Bab I-Iv
Bab I-Iv
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bumi, air dan ruang angkasa, serta segala kekayaan alam yang
Hubungan itu tercermin dalam penguasaan, kepemilikan hak atas tanah. Untuk
hukum dengan cara pemberian sertifikat kepemilikan hak hak atas tanah.
telah memberikan landasan bahwa bumi dan air serta kekayaan alam yang
memberikan dasar hukum yang jelas bagi kepemilikan hak-hak atas tanah,
HUKUM AGRARIA 1
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang
rakyat Indonesia.
tanah yang ada masih berupa letter C atau pethuk saja. Untuk itu pemerintah
sebagai berikut :
Pemerintah”.
No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, tercantum dalam Pasal 1 angka
HUKUM AGRARIA 2
fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar mengenai bidang-bidang
tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti
hak dan kepemilikan atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang
hak atas tanah, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
yang kuat. Orang tidak menuntut tanah yang sudah bersertifikat atas nama
orang atau badan hukum. Jika selama 5 tahun sejak diterbitkannya sertifikat
sedangkan tanah tersebut diperoleh dengan itikad baik dan secara fisik nyata
yang dicantumkan dalam sertifikat harus diterima sebagai data yang benar
baik dalam perbuatan hukum sehari hari maupun sesuai dalam sengketa di
Pengadilan, sepanjang data tersebut sesuai dengan apa yang tercantum dalam
surat ukur yang telah dijilid menjadi satu bersama-sama dengan suatu kertas
tidak begitu saja diberikan kepada seseorang yang memiliki hak atas tanah,
HUKUM AGRARIA 3
kepada Kantor Pertanahan, karena dengan didaftarkannya tanah, maka akan
pengelolaan fungsi bumi, air dan ruang angkasa serta kekayaan alam yang
tanah yang telah menjadi hak seseorang atau badan hukum maupun termasuk
tanah-tanah yang belum ada haknya. Berdasarkan atas hak menguasai Negara
( UUPA ) menentukan beberapa hak atas tanah yang dapat diberikan kepada
1. Hak Milik.
2. Hak Guna Usaha.
3. Hak Guna Bangunan.
4. Hak Pakai.
5. Hak Sewa.
6. Hak Membuka Tanah.
7. Hak Memungut Hasil Hutan.
8. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas, yang
Agraria ( UUPA ).
1
K.Wantjik Saleh, Hak Anda Atas Tanah, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1984, hal 64.
HUKUM AGRARIA 4
Selanjutnya Negara dalam melaksanakan proses penyelenggaraan tertib
Selain itu, banyak tanah yang tidak produktif karena tanah tersebut tidak
Negeri Agraria Nomor 189 Tahun 1981 tanggal 15 Agustus 1981, disusunlah
Kantor Pertanahan di Propinsi Jawa Tengah pada Tahun Anggaran 2004 dan
HUKUM AGRARIA 5
Tahun Anggaran 2005 telah melaksanakan program PRONA yang sudah
dengan jumlah bidang tanahnya yang sudah ditentukan / tebatas sesuai DIPA
desa dan kecamatan yang telah ditunjuk dan mampu membayar biaya yang
tanah-tanah yang masih menjadi hak bekas pemilik lama maupun yang
HUKUM AGRARIA 6
3. Ditetapkan di daerah yang tanahnya mempunyai potensi produksi bahan
dikembangkan.
5. Dipilih lokasi mengenai tanah-tanah sengketa yang bersifat strategis dan
GRATIS”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka kami mengangkat rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana konsep Proyek Operasi Nasional Agraria di Indonesia?
2. Bgaimanakah penerapan Proyek Operasi Nasional Agraria sertifikat tanah
gratis di Indonesia?
3. Apakah dampak yang ditimbulkan dengan adanya Proyek Operasi
Indonesia.
2. Untuk mengetahui penerapan Proyek Operasi Nasional Agraria sertifikat
HUKUM AGRARIA 7
1. Kita dapat mengetahui konsep dari Proyek Operasi Nasional Agraria di
Indonesia.
