalu ketika
mengambil keputusan yang sederhana dengan memilih mana yang bersih dan
mana yang kotor. Daya tilik, pasien mengatakan bahwa dirinya sakit dan dirawat
di RSJD Surakarta.
59
yang disediakan dari RSJD dengan menu nasi, sayur, lauk dan kadang buah.
Pasien makan dengan tangan kanannya dan tidak ada pantangan dalam makanan
tetapi pasien hanya sedikit makan, setelah selesai makan pasien mampu
membersihkan dan membereskan alat makannya. Pasien BAB dan BAK sendiri,
pasien juga dapat membersihkan diri setelah BAB dan BAK. Pasien di RSJD
jarang mandi dan hanya cuci muka. Pasien mampu berpakaian secara mandiri
mengatakan kurang lebih tidur 7 jam apabila ingin tidur tanpa persiapan khusus,
pasien saat siang hari jarang tidur. Pasien minum obat teratur secara mandiri,
obat yang diberikan pada pasien selalu diminum tidak pernah dibuang.
lanjutan dengan menjalankan kontrol secara rutin sebelum obat habis. Aktivitas
mencuci pakaian. Aktivitas di luar rumah pasien kadang belanja dengan suami
dan ibu.
ada masalah dalam di lingkungan sekitar tempat tinggalnya, pasien ikut serta
dalam kegiatan masyarakat seperti karang taruna, arisan ibu-ibu. Pasien saat
ditanya tentang penyakit jiwa yang sedang dialami adalah penyakit fisik. Aspek
medik yang diberikan dengan diagnosa Medik skizofrenia dan pasien mendapat
60
Chlorpormazine. Pasien mengatakan rutin minum obat dan tidak ada alergi obat
maupun makanan.
B. Diagnosa Keperawatan
perawat, kadang berbicara sendiri, tidak bisa tidur, dan gelisah. Sedangkan data
obyektif pembicaraan keras, mata tampak melotot dan merah, tangan mengepal.
Dari prioritas diagnosa perilaku kekerasan diatas dapat di buat pohon masalah
dalam kasus ini orang lain dan lingkungan sebagai akibat (efek), perilaku
berikut.
61
C. Pohon Masalah
Perilaku menciderai
Akibat diri sendiri, orang lain,
dan lingkungan
Perilaku kekerasan
Masalah Utama
Gangguan
persepsi sensori:
Penyebab
Halusinasi
D. Pengkajian Depresi
Skala HRS-D
ditanya
62
verbal spontan
spontan
yang mengancamnya
63
tidur
kecil)
bantuan
3. Sukar diwawancarai
dengan tenang
4. Meremas-remas tangan,
2. Gigi gemerutuk
5. Penglihatan kabur
7. Perasaan ditusuk-tusuk
tersinggung Sesudah: 1
pembicaraan
ditanya
kemampuan
sekali
(frigid)
4. Ereksi hilang
5. Impotensi
2. preokupasi (keterpakuan)
4. delusi hipokondriasis
(wawancara) : Sesudah: 2
berhubungan dengan
penyakitnya sekarang
badan
ukuran :
seminggu
seminggu
1. Kecurigaan Sebelum: 2
of reference)
3. Waham kejaran
Sebelum: 2
Sesudah:1
E. Intervensi
(TUK 1): Pasien dapat membina hubungan saling percaya. Dengan kriteria
pada perawat, wajah muali mau membalas senyum, mau berkenalan, dan
nama perawat dan tujuan perawat berinteraksi, tanyakan dan panggil nama
kesukaan pasien, tunjukkan sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali
berinteraksi, tanyakan perasaan pasien dan masalah yang dihadapi pasien, buat
perasaan pasien.
penyebab perasaan jengkel,marah dan kesal baik dari diri sendiri maupun
pasien.
saat terjadi perilaku kekerasan, tanda fisik mata merah, tangan mengepal,
ekspresi wajah tegang, tanda emosional, perasaan marah bicara kasar, tanda
sosial bermusuhan yang dialami saat terjadi perilaku kekerasan. Intervensi yang
kekerasan yang dilakukannya, diri sendiri (luka, dijahui teman), orang lain
cara yang dilakukan pada diri sendiri,orang lain, keluarga, dan lingkungan.
pasien apakah pasien mau mempelajari cara mengungkapkan marah yang sehat.
