Anda di halaman 1dari 10

Ar kel Peneli an

PERILAKU PENGGUNAAN FORMALIN


PADA PEDAGANG DAN PRODUSEN
JKMA
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas
MIE BASAH DAN TAHU DI PROVINSI diterbitkan oleh:
Program Studi S-1 Kesehatan Masyarakat
DKI JAKARTA Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas
p-ISSN 1978-3833
e-ISSN 2442-6725
Diterima 6 Januari 2017 11(1) 39-48
Disetujui 27 Februari 2017 @2017 JKMA
Dipublikasikan 1 Maret 2017 h p://jurnal. m.unand.ac.id/index.php/jkma/

Galih Prima Arumsari1, Tri Krianto2, Bambang Wispriyono3

1
Program Pasca Sarjana Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
2
Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
3
Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

Abstrak

Penggunaan formalin sebagai bahan pengawet dalam produk makanan masih marak hingga saat ini, diantaranya adalah penggunaan
formalin dalam produk makanan tahu dan mie basah yang dikonsumsi oleh masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
faktor-faktor yang berperan pada perilaku produsen dan pedagang dalam penggunaan formalin pada mie basah dan tahu di Provinsi
DKI Jakarta Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret 2015 hingga Juni 2015 menggunakan metode kualitatif, desain studi deskriptif,
pengumpulan data melalui studi literatur, wawancara dan observasi dengan informan produsen dan pedagang mie basah dan tahu serta
Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta. Formalin diuji dengan metode Rapid Test Kit analysis. Dari hasil analisis data, diketahui bahwa
faktor-faktor yang berpengaruh adalah pengetahuan, sikap, persepsi tentang formalin; sarana prasarana, metode produksi, ketersediaan
pengawet; sanksi, penyuluhan, dukungan sosial, faktor pendapatan, dan strategi komunikasi merupakan faktor yang berperan pada
perilaku penggunaan formalin dalam tahu dan mie basah. Penyuluhan dan pembinaan masyarakat, pedagang, produsen masih terbatas.
Pengawasan sarana distribusi formalin belum optimal. Untuk itu, sangat dibutuhkan riset terkait bahan pengawet yang aman, intensifikasi
pembinaan pedagang dan produsen serta pemberdayaan konsumen.

Kata Kunci: tahu, mie, formalin, perilaku; pasar

BEHAVIOUR OF TRADERS AND MANUFACTURERS IN THE USE OF FORMALIN


IN WET NOODLE AND TOFU IN JAKARTA
Abstract

Formalin has been used widely in tofu and wet noodle as a preservative in Indonesia even it has been classified as a confirmed carcino-
genic agent. The aim of this study is to analyze the behavior of traders and producers of tofu and wet noodle in the use of formalin in its
products in DKI Jakarta. This study was conducted in March-June 2015 by using a qualitative method, descriptive study design, through
literature study, interview and observation. The informants are producers and traders of wet noodles and tofu. Formalin was examined
by Rapid Test Kit analysis. The results showed that knowledge, attitudes, perceptions of formalin; facilities and infrastructure, production
and preservative; punishments, counseling, social support, income, and communication strategy played important roles in behavior of
using of formalin. Communication and supervisory for public, traders, manufacturers are still limited. The distribution of formalin which
is conducted by the government has not run optimally yet. Counseling and development to the community, traders and manufacturers
are limited. Supervision of distribution of formalin has not worked optimally yet. As the recommendation to the number of parties to do
research on safe preservatives, intensification of coaching traders and manufacturers as well as consumer empowerment should be done.

Keywords : tofu, noodle, formalin, behavior, market

Korespondensi Penulis:
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Dept. Kesehatan Lingkungan, Universitas Indonesia
Email: bwispri@ui.ac.id

39
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |Oktober 2016 - Maret 2017 | Vol. 11, No. 1, Hal. 39-48