2. Kita mengetahui penerapan Proyek Operasi Nasional Agraria sertifikat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
masyarakat yang adil dan merata. Secara etimologis reforma agraria berasal
dari bahasa Spanyol, yang memiliki arti suatu upaya perubahan atau
perombakan sosial yang sehat dan merata bagi pengembangan pertanian dan
3
Gunawan Wiradi, Reformasi Agraria; Perjalanan yang Belum Berakhir, INSIST Press, Yogyakarta, 2000,
hlm. 35.
HUKUM AGRARIA 8
diperkenalkan di Tahun 2001, yakni sejak lahirnya Tap MPR Nomor
Alam, yang berarti bahwa istilah Reforma Agraria atau Agrarian Reform
Agraria.4
penguasaan atau tenure bagi mereka yang menggarap lahan, termasuk juga
struktur agraria dengan tujuan peningkatan akses kaum tani miskin akan
4
Bernhard Limbong (disebut Bernhard Limbong II), Reforma Agraria, Margaretha Pustaka, Jakarta,
2012, hlm. 26.
Gunawan Wiradi, Reformasi Agraria; Perjalanan yang Belum Berakhir, INSIST Press, Yogyakarta, 2000,
hlm. 35.
Bernhard Limbong (disebut Bernhard Limbong II), Reforma Agraria, Margaretha Pustaka, Jakarta,
2012, hlm. 26.
5
Lihat pendapat Krishna Ghimire dalam artikel Hakekat Reformasi Agraria,
http://ww w.berdikarionline. c o m / o p i n i / 2 0 111 2 3 1 / h a k e k a t - r e f o r m a s i - a g r a r i a .
html#ixzz2JY1hdWzT.
6
Bernhard Limbong II, Op.Cit., h. 27.
HUKUM AGRARIA 9
dan pembatasan (pencegahan) konsentrasi penguasaan tanah dan bahkan
dapat pula di dalamnya terkandung aksi-aksi untuk menata ulang sistem bagi
kepemilikan bagi buruh tani, penyewa tenaga kerja, penghuni peternakan, dan
prospek yang lebih baik untuk menerima pinjaman sektor swasta, layanan
ke arah sistem agraria yang lebih sebagai pelengkap untuk pertanian dan
pedesaan.
terbatas pada konsep landreform tersebut, tetapi lebih luas mencakupi juga isu-
isu karakter kelas dari hubungan antara produksi dan distribusi di bidang
pertanian dan perusahaan yang terkait, dan bagaimana semua hal itu terhubung
ke struktur kelas yang lebih luas. Dengan kata lain, reforma agraria berkaitan
7
Ibid, hlm. 28.
HUKUM AGRARIA 10
struktur penguasaan kepemilikan tanah yang lebih adil; kedua, Konsep
tanah yang lebih produktif disertai penataan dukungan sarana dan prasarana
pedesaan. Akses tersebut antara lain akses sarana dan prasarana pertanian,
pengairan, jalan, usaha tani, pemasaran produksi, koperasi usaha tani, dan
yakni berkenaan dengan pengaturan kebijakan dan hukum yang berpihak pada
rakyat banyak.8
Pertama, Menjunjung tinggi hak asasi manusia, karena hak atas sumber-
sumber agraria (keadilan gender, keadilan dalam suatu generasi dan antar
sumber agraria yang menjadi ruang hidupnya); Keempat, Fungsi sosial dan
ekologi tanah serta sumber-sumber agraria lainnya, bahwa hak yang dipunyai
haknya dibatasi oleh hak orang lain dan hak masyarakat yang lebih luas;
HUKUM AGRARIA 11
kebijakan hak; Kedelapan, Landreform atau restrukturisasi dalam pemilikan,
pembaruan agraria.9
9
Ida Nurlinda, Prinsip-Prinsip Pembaruan Agraria Perspektif Hukum, RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2009, hlm. 96
HUKUM AGRARIA 12
kondisi sosial budaya setempat; kesembilan, Meningkatkan keterpaduan dan
dan sebesar-besarnya kemakmuran bagi seluruh rakyat. Untuk itu, maka politik,
pengelolaan, yakni:
kesejahteraan rakyat.
