Anda di halaman 1dari 13

PEMERIKSAAN TOTAL PROTEIN

Oleh :
Nama : Sekar Tyas Pertiwi
NIM : B1A016080
Rombongan : III
Kelompok :2
Asisten : Persona Gemilang

LAPORAN PRAKTIKUM IMUNOBIOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Protein adalah suatu makromolekul yang tersusun atas molekul-molekul asam


amino yang berhubungan satu dengan yang lain melalui suatu ikatan yang dinamakan
ikatan peptida. Sejumlah besar asam amino dapat membentuk suatu senyawa protein
yang memiliki banyak ikatan peptida, karena itu dinamakan polipeptida. Secara umum,
protein berfungsi dalam sistem komplemen, sumber nutrisi, bagian sistem buffer
plasma, dan mempertahankan keseimbangan cairan intra dan ekstraseluler. Berbagai
protein plasma terdapat sebagai antibodi, hormon, enzim, faktor koagulasi, dan transport
substansi khusus. Protein-protein kebanyakan disintesis di hati. Hepatosit-hepatosit
mensintesis fibrinogen, albumin, dan 60 – 80 % dari bermacam-macam protein yang
memiliki ciri globulin. Globulin-globulin yang tersisa adalah imunoglobulin (antibodi)
yang dibuat oleh sistem limforetikuler (Anna, 1994).
Penetapan kadar protein dalam serum biasanya mengukur protein total, dan
albumin atau globulin. Ada satu cara mudah untuk menetapkan kadar protein total, yaitu
berdasarkan pembiasan cahaya oleh protein yang larut dalam serum. Penetapan ini
sebenarnya mengukur nitrogen karena protein berisi asam amino dan asam amino berisi
nitrogen. Total protein terdiri atas albumin (60%) dan globulin (40%). Bahan
pemeriksaan yang digunakan untuk pemeriksaan total protein adalah serum. Bila
menggunakan bahan pemeriksaan plasma, kadar total protein akan menjadi lebih tinggi
3 – 5 % karena pengaruh fibrinogen dalam plasma. Cara yang paling sederhana dalam
penetapan protein adalah dengan refraktometer (dipegang dengan tangan) yang
menghitung protein dalam larutan berdasarkan perubahan indeks refraksi yang
disebabkan oleh molekul-molekul protein dalam larutan. Indeks refraksi mudah
dilakukan dan tidak memerlukan reagen lain, tetapi dapat terganggu oleh adanya
hiperlipidemia, peningkatan bilirubin, atau hemolysis (Bratawidjaya, 2002).
Saat ini, pengukuran protein telah banyak menggunakan analyzer kimiawi
otomatis. Pengukuran kadar menggunakan prinsip penyerapan (absorbance) molekul zat
warna. Protein total biasanya diukur dengan reagen Biuret dan tembaga sulfat basa.
Penyerapan dipantau secara spektrofotometri pada λ 546 nm. Albumin sering
dikuantifikasi sendiri, sedangkan globulin dihitung dari selisih kadar antara protein total
dan albumin yang diukur (Bellanti, 2007).
Alga spirulina merupakan sumber nutrisi penting dalam pola makan tradisional
beberapa populasi Afrika dan Meksiko. Spirulina mengandung kandungan tinggi protein
(hingga 70%), bersama dengan sejumlah besar asam lemak esensial, asam amino
esensial, mineral, vitamin (terutama B12), pigmen antioksidan (phycobiliprotein dan
karotenoid) dan polisakarida. Spirulina platensis mengandung 13,6% karbohidrat,
komposisi gula yang terutama terdiri dari glukosa bersama dengan rhamnose, manosa,
xilosa, galaktosa dan dua gula yang tidak biasa. Selain itu, juga mengandung komponen
lain seperti ω-3 dan ω-6 polyunsaturated fatty acid, provitamin dan senyawa fenolik.
Akibatnya, produksi komersial Spirulina telah mendapatkan perhatian dunia untuk
digunakan dalam suplemen makanan manusia, pakan ternak dan obat-obatan. Dalam
budidaya, Spirulina digunakan sebagai aditif pakan untuk meningkatkan pertumbuhan,
efisiensi pakan, kualitas karkas, dan respon fisiologis terhadap penyakit pada beberapa
spesies ikan. Komposisi biokimia mikroalga dikenal sebagai kondisi budaya terkait.
Banyak faktor lingkungan seperti suhu, konsentrasi nutrisi, iradiasi cahaya. Oleh karena
itu, kualitas cahaya digunakan untuk menginduksi pertumbuhan dan biosintesis lipid
dalam Spirulina sp (Vo et al., 2017).