Secara fisik dengan melakukan tarik nafas, memukul bantal atau kasur, secara
ibadah.
cara mengontrol perilaku kekerasan. Intervensi bantu pasien memilih cara yang
tepat untuk pasien, bantu mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih, bantu
pasien tersebut, anjurkan untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat
dapat menyebutkan cara merawat pasien dan mengungkapkan rasa puas dalam
dari sikap apa yang telah dilakukan keluarga terhadap pasien, jelaskan peran
obat-obatan yang diminum dan kegunaannya (jenis, waktu, dan efek), pasien
obatyang diminum pasien pada keluarga dan pasien, diskusikan manfaat minum
obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seizin dokter, jelaskan prinsip
benar minum obat (nama, dosis, waktu dan cara), ajarkan pasien minta obat dan
merasakan efek yang tidak enak, beri pujian, jika pasien minum obat dengan
benar.
F. Implementasi
tanggal 07 sampai 08 April 2014 jam 10.20 WIB dengan strategi pelaksanaan 1
pelaksanaan satu yaitu tarik nafas dalamdan memberi kesempatan pada pasien
74
dengan pukul bantal, memberikan pujian positif pada pasien jika sudah bisa
jadwal harian.
Pada tanggal 08 April 2014 pukul 08.00 WIB memberi salam terapeutik,
dengan tarik nafas dalam, memberi reinforcement positif kepada pasien jika
dengan pukul bantal, memberikan pujian positif pada pasien jika sudah bisa
G. Evaluasi
pelaksanaan satu, implementasi pada hari Senin tanggal 07 April 2014 pada jam
10.00 WIB. Evaluasi dari subyektifnya pasien memperkenalkan diri nama dan
alamat rumah, pasien mengatakan jengkel dan ingin mengamuk, pasien mau
diajari cara mengontrol perilaku kekerasan dengan cara yang sehat. Obyektifnya
pasien kooperaif, kontak mata ada, nada suara tinggi, pandangan tajam, pasien
marah, tanda dan gejala yang dirasakan, pasien mau diajari cara mengontrol
perilaku kekerasan dengan nafas dalam, pasien tampak bisa mempraktekkan cara
mengontrol perilaku kekerasan dengan cara nafas dalam secara mandiri. Analisa
melanjutkan strategi pelaksanaan 2 yaitu dengan cara pukul bantal, dan terapi
musik dangdut.
Pada hari Selasa tanggal 08 April 2014 jam 08.00 WIB, dengan diagnosa
hari ini senang, pasien masih ingat cara mengontrol perilaku kekerasan SP 1
dengan cara tarik nafas dalam, pasien masih ingat cara mengontrol perilaku
cara fisik mengontrol rasa marah dengan mandiri dan mendengarkan musik
Analisa pasien mampu melakukan cara fisik mengontrol rasa marah dengan
76
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Jiwa
1. Pengkajian
keperawatan klien, baik fisik, mental, social dan lingkungan (Deden, 2012 :
36). Keluhan utama pada tanggal 07 April 2014 pasien saat dikaji bingung,
seseorang secara fisik maupun secara psikologis. Tanda dan gejala dari
77
78
mandir, bicara kasar, suara tinggi menjerit atau berteriak, mengancam secara
verbal atau fisik, melempar atau memukul benda/orang lain, merusak barang
Tanda dan gejala depresi antara lain afek disforik (perasaan murung,
(gaduh, gelisah atau lemah tidak berdaya), hilang rasa senang, produktifitas
2008). Dari data pasien terlihat bingung, aktivitas motorik saat diajak bicara
dan pencapaian tujuan aplikasi riset tentang pemberian terapi musik dangdut
kekerasan dalam rumah tangga, serta tidak ada penolakan dalam masyarakat
terancam, baik secara fisik, konsep diri, internal, dan eksternal (Dalami,
di PHK dari pekerjaannya sehingga pasien tidak menerima jika di PHK dari
2. Diagnosa Keperawatan
secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain, disertai dengan
amuk dan gaduh gelisah yang tidak terkontrol (Fitria, 2010). Hal ini dapat
rangsang dari luar. Data yang diperoleh dari Ny.Y yaitu perilaku kekerasan
mengatakan mendengar suara yang menyuruh dia pergi dan muncul ketika
dia melamun dalam sehari 2-3 kali, saat mendengar suara pasien ingin
mengatakan ingin pulang dan kembali bekerja. Data obyektif, pasien tampak
dapat menciderai diri sendiri,orang lain, dan lingkungan yang didukung data
bahwa pohon masalah yang terjadi pada Ny.Y sama dengan teori yang
Chlorpormazine.
