Bab II Melati Putih Dan Kti
Bab II Melati Putih Dan Kti
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1.3 Morfologi Tumbuhan
Melati putih merupakan sejenis perdu, memanjat atau menggantung
dengan tinggi rata-rata 0,3 – 3 m, tanaman melati banyak ditanam orang di
halaman rumah sebagai tanaman hias. Melati dapat berbunga sepanjang
tahun dan dapat tumbuh subur di tanah yang gembur pada ketinggian 600 –
800 m di atas permukaan laut bahkan sampai 1800 m diatas permukaan laut
asal mendapat sinar matahari yang cukup. Bunga melati berwarna putih dan
berbau harum. Bunga berbentuk majemuk, mahkota bunga tujuh sampai
sepuluh. Batang berbentuk bulat, beruas, panjang ± 7cm, diameter 5 – 8 cm,
berwarna coklat. Melati ini berdaun tunggal, berwarna hijau sampai hijau
kelabu, helaian daun berbentuk jorong sampai bundar telur, panjang 5 – 10
cm, lebar 4 – 6 cm, ujungnya runcing, pangkal membulat, tepi rata, tulang
daun menyirip menonjol pada permukaan bawah, permukaan daun
mengkilap, tangkai daun pendek sekitar 5 mm, tersusun berhadapan.
(Yohana dan Yovita, 2008)
2.2 Demam
Demam merupakan suatu keadaan dimana temperatur tubuh berada
pada derajat yang lebih tinggi dari normal. Hal ini terjadi karena pusat
pengaturan panas mengalami gangguan. (Mutschler, 1991)
Peningkatan suhu tubuh pada keadaan demam diawali dengan
dilepaskannya pirogen endogen yang memacu prostaglandin lokal yang
berlebihan. Pada umumnya demam merupakan gejala yang menyertai hampir
semua infeksi tetapi juga terdapat pada penyakit-penyakit lain seperti pada
beberapa bentuk tumor. (Gunawan, dkk, 2009)
4
Penyebab demam:
1. Pirogen eksogen
a. Adanya infeksi
Contoh: infeksi saluran kemih (sering buang air kecil yang disertai rasa
nyeri), abses gigi (bengkak pada bagian mulut).
b. Tertularnya suatu penyakit yang disebabkan oleh virus, bakteri atau
mikroorganisme yang lain.
Contoh: influenza yang disebabkan oleh virus influenza.
c. Zat kimia yang bersifat toksis.
Contoh: 2,4-Dinitrofenol
2. Pirogen endogen:
a. Kelelahan karena kepanasan atau terkena sinar matahari dalam jangka
waktu yang lama.
b. Dehidrasi.
c. Stress.
Suhu tubuh diatur oleh keseimbangan antara produksi dan hilangnya
panas. Alat pengatur suhu tubuh berada di hipotalamus. Pada keadaan demam
keseimbangan ini akan terganggu.
Mekanisme terjadinya demam:
Mula-mula pirogen eksogen merangsang fagosit untuk membentuk
pirogen tubuh sendiri yang kemudian melalui peningkatan sintesis prostaglandin
akan menimbulkan reaksi kenaikan suhu tubuh dengan cara menyempitkan
pembuluh darah tepi dan menghambat sekresi kelenjar sehingga terjadi
ketidakseimbangan pembentukan dan pengeluaran panas.
(Gunawan, dkk, 2009)
2.3 Antipiretik
Antipiretik adalah obat-obat/zat-zat yang dapat menurunkan suhu tubuh
pada keadaan demam. Antipiretik bekerja dengan merangsang pusat pengatur
panas di hipotalamus sehingga pembentukan panas yang tinggi akan dihambat
dengan cara memperbesar pengeluaran panas yaitu dengan menambah aliran
darah ke kapiler dan memperbanyak pengeluaran keringat serta urine. Antipiretik
akan mencegah terjadinya peningkatan suhu tubuh sebagai respon terhadap
pirogen endogen dan mikroba. (Gunawan, dkk, 2009)
5
2.4 Uraian Bahan Obat Yang Digunakan
2.4.1 Parasetamol
Parasetamol merupakan obat analgetik-antipiretik derivat para-aminofenol
yang banyak digunakan untuk mengobati demam. Efek antipiretiknya ditimbulkan
oleh gugus aminobenzen. (Tjay dan Kirana, 2007)
Sinonim : Acetaminophenum
Rumus molekul : C8H9NO2
Berat Molekul : 151,16
Rumus Bangun : OH
NHCOCH3
Pemerian : Hablur atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa pahit.
Kelarutan : Larut dalam 70 bagian air, dalam 7 bagian etanol (95%) P, dalam
13 bagian aseton P, dalam 40 bagian gliserol P, larut dalam
larutan alkali hidroksida.
Khasiat : Analgetik dan Antipiretik.
(Farmakope Indonesia Edisi III, Tahun 1979)
Parasetamol termasuk ke dalam obat golongan analgetik non narkotik
yang bekerja dengan jalan menghambat sintesa prostaglandin pada susunan
saraf pusat. Efeknya kurang terhadap siklo-oksigenase jaringan perifer sehingga
mengakibatkan efek anti inflamasinya lemah, karena itu Parasetamol tidak
digunakan sebagai antirematik. Penggunaan Parasetamol dan kombinasinya
dapat mengakibatkan efek samping seperti mual, muntah, kerusakan hati dan
ginjal. Efek samping seperti ini terjadi pada penggunaan jangka lama dan dalam
dosis yang lebih besar. (Gunawan, dkk, 2009)
6
Mekanisme kerja Parasetamol:
Parasetamol bekerja menurunkan suhu di pusat pengatur suhu di
hipotalamus dengan menghambat enzim siklo-oksigenase yang berperan pada
sintesis prostaglandin yang merupakan media terpenting untuk menginduksi
demam sehingga keseimbangan hipotalamus tidak terganggu dan suhu tubuh
dapat dipertahankan yang disertai dengan pengeluaran keringat.
(Gunawan, dkk, 2009)
2.4.1.1 Farmakokinetik
Farmakokinetik merupakan proses perjalanan obat di dalam tubuh
manusia, mulai dari obat masuk ke dalam tubuh melalui berbagai cara pemberian
hingga hilangnya obat dari tubuh. Proses farmakokinetik ini mencakup absorbsi,
distribusi, metabolisme dan ekskresi. (Tjay dan Kirana, 2007)
Parasetamol diberikan secara oral, diabsorbsi cepat dan sempurna
melalui saluran cerna. Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam
setengah jam dan masa paruh antara 1 – 4 jam. Obat ini tersebar keseluruh
cairan tubuh atau jaringan yang membutuhkannya. Tepatnya dalam plasma,
sebagian Parasetamol dimetabolisme pada protein plasma dan ada juga yang
dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati. Ekskresi Parasetamol melalui ginjal.
Pada jumlah toksik atau penyakit hati, waktu paruhnya bisa meningkat menjadi
dua kali lipat atau lebih. (Gunawan, dkk, 2009)
2.4.1.2 Farmakodinamik
Farmakodinamik merupakan cara kerja obat dan efek obat terhadap
berbagai fungsi organ dan reaksi biokimia. Parasetamol sebagai obat analgetik-
antipiretik dapat digunakan untuk menghilangkan atau mengurangi nyeri ringan
sampai sedang, selain itu juga dapat menurunkan suhu tubuh pada keadaan
demam dan hanya bersifat toksik bila digunakan terlalu lama dan dalam dosis
tinggi. (Tjay dan Kirana, 2007)
7
2.4.2 2,4-Dinitrofenol
2,4-Dinitrofenol merupakan senyawa yang sering digunakan dalam
penelitian untuk menginduksi demam pada hewan percobaan. Mekanisme kerja
2,4-Dinitrofenol adalah dengan memacu pelepasan prostaglandin. Karena
dilepaskannya prostaglandin yang berlebihan akan mengganggu keseimbangan
pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga suhu tubuh meningkat dan terjadi
demam.
Rumus molekul : C6H4N2O5
Rumus bangun : OH
NO2
NO2
2.5 Ekstrak
Menurut Farmakope Indonesia Ed. III, ekstrak adalah sediaan kering,
kental atau cair, dibuat dengan cara menyari simplisia nabati atau hewani
menurut cara yang cocok, diluar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak
kering harus mudah menjadi serbuk. Ekstraksi biasanya dilakukan dengan
metode dasar yaitu maserasi dan perkolasi.
Maserasi: Kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara memasukkan
10 bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok
kedalam sebuah bejana tuangi dengan 75 bagian cairan penyari, tutup, biarkan
selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil diaduk, serkai, peras, cuci ampas
8
dengan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100 bagian. Pindahkan ke
dalam bejana tertutup, biarkan ditempat sejuk, terlindung dari cahaya, selama
dua hari. Enap tuangkan atau saring.
Perkolasi: Kecuali dinyatakan lain, dilakukan dengan cara basahi 10
bagian simplisia atau campuran simplisia dengan derajat halus yang cocok
dengan 2,5 bagian sampai 5 bagian cairan penyari, masukkan ke dalam bejana
tertutup sekurang-kurangnya selama 3 jam. Pindahkan masa sedikit demi sedikit
ke dalam perkolator sambil tiap kali ditekan hati-hati, tuangi dengan cairan
penyari secukupnya sampai cairan mulai menetes dan di atas simplisia masih
terdapat selapis cairan penyari, tutup perkolator, biarkan selama 24 jam. Biarkan
cairan menetes dengan kecepatan 1 ml per menit, tambahkan berulang-ulang
cairan penyari sehingga selalu terdapat selapis cairan penyari di atas simplisia,
hingga diperoleh 80 bagian perkolat. Peras massa, campurkan cairan perasan ke
dalam perkolat, tambahkan cairan penyari secukupnya hingga diperoleh 100
bagian. Pindahkan kedalam bejana, tutup, biarkan selama dua hari ditempat
sejuk, terlindung dari cahaya. Enap tuangkan atau saring.
Penelitian ini penulis melakukan proses ekstraksi secara perkolasi
dengan etanol 96% sebagai cairan penyari, kemudian ekstrak dipekatkan
dengan menggunakan Rotary evaporator hingga diperoleh ekstrak kental.
9
Disamping itu, harus diperhatikan pada faktor penyakit ataupun
lingkungan dan faktor obat-obatan yang disediakan. Ada beberapa hewan yang
biasa dijadikan sebagai hewan percobaan antara lain: merpati, mencit, tikus,
kelinci, ayam, kambing, monyet dan lainnya.
2.6.2 Merpati
Penulis menggunakan merpati (Columba livia) sebagai hewan percobaan
karena merpati memiliki daya tahan terhadap suhu tubuh yang tinggi. Pada suhu
42˚C merpati masih dapat bertahan hidup, sedangkan hewan lain pada suhu ini
biasanya tidak mampu bertahan hidup sehingga tidak dapat digunakan untuk
menguji bahan yang bersifat antipiretik. Merpati yang digunakan adalah merpati
yang sehat.
Ciri-ciri merpati yang sehat, yakni sebagai berikut:
a. Bulunya mulus, tidak kusut.
b. Matanya bening.
c. Tingkah lakunya lincah.
Ciri-ciri merpati yang terserang penyakit, yakni sebagai berikut:
a. Bulunya tampak kusam dan kusut.
b. Matanya sayu, sering memejamkan matanya dalam waktu yang lama.
c. Tingkah lakunya lamban dan malas.
10
Usaha dalam menjaga merpati agar tetap sehat, ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan:
a. Lingkungan harus nyaman dan sehat seperti kandang yangkering,
ventilasi yang baik.
b. Makanan yang diberikan harus yang bermutu baik dan memberikan
minuman merpati harus diberikan secara teratur.
1. Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair, dibuat dengan cara
menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, diluar
pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah
menjadi serbuk. Ekstraksi biasanya dilakukan dengan metode dasar yaitu
maserasi dan perkolasi.
2. Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah daun melati putih segar
yang terdapat di Jl. Bendungan V Lingkungan III Kelurahan Bangun Mulia
Kecamatan Medan Amplas.
3. Membandingkan efek antipiretik ekstrak etanol daun melati putih pada
konsentrasi 5%, 10% dan 15%.
4. Membandingkan efek antipiretik ekstrak etanol daun melati putih dengan
Parasetamol.
2.9 Hipotesis
Ekstrak etanol daun melati putih memiliki efek antipiretik pada merpati.
11
Jambu biji, tanaman buah yang tidak asing bagi kita. Nama jambu biji di setiap
daerah berbeda-beda. Misalnya di Jawa disebut bayawas, jambu klutuk, petokol. Sedang
di Madura disebut jhambu bhender, jambu bighi, di Jawa Barat (Sunda) : jambu klutuk,
Bali : sotong, Maluku : laine hatu, Gorontalo : dambu, Makassar : jambu paratulaga,
Kalimantan : libu,nyibu dan masih banyak nama lain lagi. Salah satu bagian tanaman ini
yang digunakan untuk pengobatan adalah daunnya, walaupun bagian tanaman yang lain
juga berkhasiat. Daun rasanya manis, sifatnya netral,berkhasiat astrigen(pengelat),
antidiare, antiradang, penghentian pendarahan (hemostatis), dan peluruh haid. Jambu
biji dapat digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit seperti: diare, disentri,
demam berdarah, perut kembung pada anak, radang lambung, radang usus, keputihan,
air kemih mengandung darah, sering buang air kecil (beser), sariawan, radang
tenggorokan, dan sebagainya. Bahkan penelitian secara in vitro, infus daun jambu biji
dengan berbagai macam kepekatan menghambat pertumbuhan kuman Shigella Flexneri
dan Shigella Sonnei sebagai penyebab disentri basiler
12