B. Tujuan
Tujuan praktikum kali ini adalah untuk melakukan pemeriksaan kadar total
protein serum dalam darah.
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah akuades, larutan standar,
reagen biuret, dan serum sampel.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tabung reaksi, rak tabung
reaksi, yellow tip, blue tip, sentrifugator, mikropipet, spuit 3 ml, tourniquet, tabung
Eppendorf dan spektrofotometer.

B. Cara Kerja

1. Sebanyak 2 ml reagen biuret ditambah 40 µl akuades sebagai larutan blanko.


2. Sebanyak 2 ml larutan biuret ditambah 40 µl larutan standar sebagai larutan
standar.
3. Sebanyak 2 ml larutan biuret ditambah 40 µl sampel sebagai larutan sampel.
4. Ketiga larutan tersebut diinkubasi selama 10 menit pada suhu kamar lalu di
spektrofotometer dengan panjang gelombang 540 nm.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1. Hasil pemeriksaan kadar total protein

Kelompok Dosis Absorbansi sampel Kadar total protein rombongan (g/dL)

1 0 0,393 4,987
2 2 0,392 4,974
3 3 0,441 5,596
4 4 0,400 5,076
5 5 0,396 5,025

Perhitungan kelompok

absorbansi sampel 0,392


Kadar total protein = absorbansi standar x 5 g/dl = 0,394 x 5 gl/dl = 4,974 g/dL

Tabel 3.1. Hasil pemeriksaan kadar albumin

Kelompok Dosis Absorbansi sampel Kadar albumin rombongan(g/dL)

1 0 1,041 7,100
2 2 0,711 4,849
3 3 0,677 4,618
4 4 0,678 4,624
5 5 0,792 5,402

Perhitungan kelompok

absorbansi sampel 0,771


Kadar albumin = absorbansi standar x 5 g/dl = 0,733 x 5 g/dl = 4,849 g/dL

Tabel 3.3. Status Imunitas Mencit

Kelompok Dosis Globulin alb/glob Status imunitas

1 0 -2,113 -3,328 buruk


2 2 0,125 38,792 baik
3 3 0,978 4,721 baik
4 4 0,452 10,88 baik
5 5 -0,377 -14,328 buruk
Perhitungan kelompok

