Anda di halaman 1dari 10

PENDAHULUAN menjelaskan tentang diri mereka seperti

KTP ataupun kartu pelajar sebagai


Gangguan identitas diri pada formalitas tanda pengenal diri4. Selain itu
transgender merupakan persepsi mengenai transgender juga mempersepsikan bahwa
ketidakmampuan dalam memperhatikan hubungan buruk antara anak dengan ayah
persepsi diri yang utuh dan komplet yang di masa kecil, dimana sosok ayah yang
menyebabkan seseorang mengalami memperlakukan anaknya dengan tidak
kebingungan gender, ketidakefektifan wajar sehingga anak lebih memilih untuk
performa peran, dan perilaku yang tidak dekat dengan ibunya. Ibu akan dominan
sesuai dengan dirinya1. Persepsi mengenai mengatur anaknya. Hal inilah yang akan
gangguan identitas diri pada transgender mempengaruhi seorang anak untuk
didunia maupun di Indonesia masih di berperilaku dan membentuk dirinya,
anggap sebagai sesuatu yang tabu. layaknya seorang perempuan dan
Beberapa Negara yang sudah melegalkan mendorong mereka untuk menjadi
adanya transgender antara lain ; Jerman, transgender.
Amerika, Belanda, India, dan beberapa Dalam pembentukan identitas diri,
negera lainnya2. jumlah transgender di teman menjadi sangat berarti dan
Amerika Serikat sebanyak 697.529 (0.3%). berpengaruh dalam kehidupan sosial.
Indonesia termasuk salah satu Negara Besarnya peranan teman sebaya dalam
dengan jumlah transgender yang besar. kehidupan sosial akan mendorong
Hasil survei yang di lakukan oleh seseorang untuk membentuk kelompok –
direktorat jenderala administrasi dan kelompok usia sebaya. Dalam hal ini,
kependudukan kementrian dalam negeri, seseorang akan bergantung kepada teman
pada tahun 2005 jumlah transgender sebagai sumber kesenangan dan
sebanyak 400 orang. Pada tahun 2007, keterikatan dengan teman sebaya yang
jumlah transgender menurut data statistik begitu kuat. Kelompok sebaya
yang di miliki persatuan transgender memberikan pengaruh kepada individu
republik Indonesia yang terdata dan dalam pembentukan sikap dan nilai – nilai
memiliki kartu tanda penduduk mencapai yang ada pada kelompok, terkadang
3.887orang. Tahun 2008, dinas sosial atau individu cenderung berusaha untuk sama
dinas kesejahteraan social menyatakan dengan teman - teman sekelompoknya5.
jumlah transgender di Indonesia mencapai Dengan demikian individu dapat menerima
11.049 orang. Pada tahun 2009, jumlah peran –peran yang di berikan baik oleh
transgensder 6.000.000 orang, Selanjutnya teman sebaya, orang tua, maupun
pada tahun 2013, jumlah transgensder di masyarakat yang akhirnya dapat
Indonesia sebanyak 7.000.000 orang, dan memberikan arah tujuan dan arti dalam
Pada tahun 2016 di Yogyakarta, kehidupan mendatang6.
Berdasarkan catatan yang di miliki oleh Berdasarkan Hasil Studi Pendahuluan
LSM KEBAYA yang menghimpun kaum yang di lakukan pada tanggal 20
transgender di Yogyakarta, terdapat 461 November 2016, dengan mewawancarai 3
orang transgender yang di antaranya orang responden di LSM Kebaya
peduduk asli Yogyakarta dan selebihnya Yogyakarta, di ketahui bahwa waktu kecil
adalah pendatang3.Meningkatnya populasi mereka cenderung lebih suka bermain
transgender karena persepsi yang muncul dengan teman cewek dan lebih sering
mengenai keadaan identitas diri seseorang melakukan permainan perempuan seperti
yang sebenarnya bisa di tetapkan sebagai bermain boneka dan jarang untuk bermain
laki – laki namun mereka mengubahnya. dengan teman laki – laki. Dari hasil
Mengenai pembentukan identitas diri, wawancara mengenai persepsi tentang
transgender mempersepsikan identitas transgender responden mengatakan bahwa
dirinya sebagai segala sesuatu yang dapat transgender adalah seorang waria,
bencong dengan jiwa perempuan yang menggunakan uji statistic chi-square(uji
terperangkap dalam jiwa laki – laki. chi-kuadrat). Variabel bebas (independent)
mengenai peran temannya responden dalam penelitian ini adalah persepsi
mengatakan bahwa teman – temannya tentang transgender dan peran teman
sering mengatakan bahwa mereka cantik, sedangkan variabel terikat (dependent)
lebih cocok untuk menjadi seorang wanita, adalah Identitas Diri.
mereka sering di jauhi dari teman – teman
cowok, dan saat dulu mereka sekolah
teman – temannya sering mengejek
mereka dengan sebutan banci,selain itu
mereka lebih sering bermain dengan
wanita dan suka untuk melakukan hal – hal
yang sering di lakukan oleh perempuan
seperti berdandan dan memakai pakaian
wanita. Terkait identitas dirinya
Responden mengatakan mereka menyadari
bahwa identitas mereka adalah seorang
laki – laki tetapi mereka mengatakan
bahwa jiwa mereka sudah menjadi seorang
perempuan sehingga sulit untuk di ubah
lagi menjadi laki – laki normal.