HUKUM AGRARIA 13
Kedua, Agraria, khususnya pertanahan harus berkontribusi nyata
tanah.
generasi akan datang pada sumber-sumber ekonomi masyarakat, dalam hal ini
tanah.
berbagai sengketa dan konflik pertanahan di seluruh tanah air dan menata
kemudian hari.10
HUKUM AGRARIA 14
guna menjamin terlaksananya penegakan hukum. Pasal 2 Ketetapan MPR
melihat pembaruan agraria masa lalu, masa kini dan masa akan datang.
Setiap usaha pembaruan, jika ingin berhasil tidak boleh menutup mata
Produk hukum masa lalu yang sampai sekarang masih berlaku perlu peninjauan
kembali untuk diverifikasi dan difalsifikasi apakah masih relevan dan cocok
dengan kebutuhan sekarang dan masa yang akian datang. Berdasarkan hal
ini, maka kemudian ditetapkan apa yang seharusnya dilakukan bagi tujuan
yakni aspek penguasaan dan pemilikan di satu sisi serta aspek penggunaan
11
Achmad Sodiki, Politik Hukum Agraria, Konstitusi, Press, Jakarta, 2013, hlm. 37
HUKUM AGRARIA 15
Strategi Nasional Pelaksanaan Reforma Agraria mencakup enam
konflik-konflik agraria;
rakyat;
12
https://hanibalhamidi.files.wordpress.com/2016/09/naskah-stranas-pelaksanaan-reforma-agraria-ksp.pdf,
diakses pada hari Minggu, tanggal 15 Oktober 2017 pukul 13.34 WITA.
HUKUM AGRARIA 16
(5) Pengalokasian Sumber Daya Hutan untuk Dikelola oleh
masyarakat; dan
Hak atas dasar sumber daya alam merupakan hak ekonomi setiap orang.
penyempurnaan Pasal 33 Ayat (3) yang sedang dilakukan oleh PAH I, karena
13
http://tataruangpertanahan.com/pdf/pustaka/artikel/30.pdf, diakses pada hari Minggu, tanggal 15
Oktober 2017, pukul 14.20 WITA.
HUKUM AGRARIA 17
pasal ini yang merupakan landasan bagi hubungan antar negara dengan
sumber daya alam (sumber agraria) dan antara negara dengan rakyat.
Dari segi empiris, rumusan Pasal 33 Ayat (3) yang penjelasanya amat
terkait dengan sumber daya alam (tanah, hutan, tambang, dan sebagainya)
sehingga terjadi apa yang disebut ”negaraisasi” sumber daya alam dengan
`sumber daya alam. Sebagai contoh, dari Penjelasan UUPA tentang kekuasaan
negara terhadap bumi, air, ruang angkasa, maka implikasinya adalah bahwa
”hak menguasai negara” meliputi : Tanah-tanah yang di atasnya sudah ada hak
adat, dan (III)Tanah-tanah yang di atasnya tidak terdapat hak-hak dalam butir
(I) dan(II). Analog dalam hal tersebut di atas, maka menurut UU Kehutanan
hutan adat adalah kawasan hutan yang berada di atas hutan negara.
berikut:
HUKUM AGRARIA 18
1. Sumber daya alam merupakan hak bersama seluruh rakyat, dan dalam
pengertian hak bersama itu terdapat dua hak yang diakui, yaitu hak
bahwa tanpa campur tangan negara ketidak adilan dalam akses terhadap
menyelesaikan masalah atau kepentingan sendiri dan bahwa hal itu tidak
oleh dua hal, yaitu: (1) pembatasan oleh Undang-Undang Dasar (UUD).
