GAMBARAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP LANJUT USIA PADA
KELUARGA BINAAN PUSKESMAS KRESEK, KECAMATAN KRESEK,KABUPATEN TANGERANG, PROVINSI BANTEN
Disusun Oleh:
KELOMPOK 8
Kartika Widyanindhita Kusumawati 1102013145
Muhammad Faisal Alim 1102012171 Raesya Dwi Ananta 1102013239
Pembimbing: DR. Rifqatussa’adah, SKM, M.Kes
KEPANITERAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI PERIODE 21 MEI 2018 – 30 JUNI 2018 Pendahuluan
Negara Indonesia merupakan negara berkembang yang telah
memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structural population). Kemajuan di bidang kesehatan berdampak pada meningkatnya kualitas kesehatan serta meningkatnya umur harapan hidup. Akibatnya jumlah penduduk yang berusia lanjut semakin meningkat. Organisasi kesehatan dunia WHO telah memperhitungkan pada tahun 2020 Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah lansia tertinggi di dunia. Tahun 2050, presentasi lansia di dunia diperkirakan, untuk pertama kalinya dalam sejarah, akan melampaui populasi anak-anak berusia 14 tahun ke bawah. Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat pada populasi lansia akan terjadi di Indonesia (Papalia, 2009). Usia yang dijadikan patokan sebagai lanjut usia berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Menurut organisasi kesehatan dunia WHO ada empat tahap batasan umur yaitu usia pertengahan (middle age) antara tahun 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun dan usia tua (old) antara 75-90 tahun, serta usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2008) Peningkatan populasi lanjut usia di Indonesia dimulai pada tahun 1971 sebesar 4,48%, pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia sebesar 7,28%, kemudian pada tahun 2010 meningkat menjadi 9,77%, dan pada tahun 2020 diproyeksikan menjadi sebesar11,34% (Astuti et al, 2007). Dilihat sebaran penduduk lansia menurut provinsi, persentase penduduk lansia paling tinggi ada di Provinsi DI Yogyakarta (13,04%), Jawa Timur (10,40%), Jawa Tengah (10,34%), sedangkan Sumatera Barat menduduki posisi ke tujuh yaitu 8,09% (Susenas,2012). Lanjut usia (lansia) bukan merupakan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Proses alami ditandai dengan semakin rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan, pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010)
Penurunan kondisi fisik lanjut usia berpengaruh pada kondisi psikis.
Dengan berubahnya penampilan, menurunnya fungsi panca indra menyebabkan lanjut usia merasa rendah diri, mudah tersinggung dan merasa tidak bergunalagi. Kondisi kesehatan mental lanjut usia pada umumnya menunjukan bahwa mereka tidak mampu melakukan aktivitas sehari-hari, mereka mengeluh mengalami gangguan tidur. Mereka merasa tidak senang dan bahagia dalam masa tuanya karena berbagai kebutuhan hidup dasar tidak terpenuhi, dan merasa sedih maupun khawatir terhadap keadaan lingkungannya. Dalam sosialisasi dengan masyarakat pun menjadi kurang aktif. Dengan demikian dukungan sosial keluarga menjadi penting pada masa lansia. Faktor risiko pada lansia tersebut mempengaruhi perubahan yang terjadi pada di sistem tubuh, termasuk sistem cerna yang berakibat pada gangguan kesehatan terutama gangguan pemenuhan nutrisi. Perubahan pada sistemcerna mengakibatkan kemunduran dalam mencerna makanan. Faktor risiko lain yang mempengaruhi asupan makanan pada lansia yaitumasalah penyakit yang diturunkan, misalnya Diabetes Militus, lansia c enderung mengkonsumsi makanan yang berlebih dan beresiko terjadi obesitas.Kehilangan pasangan dan kesepian yang dialami lansia kemungkinan akan merubah pola dan nafsu makan lansia, sehingga asupan nutrisi kurang dari kebutuhan (Rosenbloom dan Whittington, 1993 dalam Miller, 1995) sertagaya hidup yang tidak sehat sangat beresiko terhadap kesehatan lansia. Oleh sebab itu lansia termasuk dalam kelompok usia berisiko terhadapmasalah kesehatan. Menurut Sudiarto Kusumoputro (2002) bahwa setelah seseorang memasuki masa lansia, maka dukungan sosial dari orang lain menjadi sangat berharga dan akan menambah ketentraman hidupnya. Namun demikian dengan adanya dukungan sosial tidaklah berarti bahwa setelah memasuki masa lansia seseorang hanya tinggal duduk, diam, tenang dan berdiam diri saja. Untuk