Berdasarkan uraian tersebut diatas, peneliti


tertarik untuk melakukan penelitian
tentang“ Hubungan Persepsi Tentang
Transgender dan Peran Teman dengan
Identitas Diri Transgender di LSM
Kebaya Yogyakarta”.

METODE PENELIITIAN
Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuantitatif
dengan rancangan desain observasional
analitik dengan desain cross sectional.
Penelitian ini dilakukan di LSM Kebaya
Yogyakarta pada tanggal, 17 dan 21 Mei
2017. Populasi pada penelitian ini adalah
transgender yang berada Di LSM
KEBAYA Yogyakarta yang berjumlah 150
orang. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 60 orang yang sesuai dengan
kriterian inkusi.teknik sampling yang
digunakan adalah accidental sampling.
Pengumpulan data menggunakan
kuesioner dengan jumlah Kuesioner
sebanyak 3 yang terdiri dari kuesioner
Persepsi tentang transgender, peran teman,
dan Identitas Diri. Analisa data meliputi
analisa univariat dan analisa bivariat
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.Analisa Univariat
a. Karakteristik Responden
Tabel 4.1. Karakteristik Responden berdasarkan Umur dan Pekerjaan Terakhir
Transgender di LSM Kebaya Yogyakarta

Karakteristik Frekuensi (f) Presentase (%)


Umur
Dewasa Awal ( 21 – 40 ) 30 50.0
Dewasa Akhir (41 - 60) 28 46.7
Lansia ( ≥ 60 ) 2 3.3
Total 60 100,0
Pekerjaan
Pengamen 18 30.0
Pelajar 2 3.3
Swasta 22 36.7
Wiraswata 18 30.0
Total 60 100.0

b. Persepsi tentang Transgender


Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Persepsi tentang Transgender di LSM Kebaya
Yogyakarta

Persepsi Frekuensi Persentase %


tentang Transgender
Tidak Sesuai 40 66,7
Sesuai 20 33,3
Total 60 100,0

c. Peran Teman
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Peran Teman pada Transgender di LSM Kebaya
Yogyakarta
Peran Teman Frekuensi Persentase %
Tidak Berperan 41 68,3
Berperan 19 31,7
Total 60 100,0
d. Identitas Diri
Tabel 4.4. Distribusi FrekuensiIdentitas Diri pada Transgender di LSM Kebaya
Yogyakarta.
Identitas Diri Frekuensi Persentase %

Negatif 28 46,7
Positif 32 53,3
Total 60 100,0

2. Analisis Bivariat
a. Tabel 4.5.Hubungan Persepsi tentang Transgender dengan Identitas Diri di
LSM Kebaya Yogyakarta

Persepsi tentang
Identitas Diri
Transgender p-value
Negatif Positif Total
F % F % F %
Tidak Sesuai 20 50 20 50 40 100
0,464
Sesuai 8 40 12 60 20 100
Total 28 46,7 32 53,3 60 100

b. Tabel 4.6.Hubungan Peran Teman dengan Identitas Diri di LSM Kebaya


Yogyakarta

Identitas Diri
P-Value
Negatif Positif Total
Peran Teman F % F % F %
Tidak Berperan 17 41,5 24 58,5 41 100
0,235
Berperan 11 57,9 8 42,1 19 100
Total 28 46,7 32 53,3 60 100
1. Analisa univariat maka Ho diterima. Artinya Tidak ada
Berdasarkan tabel 4.1. diatas diketahui hubungan antara persepsi tentang
mayoritas umur responden transgender dengan identitas diri
transgender berumur antara 21-40 transgender di LSM kebaya
tahun (dewasa awal)yaitu 30 responden Yogyakarta.
(50,0%). Sedangkan Mayoritas pekerjaan
responden yaitu Swasta 22 orang PEMBAHASAN
(36,7%). Berdasarkan Tabel 4.2. Persepsi tentang Transgender
menunjukkan bahwa mayoritas Berdasarkan tabel 4.2 diketahui
responden memiliki persepsi tentang bahwa persepsi tentang transgender di
transgender yang termasuk dalam LSM Kebaya Yogyakarta mayoritas
kategori tidak sesuai sebanyak 40 mempunyai persepsi tidak sesuai
orang (66,7 %). dengan presentase sebayak 66,7%
Berdasarkan Tabel 4.3.menunjukkan (40 orang). Penelitian ini sejalan
bahwa mayoritas responden memiliki dengan penelitian yang di lakukan
peran teman yang termasuk dalam oleh sebelumnya tentang Transgender
kategori tidak berperan sebanyak 41 dalam persepsi masyarakat,
orang (68,3 %). Berdasarkan tebel menunjukkan bahwa 46% masyarakat
4.4.menunjukkan bahwa mayoritas Makassar sangat setuju bahwa
responden memiliki identitas diri yang persepsi mengenai transgender
termasuk dalam kategori positif bertentagan dengan nilai dan norma
sebanyak 32 orang (53,0%) sosial yang ada serta masih dianggap
tabu oleh masyarakat , selain itu
2. Analisa Bivariat mereka menganggap bahwa perilaku
Berdasarkan tabel 4.5. hasil tabulasi, transgender sebagai suatu perilaku
diketahui mayoritas responden yang yang menyimpang dan merupakan
mempunyai persepsi tantang wujud dari pemaknaan agama bahwa
transgender tidak sesuai, memiliki perilaku kelompok transgender
identitas diri positif sebanyak 20 merupakan dosa besar karena
orang (50 %). sejatinya kelompok ini telah merubah
Pembuktian hipotesis dilakukan apa yang telah digariskan tuhan.
dengan uji statistic Chi-Square. Hasil Presentase yang didapatkan dari
uji Chi-Square di dapatkan nilai P- pernyataan jawaban terendah yaitu
Value 0,464 dengan tingkat kesalahan pada point nomor 2 indikator
α (alpha) 0,05 (<0,05 . Dengan hasil pernyataan tentang psikologis (5
demikian maka Ho diterima. Artinya responden dengan presentase 8,3 %)
Tidak ada hubungan antara persepsi dengan isi pernyataan yaitu “ Saya
tentang transgender dengan identitas menganggap bahwa transgender
diri transgender di LSM kebaya adalah ciptaan tuhan yang patut di
Yogyakarta syukuri”. Menurut penelitian yang
Berdasarkan tabel 4.5. hasil tabulasi, berjudul “Transgender dalam persepsi
diketahui mayoritas responden yang masyarakata” mengatakan bahwa
mempunyai peran temannya tidak perilaku transgender merupakan dosa
berperan, memiliki identitas diri besar karena sejatinya transgender
positif sebanyak 24 orang (58,5 %). telah merubah apa yang telah
Pembuktian hipotesis dilakukan digariskan Tuhan Yang Maha Esa
dengan uji statistic Chi-Square. Hasil ketika kemudian orang – orang keluar
uji Chi-Square di dapatkan nilai P- dari garis batas yang digariskan Tuhan
Value 0,235 dengan tingkat kesalahan maka dengan sendirinya mereka akan
α (alpha) 0,05. Dengan hasil demikian mendapat stigma negatif dari
masyarakat sebagai pendosa temasuk mereka lebih senang lagi ketika
halnya transgender yang melakukan sesama transgender (cowok) memuji
pernikahan sejenis6. bahwa mereka cantik. Dapat
disimpulkan bahwa seorang
1. Peran Teman transgender akan merasa lebih percaya
Berdasarkan tabel 4.3 peran diri ketika mendapatkan pujian.
teman pada transgender di LSM
Kebaya Yogyakarta mayoritas adalah 2. Identitas Diri
tidak berperan dengan presentase Berdasarkan tabel 4.4
68,3% (41 orang). Penilitian ini diketahui bahwa Identitas diri
Sejalan dengan penelitian sebelumnya transgender di LSM Kebaya
tentang identifikasi penyebab Yogyakarta mayoritas adalah
transgender pada waria dibanda aceh, Identitas diri positif dengan
yang menyatakan bahwa teman sebaya presentase sebayak 53,3 % (32
merupakan salah satu faktor sosial orang). Identitas diri adalah
dalam hal ini mereka merasa nyaman kesadaran akan diri pribadi yang
untuk bergaul dengan teman bersumber dari pengamatan dan
perempuan, bermain dengan teman penilaian, sebagai sintesis semua
lawan jenis, dan menilai teman laki – aspek konsep diri dan menjadi satu
laki sebagai sosok yang kasar kesatuan yang utuh9.
sehingga hal ini yang mempengaruhi Hasil ini sejalan dengan
seseorang untuk masuk dalam salah penelitian sebelumnya tentang
satu kriteria gangguan identitas pembentukan identitas diri kaum
gender7. Hal ini dikuatkan oleh teori waria Kecamatan Balukumpa.
bahwa pengaruh kelompok sebaya Upaya untuk memahami diri
yakni keadaan seseorang yang didapat dari proses identifikasi diri
menghabiskan banyak waktu dengan dengan orang lain (waria), tanpa
kelompok sebayanya, dan tanpa peduli dengan identitas yang
persetujuan dan ketidaksetujuan sesungguhnya, sehingga mereka
kelompok dapat menjadi pengaruh meninggalkan identitas aslinya
yang kuat dalam perkembangan demi mengejar suatu tujuan, yaitu
perilaku gender seseorang8. bagaimana cara memperbaiki
Presentase yang didapatkan dari kualitas hidupnya. Selain itu
pernyataan jawaban terendah yaitu mereka berpendapat bahwa mereka
pada point nomor 1 indikator menjadi waria karena tidak mampu
pernyataan tentang temanku membohongi kata hati, tidak
cerminanku (14 responden dengan mampu mengendalikan nalurinya
presentase 23,3%) dengan isi dan tidak mampu mengelola hasrat
pernyataan yaitu “Saya lebih percaya seksualnya dengan baik.Hal ini lah
diri ketika dipuji oleh teman yang membuktikan bahwa
perempuan”. Menurut penelitian perubahan identitas yang dialami
mengenai faktor-faktor yang para waria yang ada dikecamatan
melatarbelakangi pembentukan bakulumpa adalah sesuatu yang
identitas diri pada remaja transgender dianggapnya sebagai takdir dan
di perkumpulan Yotha Naungan PKBI pada akhirnya mereka kecewa
DIY, menyatakan bahwa sebagian dengan identitasnya sebagai laki –
merasa senang ketika dipuji oleh laki, sehingga mereka berusaha
teman wanita bahwa diri meraka mencari solusi yang dianggapnya
cantik dan lebih cocok untuk menjadi bisa mendapatkankan keuntungan
seorang perempuan akan tetapi
bagi dirinya yakni dengan menjadi Penelitian ini sejalan dengan
waria10. penelitian sebelumnya tentang
Presentase yang didapatkan faktor-faktor yang
dari pernyataan jawaban terendah melatarbelakangi pembentukan
yaitu pada point nomor 12 identitas diri pada remaja
indikator pernyataan tentang transgender di perkumpulan Yotha
pemilihan karir (29 responden Naungan PKBI DIY, keinginan
dengan presentasi 48,3%) dengan untuk menyandang identitas gender
isi pernyataan yaitu “ saya sebagai perempuan, ingin
menyukai pekerjaan yang saya disamakan dan diakui sebagai
lakukan”. Menurut Penelitian perempuan bertolak belakang
Ibrahim (2015), tentang dengan keberadaan jenis
Pembentukan identitas Kaum kelaminnya sebagai laki – laki,
Waria di kecamatan Balukumpa, selain itu mereka menginginkan
mengatakan dimana seorang yang KTP (Kartu tanda pengenal)
menjadi waria akan terbebas dari khusus untuk pengakuan identitas
pekerjaan – pekerjaan yang mereka sebagai transgender,
sifatnya kasar dan menguras walaupun mereka menyadari KTP
tenaga. Karena kebanyakan waria khusus transgender masi sulit
bekerja sebagai pekerja salon, dijelaskan terkait identitasnya11.
tukang jahit, dan keuntungan dari
pekerjaan tersebut bisa 4. Hubungan peran teman dengan
meningkatkan taraf kehidupan dari identitas diri transgender di
waria itu sendri. Hal yang utama LSM Kebaya Yogyakarta.
dan mendasar bagi mereka yaitu Berdasarkan tabel 4.6
bagaimana mereka hidup sejahtera diketahui bahwa hasil analisis
dan terbebas dari pekerjaan yang dengan menggunakan Chi-square
tidak menentu serta penghasilan dengan nilai P-value 0,235. Nilai
yang rendah, sehingga mereka P-value 0,235 > 0,05 dapat di
memilih alternatif yang bisa simpulkan bahwa tidak ada
megantarkan pada kebahagiaan hubungan antara peran teman
hidup, serta tidak banyak menguras dengan identitas diri transgender di
tenaga, cukup dengan LSM Kebaya Yogyakarta.
kreativitas.sepertinya menjadi Penelitian ini sejalan dengan
waria sudah menjadi kenikmatan penelitian sebelumnya tentang
tersendiri bagi mereka tanpa harus faktor-faktor yang
terikat oleh perbedaan psikis dalam melatarbelakangi pembentukan
dirinya. identitas diri pada remaja
transgender di perkumpulan Yotha
3. Hubungan Persepsi tentang Naungan PKBI DIY, kenyamanan
Transgender dengen Identitas bergabung dengan teman sebaya
Diri Transgender di LSM perempuan menyebabkan mereka
Kebaya Yogyakarta menjalani proses identifikasi sosok
perempuan, serta motivasi teman
Hasil penelitian didapat nilai P sebaya untuk menjadikannya
value sebesar 0,464 lebih dari 0,05 sebagai perempuan mendukung
artinya Tidak ada hubungan antara proses identifikasi ini serta dalam
persepsi tentang transgender mengekplorasi seksualitasnya,
dengan identitas diri transgender di mereka di perlakukan sebagai
LSM Kebaya Yogyakarta. perempuan oleh teman laki –
lakinya. Perlakuaan ini 3. Peran Teman dengan identitas diri
menstimulus mereka untuk transgender di LSM Kebaya
berespon sebagai perempuan, Yogyakarta sebagian besar pada
sehingga peran diri yang dijalani kategori Tidak Berperan
adalah sebagai perempuan12. 4. Tidak Ada hubungan yang signfikan
Penelitian ini sejalan dengan antara persepsi tentang transgender
penelitian sebelumnya tentang dengan Identitas Diri Transgender di
penyebab krisis identitas waria, LSM Kebaya Yogyakarta
salah satu penyebabnya yaitu 5. Tidak ada hubungan yang signfikan
lingkungan, terlalu banyak bergaul antara Peran Teman dengan Identitas
dengan lawan jenis ( anak laki – Diri Transgender di LSM Kebaya
laki teman bergaulnya kebanyakan Yogyakarta
wanita), berada dalam lingkungan
waria, dan bergaul dengan waria SARAN
serta ikut terlibat dalam kegiatan Berdasarkan hasil penelitian ini, maka
waria sehingga menyebabkan peneliti memberikan saran sebagai
seseorang untuk tetap memiliki berikut:
jiwa waria13. Dalam perkembangan 1. Bagi Ilmu Keperawatan
sosial seseorang terdapat dua arah Diharapkan bagi ilmu keperawatan agar
pergerakan yaitu memisahkan diri dapat mempertimbangkan sasaran
dari orang tua dan menuju kearah praktik khususnya bagi keperawatan
teman – teman sebaya. Pengaruh jiwa dalam memberikan pendidikan
teman sebaya merupakan pengaruh kesehatan secara dini khususnya bagi
terhadap perkembangan psikososial komunitas transgender
seseorang. Pada masa ini hubungan 2. Bagi Responden
dengan keluarga, hubungan dengan Diharapkan untuk transgender
teman sebaya atau orang dengan penelitian ini dapat menjadi bahan
usia dan minat yang sama juga pembelajaran untuk mengetahui lebih
merupakan hubungan yang paling jauh terkait dengan persepsi tentang
penting. Seringkali seseorang transgender dan peran teman dengan
memandang dirinya melalui mata- identitas diri.
mata teman – teman sebayanya.
Saat itu juga kecenderungan 3. Bagi Institusi yang menangani
mendekatkan diri dengan teman Transgender
sebaya yaitu kecenderungan untuk Instansi dapat melakukan kegiatan
menyerah dan mengikuti opini, rehabilitasi transgender dengan sasaran
pendapat, nilai, kebiasaan, kegiatan meliputi pengaktifan peran
kegemaran, dan keinginan teman orang tua, pemberdayaan masyarakat
sebaya14.. termasuk didalamnya teman sebaya
sebagai social support untuk
KESIMPULAN pencapaian identitas diri transgender
1. Gambaran karakteristik responden yang semestinya.
transgender sebagian besar berumur
4. Bagi Kampus UNRIYO
antara 21-40 tahun (dewasa awal),
sebagian besar bekerja sebagai Praktik klinik dan profesi untuk
Swasta. keperawatan jiwa dapat
2. Persepsi tentang transgender dengan mempertimbangkan sasaran praktik
identitas diri transgender di LSM pada komunitas transgender.
Kebaya Yogyakarta mayoritas pada
kategori tidak sesuai 5. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan dengan adanya penelitian Remaja Transgender Di Perkumpulan
ini dapat digunakan sebagai dasar Yotha Naungan Pkbi Diy. In Prosiding
untuk penelitian selanjutnya secara Seminar Nasional Dan Presentasi
analisis kuantitatif dalam menggali Ilmiah Univeritas Respati Yogyakarta.
lebih dalam lagi mengenai persepsi 10. Ningsih, E. S. W., & Syafiq, M.
tentang transgender dan peran teman (2014). Pengalaman Menjadi Pria
dengan identitas transgender di LSM Transgender (Waria): Sebuah Studi
Kebaya Yogyakarta. Fenomenologi.Character: Jurnal
Penelitian Psikologi., 3(2).
DAFTAR PUSTAKA 11. Nurdelia, (2015). Transgender
1. Arfanda, F., & Anwar, S. (2015). Dalam Persepsi
Konstruksi Sosial Masyarakat Masyarakat.equilibrium, 3(1), 19-28
Terhadap Waria. KRITIS: Jurnal Ilmu 12. Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Hasanuddin, 1(1), 93-102. Cipta
2. Arikunto, Suharsimi. (2010). --------------------2012. Metodologi
ProsedurPenelitianSuatuPendekatanP Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
raktik. Jakarta: PT. RinekaCipta Cipta
3. Barmawi, B., & Silmi, M. (2017). 13. Papalia, E. Diane, Old,W. Sally,
Identifikasi Penyebab Transgender Feldman, D. Ruth. 2009. Human
Pada Waria Di Banda Aceh. Development (Perkembangan
Psikoislamedia: Jurnal Psikologi, 1(2). Manusia), Edisi 10. Buku 2. Jakarta:
4. Fajarina, Y. Ayu. (2014). Salemba Humanika
