Anda di halaman 1dari 9

1

Analisis Kadar Klorida Pada Mata Air Sudhamala Dengan Titrasi


Argentometri Metode Mohr

I Wayan Madiya, Putu Septian Eka A. P., Ni Luh Putu Suarsani,


Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Pendidikan Ganesha

ABSTRAK
Mata air Sudhamala merupakan salah satu mata air alami yang berasal
dari mata air aquiver yang terdapat di Kelurahan Banyuasri, Kecamatan
Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali. Mata air ini umumnya digunakan sebagai
air minum langsung konsumsi dan sebagai obat oleh masyarakat Banyuasri dan
sekitarnya tanpa pengolahan lebih lanjut. Untuk menghindari kemungkinan
dampak negatif yang terjadi terhadap penggunaan mata air ini, maka perlu
dilakukan penelitian terhadap kualitas air minum tersebut. Adapun teknik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan titrasi argentometri metode Mohr.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) menganalisis kadar klorida
pada mata air Sudhamala, dan (2) mendeskripsikan kualitas mata air Sudhamala
di Kelurahan Banyuasri, Singaraja berdasarkan parameter klorida.
Titrasi Argentometri metode Mohr menggunakan ion kromat (CrO4 2 )
sebagai indikator. Apabila ke dalam larutan yang mengandung ion klorida
ditambahkan indikator K2CrO4 dan selanjutnya dititrasi dengan larutan standar
AgNO3, maka pada titik akhir titrasi akan terbentuk endapan merah kecoklatan
Ag2CrO4. Untuk mengetahui jumlah ion klorida dalam air, digunakan titrasi
blanko sebagai pembanding untuk menstandarisasi AgNO3 yang selanjutnya
digunakan untuk mentitrasi aquades. Dari hasil analisis data dapat disimpulkan
bahwa kadar klorida air Sudhamala sebanyak 15,30 mg/L. Sehingga, mata air ini
dapat digolongkan ke dalam kualitas air golongan A, yaitu air yang dapat
dikonsumsi sebagai air minum secara langsung dari sumbernya (Peraturan
Pemerintah No.20 Tahun 1990). Hal ini diperkuat oleh Peraturan Menteri
Kesehatan (PERMENKES) Nomor 4126/1990 tentang syarat-syarat dan
pengawasan kualitas air, yang menyatakan bahwa konsentrasi klorida dalam air
minum maksimum yang diperbolehkan sebesar 250 mg/L.

Kata Kunci: kadar klorida, titrasi argentometri metode mohr, air sudhamala

PENDAHULUAN pula laju pemanfaatan sumber-sumber


air. Beban pengotor air juga bertambah
Air merupakan kebutuhan dasar
cepat sesuai dengan laju pertumbuhan
bagi kehidupan, demikian juga
penduduk. Sebagai akibatnya sumber
manusia yang selama hidupnya
air tawar dan air bersih menjadi langka
memerlukan air. Bagi manusia, air
(Slamet,1994).
selain dibutuhkan untuk keperluan
Beberapa daerah di Bali dewasa
konsumsi, juga digunakan untuk
ini mengalami kesulitan dalam
keperluan pertanian, industri dan lain-
penanganan air bersih. Salah satu
lain. Dengan demikian, semakin naik
daerah yang mengalami kekurangan air
pertumbuhan penduduk, semakin naik
2

bersih adalah Kab. Buleleng. Hal ini Sudhamala sangat bagus sebagai
disebabkan karena cadangan air sumber mata air yang memiliki kasiat
sedikit, curah hujan rendah bila dan layak untuk dikonsumsi langsung
dibandingkan dengan daerah lain di oleh masyarakat setempat, saat ini
Bali, serta sudah berkurangnya ruang mata air Sudhamala sudah dibenahi
hijau terbuka yang ditumbuhi vegetasi yang dulunya agak rimbun oleh semak
yang berperan sebagai recharge area belukar dan tanaman liar, sekarang
(Suwitra,2006). sudah dijadikan tempat suci dan
Selama ini pemerintah dibangun pura di mata air tersebut.
kabupaten Buleleng berusaha Bagi masyarakat setempat mata air
memenuhi kebutuhan air bersih bagi sudhamala merupakan sumber air
masyarakat melalui PDAM buleleng. minum sehari-hari yang langsung bisa
Dalam memenuhi kebutuhan dikonsumsi oleh masyarakat secara
penyediaan air bersih, PDAM Buleleng gratis tanpa membeli. Karena rasa dari
memanfaatkan beberapa sumber air ini tidak jauh beda dengan air
seperti mata air, air tanah dan sumur kemasan seperti Yeh Buleleng sehingga
bor. Namun tidak semua wilayah masyarakat di sana enggan membeli air
terjangkau oleh pelayanan PDAM kemasan dan lebih cenderung
Buleleng. Hanya 30,21% masyarakat memanfaatkan sumber mata air
buleleng yang dapat menikmati tersebut. Disisi lain, selain airnya yang
pelayanan dari PDAM Buleleng, bening dan jernih juga memiliki kasiat
sedangkan sisanya memperoleh air sebagai sarana upacara, ditambah lagi
melalui sistem swakelola ataupun tempat tersebut juga merupakan tempat
dengan memanfaatkan sumber mata air suci yang masih dijaga kesakralannya.
dan air sumur (Suwitra,2006). Sebagai air minum langsung
Air Sudamala atau lebih pakai, pemanfaatan mata air
dikenal dengan Tirtha Sudhamala Sudhamala tanpa pengolahan terlebih
merupakan salah satu mata air alami dahulu tentunya ada kemungkinan
yang berasal dari mata air bawah tanah akan menimbulkan masalah pada
yang terdapat di Kelurahan Banyuasri, kesehatan masyarakat yang
Kecamatan Bulelen, Kab. Buleleng, menkonsumsi air ini secara langsung.
Bali. Air Sudhamala umumnya Kondisi ini cukup menghawatirkan
digunakan sebagai air minum oleh mengingat sampai saat ini belum ada
masyarakat di sekitar daerah Banyuasri bukti kelayakan penggunaan air
yang langsung bisa dikonsumsi oleh tersebut sebagai air minum, apalagi
masyarakat setempat tanpa pengolahan tanpa pengolahan terlebih dahulu. Hal
lebih lanjut. Selain itu, Air Sudhamala ini disebabkan karena mata air
juga digunakan sebagai obat, serta sudhamala terletak di dekat aliran
sebagai sarana upacara tertentu. Hal ini sungai, tidak jauh dari garis pantai
terbukti banyak masyarakat Bali dari sehingga akan mempengaruhi kadar
berbagai pelosok daerah seperti dari klorida air tersebut, dan pada bagian
Karangasem, Gianyar, Denpasar dan atas dari sumber mata air merupakan
lain-lain yang melakukan kunjungan ke daerah persawahan. Kita ketahui
Air Sudhamala ini untuk mengambil bersama daerah persawahan identik
atau dalam istilah Bali “nunas tirtha ” dengan bahan-bahan kimia seperti
yang diyakini dapat menyembuhkan penggunaan pupuk ZA, Urea, NPK dan
beberapa jenis penyakit tertentu. lain-lain yang digunakan untuk
Karena melihat potensi mata air memupuk tanaman padi agar tumbuh
3