Pendahuluan Sektor pasar tradisional memiliki peran


Pangan merupakan kebutuhan dasar seti- dalam distribusi pangan, termasuk pangan yang
ap manusia yang menjadi penentu kualitas sum- mengandung bahan berbahaya. Jika dilihat lebih
ber daya manusia. Keamanan pangan merupakan spesifik di Jakarta pada 5 pasar contoh yang diin-
aspek yang diatur dalam Undang-Undang Nomor tervensi menunjukkan hasil temuan bahan ber-
18 Tahun 2012 tentang Pangan, untuk mence- bahaya sebesar 13,06% pada tahap I dan 19,57%
gah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, pada tahap II tahun 2013. Sementara untuk
kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu tahun 2014 hasil sampling tahap I dan tahap II
kesehatan manusia sehingga aman dikonsumsi. masing-masing sebesar 14,6% dan 14,8%. Penggu-
Pemerintah dan pemerintah daerah memiliki naan formalin dalam pangan yang beredar di pa-
kewajiban menjamin keamanan pangan secara sar masih marak, dengan jenis pangan terbanyak
terpadu, memberikan hak konsumen atas barang yang ditemukan mengandung formalin adalah
dan jasa yang dibeli, dan membina pelaku usaha tahu, mie basah dan ikan asin.(14-20)
untuk memberikan jaminan perlindungan kon- Tingginya konsumsi kedua jenis pangan ini
sumen.(1,2) mendorong peneliti untuk menganalisis perilaku
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional produsen dan pedagang dalam penggunaan for-
menunjukkan persentase pengeluaran masyarakat malin pada mie basah dan tahun. Penelitian ini
yang cenderung bergeser dari tahun 1999, 2002- bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang
2013, dimana konsumsi padi-padian mengalami berperan pada perilaku produsen dan pedagang
penurunan dari 16,78% menjadi 7,46%, di sisi dalam penggunaan formalin pada mie basah dan
lain konsumsi makanan jadi mengalami pening- tahu di Provinsi DKI Jakarta, baik faktor pemicu,
katan dari 9,48% menjadi 12,46%. Tinker dalam faktor pemungkin, dan faktor penguat. Selain
Draper mengatakan bahwa konsumsi street food itu untuk mengetahui secara mendalam peran
di Bogor terjadi pada masyarakat semua tingkat pemerintah yang telah berjalan pada penerapan
pendapatan dengan proporsi pengeluaran rumah regulasi, pengawasan dan pembinaan terkait pere-
tangga cukup tinggi yaitu 25%.(3-4) daran dan penggunaan formalin dalam pangan
Hasil pengawasan BPOM RI tahun serta komunikasi dan edukasi pada masyarakat,
2013, pengujian sejumlah 24.906 sampel pangan pedagang dan produsen untuk mencegah peng-
menunjukkan bahwa 3.442 (13,82%) sampel ti- gunaan formalin dalam pangan di Provinsi DKI
dak memenuhi persyaratan keamanan dan mutu Jakarta Tahun 2015.
pangan. Temuan produk pangan mengandung
bahan berbahaya yang disalahgunakan sebagai Metode
Bahan Tambahan Pangan (BTP), yaitu Boraks Penelitian ini dilakukan di wilayah DKI
(221 sampel), Rhodamin B (304 sampel), Forma- Jakarta pada bulan Maret 2015 hingga Juni 2015
lin (115 sampel), Methanyl Yellow (9 sampel) dan menggunakan metode kualitatif, desain studi
Auramin (6 sampel). Fenomena praktek penggu- deskriptif. Pengumpulan data melalui studi litera-
naan formalin dalam pangan seperti tahu, mie tur, wawancara mendalam dan pengujian sampel
basah dan ayam potong telah terjadi sejak lama. tahu dan mie basah, serta observasi. Sampel tahu
Dari kajian beberapa penelitian, disimpulkan dan mie basah diambil dari 3 lokasi pasar dan
bahwa formaldehid merupakan karsinogen pada 4 lokasi produsen. Di lokasi pasar X diambil 6
manusia (Grup 1) dan juga efek non karsinogenik sampel tahu dan 4 sampel mie basah, di pasar Y
yang bersifat akut dan kronis seperti peningka- diambil 20 sampel tahu dan 1 sampel mie basah,
tan SGOT dan SGPT, iritasi, mual, muntah, di pasar Z diambil 20 sampel tahu dan 2 sampel
dan depresi hingga tanpa disadari dalam jangka mie basah) dan di produsen diambil 4 sampel
panjang dapat menyebabkan kerusakan organ tahu. Pengujian formalin dalam sampel pangan
dalam tubuh seperti jantung, hati,otak dan juga dilakukan dengan menggunakan Rapid Test Kit
reproduksi.(5-13) Formalin.

40
Arumsari, Krianto, Wispriyono | Penggunaan Formalin Pada Pedagang Dan Produsen Mie Dan Tahu

Informan terdiri dari pedagang tahu informan produsen mengetahui bahwa forma-
dan mie basah di pasar tradisional yang belum lin sebagai pengawet mayat, dan dilarang digu-
mendapat intervensi program terkait keamanan nakan sebagai bahan pengawet dalam produk
pangan wilayah DKI Jakarta, dalam hal ini pasar tahu. Meskipun beberapa pedagang pasar tidak
tersebut belum memiliki manajemen formal dan mengetahui tentang formalin, baik bentuk, sifat
dikelola oleh sekelompok warga setempat (Pasar dan fungsinya, tetapi mereka memahami forma-
X), Pedagang tahu dan mie basah di pasar tra- lin berbahaya untuk tubuh, tapi tidak meyakini
disional yang telah mendapat intervensi program efek pada kesehatan karena selama ini orang yang
terkait keamanan pangan wilayah DKI Jakarta mengkonsumsi tahu tidak timbul bahaya apapun.
(Pasar Y), Pedagang di pasar modern wilayah DKI Adanya pemahaman bahwa risiko bahaya tidak
Jakarta yang merupakan salah satu swalayan yang terjadi ketika formalin digunakan dalam jumlah
telah berdiri sejak tahun 1985 sebagai retailer di kecil. Di kalangan pedagang tahu dikenal sebutan
Jakarta (Pasar Z); Produsen tahu wilayah DKI Ja- “Obat dewa” untuk formalin karena efektivitas-
karta dan Kota Bekasi, yang merupakan supplier nya dalam mengawetkan tahu.
tahu di pasar Y dan Z yang merupakan produsen Diketahui adanya persepsi yang berbeda
dari Jakarta Timur dan Bekasi; dan Pemerintah antara produsen tahu, dimana 2 informan produ-
pusat dan daerah, yang terdiri dari: Badan POM, sen tahu meyakini bahwa tidak ada masalah daya
Balai Besar POM DKI Jakarta, Dinas Koperasi tahan tahu, karena kapasitas produksi setiap hari
Usaha Mikro Kecil Menengah (KUMKM) dan stabil, dan selalu habis terdistribusi di pasaran, ti-
Perdagangan Provinsi DKI Jakarta, Dinas Keseha- dak pernah ada komplain dari pelanggan terkait
tan Provinsi DKI Jakarta, dan Dinas Perindus- daya tahan tahu, sehingga selama ini tanpa meng-
trian dan Energi Provinsi DKI Jakarta. Jumlah gunakan formalin pun bukan hambatan produksi
informan yang terlibat dalam penelitian adalah tahu. Sementara produsen yang memiliki kapa-
24 orang. sitas produksi sampai 3 kali lebih besar (1 ton
per hari), mengatakan bahwa tanpa penambahan
Hasil formalin, tahu cina mengalami kerugian karena
Pelaksanaan pengambilan data dengan komplain retur pelanggan. Informan produsen
studi literatur, wawancara mendalam dan pengu- mengatakan tidak mendapatkan solusi pengganti
jian sampel tahu dan mie basah, serta observasi. pengawet dengan efektivitas sama dengan forma-
Sampel tahu dan mie basah diambil dari setiap lin. Persepsi konsumen yang terbentuk selama ini,
pedagang di pasar tersebut. Di lokasi Pasar X ter- produk tahu berasa enak, keras, tidak cepat asam
dapat 10 sampel yang terdiri dari 6 produk tahu dan berlendir. Disamping itu konsumen tidak
dan 4 produk mie. Hasil pengujian menunjuk- peduli kandungan formalin dalam produk tahu.
kan semua jenis tahu dan mie tidak mengan- Produsen memiliki komitmen untuk ti-
dung formalin. Sampel pangan Pasar Y diambil dak menggunakan formalin pada produksi, mem-
dari seluruh produk tahu dan mie basah yang berikan dukungan moral kepada pekerja dan
ditemukan sejumlah 20 tahu dan 1 mie basah. pedagangnya untuk tidak memberikan formalin
Hasil pengujian menunjukkan 20% sampel tahu supaya dapat menjaga kelangsungan usaha. Di sisi
dan 1 sampel mie basah tersebut positif mengan- lain, informan produsen tahu cina mengatakan
dung formalin. Sampel pangan Pasar Z diambil bahwa penggunaan bahan pengawet pengganti
dari seluruh produk tahu dan mie basah yang hanya bersifat sementara sampai adanya penggan-
ditemukan sejumlah 20 tahu dan 2 mie basah. ti pengawet yang lebih efektif dari formalin. Infor-
Hasil pengujian menunjukkan 40% sampel dan man pedagang mengungkapkan bahwa pedagang
2 sampel mie basah tersebut positif mengandung mengetahui jenis tahu yang memakai formalin
formalin. tetapi tetap menjualnya karena permintaan kon-
Hasil wawancara mendalam kepada in- sumen, sebagai contoh tahu cina yang memiliki
forman, meliputi beberapa variabel yaitu semua konsumen pelanggan tersendiri.