StudiFenomenaTentangPembentukan 14. Pou, S. C., Boekoesoe, L., Junait, R.
Ideal Diri Transgender Di Daerah D., & S Kep, N. S. (2015). Faktor-
Yogyakarta.SkripsiUnriyo. Yogyakarta Faktor Yang Berhubungan Dengan
5. Durand, V. Mark & Barlow, David H. Perubahan Identitas Diri Pada Waria
(2007). Psikologi Abnormal. Cetakan Di Kota Gorontalo. Kim Fakultas
I, Edisi keempat. Yogyakarta: Pustaka Ilmu-Ilmu Kesehatan Dan
Pelajar. Keolahragaan, 3(3).
6. Dharma, Kelana Kusuma. 2011. 15. Putri, M. T., & Sutarmanto, H. (2009).
Metode Penelitian Keperawatan; Kesejahteraan subjektif waria pekerja
Panduan Melaksanakan dan seks komersial (PSK). Jurnal
Menerapkan Hasil penelitian. Jakarta: Psikohumanika, 2(2), 46-55.
CV. Trans Info Media 16. Retnasary, M. (2017). Identitas Diri
7. Gibtiah, G. (2016). Studi Waria Dalam Profesi Formal Pada
Perbandingan tentang Khunsa dengan Forum Komunikasi Waria Indonesia.
Transseksual dan Transgender (Telaah J-Ika, 3(2), 119-131.
Pemikiran Ulama’Klasik Dan 17. Riyanto A,. 2011. Aplikasi Metodologi
Ulama’Modern). Intizar, 20(2), 349- Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
362. Nuha Medika
8. Halgin, Richard, P & Whitbourne, 18. Ruhghea, S., Mirza, M., & Rachmatan,
Susan, K. (2010). Psikologi Abnormal: R. (2014). Studi Kualitatif Kepuasan
Perspektif Klinis pada Gangguan Hidup Pria Transgender (Waria) Di
Psikologis, Jakarta: Salemba Banda Aceh. Jurnal Psikologi Undip,
Humanika 13(1), 11-20.
9. Lagut, M. N. N., Hendarsih, S., & 19. Saam, Z., & Wahyuni, S. 2013.
Wiyani, C. (2016, April). Faktor- Psikologi Keperawatan. Cetakan 1,
Faktor Yang Melatarbelakangi Edisi pertama. Jakarta: PT
Pembentukan Identitas Diri Pada RAJAGRAFINDO PERSADA
20. Sabri&Sutanto. (2008). Statistic 35. Walgito, Bimo. 2010. Pengantar
Kesehatan. Jakarta :RajawaliPers Psikologi Umum. Yogyakarta: C.V
21. Salman, D., & Suardi, S. (2017). ANDI OFFSET
Pembentukan Identitas Kaum Waria Weismann, I. T. J., & Depilori, D.
Kecamatan Bulukumpa. (2014). Penyebab Krisis Identitas
EQUILIBRIUM: JURNAL Waria. Jurnal Jaffray, 12(1), 157-
PENDIDIKAN SOSIOLOGI, 3(1). 175.
22. Sarwono, S, W & Meinarmo, E, A.
2009. Psikologi Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika.
23. Sari, F. M. (2016). Konstruksi Media
Terhadap Transgender. Professional,
3(1).
24. Saryono. 2011. Metodologi Penelitian
Kesehatan. Yogyakarta: Mitra
Cendekia Press
25. Setiadi. 2007.
Konsepdanpenulisankeperawatan.
Yogyakarta: GrahaIlmu
26. Sheridan, Vanessa. (2009). The
Complete Guide To Transgender In
The Workplace.
27. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
Bandung: Alfabeta
28. Suliswati, Payapo, Maruhawa, J.,
Sianturi, Y., sumijatun. 200. Konsep
Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Jakarta: ECG
29. Sumerti Asih, N. K., Anggraeny, R., &
Damayanti, S. Transgender dalam Film
Animasi Tokyo Godfathers Karya
Satoshi Kon. HUMANIS, 19(1).
30. Sunaryo. 2013. Psikologi Untuk
Keperawatan. Jakarta: EGC
31. Sobur, A. 2013. Psikologi
Umum.,Dalam Lintas Sejarah. Jawa
Barat: CV PUSTAKA SETIA
32. Soetjiningsih. 2004. Tumbuh Kembang
Remaja dan Permasalahannya.
Jakarta: CV. Sagung Seto
33. Stuart, Gail W. 2013. Buku Saku
Keperawatan Jiwa. Edisi kelima.
Jakarta : ECG
34. Tamarni, D, N. 2014. “Eksplorasi
Faktor- faktor yang Menyebabkan
Seseorang Memutuskan Menjadi
transgender di Komunitas Kabaret
Malioboro DIY. Skripsi Unriyo.
Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai