Anda di halaman 1dari 10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


Uraian tumbuhan meliputi: nama lain dan nama daerah, sistematika
tumbuhan, morfologi tumbuhan, zat-zat yang dikandung dan kegunaannya.

2.1.1 Nama lain dan Nama Daerah


Di beberapa daerah, melati dikenal dengan berbagai nama:
Aceh : Meulu
Sunda : Malati
Madura : Malate
Bali : Menuh
Sulawesi : Manduru
Maluku : Bunga Manuru
Inggris : Jasmine
Perancis : Jasmin
Arab : Yasmin
Daerah asal penyebaran tumbuhan melati adalah Asia, meliputi
Indonesia, India, Cina, Malaysia dan Filipina. Ada beberapa jenis melati yang
telah diidentifikasi oleh para ahli botani, baru sekitar sembilan jenis melati yang
umum dibudidayakan dan terdapat delapan jenis melati yang potensial untuk
dijadikan tanaman hias dan berkhasiat sebagai obat. Diantara jenis melati
tersebut yaitu melati putih. (Yohana dan Yovita, 2008)

2.1.2 Sistematika Tumbuhan


Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Oleales
Familia : Oleaceae
Genus : Jasminum
Spesies : Jasminum sambac Ait.
(Sri Sugati, dkk, 1991)

3
2.1.3 Morfologi Tumbuhan
Melati putih merupakan sejenis perdu, memanjat atau menggantung
dengan tinggi rata-rata 0,3 – 3 m, tanaman melati banyak ditanam orang di
halaman rumah sebagai tanaman hias. Melati dapat berbunga sepanjang
tahun dan dapat tumbuh subur di tanah yang gembur pada ketinggian 600 –
800 m di atas permukaan laut bahkan sampai 1800 m diatas permukaan laut
asal mendapat sinar matahari yang cukup. Bunga melati berwarna putih dan
berbau harum. Bunga berbentuk majemuk, mahkota bunga tujuh sampai
sepuluh. Batang berbentuk bulat, beruas, panjang ± 7cm, diameter 5 – 8 cm,
berwarna coklat. Melati ini berdaun tunggal, berwarna hijau sampai hijau
kelabu, helaian daun berbentuk jorong sampai bundar telur, panjang 5 – 10
cm, lebar 4 – 6 cm, ujungnya runcing, pangkal membulat, tepi rata, tulang
daun menyirip menonjol pada permukaan bawah, permukaan daun
mengkilap, tangkai daun pendek sekitar 5 mm, tersusun berhadapan.
(Yohana dan Yovita, 2008)

2.1.4 Zat-zat yang Dikandung dan Kegunaannya.


Daun melati putih mengandung minyak atsiri, saponin, flavonoid dan
polifenol. Daun melati putih ini berguna untuk menurunkan demam (antipiretik),
sebagai anti inflamasi (anti radang), anti diuretik (peluruh urine), anti diaforetik
(merangsang pengeluaran keringat), analgesik, sebagai obat mata, mengatasi
insonmia (susah tidur) dan menghentikan pengeluaran ASI yang berlebih.
(Suyanti, dkk, 2008)

2.2 Demam
Demam merupakan suatu keadaan dimana temperatur tubuh berada
pada derajat yang lebih tinggi dari normal. Hal ini terjadi karena pusat
pengaturan panas mengalami gangguan. (Mutschler, 1991)
Peningkatan suhu tubuh pada keadaan demam diawali dengan
dilepaskannya pirogen endogen yang memacu prostaglandin lokal yang
berlebihan. Pada umumnya demam merupakan gejala yang menyertai hampir
semua infeksi tetapi juga terdapat pada penyakit-penyakit lain seperti pada
beberapa bentuk tumor. (Gunawan, dkk, 2009)