dengan subur dan panen optimal. Adapun tujuan dari penelitian


Karena jarak lapisan tanah antara ini adalah sebagai berikut. (1) Untuk
daerah persawahan dengan letak menganalisis kadar klorida pada mata
sumber mata air Sudhamala sangat air Sudhamala di Kelurahan Banyuasri,
dekat kurang lebih empat meter dari Singaraja, dan (2) Untuk
permukaan tanah sehingga ada mendeskripsikan kualitas mata air
kemungkinan zat-zat kimia tersebut Sudhamala di Kelurahan Banyuasri,
ikut terserap dan mencemari sumber Singaraja berdasarkan parameter
mata air tersebut. Salah satu pencemar klorida. Hasil penelitian ini dapat
yang dianggap berbahaya bagi memberikan manfaat sebagai berikut.
kesehatan adalah kandungan klorida (1)Hasil penelitian ini dapat dijadikan
dalam air yang melebihi batas ambang informasi tentang kualitas mata air
(standar DEPKES). sudamala di Kelurahan Banyuasri
Menurut peraturan menteri Singaraja
kesehatan Nomor 4126/1990 tentang (2)Hasil penelitian ini dapat dijadikan
syarat-syarat dan pengawasan kualitas dasar pemanfaatan mata air di
air, maka dinyatakan bahwa Kelurahan Banyuasri, Singaraja
konsentrasi klorida dalam air minum sesuai peruntukannya.
maksimum sebesar 250 mg/L. Hal ini (3)Hasil penelitian ini dapat dijadikan
tentunya sangat penting mengingat air bahan masukan bagi Pemda dalam
adalah sumber kehidupan, sehingga pengawasan dan penentuan
apabila kualitas air tetap terjaga baik pengelolaan mata air Sudhamala
dari pencemaran (terutama bahan untuk memenuhi kebutuhan air
kimia) ataupun dari yang lain tentunya minum masyarakat.
akan berdampak baik bagi kehidupan
serta kualitas kesehatan masyarakat.
Titrasi Argentometri termasuk BAHAN DAN METODE
salah satu cara analisis kuantitatif
dengan sistem pengendapan. Cara Pengambilan Sampel
analisis ini dapat dilakukan untuk Sampel air diambil langsung
mengendapkan ion klorida dalam pada lokasi mata air Sudhamala,
sampel air. Titrasi argentometri Kelurahan Banyuasri Singaraja dengan
berdasarkan cara penentuan titik akhir mempertimbangkan bahwa air tersebut
titrasi diklasifikasikan dalam tiga masih dimanfaatkan oleh penduduk
golongan, salah satunya dengan setempat sebagai air minum secara
metode Mohr. langsung. Sampel air dalam penelitian
Berdasarkan latar belakang di diambil dengan prosedur sebagai
atas, peneliti merasa tertarik untuk berikut.
meneliti kandungan kadar klorida yang (1) Sampel air langsung diambil dari
terkandung dalam mata air Sudhamala
tempat keluarnya air dengan
dengan teknik titrasi Argentometri menggunakan botol yang telah
metode Mohr. Dengan teknik ini kadar dibilas terlebih dahulu dengan air
klorida yang terdapat dalam air sampel, kemudian botol ditutup
Sudhamala akan dapat diketahui dan rapat dan diberi label nama
tentunya akan berguna bagi masyarakat sumber mata air.
pengguna mata air tersebut khususnya
(2) Selanjutnya sampel air tersebut
sebagai air minum langsung pakai. disimpan dan besoknya segera
dibawa ke tempat pengujian.
4