3. Intervensi
disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana
intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil dan tindakan yaitu pada
sikap empati, jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi, tanyakan
perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien, buat kontrak interaksi yang
saat terjadi perilaku kekerasan yaitu tanda fisik, mata merah, tangan
jengkel, bicara kasar, tanda sosial bermusuhan yang dialami saat terjadi
perilaku kekerasan.
tindak kekerasan yang dilakukannya diri sendiri luka, dijauhi teman, dll,
dengan klien akibat negatif (kerugian) cara yang dilakukan pada diri sendiri,
dengan cara fisik nafas dalam, pukul bantal atau kasur, olah raga, secara
latihan asertif dengan orang lain, secara spiritual sholat/doa, zikir, meditasi,
klien menirukan peragaan yang sudah dilakukan, beri penguatan pada klien,
penyebab, akibat dan cara merawat klien perilaku kekerasan yang dapat
obat, kerugian tidak minum obat, nama obat, bentuk dan warna obat , dosis
menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika tidak menggunakan obat,
jelaskan kepada klien jenis obat (nama, warna dan bentuk obat), dosis yang
tepat untuk klien, waktu pemakaian, cara pemakaian, efek yang akan
dirasakan klien. Dan anjurkan klien untuk minta dan menggunakan obat
tepat waktu, lapor ke perawat/dokter jika mengalami efek yang tidak biasa,
4. Implementasi Keperawatan
perawat untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang lebih baik
dan melakukan pengkajian mulai dari identitas pasien, alasan masuk, faktor
fisik satu nafas dalam (agar pasien lebih rileks dan tenang) (Direja, 2011).
kekerasan dilaksanakan pada tanggal 07 April 2014 pada jam 10.00 WIB
yang dirasakan, dan perilaku kekerasan yang sudah dilakukan (akibat perilaku
dengan srategi pelaksanaan satu yaitu dengan relaksasi nafas dalam, memberi
kekerasan dengan cara fisik dua yaitu pukul bantal, memberikan kesempatan
pukul bantal, memberi reinforcement positif kepada pasien jika sudah bisa
harian. Kemudian penulis memberikan cara lain yang sehat yaitu dengan
pemberian terapi musik dangdut pada pasien, pengaruh terapi musik dangdut
dimensi kognitif yang dapat diberikan pada pasien yang mengalami masalah
kekerasan baik dalam respon fisik, respon kognitif, respon perilaku dan
respon sosial pada kelompok pasien yang mendapatkan terapi musik. Terapi
88
dalam aspek fisik, psikologis, kognitif dan kebutuhan sosial individu yang
mengalami cacat fisik (AMTA, 1997). Menurut MacKay (2002) dalam jurnal
Irma Rahmawati (2008) terapi musik telah menjadi salah satu pelengkap pada
bunyi gendang yaitu “dang”, dan “dut” dengan suatu ungkapan dan perasaan,
jenis musik ini mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap eksistensi
tarian dan joget dengan ciri khas yang amat popular (Arifianto, 2007).