4
Penyebab demam:
1. Pirogen eksogen
a. Adanya infeksi
Contoh: infeksi saluran kemih (sering buang air kecil yang disertai rasa
nyeri), abses gigi (bengkak pada bagian mulut).
b. Tertularnya suatu penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri atau
mikroorganisme yang lain.
Contoh: influenza yang disebabkan oleh virus influenza.
c. Zat kimia yang bersifat toksis.
Contoh: 2,4-Dinitrofenol
2. Pirogen endogen:
a. Kelelahan karena kepanasan atau terkena sinar matahari dalam jangka
waktu yang lama.
b. Dehidrasi.
c. Stress.
Suhu tubuh diatur oleh keseimbangan antara produksi dan hilangnya
panas. Alat pengatur suhu tubuh berada di hipotalamus. Pada keadaan demam
keseimbangan ini akan terganggu.
Mekanisme terjadinya demam:
Mula-mula pirogen eksogen merangsang fagosit untuk membentuk
pirogen tubuh sendiri yang kemudian melalui peningkatan sintesis prostaglandin
akan menimbulkan reaksi kenaikan suhu tubuh dengan cara menyempitkan
pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar sehingga terjadi
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas.
(Gunawan, dkk, 2009)

2.3 Antipiretik
Antipiretik adalah obat-obat/zat-zat yang dapat menurunkan suhu tubuh
pada keadaan demam. Antipiretik bekerja dengan merangsang pusat pengatur
panas di hipotalamus sehingga pembentukan panas yang tinggi akan dihambat
dengan cara memperbesar pengeluaran panas yaitu dengan menambah aliran
darah ke kapiler dan memperbanyak pengeluaran keringat serta urine. Antipiretik
akan mencegah terjadinya peningkatan suhu tubuh sebagai respon terhadap
pirogen endogen dan mikroba. (Gunawan, dkk, 2009)

5
2.4 Uraian Bahan Obat Yang Digunakan

2.4.1 Parasetamol
Parasetamol merupakan obat analgetik-antipiretik derivat para-aminofenol
yang banyak digunakan untuk mengobati demam. Efek antipiretiknya ditimbulkan
oleh gugus aminobenzen. (Tjay dan Kirana, 2007)
Sinonim : Acetaminophenum
Rumus molekul : C8H9NO2
Berat Molekul : 151,16
Rumus Bangun : OH

NHCOCH3

Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam
13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P, larut dalam
larutan alkali hidroksida.
Khasiat : Analgetik dan Antipiretik.
(Farmakope Indonesia Edisi III, Tahun 1979)
Parasetamol termasuk ke dalam obat golongan analgetik non narkotik
yang bekerja dengan jalan menghambat sintesa prostaglandin pada susunan
saraf pusat. Efeknya kurang terhadap siklo-oksigenase jaringan perifer sehingga
mengakibatkan efek anti inflamasinya lemah, karena itu Parasetamol tidak
digunakan sebagai antirematik. Penggunaan Parasetamol dan kombinasinya
dapat mengakibatkan efek samping seperti mual, muntah, kerusakan hati dan
ginjal. Efek samping seperti ini terjadi pada penggunaan jangka lama dan dalam
dosis yang lebih besar. (Gunawan, dkk, 2009)

6
Mekanisme kerja Parasetamol:
Parasetamol bekerja menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus dengan menghambat enzim siklo-oksigenase yang berperan pada
sintesis prostaglandin yang merupakan media terpenting untuk menginduksi
demam sehingga keseimbangan hipotalamus tidak terganggu dan suhu tubuh
dapat dipertahankan yang disertai dengan pengeluaran keringat.
(Gunawan, dkk, 2009)

2.4.1.1 Farmakokinetik
Farmakokinetik merupakan proses perjalanan obat di dalam tubuh
manusia, mulai dari obat masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian
hingga hilangnya obat dari tubuh. Proses farmakokinetik ini mencakup absorbsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi. (Tjay dan Kirana, 2007)
Parasetamol diberikan secara oral, diabsorbsi cepat dan sempurna
melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam
setengah jam dan masa paruh antara 1 – 4 jam. Obat ini tersebar keseluruh
cairan tubuh atau jaringan yang membutuhkannya. Tepatnya dalam plasma,
sebagian Parasetamol dimetabolisme pada protein plasma dan ada juga yang
dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Ekskresi Parasetamol melalui ginjal.
Pada jumlah toksik atau penyakit hati, waktu paruhnya bisa meningkat menjadi
dua kali lipat atau lebih. (Gunawan, dkk, 2009)