dimasukkan ke dalam labu ukur 250


mL dan ditambahkan air sampai tanda
Alat dan Bahan batas. Sebanyak 0,20475 gram kristal
NaCl ditimbang kemudian dilarutkan
Tabel 1. Nama alat yang digunakan
dalam 100 mL aquades, kemudian
dalam penelitian
dimasukkan ke dalam labu ukur 250
Nama Alat Jumlah mL dan ditambahkan air sampai tanda
- Buret 1 buah batas.
- Statif dan klem 1 buah
- Neraca analitik 1 buah
Standarisasi Larutan AgNO3
- Labu ukur 1000 mL 2 buah
- Labu ukur 250 mL 2 buah Sebanyak 50 mL larutan
- Pipet volume 25 mL 1 buah standar NaCl dimasukkan ke dalam
- Corong 1 buah labu erlenmeyer dengan menggunakan
- Labu Erlenmeyer pipet volume, ditambahkan 5 tetes
150 mL 3 buah indikator K2CrO4 dan 5 tetes larutan
- Gelas kimia 100 mL 3 buah NaHCO3. Kemudian diambil 10 mL
- Gelas kimia 250 mL 1 buah larutan AgNO3 dan dititrasi sampai
- Pipet tetes 2 buah larutan berwarna merah, volume titran
- Kaca arloji 4 buah yang digunakan dicatat. Titrasi
- Spatula 2 buah diulangi untuk dua kali pengulangan.
- Batang pengaduk 2 buah
- Indikator universal secuku Penetapan Kadar Klorida Dalam
pnya Sampel Air
Sebanyak 200 mL sampel air
Tabel 2. Nama bahan yang digunakan dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer
dalam penelitian 250 mL dan ditambahkan 5 tetes
Nama Bahan Keterangan indikator K2CrO4. Kemudian larutan
- AgNO3 2,395 gram tersebut dititrasi dengan larutan standar
- K 2 CrO 4 0,01M Secukupnya AgNO3 sampai terjadi warna merah
- NaHCO3 0,1M Secukupnya dan volume titran yang digunakan
- NaCl 0,824 gram dicatat. Titrasi dilakukan untuk tiga
- Aquades Secukupnya kali pengulangan. Langkah tersebut
- Sampel air 200 mL dilakukan juga untuk blanko.
- NaOH 1N Secukupnya
- H2SO4 1N Secukupnya
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penyiapan Sampel Air
Sebanyak 150 mL sampel air Penentuan Kadar Klorida Pada Air
dimasukkuan ke dalam gelas kimia 250 Sudhamala, Buleleng
mL. pH larutan diatur antara 7-10 Titrasi argentometri termasuk
dengan penambahan larutan H2SO4 1N salah satu cara analisis kuantitatif
atau larutan NaOH 1N. dengan sistem pengendapan. Titrasi
argentometri merupakan salah satu
Pembuatan Larutan Standar cara analisis kuantitatif yang dapat
Sebanyak 0,59875 gram kristal digunakan untuk mengendapkan ion
AgNO3 ditimbang dan dilarutkan klorida dalam sampel air.
dalam 100 mL aquades, kemudian
5

Penentuan kadar klorida dalam 0,01 M. Kesalahan yang disebabkan


sampel air pada praktikum ini adalah oleh penggunaan konsentrasi ini
dengan titrasi argentometri metode sangatlah kecil. Pada praktikum ini
Mohr. Titrasi metode Mohr ini digunakan K2CrO4 dengan konsentrasi
menggunakan ion kromat (CrO42-) 0,01 M. Kesalahan yang disebabkan
sebagai indikator dan AgNO3 sebagai penggunaan konsentrasi ini dikorelasi
titran, sehingga pada titik akhir titrasi dengan menstandarisasi perak nitrat
akan diamati endapan berwana merah (AgNO3) terhadap garam klorida
bata. Pada analisis Cl- maka ke dalam (NaCl) murni pada kondisi yang
larutan yang mengandung ion klorida identik dengan yang digunakan dalam
ditambahkan indikator K2CrO4 dan analisis.
titrasi dengan larutan standar AgNO3, Praktikum diawali dengan
maka akan terjadi pengendapan pembuatan larutan standar yaitu
bertingkat sebagai berikut : AgNO3. Sebanyak 0,59875 gram
(1) Cl- + Ag+ AgCl kristal AgNO3 dilarutkan dengan
10
Ksp = 1,2 x 10 aquades dalam labu takar 250 mL.
(2) CrO42- + 2Ag+ Ag2CrO4 Selain itu juga dilakukan pembuatan
Ksp = 1,7 x 10 12 larutan NaCl dimana sebanyak 0,20475
Konsentrasi ion kromat yang gram kristal NaCl dilarutkan dengan
digunakan harus diperhitungkan aquades dalam labu ukur 250 mL.
terlebih dahulu dengan cermat, Seperti pada gambar berikut.
sehingga tidak terjadi reaksi antara ion Perhitungan konsentrasi larutan
CrO42- dengan Ag+ sebelum Cl- habis. AgNO3 dan NaCl.
Konsentrasi ini dapat dihitung dari gr
tetapan kesetimbangan kedua reaksi Molaritas AgNO3 = Mr
diatas (Ksp). Volume
Perhitungannya sebagai berikut. 0,59875
170 = 0,014 M.
Ksp AgCl = 1,2 x 10-10 =
Ksp AgCrO4 = 1,7 x 10-12 0,25 L
Konsentrasi Ag+ dan Cl- pada saat titik gr
ekivalen adalah: Molaritas NaCl = Mr
Volume
[Ag+] = [Cl-] = Ksp AgCl =
0,20475
1,2 x 10-10 = 1,1 x 10-5 M 58,5
= = 0,014 M.
Konsentrasi CrO42- yang diperlukan 0,25 L
endapan AgCrO4 terjadi tepat pada Sebelum mentitrasi larutan
titik ekivalen adalah : sampel (mata air Sudhamala) yang
Ksp AgCrO4 = [CrO42-] [Ag+]2 diteliti, terlebih dahulu dilakukan
[CrO42-] = Ksp AgCrO4 / [Ag+]2 = 1,7 standarisasi larutan AgNO3. Larutan
x 10-12 / 1,1 x 10-5 = 0,014 M AgNO3 bukan merupakan larutan
Tetapi konsentrasi setinggi ini standar primer sehingga perlu
tidak dapat digunakan dalam praktek, distandarisasi terlebih dahulu dengan
karena warna kuning dari ion kromat larutan NaCl 0,014 M yang telah
menimbulkan kesulitan untuk dibuat pada tahap awal praktikum.
mengamati pembentukan endapan Pada standarisasi tersebut digunakan
yang berwarna. Biasanya digunakan NaCl 0,014 M sebanyak 50 mL yang
konsentrasi kromat antara 0,005 ke ditambahkan 5 tetes indikator K2Cr2O4
dan 5 tetes larutan NaHCO3.
6

Penambahan K2CrO4 sebagai indikator


memiliki tujuan untuk mempermudah
penetuan titik akhir tritrasi.
Sedangkan penambahan
NaHCO3 ini bertujuan agar pH larutan
tidak terlalu asam ataupun terlalu basa.
Apabila pH terlalu rendah, maka ion
CrO42- sebagian akan berubah menjadi
CrO72- karena reaksi :
2H+ + 2 CrO42- CrO72-+H2O Gambar. 1 Endapan putih keruh AgCl
yang akan mengurangi konsentrasi
CrO42- sebagai indikator dan
menyebabkan tidak timbul endapan /
endapan akan terbentuk sangat lambat.
Apabila pH terlalu tinggi, dapat
terbentuk endapan AgOH yang
selanjutnya terurai menjadi Ag2O
sehingga titran terlalu banyak terpakai,
reaksinya :
2 Ag+ + 2OH- 2 AgOH↓
Gambar 2. Titik akhir titrasi tercapai

Terbentuknya endapan merah pada


Ag2O↓ + H2O titik akhir titrasi ini (Gambar 2)
menunjukkan bahwa seluruh ion Cl-
Penambahan NaHCO3 dan K2CrO4
membentuk larutan kuning bening, telah terendapkan oleh ion Ag+ dari
titran sehingga CrO4 - mulai
selanjutnya sebanyak 10 mL larutan ini
ditempatkan pada labu erlenmeyer diendapkan sebagai Ag2CrO4.
kemudian dititrasi dengan larutan Berdasarkan nilai Ksp kedua kompleks
AgNO3. Penambahan AgNO3 diatas, seharusnya Ag2CrO4 lebih
membentuk endapan berwarna putih, mudah mengendap dibandingkan AgCl
endapan ini merupakan kompleks karena nilai Ksp-nya lebih kecil.
AgCl yang terbentuk melalui reaksi: Namun kenyataanya AgCl yang lebih
dulu mengendap dibandingkan
Cl- + Ag+ AgCl
Ag2CrO4. Hal ini disebabkan karena
Lama kelamaan warna larutan menjadi
Cr2O42- merupakan ion divalen
kemerahan dan terbentuk endapan
sehingga akan memerlukan lebih
berwarna merah (terlihat pada gambar
banyak Ag+ untuk mengendapkannya,
5 dan 6), pada saat inilah titrasi
sedangkan Cl- merupakan ion
dihentikan. Endapan yang dihasilkan
monovalen. Volume AgNO3 yang
tersebut adalah endapan Ag2CrO4 yang
dihabiskan pada saat titik akhir titrasi
terbentuk dari reaksi antara ion kromat
dicapai digunakan sebagai dasar untuk
dengan ion perak, reaksinya :
menghitung konsentrasi AgNO3 yang
CrO42- + 2Ag+ Ag2CrO4 digunakan pada praktikum kali ini.
Kuning Merah Dengan menggunakan rumus
pengenceran :
VNaCl x MNaCl = VAgNO3 x M AgNO3
7