41
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |Oktober 2016 - Maret 2017 | Vol. 11, No. 1, Hal. 39-48

Dari hasil observasi terlihat sarana prasa- merintah tentang keamanan pangan. meskipun
rana produsen tahu masih terbilang sangat seder- ada satu informan Pasar Y yang 3 kali telah mengi-
hana dan belum dapat memenuhi ketentuan Cara kuti penyuluhan Badan POM. Namun demikian
Produksi Pangan Olahan yang Baik (CPPOB). masih ditemukan tahu mengandung formalin
Jika melihat produksinya, terdapat perbedaan pada kios informan tersebut.
2 metode dimana salah satunya menggunakan Informan produsen menjelaskan bahwa
teknik perebusan tahu yang telah dicetak, yang usaha keluarga bersama suami menyepakati tidak
dapat meningkatkan daya tahan tahu. Pendam- menggunakan formalin dalam produksi, semen-
pingan teknis produksi tahu dan mie basah tara itu anak-anak dan pihak keluarga lain tidak
dilakukan dari tahap pemilihan bahan hingga mencampuri permasalahan pabrik. Lingkungan
menjadi produk jadi, akan tetapi permasalahan pengusaha tahu cina yang kembali menggunakan
formalin masih marak. beberapa produsen tetap formalin dalam produksi juga berperan dalam
menggunakan formalin untuk menghindari ba- penggunaan formalin.
nyaknya kerugian, karena bahan pengganti for- Produsen yang tidak menggunakan meng-
malin efektivitasnya tidak sama dengan formalin gunakan formalin dalam produksi mengatakan
sehingga menurunkan keuntungan produsen. bahwa tanpa menggunakan pengawet tidak
Penolakan dari konsumen pada bahan pengawet mengurangi pendapatan. Lain halnya dengan in-
alternatif juga merupakan hambatan tersendiri. forman produsen tahu cina dan tahu putih, dima-
Sebagian pedagang dan produsen meng- na besar produksi 3 kali lebih banyak dari kedua
harapkan pemerintah memberikan solusi peng- produsen lainnya yang menyatakan bahwa terjadi
ganti pengawet dengan efektivitas sama dengan kerugian tanpa penggunaan formalin, dikatakan
formalin, meskipun mereka dapat menjaga daya juga sering mendapat retur produk tahu dan kom-
tahan tahu yang belum terjual, dengan menggu- plain dari pelanggan jika tahu mengalami keru-
nakan rendaman air bersih, atau es balok untuk sakan dalam distribusi (cepat asam, berlendir, bu-
dapat dijual kembali keesokan hari. Bahkan be- suk).
berapa pedagang mengatakan tidak memerlukan Sebagian besar pedagang mengatakan ti-
bahan pengawet karena produksi hampir selalu dak ada kerugian penjualan tahu, karena setiap
habis terjual. tahu yang tidak terjual dapat dijual lagi keesokan
Pengawasan sarana distribusi bahan ber- harinya dengan treatment mengganti air renda-
bahaya termasuk formalin belum dilakukan oleh man atau air es. Adanya tambahan biaya untuk
Pemerintah Daerah (PEMDA) dengan optimal, membeli air bersih atau es balok untuk tahu yang
demikian halnya dengan pengawasan pangan ma- tersisa, namun hal ini tidak terjadi setiap hari.
sih tersegmentasi pada pangan Industri Rumah Pembinaan yang dilakukan oleh Dinas
Tangga Pangan (IRTP) dan pangan siap saji. Se- Perindustrian dan Energi, Dinas KUMKM dan
mentara produk tahu dan mie basah sebagian be- Perdagangan, Dinas Kesehatan terkait keamanan
sar tidak terdaftar sebagai IRTP, sehingga belum pangan kepada produsen tahu dan mie basah be-
ada pengawasan dan pembinaan intensif. Penera- lum secara khusus dilakukan. Pembinaan dari Di-
pan sanksi yang dipahami oleh informan produ- nas Kesehatan untuk Usaha Kecil dan Menengah
sen adalah berupa denda mulai dari puluhan juta (UKM) tahu sebatas tentang higiene sanitasi un-
hingga ratusan juta rupiah, di samping penyegelan tuk memperoleh sertifikat laik sehat dalam rang-
pabrik dan hukuman kurungan penjara. Penera- ka pendaftaran IRTP. Demikian halnya PEMDA
pan sanksi yang masih lemah, belum menimbul- belum ada pembinaan dan pengawasan terhadap
kan efek jera bahkan tidak jarang pelaku berulang pedagang pasar. Edukasi dan pembinaan telah
melakukan pelanggaran. dilakukan oleh Badan POM sejak tahun 2013
Hampir seluruh informan pedagang dan melalui kampanye “Pasar Aman dari Bahan Ber-
produsen mengatakan belum pernah mempe- bahaya” kepada pedagang pasar dan masyarakat
roleh penyuluhan maupun pembinaan dari pe- sekitar, serta upaya pemberdayaan pengelola