Pada prinsipnya hal-hal yang diatur oleh negara tidak boleh berakibat
sesuai dengan prinsip HAM, maka apa yang menjadi hak setiap orang
HUKUM AGRARIA 19
2. Unifikasi hukum yang mampu mengakomodasi keanekaragaman
oleh hukum, masyarakat dan pemerintah”. Hal ini berarti bahwa kebijakan
yang bersifat nasional harus mampu memberi tempat pada hukum adat yang
program land reform, antara lain berupa redistribusi tanah (yang berasal dari
posisi tawar antara mereka yang mempunyai akses modal dan akses politik di
HUKUM AGRARIA 20
perkotaan, berhadapan dengan mereka yang tidak mempunyai akses
tersebut, telah semakin membuat orang miskin kota (urban poor) semakin
kehidupannya.
sumber agraria).
sehingga dapat dinikmati tidak saja oleh generasi sekarang, tetapi juga
maka ada kewajiban (sosial) yang timbul dan dipunyai oleh setiap pemegang
hak. Hak yang dipunyai seseorang tidak bersifat tak terbatas, karena selalu
dibatasi oleh hak orang lain dan hak masyarakat yang lebih luas, baik yang
HUKUM AGRARIA 21
pengambilalihan hak itu harus dilaksanakan sesuai undang-undang (Pasal 28
H Ayat (4) jo Pasal 28 J Ayat (2) UUD 1945 Perubahan Kedua) dan diikuti
dengan ganti kerugian yang adil, baik terhadap kerugian fisik (kehilangan
harmonis.
kelembagaan pendukung.
daya alam lainnya, maka diperlukan suatu lembaga pendukung yang dapat
HUKUM AGRARIA 22
Paradigma lama yang bercirikan sentralisme dalam pembuatan
ada pembatasan yang tegas bagi usaha-usaha produksi skala besar yang
haruslah dicegah.
HUKUM AGRARIA 23
pangan dan penghapusan kemiskinan, berdasarkan hak asasi yang bersifat
Undang Pokok Agraria pada romawi II angka (7), yang berisi : “Dalam pasal 10
ayat (1) dan (2) dirumuskan suatu asas yang pada dewasa ini sedang menjadi
dunia, yaitu di negara-negara yang telah atau sedang menyelenggarakan apa yang
undangan yang menjadi landasan hukum, ada beberapa dasar yang menjadi
14
http://amatarpigo.blogspot.co.id/2013/11/makalah-reforma-agraria.html, diakses pada hari Senin,tanggal16
Oktober 2017, pukul 15.00 WITA.
HUKUM AGRARIA 24
Keputusan MPR-RI Nomor 5 Tahun 2003 tentang Penugasan Kepada
MPR-RI Tahun 2003; dan Pidato Politik Awal Tahun Presiden RI tanggal
31 Januari 2007.
d. Landasan Hukum, diantaranya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1958
daya alam selama kehidupan masyarakat dalam bentuk lahan pertanian, sehingga
divisi ini diharapkan untuk mencapai distribusi yang adil dan merata (Peraturan
No. 224/1961). Menteri Agraria Sadjarwo dalam draft pengajuan BAL pengantar
pidato pada 12 September 1960 menyatakan bahwa tujuan dari pelaksanaan Land
reform di Indonesia adalah (i) melakukan bagian yang adil dari mata pencaharian
masyarakat petani di tanah; (ii) menerapkan prinsip tanah untuk petani, sehingga
tanah tidak menjadi alat pemerasan; (iii) memperkuat dan memperluas hak milik
atas tanah bagi setiap warga negara Indonesia. Sebuah pengakuan dan
perlindungan hak milik; (iv) mengakhiri sistem tuan tanah dan menghapus
HUKUM AGRARIA 25
kepemilikan dan penguasaan tanah secara besar-besaran dengan cara batas
(Gauthier, 1986).
Menurut Zulkarnain (2004) Bisa dikategorikan dalam tiga (3) tujuan: (i)
memperkuat hak milik rakyat dan memberikan fungsi sosial hak milik,
menghapuskan sistem kepemilikan tanah, terus bagian yang adil dari mata
sebagai berikut:
1. Menata kembali ketimpangan struktur penguasaan dan penggunaan tanah
tanah).
