PENDAHULUAN
Setiap perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau lebih
dan/atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik proses
bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja seperti peledakan,
kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan Sistem
Manajemen K3.
Kebijakan K3 dibuat melalui proses konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga
kerja yang kemudian harus dijelaskan dan disebarluaskan kepada semua tenaga
kerja, pemasok dan pelanggan. Kebijakan K3 bersifat dinamik dan selalu ditinjau
ulang dalam rangka peningkatan kinerja K3.
REFERENSI HUKUM:
1) UU KETENAGAKERJAAN NO. 13 TAHUN 2003, PASAL. 86-87;
2) PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENERAPAN SISTEM
MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA NO. 50
TAHUN 2012;
3) PERATURAN MENAKER NO.PER.05/MEN/1996;
4) PERATURAN MENAKERTRANS NO.PER.18/MEN/XI/2008, PASAL 2(1).
Kepala P2K3 diharuskan untuk ditempati oleh perwakilan dari manajemen tingkat
tinggi. Pihak yang ditunjuk sebagai Sekretaris P2K3 harus memiliki sertifikasi Ahli
K3 Umum. Untuk mendapatkan penunjukan tersebut, dia harus mengikuti pelatihan
Ahli K3 Umum selama dua minggu yang diselenggarakan oleh Kementarian tenaga
Kerja dan Transmigrasi serta menerima surat penunjukan dari Kementerian.
P2K3 diharuskan untuk menyampaikan laporan kegiatan P2K3 kepada Dinas
Tenaga Kerja setempat yang tembuskan kepada Menteri Tenaga Kerja dan
Transmigrasi setiap 3 bulan.
Contoh Kasus: Setelah P2K3 telah didirikan di sebuah pabrik garmen, General
Manager merasa bahwa dirinya terlalu sibuk untuk terlibat, jadi dia
mendelegasikan tugas-tugas ketua komisi kepada Compliance Officer yang adalah
seseorang yang memiliki sertifikat Ahli K3. Ini tidak diperkenankan. General
Manager atau manajer senior lainnya harus mengambil tanggung jawab sebagai
Ketua P2K3 dan Compliance Officer yang bersertifikat Ahli K3 Umum harusnya
memegang posisi Sekretaris P2K3.
REFERENSI HUKUM:
1. UU KESELAMATAN KERJA NO. 1 TAHUN 1970, PASAL 10;
2. PERATURAN MENAKERTRANSKOP NO. PER.03/MEN/1978;
3. PERATURAN MENAKER NO. PER-05/MEN/1996, LAMPIRAN II,
BAGIAN 1.4;
4. PERATURAN MENAKER NO. PER.04/MEN/1987.
Sertifikat Operator Mesin dan Instalasi Listrik
Pengusaha juga harus memastikan bahwa instalasi penyalur petir serta seluruh
instalasi listrik di tempat kerja telah terpasang dengan baik dan tersertifikasi sesuai
dengan standar nasional.
REFERENSI HUKUM:
1. PERATURAN MENAKERTRANS TENTANG BEJANA TEKAN NO.
PER.01/MEN/1982;
2. PERATURAN MENAKER TENTANG PESAWAT TENAGA DAN
PRODUKSI NO. PER.04/MEN/1985;
3. PERATURAN MENAKER TENTANG PESAWAT ANGKAT DAN
ANGKUT NO. PER.05/MEN/1985;
4. PERATURAN MENAKER TENTANG KWALIFIKASI DAN SYARAT-
SYARAT OPERATOR PESAWAT UAP NO. PER.01/MEN/1988;
5. PERATURAN MENAKERTRANS TENTANG OPERATOR DAN PETUGAS
PESAWAT ANGKAT DAN ANGKUT NO. PER.09/MEN/VII/2010;
6. PERATURAN MENAKER TENTANG PENGAWASAN INSTALASI
PENYALUR PETIR NO. PER.02/MEN/1989;
7. PERATURAN MENAKERTRANS TENTANG PEMBERLAKUAN
STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) No. SNI-04-0225-2000
MENGENAI PERSYARATAN UMUM INSTALASI LISTRIK 2000 (PUIL
2000) DI TEMPAT KERJA NO. KEP.75/MEN/2002;
8. STANDAR NASIONAL INDONESIA TENTANG PERSYARATAN UMUM
INSTALASI LISTRIK 2000 (PUIL 2000) NO. SNI 04-0225-2000.