42
Arumsari, Krianto, Wispriyono | Penggunaan Formalin Pada Pedagang Dan Produsen Mie Dan Tahu

pasar. Komunikasi pengusaha dengan PEMDA kepada konsumen. Permintaan konsumen terha-
tentang permasalahan produksi belum berjalan dap jenis tahu yang memakai formalin cukup ba-
optimal. Meskipun demikian terdapat pedagang nyak, sehingga jenis tahu ini tetap dijual. Faktor
yang tidak berharap ada penyuluhan karena tidak ketidaktahuan konsumen terhadap jenis pangan
berdampak nyata pada hasil penjualan. Kebija- yang aman menjadi salah satu alasan pedagang
kan dan komitmen pengawasan penyalahgunaan tetap menjual pangan yang mengandung forma-
formalin dalam pangan masih diperlukan advo- lin. Di sisi lain, pedagang yang setuju formalin
kasi di tingkat pemerintah pusat dan pemerintah boleh digunakan ditemukan melalui hasil Rapid
daerah. Test Kit telah menambahkan formalin di lingku-
ngan pasar untuk mengurangi kerugian modal.
Pembahasan Sejalan dengan penelitian lain yang menyatakan
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa bahwa ada hubungan signifikan antara sikap de-
pengetahuan produsen dan pedagang terlihat ma- ngan praktek keamanan pangan penjaja pangan
sih sebatas pada pelarangan penggunaan formalin jajanan anak sekolah.(24-26)
dalam pangan, belum sampai pada kesadaran bah- Persepsi yang muncul dari produsen dan
wa formalin dapat menyebabkan bahaya terhadap pedagang secara umum mengatakan formalin
kesehatan dalam jangka panjang. Pengetahuan sangat efektif sebagai pengawet. Persepsi seper-
tentang bahan pengawet yang diperbolehkan ti itu terbangun dari penggunaan formalin yang
dalam pangan juga masih sangat kurang, karena beberapa waktu lalu lazim digunakan dalam
hampir semua pedagang tidak dapat menyebut- produksi tahu. Persepsi tentang bahaya forma-
kan jenis pengawet yang diperbolehkan. Hal ini lin secara umum masih belum disadari, karena
sejalan dengan penelitian yang menjelaskan bah- dampak langsung formalin tidak terlihat, menye-
wa tingkat pengetahuan yang rendah tentang babkan seseorang berkeyakinan bahwa efeknya
bahan pengawet menjadi faktor dominan dalam tidak serius. Penolakan konsumen pada tahu
praktek penggunaan formalin. Jenis bahan penga- tanpa formalin, meskipun pedagang memberi-
wet alternatif seperti Salta dan Citosan belum kan informasi bahwa tahu tersebut tidak meng-
menjadi solusi bahan pengawet yang tepat bagi gunakan pengawet, menyebabkan munculnya
produsen tahu. Hal ini diduga karena beberapa persepsi pedagang untuk memenuhi permintaan
faktor seperti harga, kemudahan mendapatkan, konsumen pelanggan. Habibah juga menjelaskan
pengaruh terhadap tekstur bentuk tahu, dan fak- bahwa konsumen mengharapkan produk pangan
tor lain yang menyebabkan produsen tahu masih dengan kualitas yang bagus, sementara ciri-ciri
memilih dan menggunakan formalin dalam pro- tersebut adalah produk yang mengandung forma-
duksi tahu.(19,21-23) lin.(24)
Secara umum diantara informan pelaku Permasalahan kesulitan pemenuhan
usaha memiliki harapan adanya pengawet peng- semua aspek Pedoman CPPOB yang dialami oleh
ganti formalin yang aman dan diperbolehkan home industri tahu terlihat dalam hasil observasi
untuk pangan, karena beberapa alternatif seperti dan pernyataan dari informan sektor pemerintah
Natrium Benzoat, dan Salta tidak dapat mengata- terkait dengan investasi yang besar. Dengan per-
si permasalahan daya tahan tahu. Produsen terse- masalahan higiene sanitasi yang buruk, menjadi
but mengatakan di lingkungan produsen tahu alasan penambahan formalin untuk mengatasi
cina, penggunaan formalin itu pasti dilakukan, bakteri pembusuk yang dapat merusak produk
karena tidak ada pengawet pengganti. Hal ini juga pangan, karena merupakan bahan desinfektan
terungkap dalam penelitian IRTP produsen tahu (pembunuh bakteri). Ketersediaan di pasaran
yang dilakukan oleh Pardede.(23) dan kemudahan akses memperoleh formalin
Pedagang pasar merupakan pihak yang menunjukkan bahwa pengawasan peredaran for-
paling lemah, karena prinsip seorang pedagang malin masih belum berjalan optimal. Meskipun
menerima hasil produksi untuk dijual langsung pemerintah telah mengatur tata niaga peredaran