5. Mengurangi sengketa dan konflik pertanahan.
6. Memperbaiki dan menjaga kualitas lingkungan hidup.
7. Meningkatkan ketahanan pangan.
Adapun tujuan dari landreform menurut Michael Lipton dalam Mocodompis
(2006) adalah:
1. Menciptakan pemerataan hak atas tanah diantara kemudian secara
pendapatan antara petani besar dan kecil yang dapat merupakan usaha
HUKUM AGRARIA 26
2. Untuk meningkatkan dan memperbaiki daya guna penggunaan lahan.
HUKUM AGRARIA 27
BAB III
PEMBAHASAN
tetapi selama kurun waktu 30 tahun (tahun 1960 s/d 1980) , ternyata
kendala utama yang di hadapi ialah bahwah pendaftaran tanah memerlukan biaya
tinggi, sementara pada sisi yang lain, budget yang tersedia amat tak memadai.
pemerintah dan rakyat, khususnya mayarakat pemegang hak atas tanah (pemilik
HUKUM AGRARIA 28
Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui kegiatan ini adalah untuk
hukum. Prona sebagai salah satu kebijakan pemerintah dibidang agrarian, juga
wajib didasarkan pada aturan pelaksanaan, maka mulai tahun 1981 diterbitkanlah
No. 226/1982, dan No. 348/1982 yang berlaku sebagai dasar hukum
pelaksanaannya.
PENGGOLONGAN
Pasal 9 ayat (2) UUPA menegaskan bahwa: “tiap-tiap WNI, baik laki-laki
hak atas tanah serta untuk mendapatkan manfaat dan hasilnya baik bagi diri
dengan hak atas tanah, dikenal adanya diskriminasi antar sesama WNI, baik
gender, golongan, agama, keturunan dan lain sebagainya. Semua berhak untuk
mendapatkan kesempatan pelayanan yang sama dalam hak-hak atas tanah. Itu
berarti bahwa peserta Prona bukanlah monopoli golongan orang tertentu saja,
miliknya.
HUKUM AGRARIA 29
Pengertian bahwa semua WNI pemilik tanah mempunyai hak untuk
menjadi peserta Prona, tidaklah identik dengan pengertian bahwa mereka semua
misal dalam Prona tidaklah mungkin dilaksanakan secara sekaligus untuk semua
kemampuan pemerintah.
Prona, secara teknis diadakan penggolongan. Maksud penggolongan ini tidak lain
demi: keadilan dan pemerataan terhadap sesama WNI. Persoalan yang muncul
kemudian, apakah penggolongan ini sesuai dan sejalan dengan UUPA. Pasal 11
ayat (2) menyatakan bahwa: “perbedaan dalam keadaan masyarakat dan keperluan
hukum golongan rakyat dimana perlu dan tidak bertentangan dengan kepentingan
Maksudnya adalah untuk mencegah eksploitasi atas penghidupan orang lain yang
ditujukan kepada kaum grass root. Hal ini dilandasi suatu pemikiran bahwa
HUKUM AGRARIA 30
bagi kaum ini, Prona merupakan kemudahan dan keringanan yang diperoleh
dari pemerintah dalam usaha untuk memperoleh kepastian hak atas tanah yang
dimilikinya.
2. Golongan ekonomi mampu (KMDN No 226/1982), pengikutsertaan golongan
middle up sebagai peserta Prona untuk kaum ini perlu juga ditumbuhkan gairah
dan kesadaran hukum untuk mengurus sertifikat hak atas tanah milik mereka,
agar tumbuh kesadaran hukum lembaga tersebut untuk mengurus sertifikat hak
seseorang dalam Prona tidak hanya sekedar dilihat dari segi kemampuan
ekonominya semata, melainkan juga dari segi yang lain. Dengan demikian,
terbukti bahwa Prona bukan hanya monopoli kaum grass root saja, melainkan
Indonesia
15
Landdiary.blogspot.co.ic/2012/10/prona.html#!/tcmbck, diakses pada hari Sabtu, tanggal 14
Oktober 2017, Pukul 22.12 WITA.
HUKUM AGRARIA 31
PRONA adalah salah satu bentuk kegiatan legalisasi asset dan pada
pendaftaran tanah sampai dengan penerbitan sertifikat/tanda bukti hak atas tanah
perlindungan hukum dan kepastian hukum kepada masyarakat mengenai hak atas
yaitu:
dengan inventaris dan pengidentifikasian lokasi dan calon peserta prona yang
HUKUM AGRARIA 32
mendata calon peserta prona. Selanjutnya, calon peserta prona yang telah
pertanahan setempat untuk kemudian akan melalui proses uji kelayakan oleh
calon peserta prona adalah terkait dengan kriteria calon peserta prona tersebut
ATR/Ka. BPN.
Ketika kriteria calon peserta prona dinilai layak oleh aparatur BPN, maka
sertipikat hak atas tanah kepada para peserta prona. Adapun kriteria yang
HUKUM AGRARIA 33
3. Pemilik tanah korban bencana alam dan konflik sosial.
3. Nazhir, Nazhir tanah wakaf baik perorangan, organisasi dan badan hukum;
4. Badan Hukum, Badan hukum yang dapat menjadi Peserta Kegiatan PRONA
HUKUM AGRARIA 34
3. Bukan tanah warisan yang belum dibagi.
dibuktikan dg KTP.
6. Luas tanah maksimal 2.000 m2 utk tanah non pertanian dan maksimal 20.000
7. Tanah Negara, Tanah non pertanian dengan luas sampai dengan 2.000 m2 (dua
ribu meter persegi), kecuali obyek PRONA yang berlokasi wilayah Kab/Kota
Kantor Pertanahan tipe A sampai dengan luas 500 m2 (lima ratus meter
dengan 5.000 m2 (lima ribu meter persegi), kecuali obyek PRONA yang
1.000 m2 (seribu meter persegi); dan Tanah pertanian dengan luas sampai 5 ha
(lima hektar).
9. Jumlah bidang tanah, Bidang tanah yang dapat didaftarkan atas nama
seseorang atau 1 (satu) peserta dalam kegiatan PRONA paling banyak 2 (dua)
bidang tanah.
HUKUM AGRARIA 35
Selain fasilitas yang didapatkan peserta program ini memiliki kewajiban yang
harus dilakukan agar prose PRONA dapat berjalan dengan lancar, kewajiban ini
antara lain :
1. Melengkapi surat dan/atau dokumen asli tanah yang diperlukan dalam proses
sertipikasi tanah.
3. Dapat menunjukkan letak dan batas bidang tanah serta memasang tanda batas.
2. Penetapan lokasi desa sebagai lokasi PRONA oleh kepala Badan Pertanahan
Nasional RI.
teknis.
7. Penetapan batas bidang tanah oleh pemilik tanah dengan persetujuan tetangga
tanda batasnya.
HUKUM AGRARIA 36
8. Pengukuran bidang - bidang tanah berdasarkan tanda batas yang telah
9. Sidang Panitia untuk meneliti subyek dan obyek tanah yang dimohon dengan
/ keberatan
12. Pembukuan hak dan proses penerbitan sertipikat hak atas tanah.
13. Penyerahan sertipikat hak atas tanah di setiap Desa, peserta membawa KTP
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Jadi dapat kita simpukan bhwa biaya
yang ada di Prona adalah gratis karena telah ditanggung oleh Negara, melalui
APBN.
Mengenai biaya yang dikenakan untuk sertipikat tanah PRONA, hal itu
Pemberian Sertifikat Hak Tanah yang Berasal Dari Pemberian Hak Atas Tanah
Negara, Penegasan Hak Tanah Adat dan Konversi Bekas Hak Tanah Adat, yang
Pasal 1 ayat (1) Kep Meneg Agraria 4/1995 menyatakan sebagai berikut:
HUKUM AGRARIA 37
“Pemberian hak-hak atas tanah negara kepada masyarakat,
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 tahun 1975, dan kepada
administrasi.”
