Anda di halaman 1dari 42

KLASIFIKASI MASSA

BATUAN UNTUK LERENG


Slope Mass Rating
Slope Mass Rating
(#)

 Dikembangkan oleh Romana (1985, 1993, 1995)


 Berdasarkan 87 kasus di Valencia dan jenis kelongsoran bidang dan
toppling
 Modifikasi RMR (Bieniawski, 1983) khusus untuk kemantapan lereng
 Penambahan faktor penyesuaian : F4 (faktor koreksi terhadap metode
penggalian)
 Total ada 4 faktor penyesuaian (F1, F2, F3 dan F4)
 SMR diperoleh dengan menjumlahkan faktor penyesuaian yang
bergantung pada bidang diskontinyu dan metode penggalian
Sistem Klasifikasi yang harus dihitung dalam
SMR:
 Karakterisasi massa batuan (joint frekuensi, kondisi air)
 Perbedaan arah lereng dan kondisi kekar
 Perbedaan antara sudut lereng dan kekar – kondisi ini
mengontrol blok baji yang akan longsor
 Hubungan kemiringan kekar dengan normal dari kekuatan
geser kekar (bidang atau baji)
 Hubungan tegangan tangensial, yang berkembang sepanjang
kekar dengan geseran
SMR
(#)

SMR = RMRB – (F1 x F2 x F3) + F4


 RMRB dihitung dengan RMR Bieniawski
 F1 = bergantung pada kesejajaran kekar dan jurus lereng
 F2 = merujuk pada sudut kemiringan kekar pada model keruntuhan
bidang
 F3 = merefleksikan hubungan antara muka lereng dan kemiringan kekar.
Merujuk pada probabilitas kekar pada baji di muka lereng)
 Baik = lereng memiliki kemiringan 100 lebih besar dari kekar
 Sangat tidak menguntungkan
Hubungan RMR dan SMR

 Hall (1985)  SMR = 0,65 RMR +25

 Orr (1992)  SMR = 35 ln RMR – 71


Faktor Penyesuaian (Romana, 1985)
7
Faktor Penyesuaian Kekar (Romana, 1985)
8
Case Condition Very Favorable Fair Unfavorable Very
Favorable Unfavorable
P |aj – as| > 300 300 - 200 200 - 100 100 - 50 < 50

T |aj – as - 180|
P/T F1 = (1 – sin|aj – as|)2 0,15 0,4 0,7 0,85 1

P |bj| < 200 200 - 300 300 - 350 350 - 450 > 450

P F2 = tan2bj 0,15 0,4 0,7 0,85 1

T F2 = tan2bj 1 1 1 1 1

P |bj – bs| > 100 100 - 00 00 00 - (-100) < -100

T |bj + bs| < 1100 1100 - 1200 >1200

P/T F3 0 -6 -25 -50 -60

Method of Excavation Natural Presplitting Smooth Blasting / Defficient


Slope Blasting Mechanical blasting
F4 15 10 8 0 -8
Penyesuaian metode penggalian
(#)

Keterangan F4
i Lereng alamiah lebih stabil karena terbentuk akibat proses erosi dalam waktu -15
lama dan ada mekanisme penahan (vegetasi, sedikit air)
ii Penggunaan presplitting meningkatkan stabilitas lereng + 10
iii Penggunaan smooth blasting untuk lubang-lubang yang baik akan +8
meningkatkan stabilitas lereng
iv Peledakan normal. Penggunaan dengan sound method tidak mengubah 0
stabilitas lereng
v Peledakan tidak efisien, sering terlalu banyak bahan peledak, tidak -8
menggunakan peledakan beruntun atau lubang ledak tidak sejajar, stabilitas
buruk
vi Penggalian lereng dengan peralatan gali, selalu dengan ripper, hanya dapat 0
dilakukan pada batuan lemah atau batuan terkekarkan dan sering digabungkan
dengan peledakan. Bidang lereng sulit diidentifikasi.
Metode ini bisa menambah atau mengurangi tingkat kemantapan lereng
Perbandingan Tingkat Kerusakan akibat Pengaruh
Peledakan – nilai F4 (Swindells, 1985)

Depth of damaged zone


Excavation Methods No SMR F4
Range (m) Average (m)
Natural Slope 4 0 0 15
Presplit Blasting 3 0 – 0,6 0,5 10
Smooth Blasting 2 4–2 3 8
Poor Blasting -8
Mechanical Excavation 3 6-3 4 0
Peledakan Presplitting
 Baris lubang ledak yang dibor sepanjang permukaan
permukaan lereng akhir
 Masing-masing lubang diberi tanda

 Lubang harus dibuat sejajar (hingga + 2%)

 Jarak antara lubang 50 – 80 cm

 Isian diberi jarak (decoupled) dari dinding lubang ledak

 Isian sangat ringan

 Baris diledakkan sebelum peledakan utama


Peledakan Smooth Blasting
 Baris lubang ledak yang dibor sepanjang dinding
akhir
 Masing-masing lubang diberi tanda