43
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |Oktober 2016 - Maret 2017 | Vol. 11, No. 1, Hal. 39-48

formalin tetapi produsen tahu masih dapat dengan ri tetapi untuk penggunaan dalam tahu masih be-
mudah memperoleh formalin untuk produksinya. lum ada kajiannya. Pengembangan teknologi al-
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan ternatif seperti Citosan, Salta dan Antoba seperti
oleh Permadi, formalin diperoleh dengan mudah yang diungkapkan informan, perlu terus dikem-
di pasaran, meskipun toko kimia hanya membe- bangkan sehingga dapat menjadi solusi bagi para
rikan kepada kalangan pengguna pelanggan tetap- pelaku usaha tahu dan mie basah. Penolakan
nya. Sehingga jelas terlihat bahwa sarana distribusi konsumen seperti dijelaskan dalam Pardede, ter-
formalin masih dapat memperjualbelikan secara jadi pada konsumen yang terbiasa mengkonsumsi
bebas tanpa perijinan khusus Surat Izin Usaha tahu dengan penambahan formalin, jika diganti
Perdagangan Bahan Berbahaya (SIUP B2) maupun dengan tahu tanpa formalin karena tahu diang-
perijinan penggunaan formalin dalam usahanya se- gap rusak (asam). Tetapi dalam penelitian ini di-
suai ketentuan regulasi.(27-28) peroleh fakta bahwa konsumen yang biasa meng-
Perbedaan metode produksi pada tahapan konsumsi tahu yang sejak awal produksi tidak
akhir setelah tahu tercetak, tahu cina langsung menggunakan formalin tidak pernah komplain
direndam dalam air dalam bak plastik, sementara tentang kualitas tahu.(23,29,30)
tahu jenis lain mengalami proses perebusan sebe- Sanksi yang dikenakan dalam pelangga-
lum didistribusikan. Perebusan yang dilakukan ini ran penggunaan formalin dalam pangan menga-
secara tidak langsung meningkatkan daya tahan cu kepada peraturan yang digunakan oleh
tahu karena terjadi proses pembunuhan bakteri pengawas, mulai dari Undang-Undang Nomor
melalui uap panas, sehingga hal ini menjelaskan 8 Tahun 1999 tentang Pelindungan Konsumen,
secara teknis tahu cina memiliki daya tahan yang
Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang
lebih singkat dibanding tahu jenis lain. Terdapat
Pangan, maupun Peraturan Kepala Badan POM
beberapa informasi yang sejalan dengan per-
Nomor HK.03.1.23.04.12.2205 Tahun 2012
nyataan Cahyadi tentang metode untuk menjaga
tentang Pedoman Pemberian Sertifikasi Produk
kesegaran tahu, seperti menjaga higiene sanitasi,
Pangan Industri Rumah Tangga (SPP IRT). Un-
penyimpanan dalam lemari pendingin, penamba-
dang-Undang tentang Pangan tegas menyebutkan
han bahan pengawet yang diperbolehkan dalam
bahwa setiap orang yang memproduksi pangan,
pangan seperti kalium sorbat dalam air rendaman,
dengan sengaja menambahkan bahan yang dila-
dan pemanfaatan teknologi pemanasan, pengema-
san yang baik, maupun kombinasi untuk menekan
rang digunakan dipidana penjara paling lama 5
pertumbuhan mikroba. Namun terbentur pada tahun dan denda hingga Rp.10.000.000.000,-.(2)
permodalan, sehingga hingga sekarang ini masih Undang-Undang Perlindungan Konsumen juga
belum menjadi solusi yang dapat diterima oleh mengatur sanksi pidana penjara sampai 5 tahun
pelaku usaha.(10,29) atau pidana denda hingga Rp.2.000.000.000,-
Bahan pengawet yang diperbolehkan un- untuk tuntutan pelaku usaha yang merugikan
tuk pangan tidak diketahui baik dari sisi peda- konsumen dengan melanggar ketentuan larangan
gang maupun produsen. Bahan alternatif yang penggunaan formalin dalam pangan.(1) Beberapa
diperbolehkan seperti Natrium Benzoat, Antoba kasus yang diketahui oleh informan baik dari pro-
dan Salta tidak dapat mengatasi permasalahan dusen supplier maupun antar komunitas pelaku
daya tahan tahu. Hal ini sejalan dengan penelitian usaha tahu dan mie basah, diketahui sanksi yang
yang dilakukan Pardede, pada dasarnya produsen diberikan cukup beragam, denda puluhan juta
tahu ingin mendapat pengganti formalin dengan hingga miliaran rupiah. Ditemukan produsen
efektivitas yang sama dengan formalin. Sehingga yang menjalani perkara hukum akibat penggu-
di lapangan seperti yang diungkapkan informan, naan formalin berulang, dan menjelaskan denda
penggunaan formalin akan terus dilakukan sepan- uang dan tahanan dapat dinegosiasikan dengan
jang belum ada solusi pengganti yang tepat. Meski- oknum aparat hukum. Pendalaman informasi
pun citosan, biji hapesong, dan biji picung dapat dari sisi pemerintah, tindakan utama yang men-
meningkatkan daya tahan pada ikan, kunyit, niga- jadi prioritas adalah pembinaan. Dinas Perindus-

44
Arumsari, Krianto, Wispriyono | Penggunaan Formalin Pada Pedagang Dan Produsen Mie Dan Tahu

trian dan Energi, Dinas KUMKM dan Perdaga- terhadap perilaku penyalahgunaan formalin da-
ngan, dan Dinas Kesehatan mengatakan selama lam pangan.(27)
ini belum pernah membekukan atau mencabut Besaran faktor pendapatan tidak secara
ijin usaha jika terjadi pelanggaran. Penjelasan ini langsung mempengaruhi perilaku penggunaan
sejalan dengan Permadi yang menyebutkan bahwa formalin. Produsen dengan kapasitas produksi
lemahnya penegakan hukum memberikan pelu- menyesuaikan kebutuhan pasar mengatakan ti-
ang untuk terjadinya pelanggaran yang sama.(27) dak mengurangi pendapatan. Berbeda dengan
Dari hasil pendalaman informasi ditemu- informan produsen yang menggunakan formalin,
kan bahwa semua produsen dan sebagian besar jika mengganti pengawet dengan Salta menam-
pedagang mengatakan belum pernah mendapat- bah biaya produksi karena harganya 10 kali lipat
kan pembinaan dan penyuluhan tentang kea- dibandingkan harga formalin. Selain itu banyak-
manan pangan, termasuk tentang penggunaan nya retur tahu dari agen dan pedagang menye-
pengawet dalam produksi tahu. Bahkan produ- babkan penurunan keuntungan seperti yang juga
sen yang belum terdaftar sebagai IRTP ini terli- ditemukan dalam penelitian Pardede.(23) Secara
hat tidak antusias menanggapi keinginan mereka umum pedagang pasar mengemukakan bahwa
untuk mendapat penyuluhan dari pihak pemerin- tidak ada kerugian dalam berdagang tahu, kare-
tah. Temuan ini sejalan dengan penelitian Par- na menyesuaikan kebutuhan konsumen sehingga
dede yang menyebutkan pemerintah tidak terli- produk sisa jarang terjadi.
bat secara efektif dalam memberikan bimbingan, Strategi komunikasi dan edukasi instansi
penyuluhan dan penelitian pengganti formalin. pemerintah pada sasaran produsen, pedagang,
(23)
Keterbatasan akses informasi dalam bentuk pemerintah dan konsumen belum optimal dan
penyuluhan pemerintah menjadi temuan pene- tersegmentasi berdasarkan kewenangan instansi
litian ini, karena produsen yang diteliti bukan yang menaungi, baik Dinas Perindustrian dan
produsen tahu yang memiliki sertifikat IRTP, se- Energi, Dinas Kesehatan, Dinas KUMKM dan
mentara pedagang pasar bukan merupakan peda- Perdagangan dan Balai Besar POM sementara
gang UKM pangan siap saji. Sementara Pemerin- pasar tradisional di DKI Jakarta tidak semuanya
tah Daerah DKI Jakarta melakukan pembinaan berada dalam pembinaan Pemerintah Provinsi.
produsen IRTP, Industri Kecil Menengah (IKM) (31,32,33)
Penguatan kapasitas pemerintah daerah
dan pedagang UKM. Sehingga pelaku usaha yang dalam pengawasan dapat dilakukan dengan pem-
tidak terdaftar sebagai IRTP, IKM maupun UKM bentukan peraturan di daerah tentang Kesehatan
binaan tidak mendapatkan informasi formal dari Lingkungan (dapat berupa Peraturan Daerah,
instansi pemerintah daerah. Peraturan Gubernur, Peraturan Walikota/Bupa-
Usaha produksi tahu, usaha dagang pro- ti). Dengan peraturan daerah tentang kesehatan
duk tahu dan mie basah secara umum merupa- lingkungan diharapkan dapat menjadi payung
kan usaha keluarga. Seperti halnya ketiga produ- hukum pelaksanaan pengawasan, pembinaan dan
sen menjalankan usaha bersama suami dan istri, pengendalian terkait pangan yang mengandung
saudara dekat. Seperti yang dijelaskan dalam bahan berbahaya. Namun demikian, hal terse-
Pardede bahwa kelas sosial bawah di lingkungan but belum optimal dilaksanakan.(30) Konsumen
pelaku usaha tahu dimana peran dan dukungan merupakan sektor yang strategis untuk terus
keluarga sangat lemah.(23) Faktor dukungan sosial diberdayakan menjadi konsumen cerdas dengan
merupakan faktor lingkungan, lingkungan kerja komunikasi interaktif menjadi kunci keberhasi-
di pasar maupun lingkungan paguyuban produ- lan komunikasi dalam upaya pemberdayaan kon-
sen tahu, memiliki pengaruh terhadap perilaku sumen.(23) Upaya ini dapat melalui perkumpulan
penggunaan formalin dalam pangan. Persamaan ibu-ibu, karena alasannya adalah pemilihan pro-
permasalahan yang dihadapi, rasa terbuka dan ke- duk pangan lebih banyak berada di tangan ibu.
dekatan interaksi dalam menjalankan usaha men- (27)
Pemahaman cara memilih produk pangan
jadi alasan dukungan sosial memiliki pengaruh yang aman dari formalin, dan kemampuan detek-