2.4.1.2 Farmakodinamik
Farmakodinamik merupakan cara kerja obat dan efek obat terhadap
berbagai fungsi organ dan reaksi biokimia. Parasetamol sebagai obat analgetik-
antipiretik dapat digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan
sampai sedang, selain itu juga dapat menurunkan suhu tubuh pada keadaan
demam dan hanya bersifat toksik bila digunakan terlalu lama dan dalam dosis
tinggi. (Tjay dan Kirana, 2007)

7
2.4.2 2,4-Dinitrofenol
2,4-Dinitrofenol merupakan senyawa yang sering digunakan dalam
penelitian untuk menginduksi demam pada hewan percobaan. Mekanisme kerja
2,4-Dinitrofenol adalah dengan memacu pelepasan prostaglandin. Karena
dilepaskannya prostaglandin yang berlebihan akan mengganggu keseimbangan
pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga suhu tubuh meningkat dan terjadi
demam.
Rumus molekul : C6H4N2O5

Berat molekul : 184,11

Rumus bangun : OH

NO2

NO2

Pemerian : Merupakan kristal, agak kuning sampai kuning.


Kelarutan : Agak sukar larut dalam air dingin, larut dalam air hangat,
dalam CHCl3 dan larut dalam alkohol dan benzene.
Kegunaan : - Sebagai reagensia untuk mendeteksi ion K dan NH4
- Sebagai racun yang digunakan sebagai pestisida.

2.5 Ekstrak
Menurut Farmakope Indonesia Ed. III, ekstrak adalah sediaan kering,
kental atau cair, dibuat dengan cara menyari simplisia nabati atau hewani
menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak
kering harus mudah menjadi serbuk. Ekstraksi biasanya dilakukan dengan
metode dasar yaitu maserasi dan perkolasi.
Maserasi: Kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara memasukkan
10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok
kedalam sebuah bejana tuangi dengan 75 bagian cairan penyari, tutup, biarkan
selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil diaduk, serkai, peras, cuci ampas

8
dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan ke
dalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama
dua hari. Enap tuangkan atau saring.
Perkolasi: Kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara basahi 10
bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok
dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari, masukkan ke dalam bejana
tertutup sekurang-kurangnya selama 3 jam. Pindahkan masa sedikit demi sedikit
ke dalam perkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati, tuangi dengan cairan
penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih
terdapat selapis cairan penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam. Biarkan
cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, tambahkan berulang-ulang
cairan penyari sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia,
hingga diperoleh 80 bagian perkolat. Peras massa, campurkan cairan perasan ke
dalam perkolat, tambahkan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100
bagian. Pindahkan kedalam bejana, tutup, biarkan selama dua hari ditempat
sejuk, terlindung dari cahaya. Enap tuangkan atau saring.
Penelitian ini penulis melakukan proses ekstraksi secara perkolasi
dengan etanol 96% sebagai cairan penyari, kemudian ekstrak dipekatkan
dengan menggunakan Rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental.

2.6 Hewan Percobaan


Hewan percobaan adalah spesies-spesies hewan yang dipelihara di
laboratorium secara intensif dengan tujuan untuk digunakan dalam penelitian
baik dibidang obat-obatan ataupun zat kimia yang berbahaya/berkhasiat bagi
manusia.
Penelitian tentang pengetahuan obat-obatan sangat dibutuhkan hewan
percobaan yang sehat dan berkualitas. Usaha untuk mendapatkan hewan
percobaan yang sehat dan berkualitas standar maka dibutuhkan beberapa
fasilitas pada pemeliharaannya antara lain: kandang yang bersih, makanan yang
bergizi dan minum yang cukup, pengembangbiakannya yang terkontrol serta
pemeliharaan kesehatan hewan itu sendiri.

9
Disamping itu, harus diperhatikan pada faktor penyakit ataupun
lingkungan dan faktor obat-obatan yang disediakan. Ada beberapa hewan yang
biasa dijadikan sebagai hewan percobaan antara lain: merpati, mencit, tikus,
kelinci, ayam, kambing, monyet dan lainnya.

