Rigor mortis adalah tanda kematian yang dapat dikenali berupa kekakuan otot yang irreversible yang terjadi pada mayat. Rigor mortis akan mulai muncul 3 jam postmortem semakin bertambah hingga mencapai maksimal pada 12 jam postmortem. Kemudian berangsur-angsur akan menghilang sesuai dengan kemunculannya. Pada 12 jam setelah kekakuan maksimal maka rigor mortis menghilang. Faktor-faktor yang mempengaruhi kaku mayat : a. Keadaan lingkungan Pada keadaan yang kering dan dingin, kaku mayat lebih lambat terjadi dan berlangsung lebih lama dibandingkan pada lingkungan yang panas dan lembab. Pada kasus dimana mayat dimasukkan ke dalam air dingin, kaku mayat akan cepat terjadi dan berlangsung lebih lama. b. Usia Pada anak-anak dan orangtua, kaku mayat lebih cepat terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada bayi prematur biasanya tidak ada kaku mayat. Kaku mayat baru tampak pada bayi yang lahir mati tetapi cukup usia (tidak prematur) c. Cara kematian Pada pasien dengan penyakit kronis, dan sangat kurus, kaku mayat cepat terjadi dan berlangsung tidak lama. Pada pasien yang mati mendadak kaku mayat lambat terjadi dan berlansung lebih lama. d. Kondisi otot Terjadi kaku mayat lebih lambat dan berlangsung lebih lama pada kasus dimana otot dalam keadaan sehat sebelum meninggal, dibandingkan jika sebelum meninggal otot sudah lemah. 2. Livor mortis (lebam mayat) Livor mortis adalah perubahan warna kulit berupa warna biru kemerahan akibat terkumpulnya darah di dalam vena kapiler yang dipengaruhi oleh gaya gravitasi di bagian tubuh yang lebih rendah di sepanjang penghentian sirkulasi. Lebam mayat mulai terbentuk 30 menit-1 jam setelah kematian dan intensitas maksimal setelah 8-12 jam postmortem. Setelah 8-12 jam postmortem lebam mayat tidak akan menghilang dan dalam waktu 3-4 hari lebam masih dapat berubah. 3. Algor mortis (penurunan suhu) Penurunan suhu tubuh mayat akibat terhentinya produksi panas dan terjadinya pengeluaran panas secara terus menerus. Dipakai untuk memperkirakan saat kematian yaitu dengan memakai rumus berikut : 98,40 F – suhu rectal jenasah (0F)1,50F Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu mayat: a. Usia Penurunan suhu lebih cepat pada anak-anak dan orangtua dibandingkan orang dewasa. b. Jenis kelamin Wanita mengalami penurunan suhu tubuh yang lebih lambat dibandingkan pria karena jaringan lemaknya lebih banyak c. Lingkungan sekitar mayat Jika mayat berada pada ruangan kecil tertutup tanpa ventilasi, kecepatan penurunan suhu mayat akan lebih lambat dibandingkan jika mayat berada pada tempat terbuka dengan ventilasi yang cukup. 4. Decomposition (pembusukan) Decomposition adalah proses degradasi jaringan terutama protein akibat autolisis dan kerja bakteri pembusuk terutama Klostridium welchii. Ditandai dengan perut kanan bawah berwarna kehijauan yang menandakan bahwa kematian sudah lebih atau lebih sama dengan dari 24 jam. Jika warna kehijauan seluruh tubuh dan sudah bau berarti menandakan bahwa kematian sudah lebih dari 72 jam. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembusukan: a. Temperatur Temperatur yang paling cocok untuk proses pembusukan adalah antara 700- 1000F. Pembusukan akan melambat diatas temperatur 1000F dan dibawah 700F, dan berhenti dibawah 320F atau diatas 2120F. b. Udara Udara yang mempercepat pembusukan. Kecepatan pembusukan lebih lambat didalam air dan dalam tanah dibandingkan udara terbuka. c. Kelembaban Keadaan lembab mempercepat proses pembusukan. d. Penyebab kematian Bagian tubuh yang terluka biasanya lebih cepat membusuk. Mayat penderita yang meninggal karena penyakit kronis lebih cepat membusuk dibandingkan mayat orang sehat.
SUMBER: Buku Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik FK UI