45
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |Oktober 2016 - Maret 2017 | Vol. 11, No. 1, Hal. 39-48

si kandungan formalin dalam pangan menggu- pangan dengan Rapid Test Kit yang beredar di
nakan Rapid Test Kit dapat dilakukan oleh Dinas lingkup, termasuk pengawasan supplier secara ber-
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta melalui kegiatan kala dan konsisten. Bagi Pemerintah Provinsi dan
kader posyandu maupun ibu PKK. Kabupaten/Kota, khususnya untuk dinas-dinas
terkait seperti dinas perdagangan dan perindus-
Kesimpulan dan Saran trian, dinas pasar, dinas kesehatan, dinas komu-
Faktor yang mempengaruhi perilaku nikasi dan informasi hendaknya terus mengawasi
penggunaan formalin terdiri dari pengetahuan, sarana distribusi formalin, menegakkan regulasi
sikap dan persepsi terhadap formalin; faktor pe- perdagangan dan penggunaan formalin serta
mungkin yang merupakan sarana dan prasarana, menyampaikan informasi, edukasi, dan penyulu-
metode produksi dan ketersediaan bahan penga- han bahayanya penggunaan formalin bagi indus-
wet; dan faktor penguat yang terdiri sari sanksi, tri pangan khususnya tahu dan mie basah melalui
penyuluhan, dukungan sosial, faktor pendapatan, berbagai media strategis dengan jangkauan luas
dan strategi komunikasi berperan pada perilaku seperti televisi dan membentuk regulasi pendaf-
penggunaan formalin dalam produk tahu dan taran SPP-IRT termasuk pangan dengan masa
mie basah. Peran pemerintah dalam pencega- simpan kurang dari 3 hari. Pemerintah Pusat,
han penggunaan formalin dalam pangan antara Propinsi dan Kabupaten/Kota bekerja sama de-
lain: terbentuknya kesepakatan kerjasama (MoU) ngan Institusi Pendidikan tinggi dan Badan POM
pengawasan antara Pemerintah Provinsi DKI Ja- perlu terus melaksanakan riset bahan pengawet
karta dengan Balai Besar POM DKI Jakarta; Pe- yang aman untuk produksi tahu dan mie basah.
ran pemerintah dalam pengawasan sarana distri-
busi formalin belum berjalan optimal demikian Daftar Pustaka
halnya pembinaan dan pengawasan masih terseg- 1. Republik Indonesia. Undang-undang nomor
mentasi dan belum menyentuh produsen tahu 8 tahun 1999 tentang perlindungan kon-
dan mie yang sebagian besar tidak terdaftar IRTP. sumen. Jakarta; 1999.
Upaya komunikasi dan edukasi pemerintah ma- 2. Republik Indonesia. Undang-undang nomor
sih terbatas pada pembinaan target tertentu, 18 tahun 2012 tentang pangan. Jakarta; 2012.
antara lain pedagang jajanan sekolah, pedagang 3. BPS. Persentase pengeluaran rata-rata per ka-
kantin, pedagang kaki lima, pedagang UKM, dan pita sebulan menurut kelompok barang In-
IRTP pangan. Produsen tahu dan mie yang seba- donesia, 1999, 2002-2013. Jakarta; 2014. [di-
gian besar tidak terdaftar IRTP belum mendapat- unduh pada tanggal 21 Juli 2014]. Available
kan program pembinaan dan edukasi pemerin- from: http://www.bps.go.id/tab_sub/ view.
tah. Sementara edukasi pada konsumen belum php? tabel=1& daftar=1&id_subyek=05&no-
optimal untuk mengurangi demand tahu dan mie tab=7
basah berformalin, termasuk belum optimalnya 4. Draper, A. Street foods in developing coun-
pemberdayaan konsumen dalam memilih pangan tries : the potential for micronutrient fortifica-
yang aman. Sampel yang ditemukan mengandung tion. London School of Hygiene and Tropical
formalin adalah jenis tahu cina, tahu sutera, tahu Medicine. 1996.
putih, dan tahu goreng (tahu kulit) serta mie ba- 5. Badan POM RI. Laptah 2013 : laporan tahu-
sah. Jenis pasar yang berbeda (pasar modern, pa- nan Badan POM RI 2013. Jakarta. 2013.
sar sehat dan pasar tradisional) berpengaruh pada 6. Kristianto, Y., Riyadi, BD., Mustafa, A. Fak-
kandungan formalin dari produk yang dijual, hal tor Determinan Pemilihan Makanan Jajanan
ini terkait dengan terdaftarnya tahu dan mie yang pada Siswa Sekolah Dasar. Jurnal Kesehatan
sebagai PIRT tidak mengandung formalin. Masyarakat Nasional Vol. 7, No. 11, Juni
Saran dari penelitian ini terkait dengan 2013:489-494.
beberapa sektor, antara lain: untuk manajemen 7. Hidayat, Y. dan Muharrami, LK. Kecenderu-
pasar hendaknya dapat melakukan pengawasan ngan Pilihan Jajanan Pangan Anak SD Ter-

46
Arumsari, Krianto, Wispriyono | Penggunaan Formalin Pada Pedagang Dan Produsen Mie Dan Tahu

hadap Jajanan Berformalin. Jurnal Pena 19. Mulasari, SA. Identifikasi Formalin Pada Ikan
Sains Vol. 1, No. 2, Oktober 2014:19-26. Asin Yang Dijual Di KAwasan Pantai Teluk
8. Friedenson, B. Preventing hereditary cancers Penyu Kabupaten Cilacap. KESMAS Vol. 10,
caused by opportunistic carcinogens. Journal No. 1, Maret 2016:15 – 24.
of Medicine and Medical Sciences Vol. 3(3), 20. Ismail, Sulasmi, dan Harahap, S. Deteksi For-
March 2012:160-178. malin Pada Bakso Goreng Mentah Yang Di-
9. WHO-IARC. IARC monographs on the jual Di Sekitar Darussalam Banda Aceh. Jur-
evaluation of carcinogenic risks to humans. nal Medika Veterinaria Vol. 8 No. 2, Agustus
Formaldehyde,2-Butoxyethanol and 1-tert-Bu- 2014:136-137.
toxypropan-2-ol. Volume 88. Lyon; 2006. 21. Sutiari, N.K dan Utami, D. Pembinaan peda-
10. Winarno, F.G. Keamanan pangan jilid 2. Ce- gang tahu di Pasar Badung mengenai bahaya
takan 1. Bogor: M-Brio Press; 2004. hal. 1 – penyalahgunaan formalin. Udayana Mengab-
20. di. 2011; Vol 10 (1): 27-30.
11. Badan POM RI. Petunjuk teknis cara identi- 22. Yenni, Z. Faktor-faktor yang berhubungan
fikasi bahan berbahaya dan pangan yang di- dengan penggunaan formalin pada pedagang
duga mengandung bahan berbahaya. Jakarta; tahu di Pasar Flamboyan Kota Pontianak. Jur-
2014. nal Ilmiah PANNMED. 2007; Vol 2 (1).
12. Peanasari, ARI., Djamil, SL., Rohmani, A. 23. Pardede, B. Tesis. Ketidaktaatan pelaku usaha
Pengaruh Formalin Peroral Terhadap Kadar industri rumah tangga pangan dalam penggu-
SGOT dan SGPT Tikus Wistar. Jurnal Ke- naan formalin dalam produk pangan. Univer-
dokteran Muhammadiyah Volume 2 Nomor sitas Indonesia. Depok; 2009.
1 Tahun 2015:34-38. 24. Habibah, T. P. Z. Identifikasi penggunaan
13. Tootian, Z., Tajik, P., Fazelipour, S., Taghva, formalin pada ikan asin dan faktor perilaku
M. 2007. Effect of Formaldehyde Injection in penjual d pasar tradisional Kota Semarang.
Mice on Testis Function. International Jour- Unes Journal of Public Health. 2013; 2 (3).
nal of Pharmacology, 3(5) 2007:421-424. Semarang
14. Badan POM RI. LAKIP 2013 : laporan akun- 25. Damayanti, S.E. Tesis.Faktor-faktor yang mem-
tabilitas kinerja pemerintah direktorat penga- pengaruhi praktek keamanan pangan penjaja
wasan produk dan bahan berbahaya. Jakarta; pangan jajanan anak sekolah di sekolah dasar
2013. negeri di Kota Tangerang Selatan tahun 2013.
15. Badan POM RI. Hasil monitoring dan evalua- Universitas Indonesia; 2014.
si pasar aman dari bahan berbahaya. Jakarta; 26. Wibawa, A. Faktor Penentu Kontaminasi
2015 Bakteriologik pada Makanan Jajanan di Se-
16. Saptarini, NM, Wardatim Y, Supriatn, U. kolah Dasar. Jurnal Kesehatan Masyarakat
Deteksi Formalin Dalam Tahu di Pasar Tra- Nasional. Vol. 3, No. 1, Agustus 2008: 3-8.
disional Purwakarta. Jurnal Penelitian Sains 27. Permadi, A. Disertasi. Analisis kebijakan
& Teknologi Vol. 12, No. 1, April 2011:37 – pencegahan penyalahgunaan formalin pada
44. produk perikanan (kasus di wilayah barat Pan-
17. Seftiana, BA, Alimuddin, Yusuf, B. Analisis tai Utara Jawa). Bogor; 2008.
Formalin pada Tahu di beberapa Tempat di 28. Kementerian Perdagangan Republik Indo-
Samarinda dengan Metode Spektrofotometri nesia. Peraturan Kementerian Perdagangan
ViS. Prosiding Seminar Tugas Akhir FMIPA Republik Indonesia nomor 75/M-DAG/
UNMUL. 2015. PER/10/2014 tentang perubahan kedua
18. Zilhadia andSusanti, S. Determination Of atas peraturan Menteri Perdagangan Nomor
Formaldehyde In Tofu From Ciputat Tradi- 44/M-DAG/ PER/9/2009 tentang penga-
tional Market With Colorimetry Method. daan, distribusi dan pengawasan bahan berba-
Valensi Vol. 2 No. 2, Mei 2011:399 404. haya. Jakarta; 2014.

47
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas |Oktober 2016 - Maret 2017 | Vol. 11, No. 1, Hal. 39-48

29. Cahyadi, W. Analisis dan aspek kesehatan ba-


han tambahan pangan. Vol 2. Bumi Aksara.
Jakarta; 2012.
30. Hartati, H. Analisis Manajemen Pengawasan
dan Pengendalian Penyalahgunaan Formalin
di Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 2,
No. 2, Oktober 2007. 51-57.
31. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Peraturan
Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta nomor 231 tahun 2014 tentang orga-
nisasi dan tata kerja dinas perindustrian dan
energi. Jakarta; 2014.
32. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Peraturan
Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibuko-
ta Jakarta nomor 233 tahun 2014 tentang
organisasi dan tata kerja dinas kesehatan. Ja-
karta; 2014
33. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Peraturan
Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta nomor 236 tahun 2014 tentang or-
ganisasi dan tata kerja dinas koperasi, usaha
mikro, kecil dan menengah serta perdaga-
ngan. Jakarta; 2014

48

Anda mungkin juga menyukai