2.6.1 Perlakuan terhadap hewan percobaan:


a. Perlakukanlah hewan percobaan dengan kasih sayang dan jangan
menyakitinya.
b. Penggunaan kembali hewan percobaan yang telah dipakai
diperbolehkan untuk menghemat biaya, tetapi harus dilakukan
clearen atau adaptasi selama 14 hari agar zat-zat kimia dari bahan
obat yang terdapat dalam tubuh hewan tersebut habis terekskresi.
c. Tandai dengan spidol dengan warna yang berbeda pada kaki hewan
percobaan yang digunakan. Hal tersebut dilakukan guna mencegah
pemberian obat secara berulang sehingga efek yang ditimbulkan
benar-benar sempurna.

2.6.2 Merpati
Penulis menggunakan merpati (Columba livia) sebagai hewan percobaan
karena merpati memiliki daya tahan terhadap suhu tubuh yang tinggi. Pada suhu
42˚C merpati masih dapat bertahan hidup, sedangkan hewan lain pada suhu ini
biasanya tidak mampu bertahan hidup sehingga tidak dapat digunakan untuk
menguji bahan yang bersifat antipiretik. Merpati yang digunakan adalah merpati
yang sehat.
Ciri-ciri merpati yang sehat, yakni sebagai berikut:
a. Bulunya mulus, tidak kusut.
b. Matanya bening.
c. Tingkah lakunya lincah.
Ciri-ciri merpati yang terserang penyakit, yakni sebagai berikut:
a. Bulunya tampak kusam dan kusut.
b. Matanya sayu, sering memejamkan matanya dalam waktu yang lama.
c. Tingkah lakunya lamban dan malas.

10
Usaha dalam menjaga merpati agar tetap sehat, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
a. Lingkungan harus nyaman dan sehat seperti kandang yangkering,
ventilasi yang baik.
b. Makanan yang diberikan harus yang bermutu baik dan memberikan
minuman merpati harus diberikan secara teratur.

2.7 Kerangka Konsep

Variabel Bebas Variabel Terikat

Ekstrak Etanol Daun


Efek Antipiretik
Melati Putih
(5%, 10% dan 15%)

2.8 Defenisi Operasional

1. Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair, dibuat dengan cara
menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar
pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah
menjadi serbuk. Ekstraksi biasanya dilakukan dengan metode dasar yaitu
maserasi dan perkolasi.
2. Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah daun melati putih segar
yang terdapat di Jl. Bendungan V Lingkungan III Kelurahan Bangun Mulia
Kecamatan Medan Amplas.
3. Membandingkan efek antipiretik ekstrak etanol daun melati putih pada
konsentrasi 5%, 10% dan 15%.
4. Membandingkan efek antipiretik ekstrak etanol daun melati putih dengan
Parasetamol.

2.9 Hipotesis
Ekstrak etanol daun melati putih memiliki efek antipiretik pada merpati.

11
Jambu biji, tanaman buah yang tidak asing bagi kita. Nama jambu biji di setiap
daerah berbeda-beda. Misalnya di Jawa disebut bayawas, jambu klutuk, petokol. Sedang
di Madura disebut jhambu bhender, jambu bighi, di Jawa Barat (Sunda) : jambu klutuk,
Bali : sotong, Maluku : laine hatu, Gorontalo : dambu, Makassar : jambu paratulaga,
Kalimantan : libu,nyibu dan masih banyak nama lain lagi. Salah satu bagian tanaman ini
yang digunakan untuk pengobatan adalah daunnya, walaupun bagian tanaman yang lain
juga berkhasiat. Daun rasanya manis, sifatnya netral,berkhasiat astrigen(pengelat),
antidiare, antiradang, penghentian pendarahan (hemostatis), dan peluruh haid. Jambu
biji dapat digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit seperti: diare, disentri,
demam berdarah, perut kembung pada anak, radang lambung, radang usus, keputihan,
air kemih mengandung darah, sering buang air kecil (beser), sariawan, radang
tenggorokan, dan sebagainya. Bahkan penelitian secara in vitro, infus daun jambu biji
dengan berbagai macam kepekatan menghambat pertumbuhan kuman Shigella Flexneri
dan Shigella Sonnei sebagai penyebab disentri basiler

12

Anda mungkin juga menyukai