menjaga kesehatan baik fisik maupun kejiwaannya lansia justru harus tetap melakukan aktivitas-aktivitas yang berguna bagi kehidupannya. Lansia tidak boleh duduk diam, enak dan semua dilayani oleh orang lain. Hal ini justru akan mendatangkan berbagai penyakit dan penderitaan, sehingga bisa menyebabkan para lansia tersebut cepat meninggal (Azizah, 2011). Dukungan sosial bagi lansia sangat diperlukan selama lansia masih mampu memahami makna dukungan sosial tersebut sebagai penyokong atau penopang kehidupannya. Namun dalam kenyataannya ada sebagian lansia yang mampu memahami dan memanfaatkan dukungan sosial dengan optimal dan ada pula lansia yang kurang mampu memahami adanya dukungan sosial dari orang lain, sehingga meskipun lansia telah menerima dukungan sosial tetapi masih saja menunjukan adanya ketidakpuasan, yang ditampilkan dengan perilaku yang maladaptif seperti kecewa, kesal dan perilaku menyimpang lainnya (Kuntjoro, 2002). Dukungan sosial didefinisikan oleh Gottlied (1983) dalam Fatimah (2010), sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah lakuyang diberikan oleh orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan sosialnya atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya. Keluarga berperan penting dalam kehidupan lansia, 80% keluarga akan mendukung lansia dan biasanya anak yang sudah dewasa yang menjadi sumber support lansia. Setiap hari manusia selalu berhubungan dan tidak lepas dari kehangatan sebuah keluarga, keadaan ini perlu kita sadari sepenuhnya bahwa setiap individu merupakan bagian dari keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat. Masalah kesehatan anggota keluarga saling terkait dengan berbagai masalah anggota keluarga yang lainnya, jika ada satu anggota keluarga yang bermasalah kesehatannya pasti akan mempengaruhi pelaksanaan dari fungsi-fungsi keluarga tersebut. Dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Dukungan keluarga akan menambah rasa percaya diri dan motivasi untuk menghadapi masalah dan meningkatkan kepuasan hidup. Meningkatnya jumlah lansia menimbulkan masalah terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan lansia. Sampai saat ini keluarga masih merupakan tempat berlindung yang paling disukai para lansia (Suprajitno, 2004). Dukungan dan fungsi keluarga sangat penting dalam kehidupan lansia, dimana sekitar 85% lansia tinggal bersama dengan keluarga (Stanhope &Lancaster, 2004). Aspek pemenuhan nutrisi lansia memerlukan bantuan keluarga terutama dalam penyediaan makanan, dikarenakan ketidak mampuan lansia dalam membeli bahan makanan, menyiapkan makanan, dan bahkan untuk makan (Meiner, 2006). Dukungan keluarga yang diharapkan dapat mencegah lansia mengalami gangguan nutrisi, baik gizi kurang maupun gizi lebih. Keluarga adalah yang paling dekat dengan lansia dan keluarga yang diharapkan akan dapat memberikan dukungan pada lansia berhubungan dengan perubahan fisiologis dan psikologis yang dialaminya, karena setidaknya 80% lansia membutuhkan dukungan dari keluarga (Schmall &Pratt, 1993 dalam Lueckenotte, 1996). Menurut Caplan (1976) keluarga dapat memberikan empat macam dukungan, yaitu 1) Dukungan emosional( Emotional support ), keluarga mendengarkan keluhan lanjut usia danmemberikan saran pemecahan masalah, 2) Dukungan instrumental( Instru mental support), dalam hal ini keluarga memberikan bantuan yang baik terhadap lansia berupa keuangan (financial), membantu pekerjaanrumah tangga dalam mempersiapkan makanan dan menyediakantransportasi untuk membeli kebutuhan makanan lansia 3) Dukunganinformasional ( Informational support ), yaitu keluarga berfungsi sebagai pencari informasi tetang kebutuhan nutrisi untuk lansia, memberikanke butuhan kesehatan keluarga, 4) Dukungan penghargaan ( Appraisal support), keluarga bertindak dalam memberikan umpan balik dalam mengevalusi diri anggota keluarga. Dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan keluarga, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang akan terjadi akan meningkat (Tamher, 2011). Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan fasilitasi kebutuhan lansia (Maryam, 2008). Berdasarkan hal diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui gambaran dukungan keluarga terhadap lanjut usia pada keluarga binaan.