Globulin = total protein-albumin = 4,974 - 4,849 = 0,125


Alb/glb = 4,849/0,125
Status imunitas = 38,792
B. Pembahasan

Spirulina dapat digunakan sebagai bahan pangan fungsional karena kandungan


proteinnya yang tinggi. Spirulina juga dapat dimanfaatkan sebagai protein sel tunggal,
sebagai sumber karotenoid, klorofil serta sumber mikronutrien (Aduli & Kashani,
2015). Protein, asam lemak esensial, vitamin, mineral, dan klorofil serta fikosianin
adalah komponen yang terkandung di dalam spirulina yang menjadikan spirulina dpat
dijadikan sebagai bahan makanan penyembuh atau obat. Pemanfaatan Spirulina
platensis sebagai makanan atau suplemen telah dilakukan oleh penduduk Afrika sebagai
sumber makanan tradisional dan di Amerika Utara telah digunakan sebagai suplemen
makanan. Sebuah studi menyebutkan bahwa tanaman ini memungkinkan membantu
sistem imun dalam melawan infeksi (Babadzhanov, 2004). Pigmen fikobiliprotein pada
Spirulina platensis terdiri dari pigmen fikosianin, dan allofikosianin dimana pigmen
fikosianin adalah pigmen paling dominan sehingga digolongkan sebagai mikroalga biru-
hijau (Cyanophyta). Pigmen fikobiliprotein yang mempunyai struktur mirip dengan
bilirubin diketahui mempunyai efek meredam beberapa spesies oksigen reaktif secara in
vivo. Pigmen fikobiliprotein dapat memiliki aktivitas antioksidan dan adanya suatu
kemungkinan bahwa aktivitas ini dapat melindungi sel hidup dari stres oksidatif.
Berdasarkan literatur, diketahui bahwa pigmen fikobiliprotein pada Spirulina platensis
memiliki aktivitas antioksidan secara peredaman radikal bebas oleh 2,2’-azobis (2-
amidinopropane) dihydroxychloride (AAPH) (Hirata et al., 1981).
Karbon tetraklorid atau CCl4 adalah suatu senyawa hepatotoksik yang
menyerang organ hepar dimana hal tersebut menyebabkan pengaruh bagi produksi total
protein darah. Menurunnya total protein kurang dari normal berpotensi menunjukkan
masalah pada organ hati. Perubahan primer pada turunnya total protein adalah
menurunya tekanan onkotik koloid yang disebabkan oleh hilangnya protein secara masif
melalui urine. Hal ini mendorong perpindahan cairan ke dalam interstitial. Senyawa
CCl4 merupakan senyawa dalam bentuk cair, jernih, tidak berwarna, mudah menguap,
serta larut dalam minyak. CCl4 dapat diubah menjadi CCl3 dengan bantuan sitokrom p-
450 dimana CCl3 ini merupakan senyawa radikal bebas yang memiliki kecenderungan
merusak akibat hilangnya satu elektron dari kulit terluarnya. Banyaknya produk radikal
bebas akan menyebabkan stress oksidatif karena ketidakseimbangan antioksidan
endogen dengan radikal bebas yang ada. Ketidakseimbangan tersebut dapat ditangani
oleh Spirulina sp. yang mengandung protein tinggi sehingga konversi CCl4 menjadi
CCl3 dapat diminamilisir (Shuo, 2016).
Protein adalah suatu makromolekul yang tersusun atas molekul-molekul asam
amino yang berhubungan satu sama lain melalui ikatan peptida. Sejumlah besar asam
amino dapat membentuk suatu senyawa protein yang memiliki banyak ikatan peptida
yang dinamakan polipeptida. Secara umum, protein berfungsi dalam sistem komplemen,
sumber nutrisi, bagian sistem buffer plasma, dan mempertahankan keseimbangan cairan
intra dan ekstraseluler. Berbagai protein plasma terdapat sebagai antibodi, hormon,
enzim, faktor koagulasi, dan transport substansi khusus (Setiawan, 2013). Penetapan
kadar protein dalam serum biasanya mengukur total protein dan albumin atau globulin.
Ada satu cara mudah untuk menetapkan kadar protein total, yaitu berdasarkan
pembiasan cahaya oleh protein yang larut dalam serum. Penetapan ini sebenarnya
mengukur nitrogen karena protein berisi asam amino dan asam amino berisi nitrogen.
Total protein terdiri atas albumin (60%) dan globulin (40%). Bahan pemeriksaan yang
digunakan untuk pemeriksaan total protein adalah serum. Bila menggunakan bahan
pemeriksaan plasma, kadar total protein akan menjadi lebih tinggi 3-5% karena
pengaruh fibrinogen dalam plasma (Shuo, 2016).
Menurut Muchtaromah et al., (2012), penentuan total protein menggunakan
metode biuret dilakukan dengan cara mengambil sampel protein ditambah reagen biuret
kemudian dikocok dan didiamkan selama 30 menit pada suhu kamar. Selanjutnya
larutan tersebut diukur serapannya dengan spektrofotometer UV-VIS pada λ maksimum
yang diperoleh dari pengukuran larutan standar BSA. Blanko dipipetkan air dan
ditambah dengan reagen biuret dikocok dan didiamkan selama 30 menit pada suhu
kamar, selanjutnya diukur serapannya dan diulangi 3 kali.
Prinsip penetapan kadar protein dalam serum dengan metode biuret adalah
pengukuran serapan cahaya kompleks berwarna ungu dari protein yang bereaksi dengan
pereaksi biuret dimana, yang membentuk kompleks adalah protein dengan ion Cu2+
yang terdapat dalam pereaksi biuret dalam suasana basa. Semakin tinggi intensitas
cahaya yang diserap oleh alat maka semakin tinggi pula kandungan protein yang
terdapat di dalam serum tersebut. Reaksi biuret terdiri dari campuran protein dengan
sodium hidroksida (berupa larutan) dan tembaga sulfat. Warna ungu adalah hasil dari
reaksi ini (Gilvery, 1996).
Protein adalah zat yang penting bagi manusia, serta bahan pembentuk enzim dan
hormon dalam tubuh. Manusia membutuhkan sekitar 1 g protein/kg berat badan per
hari. Untuk memenuhi kebutuhan protein, cara alternatif yang digunakan adalah untuk
memproduksi makanan fungsional atau suplemen yang mengandung protein tinggi
seperti dari ganggang Spirulina sp. Spirulina adalah cyanobacteria berbentuk spiral,
memiliki klorofil, dan mengandung protein sekitar 50-70% berat kering, beberapa
vitamin dan mineral. Spirulina platensis dapat dibudidayakan pada media air tawar, air
payau atau air laut. Untuk kebutuhan obat--obatan dan makanan manusia, Spirulina
platensis dibudidayakan di air tawar lebih baik karena memiliki kandungan protein yang
tinggi dan kandungan sodium rendah. Spirulina platensis dibudidayakan di media air
laut memiliki fikosianin dan karbohidrat yang tinggi, dan memiliki biaya produksi
rendah (Christwardana et al., 2013). CCl4 adalah suatu senyawa hepatotoksik yang
menyerang organ hepar dimana hal tersebut menyebabkan pengaruh bagi produksi total
protein darah. Menurunnya total protein kurang dari normal berpotensi menunjukkan
masalah pada organ hati (Shou, 2016).
Spirulina platensis adalah mikroalga yang merupakan sumber hayati yang dapat
memproduksi berbagai senyawa kimia yang dapat dimanfaatkan sebagai suplemen maupun
sumber obat alami. Spirulina selain digunakan sebagai pakan alami, juga diketahui memiliki
pengaruh yang baik pada sistem kekebalan. Senyawa kimia yang terkandung dalam S.
platensis diantaranya adalah fikosianin yang telah diketahui mampu meningkatkan sistem
kekebalan tubuh, mengandung antioksidan, antiinfamasi, serta neuroprotective
(Firdiyani et al., 2015). Pembuatan suplementasi spirulina yaitu dilakukan dengan cara
bubuk Spirulina sp. 0 gr, 2 gr, 3 gr, 4 gr, dan 5 gr dihomogenkan dengan 100 ml
akuades. Setelah Spirulina sp. dihomogenkan dengan akuades, dicampurkan dengan 250
gr pelet mencit yang telah diletakkan di baki dengan hati-hati agar pelet mencitnya tidak
pecah sampai merata. Setelah itu dijemur sampai kering di bawah sinar matahari.
Setelah kering, disimpan ke dalam toples tertutup agar tidak ada jamur yang tumbuh.
Pengukuran total protein dari sampel darah dilakukan dengan cara membuat tiga
larutan yaitu larutan blanko, larutan standar, dan larutan sampel. Larutan blanko
digunakan untuk menetralkan spektrofotometer untuk dilakukan uji dengan dosis
berbeda. Larutan standar berfungsi sebagai pembanding dari berbagai dosis. Larutan
sampel digunakan tiap-tiap kelompok. Larutan blanko dibuat dengan melarutan 2 ml
reagen biuret ditambah 40 µl akuades. Larutan standar dibuat dengan melarutkan 2 ml
reagen biuret ditambah 40 µl larutan standar. Larutan sampel dibuat dengan melarutkan
2 ml reagen BCG ditambah 40 µl sampel serum. Ketiga larutan tersebut diinkubasi
selama 10 menit, kemudian diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer
dengan panjang gelombang 540 nm. Spektrofotometer adalah suatu alat ukur yang
digunakan untuk mendeteksi konsentrasi suatu zat berdasarkan absorbansi cahaya pada
panjang gelombang tertentu. Cahaya dengan rentang gelombang tertentu akan
ditembakan kepada kuvet yang berisi sampel pada spektrofotometer, kemudian nilai
absorbansi dari cahaya yang diserap akan dikonversi sebagai konsentrasi larutan pada
kuvet tersebut (Nadhira et al., 2017).
Berdasarkan hasil praktikum yang didapat yaitu nilai absorbansinya berbeda-
beda tiap kelompok. Kelompok 1 dengan kadar spirulina 0 gr menunjukkan hasil
absorbansi 0,393 dengan kadar protein 4,987 g/dL, kelompok 2 dengan kadar spirulina
2 gr menunjukkan hasil absorbansi 0,392 dengan kadar protein 4,974 g/dL, kelompok 3
dengan kadar spirulina 3 gr menunjukkan hasil absorbansi 0,441 dengan kadar protein
5,596 g/dL, kelompok 4 dengan kadar spirulina 4 gr menunjukkan hasil absorbansi
0,400 dengan kadar protein 5,076 g/dL, dan kelompok 5 dengan kadar spirulina 5 gr
menunjukkan hasil absorbansi 0,396 dengan kadar protein 0,5025 g/dL. Hal tersebut
tidak sesuai dengan pendapat Susanna et al. (2007), dimana sampel yang digunakan
telah diberi pakan dengan Spirulina sp. akan memiliki kandungan protein tinggi.
Winarno, (2002) berpendapat bahwa, ketidaksesuaian tersebut dapat terjadi karena
kesalahan pengerjaan sampel kurang hati-hati ataupun kondisi mencit sebelum diambil
spesimen darahnya.
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kadar