 Lubang harus dibuat sejajar (hingga + 2%)

 Jarak antara lubang 60 – 100 cm

 Isian sangat ringan

 Baris diledakkan sebelum peledakan utama


(kadang-kadang menggunakan microdelays)
Peledakan Normal
 Masing-masing peledakan dikerjakan sesuai skema
yang telah ditetapkan sebelumnya
 Masing-masing lubang diberi tanda

 Isian diisi seminimal mungkin

 Peledakan dilakukan secara berturutan, menggunakan


waktu tunda atau microdelays
Deficient Blasting
 Menggunakan skema peledakan hanya dengan satu
aturan
 Isian tidak diisi seminimal mungkin

 Peledakan tidak dinyalakan secara berurutan


Parameter Pembobotan Kondisi Kekar
(Romana, 1985)
(#)

Roughness / Filling Rating Weathering Grade Rating


Very rough 10 Fresh I 6
Rough 9 Slightly weathered II 5
Slighty rough 8 Moderately weathered III 3
Smooth 6 Highly weathered IV 0
Slickensided or gouge 5 Completely weathered V 0
Soft gouge 0

Separation Opening Rating


Persistence Rating
Closed < 0,1 mm 9
Not persistent, not continuous 5
Moderate open - 1 mm 7
Subpersistent 3
Open 1 – 5 mm 5
Persistent, continuous 0
Very open > 5 mm 0
Kondisi Groundwater (ISRM, Romana)
(#)

Description Unfilled Joints OccasionalFilled Joints


Joint Flow Filling Flow
Completely Dry Dry No Dry No
Damp Stained No Damp No
Wet Damp No Wet Some drips
Dripping Wet Occasional Outwash Dripping
Flowing Wet Continuous Washed Continuous
Deskripsi Kelas SMR
(#)

Class No V IV III II I
SMR 0 - 20 21 - 40 41.- 60 61 - 80 81 - 100
Description Very bad Bad Normal Good Very goor
Stability Completely Unstable Partially Stable Completely
unstable unstable Stable
Failures Big planar / Planar / big Some joints/ Some None
soil like wedges many wedges blocks
Support Re-excavation Important/c Systematic Occasional None
orrective
Deskripsi Kelas SMR
(#)

SMR Plane Failures Wedge Failures


>75 None None
60 – 75 None Some
40 – 55 Big Many
15 – 40 Major No

SMR Toppling Failure Mass Failure


30 – 10 - Possible
> 30 None None
30 - 35 Major
50 - 65 Minor

SMR < 10 tidak tercatat, tidak mungkin terjadi


SMR < 20 runtuh secara cepat
Rekomendasi Penyangga
(#)

SMR Support System


65 – 100 None, scalling
45 – 70 Fences, net
30 – 75 Bolting, anchoring
20 – 60 Shotcrete, concrete
30 - 10 Total wall re-excavation normal in soil slopes, but less practical in rock
slopes, except if the instability mode is planar through a big
continuous joint

SMR 75 – 100 pada umumnya tidak perlu penyangga


SMR 65 slope stabil
Hubungan Sudut Lereng

Sudut lereng yang disarankan Untuk nilai RMR


(Pembobotan massa lereng, SMR) (Pembobotan massa batuan) sebesar:
75 o 81 - 100
65 o 61 - 80
55 o 41 - 60
45 o 21 - 40
35 o 00 – 20
21 Geological Strength Index
Perkiraan Kekuatan Massa Batuan dengan GSI
(Marinos & Hoek, 2000)
(#)

 Masukan dasar : UCS (ci) dan konstanta material (mi)


 Parameter diperkirakan dengan Tabel Marinos & Hoek, 2000
 Komponen terpenting dalam sistem Hoek – Brown: proses
pengurangan konstanta material ci dan mi dari laboratorium
untuk menentukan nilai insitu
Perkiraan UCS di lapangan
(Hoek & Brown, 1980)
(#)

Grade UCS PLI Schmidt Field Estimate of Examples


(MPa) (MPa) Hardnes Strength
s (Tipe
L)
R6 > 250 > 10 50 – 60 Rock material only Fresh basalt, chert,
Extremely chipped under diabase, gneiss,
Strong repeated hammer granite, quartz
blow & geological
hammer
R5 100 - 250 10 – 4 40 – 50 Requires many blows Amphibolite,
Very Strong of geological hammer sandstone, basalts,
to break intact rock gabbro, gneiss,
specimens granodiorite,
limestone, marble,
rhyolite, tuff
R4 50 - 100 4–2 30 – 40 Hard held specimen Limestone, marble,
Strong broken by a single phylite, sandstonr,
blow of a geological schist, shale
hammer
Perkiraan UCS di lapangan
(Hoek & Brown, 1980)
(#)

Grade UCS PLI Schmidt Field Estimate of Examples


(MPa) (MPa) Hardness Strength
(Tipe L)
R3 25 - 50 2-1 15 - 30 Firm blow with Claystone, coal,
geological pick indents concrete, schist, shale,
rock to 5 mm, knife siltstone
just scrapes surface
R2 25 - 5 < 15 Knife cuts material but Chalk, rock salt, potash
Weak too hard to shape into
triaxial specimens
R1 5-1 Material crumbies Highly weathered or
Very weak under firm blows of altered rock
geological pick, can be
scraped with knife
Extremely 1 – 0,25 Indented by thumbnail Clay gouge
Weak
Nilai Konstanta mi untuk Batuan Utuh (Hoek & Brown, 1980)
(#)
Hubungan antara nilai GSI dan Geologi Struktur
Batuan
(#)
Jenis Massa Batuan dan Kelas Massa Batuan
(#)
Jenis Batuan
(#)

 Karakterisasi massa batuan berdasarkan GSI akan


diplot ke dalam Tabel GSI untuk mengetahui
kisaran kualitas massa batuan
 Kohesi dan sudut gesek dalam massa batuan dapat
diperkirakan
(#)

Contoh Hasil
Karakterisasi
Batuan dengan GSI
Contoh Parameter Geomekanik menurut Hoek-Brown 2002

(#)
Jenis Data Batuan
(#)
Typical properties for very poor quality hard rock mass

Intact rock strength sci 20 MPa

Hoek_Brown constant mi 8

Geological Strength index GSI 30

Friction Angle F’ 240

Cohesive strength C’ 0,55 MPa

Rock mass compressive scm 1,7 MPa


strength
Rock mass tensile strength stm -0.01 MPa

Deformation modulus Em 1400 MPa

Poisson’s ratio n 0,3

Dilatation angle a 0

Post peak characteristic

Broken rock mass strength ff’ 38 MPa

Deformation modulus Efm 10000 MPa


Jenis Data Batuan
(#)
Typical properties for very good quality hard rock mass Typical properties for an average rock mass

Intact rock strength sci 150 MPa Intact rock strength sci 80 MPa

Hoek_Brown constant mi 25 Hoek_Brown constant mi 12

Geological Strength index GSI 75 Geological Strength index GSI 50

Friction Angle F’ 460 Friction Angle F’ 330

Cohesive strength C’ 13 MPa Cohesive strength C’ 3,5 Mpa

Rock mass compressive scm 64.8 MPa Rock mass compressive scm 13 MPa
strength strength
Rock mass tensile strength stm -0.9 MPa Rock mass tensile strength stm -0.15 MPa

Deformation modulus Em 42000 MPa Deformation modulus Em 9000 MPa

Poisson’s ratio n 0,2 Poisson’s ratio n 0,2

Dilatation angle a f/4 = 11,50 Dilatation angle a f/8 = 40

Post peak characteristic Post peak characteristic

Cohesive strength ff’ 380 Broken rock mass strength ff’ 8 MPa

Deformation modulus Efm 10000 MPa Deformation modulus Efm 5000 MPa
33 Kriteria Hoek and Brown
Kriteria Hoek – Brown untuk GSI
(#)

 S1’ dan s

 Untuk Batuan Utuh


Perbedaan Hasil Peledakan (Hoek & Brown)
(#)
Faktor Ketergangguan (Disturbance Factor)
(Marinos & Hoek, 2000)

Excellent quality controlled blasting or excavation D=0


by Tunnel Boring Machine result in minimal
distubance to the confined rock mass surronding a
tunnel

Mechanical or hand excavation in poor quality rock D=0


masses (no blasting) results in minimal disturbance
to the surrounding rock mass D = 0.5
Where squeezing problems results in significant
(no invert)
floor heave, disturbance can be severe unless a
temporary invert
Very poor quality blasting in hard rock tunnel
results in severe local damage, extending 2 or 3 m,
in the surrounding rock mass
D = 0.8
Small scale blasting in civil engineering slopes results D = 0.7
in modest rock mass damage, particularly if Poor blasting
controlled blasting in used as shown on the left hand
side of the photograph. However, stress relief results D = 1.0
in some disturbance Good blasting

Very large open pit mine slopes suffer significant D = 1.0


disturbance due to heavy production blasting and Production blasting
also due to stress relief from overburden removal. D = 0.7
In some softer rocks excavation an be carried out by Mechanical
ripping and dozing and the degree of damage to the excavation
slopes is less
Parameter Mohr – Coulomb
(Hoek & Brown, 1980)
(#)
Hubungan GSI dan Sudut Geser Dalam
(Hoek & Brown, 1980)
(#)
Klasifikasi Strength – Size (Franklin, 1975)
(#)
Diagram untuk evaluasi awal kestabilan
terowongan (Franklin, 1975)
(#)
Hubungan antara Tingkat Penyangga dan
Kebutuhan Jumlah Penyangga
(#)

Anda mungkin juga menyukai