MEMBAYAR biaya administrasi. Hal ini juga sesuai dengan informasi yang
3.000,-
HUKUM AGRARIA 38
b. Asal tanah milik adat:
1.000,-
sebesar 50% dari biaya administrasi. Setiap pemohon dikenakan biaya Panitia A
sebesar Rp. 1250,- untuk tiap bidang apabila lokasi tanah dalam proyek terdiri
dari 10 bidang; sebesar Rp. 2.500,- apabila lokasi tanah dalam proyek terdiri dari
5 sampai 9 bidang.
HUKUM AGRARIA 39
2. Biaya yang timbul akibat dari persyaratan yang harus dipenuhi sebagaimana di
BIAYA).
tersebut.
3. Biaya BPHTB (bagi objek yang luas dan NJOPnya kena Pajak;
jadi jika ada biaya yang dikenakan diluar kebijakan resmi BPN bisa jadi
biaya yang diatas adalah biaya tersebut muncul sebagai akibat dari kesepakatan
yang dikeluarkan oleh pihak Desa/Kel, dan biaya ini mungkin bisa saja terdapat
perbedaan antara Desa/Kel yang satu dengan desa lainnya guna kelancaran
kegiatan PRONA. Meyinggung soal biaya yang ditanggung oleh peserta prona
di lingkungan institusi BPN (tahun 2008, 2013 dan terakhir Tahun 2015) dalam
HUKUM AGRARIA 40
pelaksanaan prona diketahui pada dasarnya ada dua kategori biaya dalam
pelaksanaan prona, yaitu; Pertama, biaya yang ditanggung oleh negara atau yang
kerap diistilahkan dengan sebutan biaya proses dan Kedua, biaya yang ditanggung
real dan azas kelayakan yaitu besaran biaya yang tidak memberatkan masyarakat.
kesepakatan para pihak sehingga didasarkan pada asumsi kolektif. Lebih tegasnya
biaya prona yang harus ditanggung masyarakat peserta prona (biaya pengurusan)
merupakan biaya yang telah dihitung secara bersama dan merupakan kesepakatan
Sebagai Panitia dan unsur masyakat lain yang berkompeten seperti; BPD, Tokoh
menuangkan perincian penggunaan dana untuk apa saja dan kemana saja dana
terpublisitas.
soal besaran biaya PRONA dimaksud dituangkan secara tertulis dalam bentuk
HUKUM AGRARIA 41
Dengan demikian pudarlah unsur perkataan pungli dalam pemungutan
sepanjang belum ada aturan tentang sumber pembiayaan yang jelas dan pasti bagi
peserta kegiatan PRONA yang semestinya menjadi tanggung jawab pemohon dan
Oleh karenanya jika masih ada penggunaan dana dimaksud yang mengalir
ke institusi BPN maka hal ini bertentangan dan menyalahi sebab semua biaya
dalam rangka penyelenggaraan prona pada institusi BPN telah dibiayai negara
sehingga jika masih dibebankan kepada masyarakat peserta prona maka akan
terjadi tumpang tindih pendanaan bagi aparatur BPN. Terkecuali ada oknum
aparatur BPN yang berusaha melakukan ’mufakat jahat’ dengan kades/lurah dan
meminta imbalan (bisa berupa uang atau yang lainnya) maka barulah hal tersebut
manfaat, salah satunya terkait permodalam usaha kecil, khususnya pertanian. Hal
perbankan terhadap pelaku usaha kecil, misalnya dengan Kredit Usaha Rakyat
(KUR).