total protein dalam serum darah dengan pemberian suplementasi Spirulina platensis
dengan kadar 0 gram, 2 gram, 3 gram, 4 gram, dan 5 gram secara berturut-turut antara
lain 4,987 g/dL, 4,974 g/dL, 5,596 g/dL, 5,076 g/dL, dan 5,025 g/dL.
DAFTAR PUSTAKA

Aduli, E. O. M. & Arash, K., 2015. Moleculer genetics-nutrition interactions in the


expression of AANAT, ADRB3, BTG2 and FASN genes in the heart, kidney and
liver of Australian lambs supplemented with Spirulina (Arthrospira plantesis).
Genes Genom, vol. 37, pp. 633-644.

Anna, P., 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.


Babadzhanov, A. S., 2004. Chemical Com-posotion of Spirulina platensis cultivated in
Uzbekistan. Chemis-try of Natural Compounds, vol. 43, pp. 21-27.

Baratawidjaya, K. G., 2002. Imunologi Dasar Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas


Kedokteran UI.
Bellanti, J. A., 2007. Imunologi III. Yogyakarta: UGM Press.
Christwardana, M., Nur, M. A. & Hadiyanto., 2013. Spirulina platensis: Potensinya
Sebagai Bahan Pangan Fungsional. Jurnal Aplikasi Teknologi Pakan, 2(1), pp. 1-
4.
Firdiyani, F., Tri, W. A. & Widodo, F. M., 2015. Ekstraksi Senyawa Bioaktif sebagai
Antioksidan Alami Spirulina platensis Segar dengan Pelarut yang Berbeda.
JPHPI, 18(1), pp. 28-37.
Gilvery, M C., 1996. Biokimia Suatu Pendekatan Fungsional. Surabaya: Airlangga
University Press.
Hirata, H., Andarias, I. & Yamasaki S., 1981. Effect of Salinity Temperature on the
Growth of The Marine Phytoplankton Chlorella saccharophila. Mem. Fac.Fish.
Kaghosima Univ, vol. 30, pp. 257-262.
Muchtaromah, Bayyinatul, Sutiman, B., Sumitro, Soemarno & Trini, S., 2012. Isolasi
dan Karakterisasi Protein 100kDa dari Membran Kepala Spermatozoa Kambing.
J.Exp. Life Science, 2(1), pp. 13-19.
Nadhira, V., Endang, J., Lidzikri, I. F. & Rizky, T. W., 2017. Alat Ukur Portable kadar
Logam Mangan Besi dalam Air Menggunakan Prinsip Spektrofotometer.
J.Oto.Ktrl.Inst, 9(2), pp. 71-80.
Setiawan, F. B., 2013. Penerapan Prinsip Jurisdictional Immunities Of The State
Terhadap Imunitas Negara Dalam Rangka Pelaksanaan Jus Cogens. UNS
Repository, 23(19), pp. 103-108.
Shuo, L., 2016. Immunity Status of IPA Patients With Structural Lung Diseases in
Chinese Adults. CHEST Journal, 86(19), pp. 1005-1008.
Susanna, D., Zakianis, Ema, H. & Haryo K. A. 2007. Pemanfaatan Spirulina platensis
sebagai Suplemen Protein Sel Tunggal (PST) Mencit (Mus muscullus). Makara
Kesehatan, 11(1), pp. 44-49.
Vo, T., Ngoc, N., Phong, H., Hung, N., Tran, N., Dat, R. & Phuc, N., 2017. The Growth
and Lipid Accumulation of Spirulina sp. Under Different Light Conditions. World
Journal of Food Science and Technology, 1(3), pp. 101-104.
Winarno., 2002. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Anda mungkin juga menyukai