Perencanaan SMK3
Setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada ditempat kerja harus
berperan serta dalammenjaga danmengendalikan pelaksanaan K3.
B. KEBIJAKAN K3.
Kebijakan K3 adalah suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani o;eh
pengusaha dan atau pengurus yang memuat keseluruhan visi dan tujuan
perusahaan,komitmen dan tekag melaksanakan K3,kerangka dan program
kerja yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh yang bersifat
umum dan atau operasional.
a. Tahap Persiapan.
Konsultan yang baik tentu memiliki pengalaman yang banyak dan bervariasi
sehingga dapat menjadi agen pengalihan pengentahuan secara efektif,
sehingga dapat memberikan rekomendasi yang tepat dalam proses
penerapan Sistem Manajemen K3.
Konsultan yang independen kemungkinan konsultan tersebut secara bebas
dapat memberikan umpan balik kepada manajemen secara objektif tanpa
terpengaruh oleh persaingan antar kelompok didalam organisasi/perusahaan.
Konsultan jelas memiliki waktu yang cukup. Berbeda dengan tenaga
perusahaan yang meskipun mempunyai keahlian dalam Sistem Manajemen
K3 namun karena desakan tugas-tugas yang lain di perusahaan, akibatnya
tidak punya cukup waktu.
Disamping itu juga perlu dilihat apakah dalam penerapan Sistem Manajemen
K3 ini perusahaan harus menyediakan peralatan khusus yang selama ini
belum dimiliki. Sebagai contoh adalah: apabila perusahaan memiliki
kompresor dengan kebisingan diatas rata-rata, karena sesuai dengan
persyaratan Sistem Manajemen K3 yang mengharuskan adanya
pengendalian resiko dan bahaya yang ditimbulkan, perusahaan tentu harus
menyediakan peralatan yang dapat menghilangkan/mengurangi tingkat
kebisingan tersebut. Alat pengukur tingkat kebisingan juga harus disediakan,
dan alat ini harus dikalibrasi. Oleh karena itu besarnya dana yang dikeluarkan
untuk peralatan ini tergantung pada masing-masing perusahaan.
Jika pelatihan awareness hanya dilakukan sekali saja, namun bahan bacaan
berupa buku atau selebaran dapat dibaca karyawan secara berulang-ulang.
Untuk itu perlu dicari buku-buku yang baik dalam arti ringkas sebagai
tambahan dan bersifat memberikan pemahaman yang terarah, sehingga
setiap karyawan senang untuk membacanya. Apabila memungkinkan buatlah
selebaran atau bulletin yang bisa diedarkan berkala selama masa penerapan
berlangsung. Lebih baik lagi jika selebaran tersebut ditujukan kepada
perorangan dengan menulis nama mereka satu persatu, agar setiap orang
merasa dirinya dianggap berperan dalam kegiatan ini. Dengan semakin
banyak informasi yang diberikan kepada karyawan tentunya itu lebih baik –
biasanya masalah akan muncul karena kurangnya informasi. Informasi ini
penting sekali karena pada saat melakukan assessment, auditor tidak hanya
bertanya pada manajemen saja, tetapi juga kepada semua orang. Untuk
sebaiknya setiap orang benar-benar paham dan tahu hubungan standar Sistem
Manajemen K3 ini dengan pekerjaan sehari-hari.
Dari hasil tinjauan sistem akan menunjukan beberapa banyak yang harus
disiapkan dan berapa lama setiap prosedur itu akan diperiksa,
disempurnakan, disetujui dan diaudit. Semakin panjang daftar prosedur
yang harus disiapkan, semakin lama waktu penerapan yang diperlukan.
Keberadaan proyek
DAFTAR PUSTAKA
https://betterwork.org/in-labourguide/?page_id=2797
https://safetyenvi.wordpress.com/sistem-manajemen-keselamatan-dan-kesehatan-
kerja/perencanaan-smk3/
https://www.google.co.id/search?q=sistem+menejemen+k3&oq=sistem+menejemen+k3
&aqs