HUKUM AGRARIA 42
Prona sertifikat gratis akan memberi dampak memutus kemiskinan
karena sudah bersertifikat (aset hidup). Ketika sebidang tanah sudah memiliki
bukti kepemilikan yang sah dan dapat diusahakan maka sertifikat tanahnya dapat
jumlah masyarakat miskin diharapakan menurun dan bisa mandiri secara finansial
dengan biaya ditanggung APBN. Prona sertifikasi tanah missal ini telah memicu
pro dan kontra warga yang mendapatkan fasilitas gratis dari pemerintah itu. Pro
kontra disebabkan adanya pungutan liar (pungli). Meski secara resmi sertifikasi
massal diberikan gratis, nyatanya di lapangan aparat desa memungut biaya per
bidang tanah. Prona ini juga di beberapa daerah dianggap salah sasaran
disebabakan karena banyak warga miskin yang tak mendapatkan, dan sebaliknya
sebagian besar penduduk dapat hidup di tanah yang luasannya layak secara
ekonomi, sosial, dan budaya. Pihak desa harus terbuka mengenai rincian dana
kepada pemohon atau warga. Hal ini dilakukan agar tidak membuka peluang
terjadinya praktik pungutan liar (pungli). Biaya prona yang dibebankan kepada
HUKUM AGRARIA 43
warga atau pemohon sebenarnya hanya sebatas patok dan materai. Namun
bawah untuk mendapatkan legalitas terhadap hak atas tanah yang dikuasainya
dengan harapan sertifikat hak atas tanah yang nantinya akan diperoleh masyarakat
tersebut dapat membawa efek positif dalam meningkatkan taraf ekonomi yang
bersangkutan.
kegiatan sertifikasi tanah yang ditujukan untuk masyarakat susah. Hal ini
antara 250 ribu sampai dengan 500 ribu per-bidang bahkan lebih dari itu,
pemahaman yang keliru bahwa PRONA merupakan proyek sertifikat tanah untuk
‘orang susah’.
Biaya Proses adalah biaya-biaya yang telah dianggarkan oleh negara bagi
HUKUM AGRARIA 44
yuridis (alas hak), pengukuran bidang tanah & penerbitan gambar ukur, penelitian
data yuridis (penelitian alas hak oleh panitia A), penerbitan SK Pemberian
Hak/Penetapan Hak, Pengarsipan Warkah (dokumen alas hak) dan Buku Tanah,
Penerbitan Sertifikat dan Pembagian Sertifikat Hak Atas tanah kepada yang
berhak menerimanya.
pungli yang dilakukan dalam kegiatan prona. Bahkan tuduhan pungli tidak hanya
HUKUM AGRARIA 45
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
yang di harapkan. Salah satu kendala utama yang di hadapi ialah bahwah
pendaftaran tanah memerlukan biaya tinggi, sementara pada sisi yang lain,
HUKUM AGRARIA 46
2. Kegiatan Redistribusi Tanah Objek Landreform terdiri dari beberapa
mendata calon peserta prona. Selanjutnya, calon peserta prona yang telah
dengan penerbitan dan penyerahan sertifikat hak atas tanah kepada para
HUKUM AGRARIA 47
sejumlah manfaat, salah satunya terkait permodalam usaha kecil,
memiliki bukti kepemilikan yang sah dan dapat diusahakan maka sertifikat
sertifikasi tanah massal ini telah memicu pro dan kontra warga yang
bidang tanah. Sehingga tujuan dari program ini terciderai oleh pelanggaran
tersebut.
B. Saran
Sertifikat Tanah Gratis, perlu diadakannya sosialisasi mengenai hal ini terlebih
dahulu oleh pihak pemerintah kepada masyarakat agar tidak terjadi kesalah
HUKUM AGRARIA 48
Dan penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu kami memohon kritik dan saran dari para
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Saleh K.Wantjik. 1984. Hak Anda Atas Tanah, Jakarta : Ghalia Indonesia.
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. 2010. Tanah untuk Keadilan dan
Sumber Internet:
HUKUM AGRARIA 49
r efor masi- agr ar ia .html#ixzz2JY1hdWzT. Diakses pada hari Sabtu,
https://hanibalhamidi.files.wordpress.com/2016/09/naskah-stranas-pelaksanaan-
http://amatarpigo.blogspot.co.id/2013/11/makalah-reforma-agraria.html, diakses
https://omtanah.com/2013/09/20/pertanyaan-masalah-pertanahan-apakah-
http://openmadiun.com/detailpost/sebenarnya-sertifikasi-prona-gratis-atau-tidak .
diakses pada hari Senin, tanggal 16 Oktober 2017, Pukul 20.12 WITA.
HUKUM AGRARIA 50
http://harian.analisadaily.com/opini/news/mengantisipasi-pungli-dalam-kegiatan-
HUKUM AGRARIA 51