dampak suara terhadap kondisi stres dan rileks yang dialami seseorang,
positif untuk menurunkan stress. Terapi musik merupakan teknik yang sangat
dampak musik dalam pengaruh ketegangan atau kondisi rileks pada diri
89
yaitu sejenis morfin alami tubuh dan juga metanonin sehingga kita bisa
merasa lebih rileks pada tubuh seseorang yang mengalami stress Mucci,
Dari penanganan bagi penderita depresi yang bersifat bantu diri atau
kaset musik yang dibutuhkan, dapat dibutuhkan kapan saja. Terapi musik
adalah pemanfaatan kemampuan musik dan elemen musik oleh terapis untuk
5. Evaluasi
pada tanggal 07 April 2014 pada jam 10.00 WIB. Evaluasi dari subyektifnya
jengkel dan ingin mengamuk, pasien mau diajari cara mengontrol perilaku
mata ada, nada suara tinggi, pandangan tajam, pasien mau berjabat tangan,
gejala yang dirasakan, pasien mau diajari cara mengontrol perilaku kekerasan
perilaku kekerasan dengan cara nafas dalam secara mandiri. Analisa pasien
satu (tarik nafas dalam) dan lanjut strategi pelaksanaan dua (pukul bantal).
Pada hari Selasa tanggal 08 April 2014 jam 08.00 WIB, dengan
perasaannya hari ini senang, pasien masih ingat cara mengontrol perilaku
kekerasan strategi pelaksanaan satu dengan cara tarik nafas dalam, pasien
pelaksanaan dua dengan cara pukul bantal. Analisa pasien mampu melakukan
cara fisik mengontrol rasa marah dengan mandiri dan mendengarkan musik
strategi pelaksanaan dua (tarik nafas dalam), pemberian terapi musik dangdut
terapi musik dangdut keadaan pasien lebih tenang dan sudah dapat
1. Kesimpulan
kesimpulan
a. Pengkajian
Hasil pengkajian Ny.Y pasien sering marah, selain itu juga pasien
mengalami tanda dan gejala depresi terlihat bingung, aktivitas motorik saat
92
93
b. Diagnosa
problem Ny.Y adalah perilaku kekerasan data yang didukung dari Ny.Y
sesuai dengan teori yang diatas yaitu yang menjadi core problem adalah
marah karena tidak menerima di PHK dari pekerjaannya dan data obyektif,
klien tampak kesal, wajah merah, mata melotot, suara dengan nada tinggi
(membentak).
c. Intervensi
Operasional Prosedur) yang telah ditetapkan ada tujuan umum yaitu klien
tujuan khusus satu membina hubungan saling percaya, tujuan khusus dua
ditetapkan.
94
d. Implementasi
e. Evaluasi
hari teratasi sebagian, karena sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang
kekerasan bina hubungan saling percaya, relaksasi nafas dalam, pukul bantal
tingkat depresi pada pasien Ny.Y efektif sesuai dengan penelitian dalam
jurnal bahwa terapi musik dangdut dapat menurunkan tingkat depresi pada
(depresi ringan).
2. Saran
kekerasan khususnya.
dasarnya.
Ana Fuji Rahayu, 2013. Studi Kasus Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Perilaku
Kekerasan,http://digilip.stikeskusumahusada.ac.id/gdl.php?mod=bro
wser&op=read&id=01-gdl-sugiartip-0220 diakses pada tanggal 5
April 2014.
Anik Maryunani, S.Kep, Ns, ETN, RN,2011. Senam Hamil Senam Nifas Dan
Terapi Musik. Penerbit Buku: CV. Trans Info Media. Jakarta.
Direja, Ade Herman Surya, 2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Penerbit
buku: Nuha Medika.
Keliat Budi A,2010. Model Praktik Profesional Jiwa. Penerbit Buku; EGC.
Jakarta.
Nita Fitria. 2010. Prinsip Dasaar dan Aplikasi Penulisan Laporan pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP).
Penerbit Buku: Salemba Medika. Jakarta.