diperoleh konsentrasi AgNO3 pada kromat telah bereaksi dengan ion perak
titrasi larutan NaCl 0,014 M yang membentuk Ag2CrO4. Titrasi
diulang sebanyak tiga kali agar lebih dilakukan sebanyak 3 kali dan didapat
akurat, sebagai berikut. data sebagai berikut.
Tabel 3. Data hasil titrasi AgNO3 Tabel 4. Data hasil titrasi AgNO3
terhadap larutan NaCl terhadap sampel mata air
0,014M Sudhamala
Volume
Titrasi Volume NaCl Titrasi Volume Mata Volume
AgNO3
Air Sudhamala AgNO3
I 10 mL 10,9 mL I 50 mL 3,5 mL
II 10 mL 10,8 mL II 50 mL 3,6 mL
III 10 mL 10,8 mL III 50 mL 3,5 mL
Perhitungan :
Volume rata-rata AgNO3 yang Dari data hasil titrasi di atas
dibutuhkan adalah : dapat diketahui volume rata-rata
10,9 10,8 10,8 AgNO3 yang digunakan untuk
VAgNO3 = = 10,83 mL
mentitrasi sampel mata air Sudhamala
3
Konsentrasi NaCl yang digunakan adalah 3,53 mL (A). Untuk
adalah 0,014 M maka : mendapatkan kadar klorida pada air
M AgNO3 x V AgNO3 = M NaCl x V Sudhamala yang sebenarnya perlu
NaCl dikonversikan dengan titrasi Blanko
M AgNO3 x 10,83 mL = 0,014 M x seperti pada tabel berikut.
10 mL Tabel 5. Data hasil titrasi Blanko
0,014 x 10 Volume Volume
M AgNO3 = = 0,013 M Titrasi
10,83 Aquades AgNO3
Jadi konsentrasi larutan AgNO3 hasil I 50 mL 1,8 mL
standarisasi adalah 0,013 M. II 50 mL 1,9 mL
M 0,013 III 50 mL 1,9 mL
Normalitas AgNO3 = = =
n 1
0,013 N. Titrasi Blanko ini menggunakan
Setelah normalitas AgNO3 aquades yang merupakan air murni dan
diketahui maka langkah selanjutnya tidak mengandung mineral apapun. Hal
adalah penentuan kadar klorida dalam ini dilakukan untuk menstandarisasi
sampel air. Sebanyak 200 mL sampel AgNO3 yang digunakan untuk
air dimasukkan ke dalam gelas kimia mentitrasi aquades (dimungkinkan
250 mL, selanjutnya pH sampel air AgNO3 tidak murni dan mengandung
diatur antara 7-10 dengan penambahan klorida). Dari data hasil titrasi yang
larutan NaOH 1 N. Sebanyak 50 mL diperoleh diperlukan rata-rata 1,87 mL
sampel dimasukkan ke dalam labu AgNO3 (B) untuk mentitrasi aquades.
Erlenmeyer dan ditambahkan 5 tetes Sehingga kadar klorida dalam air
indikator K2CrO4. Penambahan Sudhamala dapat diperoleh
K2CrO4 sebagai indikator memiliki berdasarkan rumus berikut.
tujuan untuk mempermudah penetuan Kadar Cl- =
titik akhir tritrasi, kemudian 50 mL ( A B) N ArCl 1000mg / L
larutan tersebut dipipet dan dititrasi Volume Sampel air
dengan AgNO3 sampai terjadi warna Kadar Cl- =
merah yang mengindikasikan ion
8

(3,53 1,87) 0,013 35,45 1000mg / L UCAPAN TERIMAKSIH


50 mL Dalam penelitian ini peneliti banyak
Kadar Cl- = 15,30 mg/L mendapat dukungan, bimbingan, serta
semangat dari banyak pihak. Untuk
itulah dengan penuh rasa hormat
Kualitas Mata Air Sudhamala penulis ucapkan terima kasih kepada :
Ditinjau dari Parameter Klorida 1. Bapak Prof. Dr. I Nyoman
dengan Menggunakan Titrasi Sudiana, M.Pd selaku pimpinan
Argentometri Metode Mohr lembaga Undiksha yang telah
Dari hasil analisis data di atas memberikan fasilitas selama
diperoleh bahwa kadar klorida air penelitian.
Sudhamala sebanyak 15,30 mg/L. 2. Bapak Dr. I Nyoman Tika,
Sehingga air Sudhamala dapat M.Si selaku Ketua Jurusan
digolongkan ke dalam kualitas air Pendidikan Kimia dan
golongan A, yaitu air yang dapat sekaligus pembimbing dalam
digunakan sebagai air minum secara menyelesaikan penelitian ini.
langsung, tanpa pengolahan terlebih 3. I Wayan Madiya, dan kawan-
dahulu (Peraturan Pemerintah No.20 kawan selaku mahasiswa
Tahun 1990). Hal ini diperkuat juga pemilik tugas mata kuliah
oleh Peraturan Menteri Kesehatan dosen ini yang telah
(PERMENKES) Nomor 4126/1990 memberikan laporan beserta
tentang syarat-syarat dan pengawasan data hasil penelitiannya untuk
kualitas air, yang menyatakan bahwa dijadikan artikel ilmiah.
konsentrasi klorida dalam air minum
maksimum yang diperbolehkan sebesar
250 mg/L. DAFTAR PUSTAKA
Effendy, H. 2004. Telaah Kualitas Air.
Yogyakarta: UGM Press.
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan Ibnu, Sodiq M. Dkk. 2004. Kimia
pembahasan di atas dapat ditarik Analitik I. Malang: Universitas Negeri
beberapa kesimpulan sebagai berikut. Malang
(1) Kadar klorida pada mata air
Sudhamala di Kelurahan Madiya, I W., A.A. Satyawati, dan Ni
Banyuasri, Singaraja, Bali Md D. Prasastyaningsih. 2007. Analisis
berdasarkan hasil analisis dengan Kadar Klorida Dengan Titrasi
teknik titrasi argentometri metode Argentometri Metode Mohr Pada Mata
Mohr adalah 15, 30 mg/L. Air Sudhamala, Singaraja, Bali. Tugas
(2) Dari hasil analisis kualitas mata air khusus mata kuliah praktikum kimia
Sudhamala di Kelurahan analitik, tidak diterbitkan.
Banyuasri, Singaraja dikategorikan
dalam golongan A dan layak Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
dikonsumsi secara langsung karena 4126/1990 Tentang Syarat-Syarat dan
kadar klorida yang terkandung di Pengawasan Kualitas Air.
dalamnya lebih kecil dari 250 mg/L
9

Rivai, Harrizul.1995. Asas


Pemeriksaan Kimia. Jakarta:
Universitas Indonesia (UI-Press).

Selamat, I Nyoman, dan I Gusti


Lanang Wiratma. 2004. Penuntun
Praktikum Kimia Analitik. Singaraja:
IKIP N. Singaraja.

Selamet, J.S. 1994. Kesehatan


Lingkungan. Yogyakarta : UGM Press.

Sutrisno, T. 1991. Teknologi


Penyediaan Airr Bersih. Jakarta: Rieka
Cipta.

Suwirta, N. 2006. “Pengolahan dan


Sistem Penyediaan Air Minum serta
Permasalahannya”. Makalah dalam
seminar akademik pengolahan air HMJ
Pendidikan Kimia, Fakultas MIPA,
UNDIKSHA Singaraja 4 November
2006.

Underwood, A.L dan R.A. Day. 1986.


Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta:
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai