Anda di halaman 1dari 55

BAB I

PENDAHULUAN

Sepsis merupakan respon inflamasi tubuh terhadap suatu infeksi. Infeksi

tersebut bisa berupa infeksi lokal maupun sistemik dan dapat disebabkan oleh

bakteri, virus, parasit, ataupun jamur. Respon inflamasi yang ditimbulkan dapat

menyebabkan terjadinya kegagalan organ yang merupakan penyebab kematian dari

sepsis. Sepsis pada neonatus masih merupakan masalah yang belum terpecahkan

dalam pelayanan dan perawatan neonatus. Di Negara berkembang hampir sebagian

besar neonatus yang dirawat mempunyai kaitan dengan masalah sepsis dan di

negara berkembangpun sepsis tetap merupakan sebuah masalah. Selain itu sepsis

memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi.1-3

Sepsis neonatal adalah sindrom klinik penyakit sistemik, disertai

bakteremia yang terjadi pada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan. Angka

kejadian sepsis neonatal di negara berkembang meningkat yaitu (1,8-18 per 1000

kelahiran hidup), sedangkan pada negara maju sebanyak (4-5 per 1000 kelahiran

hidup).1,2

Dalam laporan WHO Angka kejadian/insidens sepsis di negara yang sedang

berkembang masih cukup tinggi (1.8–18/1000) dibandingkan dengan negara maju

(1–5/1000). Berdasarkan Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

tahun 2012 menunjukkan bahwa angka kematian bayi (AKB) sebesar 32 per 1000

kelahiran hidup pada tahun 2012.3

Pneumonia neonatorum merupakan peradangan pada paru-paru pada baru

bayi baru lahr. Di dunia , pneumonia menyebabkan sekitar 750.000-1.2 juta

1
kematian neonatal pertahun, atau sekitar 10% dari total moratalitas pada anak.

Penyebab pneumonia neonatorum terdiri dari bakteri, virus , dan jamur. Lebih dari

96% semua kematian neonatal terjadi di negara berkembang dan pneumonia

terhitung memiliki proporsi substansial.4

Kolestasis neonatal terindikasi lewat hyperbilirubinemia yang terkonjugasi.

Defek pada produksi intrahepatic atau transport transmembran dari bilirubin, atau

obstruksi mekanik mencegah aliran bilirubin dan menyebabkan akumulasi bilirubin

di hati, darah dan jaringan ekstrahepatik.6 Kolestasis neonatal terjadi pada 1 dari

2500 kelahiran dan disebabkan oleh berbagai macam gangguan. Prevalensi

kolestasis yang disebabkan oleh sepsis berkisar 3%-8%. Di Jakarta, menemukan

65,9% angka kejadian kolestasis pada sepsis neonatorum. Sepsis sendiri dapat

menyebabkan kolestasis intrahepatik serta berperan dalam meningkatkan angka

kematian 52,8% pada neonates akibat kolestasis sepsis.7

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. SEPSIS

1. Definisi

Sepsis merupakan respon inflamasi tubuh terhadap suatu infeksi. Infeksi

tersebut bisa berupa infeksi lokal maupun sistemik dan dapat disebabkan oleh

bakteri, virus, parasit, ataupun jamur. Respon inflamasi yang ditimbulkan dapat

menyebabkan terjadinya kegagalan organ yang merupakan penyebab kematian dari

sepsis. Sepsis neonatorum terbagi atas sepsis awitan dini dan sepsis awitan lambat.

Sepsis awitan dini yaitu sepsis yang terjadi 3 hari pertama kehidupan dimana

sumber organisme berasal dari saluran genital ibu atau cairan amnion. Sepsis awitan

lambat terjadi setelah 3 hari setelah kelahiran. Sepsis awitan lambat terjadi

disebabkan kuman yang berasal dari lingkungan disekitar bayi, baik dari kontak

langsung maupun kontak tak langsung.7,8,10

Kriteria sepsis neonatorum baik berdasarkan anamnesis (termasuk adanya

faktor resiko ibu dan neonatus terhadap sepsis), gambaran klinis dan pemeriksaan

penunjang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Terjadinya sepsis

neonatorum dipengaruhi oleh faktor risiko pada ibu dan bayi.8,9

2. Epidemiologi

Dalam laporan WHO Angka kejadian/insidens sepsis di negara yang sedang

berkembang masih cukup tinggi (1.8–18/1000) dibandingkan dengan negara maju

(1–5/1000). Berdasarkan Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

3
tahun 2012 menunjukkan bahwa angka kematian bayi (AKB) sebesar 32 per 1000

kelahiran hidup pada tahun 2012.3,4

3. Faktor Risiko

- Faktor risiko ibu:8-9

 Ketuban pecah dini dan ketuban pecah lebih dari 18 jam. Bila ketuban pecah

lebih dari 24 jam, kejadian sepsis pada bayi meningkat sekitar 1% dan bila

disertai korioamnionitis, kejadian sepsis akan meningkat menjadi 4 kalinya.

 Infeksi dan demam (>38°C) pada masa peripartum akibat korioamnionitis,

infeksi saluran kemih, kolonisasi vagina oleh Streptokokus grup B (SGB),

kolonisasi perineal oleh E. coli, dan komplikasi obstetrik lainnya.

 Cairan ketuban hijau keruh dan berbau.

 Kehamilan multipel.

 Persalinan dan kehamilan kurang bulan.

 Faktor sosial ekonomi dan gizi ibu.

- Faktor risiko pada bayi:9,10

 Prematuritas dan berat lahir rendah.

 Dirawat di Rumah Sakit.

 Trauma pada proses persalinan.

 Prosedur invasif seperti intubasi endotrakeal, pemakaian ventilator, kateter,

infus, pembedahan, akses vena sentral, kateter intratorakal

 Bayi dengan galaktosemia (predisposisi untuk sepsis oleh E. coli), defek

imun,atau asplenia.

 Asfiksia neonatorum.

4
 Cacat bawaan.

 Tidak diberi ASI

 Pemberian nutrisi parenteral.

 Perawatan di bangsal intensif bayi baru lahir yang terlalu lama.

 Perawatan di bangsal bayi baru lahir yang overcrowded

 Buruknya kebersihan di NICU.

Divisi Perinatologi FKUI/RSCM mencoba melakukan pendekatan

diagnosis dengan menggunakan faktor risiko dan mengelompokkan faktor risiko

tersebut dalam risiko mayor dan risiko minor.9,10

Bila terdapat satu faktor risiko mayor dan dua risiko minor maka pendekatan

diagnosis dilakukan secara aktif dengan melakukan pemeriksaan penunjang

(septicwork-up) sesegera mungkin. Pendekatan khusus ini diharapkan dapat

meningkatkan identifikasi pasien secara dini dan tata laksana yang lebih efisien

sehingga mortalitas dan morbiditas pasien diharapkan dapat membaik.8-10

5
4. Etiologi

Sepsis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (meskipun sepsis dapat

disebabkan oleh virus, atau semakin sering, disebabkan oleh jamur).

Mikroorganisme kausal yang paling sering ditemukan pada orang dewasa dan anak

adalah Escherichia coli, Staphylococcus aureus, dan Streptococcus pneumonia.

Spesies Enterococcus, Klebsiella, dan Pseudomonas juga sering ditemukan.

Umumnya, sepsis merupakan suatu interaksi yang kompleks antara efek toksik

langsung dari mikroorganisme penyebab infeksi dan gangguan respons inflamasi

normal dari host terhadap infeksi.2,8,9

5. Manifestasi

Manifestasi klinis sepsis antara lain hipertermi atau hipotermi, tampak tidak

sehat, malas minum, pada saluran cerna terdapat distensi abdomen, anoreksia,

muntah, diare, hepatomegali, pada saluran nafas bisa terjadi apnea, dispnea,

takipnea, nafas cuping hidung, merintih, sianosis, pada sistem kardiovaskular

terjadi hipotensi, takikardi atau bradikardi, sistem saraf pusat terjadi tremor, kejang,

penurunan kesadaran, dan pada hematologi terjadi ikterus, splenomegali, pucat, dan

petekie.7,8

6. Penatalaksanaan

- Pemilihan antibiotik untuk sepsis awitan dini

Pada bayi dengan SAD, terapi empirik harus meliputi SGB, E. coli, dan

Listeria monocytogenes. Kombinasi penisilin atau ampisilin ditambah

aminoglikosida mempunyai aktivitas antimikroba lebih luas dan umumnya efektif

6
terhadap semua organisme penyebab SAD. Kombinasi ini sangat dianjurkan karena

akan meningkatkan aktivitas antibakteri.8,9

- Pemilihan antibiotik untuk sepsis awitan lambat

Kombinasi penisilin atau ampisilin dengan aminoglikosida dapat juga

digunakan untuk terapi awal SAL. Pada beberapa rumah sakit, strain penyebab

infeksi nosokomial telah mengalami perubahan selama 20 tahun terakhir ini karena

telah terjadi peningkatan resistensi terhadap kanamisin, gentamisin, dan tobramisin.

Oleh karena itu, pada infeksi nosokomial lebih dipilih pemakaian netilmisin atau

amikasin. Amikasin resisten terhadap proses degradasi yang dilakukan oleh

sebagian besar enzim bakteri yang diperantarai plasmid, begitu juga yang dapat

menginaktifkan aminoglikosida lain. Pada kasus risiko infeksi Staphylococcus

(pemasangan kateter vaskular), obat anti stafilokokus yaitu vankomisin ditambah

aminoglikosida dapat digunakan sebagai terapi awal.5,8,9

Walaupun pemberian antibiotic masih merupakan tatalaksana utama

pengobatan sepsis neonatorum, berbagai upaya pengobatan tambahan banyak

dilaporkan dalam upaya perbaikan mortalitas bayi. Pemberian terapi

immunoglobulin secara intravena (IVIG) diharapkan dapat meningkatkan antibody

tubuh serta memperbaiki fagositosis dan kemotaksis sel darah putih. Pemberian

fresh frozen plasma (FFP) juga dapat menjadi terapi tambahan karena perubahan

hematologic dan gangguan koagulasi ditemukan pada perjalanan penyakit sepsis

neonatal. Pemberian FFP diharapkan dapat mengatasi koagulasi yang diderita

pasien.

B. PNEUMONIA

7
1. Definisi

Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan

jaringan intertisial. Walaupun banyak pihak yang sependapat bahwa pneumonia

merupakan suatu inflamasi, namun sangat sulit menentukan suatu definisi tunggal

yang universal. Pneumonia didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis, serta

perjalanan penyakitnya. World Health Organizaton (WHO) mendefinisikan

pneumonia berdasarkan penemuan klinis.

2. Epidemiologi

Sekitar 3.9 juta hingga 10.8 juta kematian pada anak pertahun diseluruh

dunia terjadi pada 28 hari masa kehidupan, 96% dari semua kematian neonatal

terjadi di negara berkembang, dan pneumonia terhitung memiliki proporsi yang

substansial. Pneumonia ditemukan pada otopsi sekitar 10-38% dari janin meninggal

intrauterine dan 20-63% bayi lahir hidup kemudian meninggal. Sekitar 750.000

hingga 1.2 juta kematian neonatal disebabkan oleh pneumonia, dan 10% dari

mortalitas global pada anak.

3. Klasifikasi

Pneumonia neonatal dapat diklasifikasikan sebagai early onset dan late

onset. Beberapa peneliti menggunakan 48 jam sebagai pembatas namun beberapa

lainnya menggunakan 7 hari karena beberapa penelitian tentang perbedaan dari

etiologi yang dapat membedakan klasifikasi penyakit berdasarkan minggu pertama

kehidupan dan tiga minggu berikutnya. Kebanyakan kasus bakteri gram negatif

8
mendominasi pada minggu pertama, dan bakteri gram positif pada minggu

selanjutnya. Pneumonia intrauterine dapat diklasifikasikan sebagai early onset .

4. Etiologi

Tabel 1. Pathogen penyebab pneumonia neonatal

Bakteri Virus

Escherichia coli Herpes simplex virus

Enterobacter aerogenes Respiratory syncytial virus

Streptococcus grup B Human metapneumovirus

Streptococcus grup A Parainfluenzae viruses 1,2,dan 3

Klebsiella Human adenovirus

Pseudomonas aeruginosa Human immunodeficiency virus

Staphylococcus aureus

Proteus spp Jamur

Grup D dan G streptococci Candida albicans

Haemophilus influenzae

Staphylococcus epidermidis

Salmonella spp

Acenetobacter spp

Nesseria meningitidis

Morganela spp

Serratia spp

Chlamydia trachomatis

Listeria monocytogenes

Treponema pallidum

9
Mycobacterium tuberculosis

Pneumocystis jirovecii

Bordetella pertussis

Etiologi dari pneumonia neonatal terdiri dari berbagai bakteri, virus, dan

jamur. Pneumonia bakterial dari cairan amnion yang terinfeksi atau kolonisasi pada

jalan lahir berhubungan dengan krioamnionitis dan asfiksia fetus. Hal ini

diasumsikan asfiksia dan terjadi aspirasi dari cairan amnion yang telah terinfeksi.

Hipotesis ini berdasarkan pada temuan histologis dari cairan amnion pada paru-paru

neonatal. Etiologi bakterial dari pneumonia neonatal juga terjadi dengan infeksi

nosokomial di unit perawatan intensif neonatal. Pneumonia neonatal oleh virus

dapat berhubungan denga intrauterin, early onset atau late onset pneumonia dan

juga bisa didapat dari jalan lahir, orang tua, atau petugas kesehatan dengan atau

tanpa keterlibatan nosokomial

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untunk penegakan diagnosis

neonatal terdiri dari pemeriksaan radiografi, laboratorium darah, kultur darah, serta

uji serologis.

a. Foto polos toraks.

Hal yang perlu di perhatkan pada gambaran foto polos toraks pneumonia neonatal

yaitu gambaran infiltrate, kavitas , efusi pleura, pneumatokel pada infeksi

staphylococcus

b. kultur darah.

10
Kultur darah setidaknnya 1ml darah pada pembuluh vena yang baik untuk

mencegah hasil yang terkontaminasi dari tempat pengambilan darah

c. pemeriksaan laboratorium darah.

Pemeriksaan darah lemgkap untuk menilai eritrosit, leukosit, serta pemeriksaan C-

reaktif protein untuk menilai infeksi pneumonia.

d. uji serologis

uji serologis memiliki keterbatasan namun dapat menawarkan gambaran penyakit.

Uji serologis untuk sifilis dapat mengkonfirmasi gambaran pneumonia alba.

6. Manifestasi Klinis

Pada pneumonia neonatal memiliki manifestasi klinis seperti dyspnea nafas

cepat, sesak, frekuensi nafas >60x/m, retraksi pada dinding dada, respirasi ireguler,

penurunan suara nafas. Takipnea timbul pada 60-89% kasus, demam 30-56%,

sianosis 12-40% dan batuk 30-84%. Selain itu terdapat letargi, anoreksia, demam

7. Penatalaksanaan

 terapi medikamentosa : tatalaksana sesuai dengan ketersediaan

antibiotic serta cost benefit ratio . rekomendasi WHO adalah

penggunaan ampicillin (50mg/kg) setiap 12 jam pada 1 minggu

pertama kehidupan, kemudian setiap 8 jam dari minggu 2-4,

tambahan dosis harian gentamisin. Alternative lini pertama pada

ampisilin termasuk benzylpenisilin atau amoxicillin dan alternative

untuk gentamisin adalah trombamisin atau amikasin. Jika curiga

S.aureus , resisten penisilin dapat digantikan dengan flucloxacillin

atau cloxacilin. Jika neonates mengalami kegagalan terapi pada lini

11
pertama. WHO merekomendasikan perubahan ke cefalosporin

generasi ketiga atau chloramphenicol (jika neonates tidak premature

dan tingkatan obat dapat dimonitor)

 terapi nonmedikamentosa: terapi suportif pada pneumonia neonatal

dapat meningkatkan hasil pengobatan dan menurunkan tingkat

kematian. Penggunaan oksigen, deteksi dan koreksi hipoglikemia,

termoregulasi dan cairan intravena serta nutrisi lewat nasogastric

tube, pemberian asi diperlukan kecuali terdapat kontraindikasi

seperti muntah yang sering, intoleransi atau resiko tinggi terjadi

aspirasi.

C. KOLESTASIS

1. Definisi

Kolestasis adalah hambatan aliran empedu yang menyebabkan

terganggunya sekresi berbagai substansi yang seharusnya diekskresikan ke

duodenum, sehingga bahan-bahan tersebut tertahan di hati dan menyebabkan

kerusakan sel hati.

2. Epidemiologi

Prevalensi kolestasis yang disebabkan oleh sepsis berkisar 3%-8%. Di

Jakarta, menemukan 65,9% angka kejadian kolestasis pada sepsis neonatorum.

Sepsis sendiri dapat menyebabkan kolestasis intrahepatik serta berperan dalam

meningkatkan angka kematian 52,8% pada neonates akibat kolestasis sepsis.

12
Kolestasis dapat terjadi pada semua orang tanpa dibatasi usia, tetapi bayi-

bayi yang baru lahir masih merupakan golongan usia yang paling sering mengalami

kolestasis. Kejadian kolestasis meningkat pada bayi-bayi dengan usia kehamilan

kurang bulan dan bayi berat lahir rendah, karena berhubungan dengan gangguan

dari fungsi hati. Faktor risiko lain yang berhubungan dengan kolestasis adalah:

bayi-bayi yang mengalami sepsis berulang dan pemberian nutrisi secara parenteral.

2. Klasifikasi

Berdasarkan lokasi anatominya kolestasis dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

kolestasis intrahepatik dan kolestasis ekstrahepatik.

a. Kolestasis intrahepatik

Kolestasis intrahepatik bisa juga disebut dengan kolestasis hepatoseluler.

Kolestasis intrahepatik merupakan 68% dari kasus kolestasis. Kolestasis

intrahepatik terjadi karena kelainan pada hepatosit atau elemen duktus biliaris

intrahepatik. Hal ini mengakibatkan terjadinya akumulasi, retensi serta regurgitasi

bahan-bahan yang merupakan komponen empedu seperti bilirubin, asam empedu

serta kolesterol ke dalam plasma, dan selanjutnya pada pemeriksaan histopatologis

akan ditemukan penumpukan empedu di dalam sel hati dan sistem biliaris di dalam

hati.

b. Kolestasis ekstrahepatik

Kolestasis ekstrahepatik merupakan 32% dari kasus kolestasis dan sebagian besar

adalah atresia bilier. Kolestasis ekstrahepatik terdapat penyumbatan atau obstruksi

saluran empedu ekstrahepatik. Penyebab utama kolestasis tipe ini adalah proses

13
imunologis, infeksi virus terutama Cytomegalo virus, Reo virus tipe 3, asam

empedu yang toksik, iskemia dan kelainan genetik. Akibat dari penyebab tersebut

maka akan terbentuk kelainan berupa nekroinflamasi, yang pada akhirnya

menyebabkan kerusakan dan pembuntuan saluran empedu ekstrahepatik

3. Etiologi

Etiologi kolestasis

Etiologi kolestasis yang disebabkan oleh sepsis pada umumnya disebabkan

oleh bakteri gram negative. Pada penelitian di RSUP Sanglah Denpasar ditemukan

bahwa mikroorganisme yang menyebabkan sepsis neonatal yang menyebabkan

kolestasis terbanyak adalah Serratia marcescens (19,2%), diikuti Acinetobacter

14
baunni (9,6%) dan Staphylococcus coagulate negative (8,7%) yang merupakan

bakteri gram negatif

4. Manifestasi Klinis

Bayi ikterus sampai usia dua minggu pada umumnya disebabkan oleh

peningkatan bilirubin indirek dan mencapai kadar puncak pada usia 5-7 hari. Bayi

yang mengalami peningkatan kadar biliribin direk akan mengalami ikterus setelah

usia dua minggu. Manifestasi klinis yang dapat dijumpai pada pasien kolestasis

adalah ikterus atau kulit dan mukosa berwarna ikterus yang berlangsung lebih dari

dua minggu, urin berwarna lebih gelap, tinja warnanya lebih pucat atau fluktuatif

sampai berwarna dempul

5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang sangat penting dilakukan untuk mengetahui tipe

kolestasis. Pada pemeriksaan penunjang terdapat beberapa metode pemeriksaan

yang mencakup: pemeriksaan laboratorium, ultrasonografi, biopsi hati dan

kolangiografi intraoperatif. Selain itu perlu adanya pemeriksaa urin rutin, tinja 3

porsi, pemeriksaan etiologi ( TORCH), infeksi intrapartum, dan ultrasonografi dua

fase.

6. Penatalaksanaan

- Stimulasi asam empedu: asam ursodeoksikolat 10-30mg/kgBB dibagi 2-3 dosis

15
- Nutrisi diberikan untuk menunjang pertumbuhan optimal. Gagal tumbuh

merupakan penyebab kedua akibat gangguan penyerapan lemak, gangguan

metabolism protein dan karbohidrat serta meningkatkan kebutuhan metabolik.

Intake kalori harus mencapai 125% dari rekomendasi kebutuhan asupan

berdasarkan massa tubuh ideal. Intake protein yang adekuat 2-3g/kg perhari harus

diberikan. Pada bayi yang menderita kolestasis sebaiknya mendapatkan susu

formula yang mengandung rantai medium trigliserida seperti pregestimil® atau

Alimentum ® karena triglieserida tersebut dapat langsung diserap pada usus halus

tanpa membutuhkan asam empedu. Susu formula memiliki tambahan karbohidrat

atau lemak untuk meningkatkan densitas energi. Nutrisi peroral adalah jalan yang

paling baik untuk nutrisi, namun jika pasien tidak memungkinkan ,

nasogastriktube perlu dipasang untuk pemasukan nutrisi.

16
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS

Nama : By. E M

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal lahir/umur : 09 Oktober 2017 / 18 hari

Lahir di : RS Teling

Berat badan lahir : 3000 gr

Partus secara : Spontan letak belakang kepala

Kebangsaan : Indonesia

Suku bangsa : Tahuna

Nama Ibu : Ny. N M

Umur Ibu : 32 tahun

Pendidikan Ibu : SMA

Pekerjaan Ibu : IRT

Status Perkawinan :I

Nama Ayah : Bpk. M A K

Umur Ayah : 35 tahun

Pendidikan Ayah : SMA

Pekerjaan Ayah : Swasta

Status Perkawinan :I

Alamat : Paal 4, Manado

Tanggal MRS : 09 Oktober 2017

17
II. ANAMNESIS

Anamnesis diberikan oleh ayah penderita

Penderita merupakan anak ketiga, anak kandung.

A. Family Tree

A. Keluhan Utama : - Nafas cepat dan merintih sejak lahir

Bayi lahir pada tanggal 9-10-2017 jam 05.50 WITA secara

normal letak belakang kepala dengan berat badan lahir 3000 gram, panjang bayi

lahir 48cm Apgar score 5-7,. Merupakan rujukan dari RS Teling dengan

diagnosis BCB SMK +gawat nafas sedang e.c pneumonia dd MAS + sepsis.

lahir dari ibu G3P2A0 , 32 Tahun, hamil aterm. Faktor resiko sepsis : KPD 8

jam , ketuban hijau kental berbau, keputihan pada ibu yang tidak diobati.

18
Setelah lahir bayi sesak nafas, nafas cepat, merintih, sehingga bayi dirujuk ke

RSUP Prof. Dr. R.D Kandou

B. Anamnesis Antenatal

Saat hamil ibu penderita kontrol secara teratur di puskesmas sebanyak 9 kali.

Suntik Tetanus Toxoid sebanyak 2 kali.

Selama hamil ibu dalam keadaan sehat.

C. Penyakit yang sudah pernah dialami

Morbili : -

Varisela : -

Pertusis : -

Diare : -

Cacing : -

Batuk/pilek : -

Lain-lain : -

D. Kepandaian / kemajuan bayi :

Pertama kali membalik : - bulan

Pertama kali tengkurap : - bulan

Pertama kali duduk : - bulan

Pertama kali merangkak : - bulan

Pertama kali berdiri : - bulan

Pertama kali berjalan : - bulan

19
Pertama kali tertawa : - bulan

Pertama kali berceloteh : - bulan

Pertama kali memanggil mama : - bulan

Pertama kali memanggil papa : - bulan

E. Anamnesis makanan terperinci sejak bayi sampai sekarang

ASI : lahir - sekarang

PASI : lahir - sekarang

Bubur susu :-

Bubur saring :-

Bubur halus :-

Nasi lembek :-

F. Imunisasi

Dasar Ulangan
Jenis Imunisasi
I II III I II III

BCG -

Polio -

DTP -

Campak -

Hepatitis B +

G. Riwayat Keluarga

Hanya penderita yang mengalami sakit seperti ini.

20
H. Keadaan Sosial, Ekonomi, Kebiasaan dan Lingkungan

Pasien tinggal di rumah permanen dengan atap seng, dinding beton, lantai

keramik. Jumlah kamar 2 buah, dihuni oleh 4 orang terdiri 2 orang dewasa dan

2 orang anak. WC/Kamar mandi berada di dalam rumah.

Sumber air minum : Air kemasan

Sumber penerangan listrik : PLN

Penanganan sampah : Dibuang di tempat sampah

I. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

Keadaan Umum : Aktif menurun, refleks menurun

Tekanan darah :-

Nadi : 158 kali/menit

Respirasi : 62 kali/menit

Suhu : 36,5º c

SpO2 : 92%

Berat Badan : 3000 gram

Tinggi Badan : 48 cm

Status Gizi : Baik

Sianosis : Tidak ada

Anemia : Tidak ada

Ikterus :-

Kejang : Tidak ada

21
Kulit

Warna : merah muda

Efloresensi : Tidak ada

Pigmentasi : Tidak ada

Jaringan parut : Tidak ada

Lapisan Lemak : Cukup

Turgor : Kembali cepat

Tonus : Eutoni

Oedema : Tidak ada

Kepala

Bentuk : Normocephal

Rambut : Hitam

Ubun–ubun besar : Datar

Mata

Exophthalmus/Enophthalmus : Tidak ada

Tekanan bola mata : Normal pada palpasi

Konjungtiva : Anemis -/-

Sklera : Ikterik -/-

Refleks kornea : Normal

Pupil : Bulat, isokor Ø 3mm – 3mm

Refleks cahaya +/+

Lensa : Jernih

Fundus : Tidak dievaluasi

Visus : Tidak dievaluasi

22
Gerakan : Dalam batas normal

Telinga : Sekret -/-

Hidung : Sekret -/-

: Pernapasan cuping hidung (-)

Mulut

Bibir : Sianosis (-)

Lidah : Beslag (-)

Gigi : Caries (-)

Selaput mulut : Mukosa basah

Gusi : Perdarahan (-)

Bau pernapasan : Foetor (-)

Tenggorok an

Tonsil : T1 – T1, hiperemis (-)

Faring : Hiperemis (-)

Leher

Trakea : Letak tengah

Kelenjar : Tidak ada pembesaran kelenjar getah

bening

Kaku kuduk : Tidak ada

Thoraks

Bentuk : Simetris

Rachitic Rosary : Tidak ada

Ruang intercostal : retraksi

Precordial bulging : Tidak ada

23
Xiphosternum : Tidak ada

Harrison’s groove : Tidak ada

Pernapasan paradoxal : Tidak ada

Retraksi : intercostal, xyphoid

Lain-lain : Tidak ada

Paru – Paru

Inspeksi : Simetris kanan = kiri, retraksi (-)

Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri

Perkusi : Sonor kanan = kiri

Auskultasi : Suara pernapasan bronkovesikuler, Ronkhi

-/- , Wheezing -/-

Jantung

Detak jantung : 158 kali/menit

Iktus : Cordis tidak tampak

Batas kiri : Linea midclavicularis sinistra

Batas kanan : Linea parasternalis dextra

Batas atas : ICS II-III linea parasternalis sinistra

Bunyi jantung apex : M1 > M2

Bunyi jantung aorta : A1 > A2

Bunyi jantung pulmo : P1 < P2

Bising : (-)

Abdomen

Bentuk : Cembung, lemas

24
Lain – lain : Bising usus (+) normal

Lien : Tidak teraba

Hepar : Tidak teraba

Genitalia : laki-laki

Kelenjar : Tidak ada pembesaran kelenjar getah

bening

Anggota Gerak : Akral hangat, CRT ≤ 3 detik

Tulang Belulang : Deformitas (-)

Otot – Otot : Eutoni

Refleks : Refleks Fisiologi+/+, Refleks Patologi-/-

J. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium tanggal 9 Oktober 2017

Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil

Leukosit 4000 – 10000 /Ul 9700 /uL *

Eritrosit 4.70 – 6.10 106/uL 4.51 106/Ul

Hemoglobin 13.5 – 19.5 g/dL 14.6 g/Dl

Hematokrit 37.0 – 47.0 % 42.4 %

Trombosit 150 – 450 103/uL 225x103/Ul

25
MCH 27.0 – 35.0 pg 32.4 pg

MCHC 30.0 – 40.0 g/dL 32.2 g/Dl

MCV 80.0 – 100.0 fL 94.0 Fl

CRP < 6.00 mg/L 48.00 mg/L

I. RESUME

Pasien bayi laki-laki usia 18 hari, MRS pada tanggal 09 Oktober 2017 jam

19.00 wita dengan BB: 3000 gram, PB: 48 cm. MRS dengan keluhan utama sesak

sejak dan merintih beberapa waktu setelah lahir.

O:

Keadaan umum : aktif menurun, refleks menurun

Tekanan Darah :-

Nadi : 158 kali/menit

Respirasi : 62 kali/menit

Suhu : 36,5ºc

SpO2 : 92%

Kepala : conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), pernapasan

cuping hidung (+) pupil bulat, isokor Ø 3mm – 3mm,

refleks cahaya +/+

Thorax : simetris, retraksi (+) intercostal , xifoideus

Cor : bising (-)

Pulmo : Inspeksi : Simetris kanan = kiri, retraksi interkostal

Palpasi : Stem fremitus kanan = kiri

26
Perkusi : Sonor kanan = kiri

Auskultasi : Suara pernapasan bronkovesikuler, Ronkhi

-/- , Wheezing -/-

Abdomen : cembung, lemas, bising usus (+) normal

Hepar : tidak teraba

Lien : tidak teraba

Ekstremitas : akral hangat, CRT ≤ 3 detik, tubuh

A: Neonati Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan + pneumonia + Sepsis

P: - O2 0,5 L/m via CPAP FoO2 40%, PEEP 7cmH2O O2 flow 8 L/m

- IVFD D10 % (Keb: 60 ml/kgbb/hr)= 7 – 8 cc/jam

- Injeksi ampicilin 150 mg/12 jam iv (1)

- Injeksi gentamisin 15mg/36 jam (1)

- nutrisi peroral

- GDS /24 jam

Pro: Kultur darah

Follow Up

10 oktober 2017, Pukul: 06.00 wita

S: Demam (-), sesak (+) menurun , nafas cepat (+)

O: Keadaan umum: aktif menurun, reflex menurun

NR: 156x/m, RR: 88x/m, SB: 37,3°c, SpO2: 98%

SSP: pupil bulat isokor, diameter 2mm - 2mm, RC +/+

UUB Datar

27
Tho: Simetris, Retraksi (+) substernal

Cor: Bising (-)

Pulmo: Sp. Bronkhial, Rh -/-, Wh -/-

GIT: Cembung, lemas, BU (+) N, H/L ttb

hemato: conj. Anemis (-), sklera ikterik (-)

A: Neonati Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan + pneumonia + Sepsis

P: - O2 0,5 L/m via CPAP FoO2 40%, PEEP 7cmH2O O2 flow 8 L/m

- termoregulasi : pertahankan suhu 36.5-37.5o c

- Nutrisi adekuat : 10ml/ jam


- D10 % 208,5 ml
- D40 % 19 menit
- Nacl 3% 6 ml
- Kcl 3ml
- Ca glukonas 2ml

- Injeksi ampicilin 150 mg/12 jam iv (2)

- Injeksi gentamisin 15mg/36 jam

- nutrisi peroral

- GDS /24 jam

TH: DL,DC

Pro: Kultur darah, albumin

11 oktober 2017, Pukul: 06.00 wita

S: Demam (-), sesak (+) menurun , nafas cepat (-)

O: Keadaan umum: aktif menurun, reflex menurun

NR: 122x/m, RR: 46x/m, SB: 36.6°c, SpO2: 99%

28
SSP: pupil bulat isokor, diameter 2mm - 2mm, RC +/+

UUB Datar

Tho: Simetris, Retraksi (+) substernal

Cor: Bising (-)

Pulmo: Sp. Bronkhial, Rh -/-, Wh -/-

GIT: Cembung, lemas, BU (+) N, H/L ttb

hemato: conj. Anemis (-), sklera ikterik (-)

A: Neonati Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan + pneumonia + Sepsis

P: - termoregulasi : pertahankan suhu 36.5-37.5o c

- Nutrisi adekuat : 10ml/ jam


- D10 % 217 ml
- D40 % 20 ml
- Nacl 3% 6 ml
- Kcl 3ml
- MgSo4 1,5ml
- AS 6% 50ml
- Soluvit 0,5ml
- Ca glukonas 2ml

- Injeksi ampicilin 150 mg/12 jam iv (3)

- Injeksi gentamisin 15mg/36 jam

- nutrisi peroral

- GDS /24 jam

- pindah NICU 2

12 Oktober 2017, Pukul 08.00 wita

S: Demam (-), sesak (-) , nafas cepat (-), BAB (+), BAK (+)

29
O: Keadaan umum: aktif menurun, reflex menurun

NR: 132x/m, RR: 46x/m, SB: 37,3°c, SpO2: 99%

SSP: pupil bulat isokor, diameter 2mm - 2mm, RC +/+

UUB Datar

Tho: Simetris, Retraksi (+) substernal minimal

Cor: Bising (-)

Pulmo: Sp. Bronkhial, Rh -/-, Wh -/-

GIT: Cembung, lemas, BU (+) N, H/L ttb

hemato: conj. Anemis (-), sklera ikterik (-)

A: Neonati Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan + pneumonia + Sepsis

P: - termoregulasi : pertahankan suhu 36.5-37.5o c

- Nutrisi adekuat : 12ml/ jam


- D10 % 200 ml
- D40 % 47 ml
- Nacl 3% 6 ml
- Kcl 3ml
- MgSo4 1,5 ml
- AS 6% 100 ml
- Soluvit 0,5ml
- Ca glukonas 2ml

- ASI :8x10 ml (keb 30ml/kgBB/hari)

- Injeksi ampicilin 150 mg/12 jam iv (3)

- Injeksi gentamisin 15mg/36 jam

- fototerapi (H1)

- GDS /24 jam = 112mg/dl

Hasil laboratorium tanggal 13 oktober 2017

30
Kimia klinik Nilai rujukan Hasil

Bilirubin total 0.10-1.2 mg/dL 14.26 mg/dL

Bilirubin direct <0.30 mg/Dl 0.18 mg/Dl

13 Oktober 2017, Pukul 08.00 wita

S: Demam (+), , nafas cepat (-), kuning (+)

O: Keadaan umum: aktif menurun, reflex menurun

NR: 152x/m, RR: 46x/m, SB: 38.1°c, SpO2: 98%

SSP: pupil bulat isokor, diameter 2mm - 2mm, RC +/+

UUB Datar

Tho: Simetris, Retraksi (+) substernal

Cor: Bising (-)

Pulmo: Sp. Bronkhial, Rh -/-, Wh -/-

GIT: Cembung, lemas, BU (+) N, H/L ttb

hemato: conj. Anemis (-), sklera ikterik (+)

A: Neonati Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan + pneumonia + Sepsis

+ hiperbilirubinemia

P: - termoregulasi : pertahankan suhu 36.5-37.5o c

- Nutrisi adekuat : 14 ml/ jam


- D10 % 210 ml
- D40 % 63 ml
- Nacl 3% 6 ml
- Kcl 3ml
- MgSo4 1,5ml

31
- AS 6% 155ml
- Soluvit 0,5ml
- Ca glukonas 2ml

- Injeksi ampicilin 150 mg/12 jam iv (4)

- Injeksi gentamisin 15mg/36 jam

- ASI :8x15 ml (keb 40ml/kgBB/hari)

- GDS /24 jam= 118 mg/dl

- TH: Kultur darah

HASIL KULTUR DARAH + SENSITIVITAS 13 OKTOBER 2017

BAKTERI: aerob (Serratia marcescens)

Ampicillin R

Ampicillin/sulbactam R

Piperacillin/ tazobactam S

Cefazolim R

Ceftazidime R

Ceftriaxone R

Cefepime S

Aztreonam R

Ertapenem S

Meropenem S

Amikacin I

32
Gentamicin S

ciprofloxacin S

Tigercycline I

Nitrofurantoin R

Trimethoprim S

Amoxicillin R

cefotaxime R

14 Oktober 2017, Pukul 07.00 wita

S: Demam (+), , nafas cepat (-), kuning (+), BAB (+), BAK (+)

O: Keadaan umum: aktif menurun, reflex menurun

NR: 146x/m, RR: 48x/m, SB: 38°c, SpO2: 97%

SSP: pupil bulat isokor, diameter 2mm - 2mm, RC +/+

UUB Datar

Tho: Simetris, Retraksi (-)

Cor: Bising (-)

Pulmo: Sp. Bronkhial, Rh -/-, Wh -/-

GIT: Cembung, lemas, BU (+) N, H/L ttb

hemato: conj. Anemis (-), sklera ikterik (+)

A: Neonati Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan + pneumonia + Sepsis

+ hiperbilirubinemia

P: - termoregulasi : pertahankan suhu 36.5-37.5o c

- Nutrisi adekuat : 17 ml/ jam

33
- D10 % 197,6 ml
- D40 % 108,7 ml
- Nacl 3% 6,4 ml
- Kcl 3,2ml
- MgSo4 1,6ml
- AS 6% 160ml
- Soluvit 0,5ml
- Ca glukonas 2,06ml

- Injeksi ampicilin 150 mg/12 jam iv (5)

- Injeksi gentamisin 15mg/36 jam (5)

- ASI :8x15 ml (keb 40ml/kgBB/hari)

- GDS /24 jam= 118 mg/dl

- TH: Kultur darah

- visite Dr.dr. Rocky Wilar, SpA(K).

Advice: inj. Ceftozidime 2x160mg. inj amikasin 2x24mg

15 Oktober 2017, Pukul 06.00 wita

S: Demam (-), , nafas cepat (-), kuning (+), BAB (+), BAK (+)

O: Keadaan umum: aktif menurun, reflex menurun

NR: 124x/m, RR: 48x/m, SB: 37°c, SpO2: 97%

SSP: pupil bulat isokor, diameter 2mm - 2mm, RC +/+

UUB Datar

Tho: Simetris, Retraksi (-)

Cor: Bising (-)

34
Pulmo: Sp. Bronkhial, Rh -/-, Wh -/-

GIT: Cembung, lemas, BU (+) N, H/L ttb

hemato: conj. Anemis (-), sklera ikterik (-)

A: Neonati Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan + pneumonia + Sepsis

+ hiperbilirubinemia

P:- O2 via nasal kanul 0,5L/m

- termoregulasi : pertahankan suhu 36.5-37.5o c

- Nutrisi adekuat : 9 ml/ jam


- D10 % 197 ml
- D40 % 103,7 ml
- Nacl 3% 6,4 ml
- Kcl 3,2ml
- MgSo4 1,6ml
- AS 6% 160ml
- Soluvit 0,5ml
- Ca glukonas 2,06ml

- Injeksi ceftodizime 160 mg/12 jam iv (2)

- Injeksi gentamisin 24 mg/12 jam (2)

- ASI :8x15 ml (keb 40ml/kgBB/hari)

- GDS /24 jam

- TH: Kultur darah

16 Oktober 2017, Pukul 06.00 wita

S: Demam (+), , nafas cepat (+), kuning (+),

O: Keadaan umum: aktif menurun, reflex menurun

NR: 150x/m, RR: 48x/m, SB: 37.9°c, SpO2: 97%

35
SSP: pupil bulat isokor, diameter 2mm - 2mm, RC +/+

UUB Datar

Tho: Simetris, Retraksi (-)

Cor: Bising (-)

Pulmo: Sp. Bronkhial, Rh -/-, Wh -/-

GIT: Cembung, lemas, BU (+) N, H/L ttb

hemato: conj. Anemis (-), sklera ikterik (-)

A: Neonati Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan + pneumonia + Sepsis

e.c serratia marcenscent + hiperbilirubinemia

P:- O2 via nasal kanul 0,5L/m

- termoregulasi : pertahankan suhu 36.5-37.5o c

- Nutrisi adekuat : 6-7 ml/ jam


- D10 % 197 ml
- D40 % 103,7 ml
- Nacl 3% 6,4 ml
- Kcl 3,2ml
- MgSo4 1,6ml
- AS 6% 160ml
- Soluvit 0,5ml
- Ca glukonas 2,06ml

- Injeksi ceftodizime 160 mg/12 jam iv (3)

- Injeksi amikasin 25 mg/12 jam (3)

- ASI :8x15 ml (keb 40ml/kgBB/hari)

- GDS /24 jam

36
17 Oktober 2017, Pukul 06.00 wita

S: Demam (-) , nafas cepat (-), kuning (+),

O: Keadaan umum: aktif menurun, reflex menurun

NR: 131x/m, RR: 52x/m, SB: 36.6°c, SpO2: 97%

SSP: pupil bulat isokor, diameter 2mm - 2mm, RC +/+

UUB Datar

Tho: Simetris, Retraksi (-)

Cor: Bising (-)

Pulmo: Sp. Bronkhial, Rh -/-, Wh -/-

GIT: Cembung, lemas, BU (+) N, H/L ttb

hemato: conj. Anemis (-), sklera ikterik (+)

A: Neonati Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan + pneumonia + Sepsis

e.c serratia marcenscent + hiperbilirubinemia

P:- O2 via nasal kanul 0,5L/m

- termoregulasi : pertahankan suhu 36.5-37.5o c

- Nutrisi adekuat : 6-7 ml/ jam


- D10 % 197 ml
- D40 % 103,7 ml
- Nacl 3% 6,4 ml
- Kcl 3,2ml
- MgSo4 1,6ml
- AS 6% 160ml
- Soluvit 0,5ml
- Ca glukonas 2,06ml

- Injeksi meropenem 3x75mg iv (1)

- ASI :8x20 ml (keb 50ml/kgBB/hari)

37
- GDS /24 jam

- Pro: DL,DC, CRP

Pemeriksaan Nilai Rujukan Hasil

Leukosit 4000 – 10000 /Ul 32.500 /uL *

Eritrosit 4.70 – 6.10 106/uL 2.47 106/Ul

Hemoglobin 13.5 – 19.5 g/dL 7.7 g/Dl

Hematokrit 37.0 – 47.0 % 20.9 %

Trombosit 150 – 450 103/uL 11x103/Ul

MCH 27.0 – 35.0 pg 31.2 pg

MCHC 30.0 – 40.0 g/dL 36.8 g/Dl

MCV 80.0 – 100.0 fL 84.6 Fl

CRP < 6.00 mg/L 48.00 mg/L

Eosinofil 1-5% 1%

Basofil 0-1% 0%

Netrofil Batang 2-8% 2%

Netrofil Segmen 50-70% 50%

Limfosit 20-40% 17%

Monosit 2-8% 30%

SGOT < 33 U/L 29 U/L

SGPT <43 U/L 10 U/L

Bilirubin Total 0.10-1.20 mg/dL 38.49 mg/dL

Bilirubin Direct < 0.30 mg/dL 24.27 mg/dL

Ureum Darah 10-40 mg/dL 91 mg/dL

38
Creatini Darah 0.5-1.5 mg/dL 0.3 mg/dL

Chlorida Darah 98.0-109.0 mEq/L 101.6 mEq/L

Kalium Darah 3.50-5.30 mEq/L 5.31 mEq/L

Natrium Darah 135-153 mEq/L 135 mEq/L

18 Oktober 2017, Pukul 06.00 wita

S: Demam (-) , nafas cepat (-), kuning (+),

O: Keadaan umum: aktif menurun, reflex menurun

NR: 132x/m, RR: 54x/m, SB: 37,3°c, SpO2: 98%

SSP: pupil bulat isokor, diameter 2mm - 2mm, RC +/+

UUB Datar

Tho: Simetris, Retraksi (-)

Cor: Bising (-)

Pulmo: Sp. Bronkhial, Rh -/-, Wh -/-

GIT: Cembung, lemas, BU (+) N, H/L ttb

hemato: conj. Anemis (-), sklera ikterik (-)

A: Neonati Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan + pneumonia + Sepsis

e.c serratia marcenscent + kolestasis e.c sepsis

P:- O2 via nasal kanul 0,5L/m

- termoregulasi : pertahankan suhu 36.5-37.5o c

- Nutrisi adekuat : 6-7 ml/ jam


- D10 % 197 ml
- D40 % 103,7 ml
- Nacl 3% 6,4 ml

39
- Kcl 3,2ml
- MgSo4 1,6ml
- AS 6% 160ml
- Soluvit 0,5ml
- Ca glukonas 2,06ml

- Injeksi meropenem 3x75mg iv

- ASI :8x20 ml (keb 50ml/kgBB/hari)

- GDS /24 jam

- fototerapi 3 jam

18 Oktober 2017, Pukul 06.00 wita

S: Demam (-) , nafas spontan (+), kuning (+),

O: Keadaan umum: aktif menurun, reflex menurun

NR: 123x/m, RR: 50x/m, SB: 37,3°c, SpO2: 98%

SSP: pupil bulat isokor, diameter 2mm - 2mm, RC +/+

UUB Datar

Tho: Simetris, Retraksi (-)

Cor: Bising (-)

Pulmo: Sp. Bronkhial, Rh -/-, Wh -/-

GIT: Cembung, lemas, BU (+) N, H/L ttb

hemato: conj. Anemis (-), sklera ikterik (-)

40
A: Neonati Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan + pneumonia + Sepsis

e.c serratia marcenscent + kolestasis e.c sepsis

P:- O2 via nasal kanul 0,5L/m

- termoregulasi : pertahankan suhu 36.5-37.5o c

- Nutrisi adekuat : 6-7 ml/ jam


- D10 % 197 ml
- D40 % 103,7 ml
- Nacl 3% 6,4 ml
- Kcl 3,2ml
- MgSo4 1,6ml
- AS 6% 160ml
- Soluvit 0,5ml
- Ca glukonas 2,06ml

- Injeksi meropenem 3x75mg iv (3)

- ASI :8x20 ml (keb 50ml/kgBB/hari)

- GDS /24 jam

- fototerapi 3 jam

19 Oktober 2017, Pukul 06.00 wita

S: Demam (-) , nafas cepat (-), kuning (+),

O: Keadaan umum: aktif menurun, reflex menurun

NR: 132x/m, RR: 54x/m, SB: 37,3°c, SpO2: 98%

41
SSP: pupil bulat isokor, diameter 2mm - 2mm, RC +/+

UUB Datar

Tho: Simetris, Retraksi (-)

Cor: Bising (-)

Pulmo: Sp. Bronkhial, Rh -/-, Wh -/-

GIT: Cembung, lemas, BU (+) N, H/L ttb

hemato: conj. Anemis (-), sklera ikterik (+)

A: Neonati Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan + pneumonia + Sepsis

e.c serratia marcenscent + kolestasis e.c sepsis

P:- O2 via nasal kanul 0,5L/m

- termoregulasi : pertahankan suhu 36.5-37.5o c

- Nutrisi adekuat : 6-7 ml/ jam


- D10 % 197 ml
- D40 % 103,7 ml
- Nacl 3% 6,4 ml
- Kcl 3,2ml
- MgSo4 1,6ml
- AS 6% 160ml
- Soluvit 0,5ml
- Ca glukonas 2,06ml

- Injeksi meropenem 3x75mg iv

- ASI :8x20 ml (keb 50ml/kgBB/hari)

- GDS /24 jam

20 Oktober 2017, Pukul 06.00 wita

S: Demam (-) , nafas spontan (+), kuning (+) seluruh tubuh,

42
O: Keadaan umum: aktif menurun, reflex menurun
NR: 134x/m, RR: 44x/m, SB: 36.6°c, SpO2: 98%
SSP: pupil bulat isokor, diameter 2mm - 2mm, RC +/+
UUB Datar
Tho: Simetris, Retraksi (-)
Cor: Bising (-)
Pulmo: Sp. Bronkhial, Rh -/-, Wh -/-
GIT: Cembung, lemas, BU (+) N, H/L ttb
hemato: conj. Anemis (-), sklera ikterik (+)

Status lokalis: kuning kunyit diseluruh tubuh

A: Neonati Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan + pneumonia + Sepsis

e.c serratia marcenscent + kolestasis e.c sepsis

P:- O2 via nasal kanul 0,5L/m

- termoregulasi : pertahankan suhu 36.5-37.5o c

- Nutrisi adekuat : 15-16 ml/ jam


- D10 % 209 ml
- D40 % 83 ml
- Nacl 3% 7 ml
- Kcl 3,5ml
- MgSo4 1,5ml
- AS 6% 160ml
- Soluvit 0,5ml
- Ca glukonas 2 ml

- Injeksi meropenem 3x75mg iv (4)

- urdafalk 2x30mg

- ASI/PASI :8x12 ml (keb 30ml/kgBB/hari)

- GDS /24 jam

21 Oktober 2017, Pukul 06.00 wita

43
S: Demam (-) , sesak (+), kuning (+) seluruh tubuh,

O: Keadaan umum: aktif menurun, reflex menurun


NR: 134x/m, RR: 60x/m, SB: 36.6°c, SpO2: 98%
SSP: pupil bulat isokor, diameter 2mm - 2mm, RC +/+
UUB Datar
Tho: Simetris, Retraksi (-)
Cor: Bising (-)
Pulmo: Sp. Bronkhial, Rh -/-, Wh -/-
GIT: Cembung, lemas, BU (+) N, H/L ttb
hemato: conj. Anemis (-), sklera ikterik (+)

Status lokalis: kuning kunyit diseluruh tubuh

A: Neonati Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan + pneumonia + Sepsis

e.c serratia marcenscent + kolestasis e.c sepsis

P:- O2 via nasal kanul 0,5L/m

- termoregulasi : pertahankan suhu 36.5-37.5o c

- Nutrisi adekuat : 12-13 ml/ jam


- D10 % 209 ml
- D40 % 83 ml
- Nacl 3% 7 ml
- Kcl 3,5ml
- MgSo4 1,5ml
- AS 6% 160ml
- Soluvit 0,5ml
- Ca glukonas 2 ml

- Injeksi meropenem 3x75mg iv (5)

- urdafalk 2x30mg

- ASI/PASI :8x12 ml (keb 30ml/kgBB/hari)

- GDS /24 jam

44
- Kultur Urine, Urin lengkap

22 Oktober 2017, Pukul 06.00 wita

S: Demam (-) , sesak (-), kuning (-),

O: Keadaan umum: aktif menurun, reflex menurun


NR: 160x/m, RR: 54x/m, SB: 36.9°c, SpO2: 98%
SSP: pupil bulat isokor, diameter 2mm - 2mm, RC +/+
UUB Datar
Tho: Simetris, Retraksi (-)
Cor: Bising (-)
Pulmo: Sp. Bronkhial, Rh -/-, Wh -/-
GIT: Cembung, lemas, BU (+) N, H/L ttb
hemato: conj. Anemis (-), sklera ikterik (+)

Status lokalis: kuning kunyit diseluruh tubuh

A: Neonati Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan + pneumonia + Sepsis

e.c serratia marcenscent + kolestasis e.c sepsis

P:- O2 via nasal kanul 0,5L/m

- termoregulasi : pertahankan suhu 36.5-37.5o c

- Nutrisi adekuat : 12-13 ml/ jam


- D10 % 209 ml
- D40 % 83 ml
- Nacl 3% 7 ml
- Kcl 3,5ml
- MgSo4 1,5ml
- AS 6% 160ml
- Soluvit 0,5ml
- Ca glukonas 2 ml

- Injeksi meropenem 3x75mg iv (5)

- urdafalk 2x30mg

45
- ASI/PASI :8x12 ml (keb 30ml/kgBB/hari)

- GDS /24 jam

22 Oktober 2017, Pukul 06.00 wita

S: Demam (-) , sesak (-), kuning (-),

O: Keadaan umum: aktif menurun, reflex menurun


NR: 160x/m, RR: 54x/m, SB: 36.9°c, SpO2: 98%
SSP: pupil bulat isokor, diameter 2mm - 2mm, RC +/+
UUB Datar
Tho: Simetris, Retraksi (-)
Cor: Bising (-)
Pulmo: Sp. Bronkhial, Rh -/-, Wh -/-
GIT: Cembung, lemas, BU (+) N, H/L ttb
hemato: conj. Anemis (-), sklera ikterik (+)

Status lokalis: kuning kunyit diseluruh tubuh

A: Neonati Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan + pneumonia + Sepsis

e.c serratia marcenscent + kolestasis e.c sepsis

P:- O2 via nasal kanul 0,5L/m

- termoregulasi : pertahankan suhu 36.5-37.5o c

- Nutrisi adekuat : 11-12 ml/ jam


- D10 % 205 ml
- D40 % 83 ml
- Nacl 3% 7 ml
- Kcl 3,5ml
- MgSo4 1,5ml
- AS 6% 100ml
- Soluvit 0,5ml
- Ca glukonas 2 ml

- Injeksi meropenem 3x75mg iv (6)

46
- urdafalk 2x30mg

- ASI/Extensive Hydrolized Formula :8x26 ml (keb 70ml/kgBB/hari)

- GDS /24 jam

23 Oktober 2017, Pukul 06.00 wita

S: Demam (-) , sesak (-), kuning (-),

O: Keadaan umum: aktif menurun, reflex menurun


NR: 147x/m, RR: 54x/m, SB: 36.6°c, SpO2: 98%
SSP: pupil bulat isokor, diameter 2mm - 2mm, RC +/+
UUB Datar
Tho: Simetris, Retraksi (-)
Cor: Bising (-)
Pulmo: Sp. Bronkhial, Rh -/-, Wh -/-
GIT: Cembung, lemas, BU (+) N, H/L ttb
hemato: conj. Anemis (-), sklera ikterik (-)

Status lokalis: kuning kunyit diseluruh tubuh

A: Neonati Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan + pneumonia + Sepsis

e.c serratia marcenscent + kolestasis e.c sepsis

P:- O2 via nasal kanul 0,5L/m

- termoregulasi : pertahankan suhu 36.5-37.5o c

- Nutrisi adekuat : 10-11 ml/ jam


- D10 % 205 ml
- D40 % 83 ml
- Nacl 3% 7 ml
- Kcl 3,5ml
- MgSo4 1,5ml
- AS 6% 100ml
- Soluvit 0,5ml
- Ca glukonas 2 ml

47
- Injeksi meropenem 3x75mg iv (7)

- urdafalk 2x30mg

- ASI/Extensive Hydrolized Formula :8x26 ml (keb 70ml/kgBB/hari)

- GDS /24 jam

24 Oktober 2017, Pukul 06.00 wita

S: Demam (-) , sesak (-), kuning (-),

O: Keadaan umum: aktif menurun, reflex menurun


NR: 153x/m, RR: 54x/m, SB: 36.5°c, SpO2: 98%
SSP: pupil bulat isokor, diameter 2mm - 2mm, RC +/+
UUB Datar
Tho: Simetris, Retraksi (-)
Cor: Bising (-)
Pulmo: Sp. Bronkhial, Rh -/-, Wh -/-
GIT: Cembung, lemas, BU (+) N, H/L ttb
hemato: conj. Anemis (-), sklera ikterik (+)

Status lokalis: kuning kunyit diseluruh tubuh

A: Neonati Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan + pneumonia + Sepsis

e.c serratia marcenscent + kolestasis e.c sepsis

P:- O2 via nasal kanul 0,5L/m

- termoregulasi : pertahankan suhu 36.5-37.5o c

- Nutrisi adekuat : 11-12 ml/ jam


- D10 % 205 ml
- D40 % 83 ml
- Nacl 3% 7 ml
- Kcl 3,5ml
- MgSo4 1,5ml

48
- AS 6% 100ml
- Soluvit 0,5ml
- Ca glukonas 2 ml

- Injeksi meropenem 3x75mg iv (8)

- urdafalk 2x30mg

- ASI/Extensive Hydrolized Formula :8x26 ml (keb 70ml/kgBB/hari)

- GDS /24 jam

25 Oktober 2017, Pukul 06.00 wita

S: Demam (-) , sesak (-), kuning (-),

O: Keadaan umum: aktif menurun, reflex menurun


NR: 160x/m, RR: 54x/m, SB: 36.9°c, SpO2: 98%
SSP: pupil bulat isokor, diameter 2mm - 2mm, RC +/+
UUB Datar
Tho: Simetris, Retraksi (-)
Cor: Bising (-)
Pulmo: Sp. Bronkhial, Rh -/-, Wh -/-
GIT: Cembung, lemas, BU (+) N, H/L ttb
hemato: conj. Anemis (-), sklera ikterik (+)

Status lokalis: kuning kunyit diseluruh tubuh

A: Neonati Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan + pneumonia + Sepsis

e.c serratia marcenscent + kolestasis e.c sepsis

P:- O2 via nasal kanul 0,5L/m

- termoregulasi : pertahankan suhu 36.5-37.5o c

- Nutrisi adekuat : 11-12 ml/ jam


- D10 % 205 ml

49
- D40 % 83 ml
- Nacl 3% 7 ml
- Kcl 3,5ml
- MgSo4 1,5ml
- AS 6% 100ml
- Soluvit 0,5ml
- Ca glukonas 2 ml

- Injeksi meropenem 3x75mg iv (9)

- urdafalk 2x30mg

- ASI/Extensive Hydrolized Formula :8x26 ml (keb 70ml/kgBB/hari)

- GDS /24 jam

26 Oktober 2017, Pukul 06.00 wita

S: Demam (-) , sesak (-), kuning (-),

O: Keadaan umum: aktif menurun, reflex menurun


NR: 152x/m, RR: 60x/m, SB: 36.6°c, SpO2: 97%
SSP: pupil bulat isokor, diameter 2mm - 2mm, RC +/+
UUB Datar
Tho: Simetris, Retraksi (-)
Cor: Bising (-)
Pulmo: Sp. Bronkhial, Rh -/-, Wh -/-
GIT: Cembung, lemas, BU (+) N, H/L ttb
hemato: conj. Anemis (-), sklera ikterik (+)

Status lokalis: kuning kunyit diseluruh tubuh

A: Neonati Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan + pneumonia + Sepsis

e.c serratia marcenscent + kolestasis e.c sepsis

P:- O2 via nasal kanul 0,5L/m

50
- termoregulasi : pertahankan suhu 36.5-37.5o c

- Nutrisi adekuat : 9-10ml/ jam


- D10 % 205 ml
- D40 % 83 ml
- Nacl 3% 7 ml
- Kcl 3,5ml
- MgSo4 1,5ml
- AS 6% 100ml
- Soluvit 0,5ml
- Ca glukonas 2 ml

- Injeksi meropenem 3x75mg iv (10)

- Nystatin 4x1 ml

- Erytromisin 3x23 mg

- urdafalk 2x30mg

- ASI/Extensive Hydrolized Formula :8x26 ml (keb 70ml/kgBB/hari)

- GDS /24 jam

51
BAB IV

PEMBAHASAN

Diagnosis Neonati Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan + sepsis +

pneumonia pada kasus diatas, ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan penunjang.

Dari anamnesis didapatkan, telah lahir bayi perempuan, pada tanggal 09

oktober 2017 jam 05.50 wita dengan BBL: 3000 gr, PBL: 48 cm. Apgar score 5-7.

Lahir secara normal dari ibu G3P2A0 32 tahun hamil aterm 39-40 minggu. Faktor

resiko sepsis: keputihan berbau yang tidak diobati ketuban pecah dini 11 jam

sebelum melahirkan. air ketuban berwarna hijau dan berbau serta pada pasien

ditemukan.

Menurut kurva Battaglia & Lubchenco bayi ini termasuk dalam bayi cukup

bulan sesuai masa kehamilan dimana bayi lahir usia 39-40 minggu dengan berat

badan lahir 2500 gram. Bayi berat lahir normal yaitu dari 2500 gram hingga 4000

gram.

Kurva Battaglia & Lubchenco

52
Pada pasien ditemukan gejala dari pneumonia neonatal yaitu pasien sesak

bernafas, nafas cepat 62x/m, letargi, serta tanda yaitu terdapat retraksi pada

intercostal dan substernal. Pada hasil kultur darah ditemukan adanya bakteri aerob

Serratia marcescens sehingga dapat menegakan diagnosis sepsis serta pneumonia

pada pasien.

Tatalaksana yang diberikan yaitu pemberian antibiotic injeksi ampicillin

150mg/ 12 jam dan injeksi gentamisin 24mg/36 jam yang merupakan rekomendasi

WHO untuk tatalaksana pneumonia neonatal. Selain itu tatalaksana non

medikamentosa seperti termoregulasi 36,50-37,50C, oksigenasi, pemberian cairan

untuk mengkoreksi glukosa dalam darah menunjukan peningkatan yang baik pada

pasien seperti pada saat pasien smrs tanda vital pasien tanggal 09 oktober 2017 HR:

158x/m , RR: 62x/m, S:36,60c, dan SpO2: 90% sesak (+), nafas cepat (+), merintih,

(+). Namun pada tanggal 12 oktober 2017 pada pasien didapatkan demam (-), nafas

cepat (-), HR: 132x/m, R:46x/m, S:37,3oc, SpO2: 99% . sehingga pasien dapat di

pindahkan keruangan perawatan level 2 yaitu NICU 2. Pada tanggal 13 oktober

53
2017 didapatkan hasil dari pemeriksaan kultur darah dan sensitifitasnya. Hasilnya

ditemukan bakteri aerob Serratia marcescens dan pada pemeriksaan sensitivitas

didapatkan amoksisilin yang merupakan penisilin spektrum luas resisten terhadap

kuman sehingga digantikan dengan injeksi meropenem karena pasien mengalami

perburukan pada hari 8.

Tanggal 13 oktober 2017 bayi mengalami kuning. pada tanggal 12 oktober

didapatkan pemeriksaan bilirubin total sebesar 14.56 mg/dL dan bilirubin direct

0.18 mg/dL namun kuning masih terus ada hingga tanggal 17 oktober dan dilakukan

pemeriksaan laboratorium didapatkan bilirubin total 38.49 mg/dL dan bilirubin

direk 24.27 mg/dL dimana mengindikasikan adanya ikterus non fisiologis. Pada

tinjauan pustaka terdapat bahwa sepsis dapat menyebabkan kolestasis. Penelitian

yang dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar mendapatkan hasil mikroorganisme

penyebab sepsis yang berhubungan dengan kolestasis yaitu serratia mercescens dan

pada kasus pasien memiliki hasil kultur darah yang terdapat bakteri Serratia

mercescens. Pengobatan pada kasus yaitu pemberian urdafalk 30mg/ 12 jam, dan

susu formula tatalaksana untuk kolestasis neonatal yaitu pemberian asam

Ursodeoxycholic 10mg/kgBB per dosis dalam 2- 3x perhari serta pemberian susu

formula untuk kebutuhan nutrisi pada bayi.

54
DAFTAR PUSTAKA

1. Van den Hoogen A, Gerards LJ, Verboon-Maciolek MA, Fleer A, Krediet TG.

Long-term trends in the epidemiology of neonatal sepsis and antibiotic

susceptibility of causative agents. Neonatology. 2012. Hal. 22-8.

2. Klinger G, Levy I, Sirota L. Epidemiology and risk factors for early onset sepsis

among very-low-birthweight infants. Am J Obstet Gynecol. 2012. Hal. 1-6.

3. Park HW, Lee NM, Kim JH, Kim KS, Kim SN. Parenteral fish oil-containing lipid

emulsions may reverse parenteral nutrition-associated cholestasis in neonates: a

systematic review and meta-analysis. J Nutr. 2013. Hal.2-4.

4. T Duke. Neonatal pneumonia in developing countries. Center for international child

health, University department paediatricroyal children hospital parkvile Australia.

http://fn.bmj.com/

55

Anda mungkin juga menyukai