Anda di halaman 1dari 5

MAHASISWA DALAM MENUMBUHKAN JIWA BELA NEGARA

Dede

Keberadaan generasi muda pada khususnya mahasiswa psaat ini mempunyai peran
penting dalam majunya sebuah negara. Generasi penerus tersebut diharapkan akan mampu
mengantisipasi hari depan mereka yang senantiasa berubah dan selalu terkait dengan konteks
dinamika budaya, bangsa, negara, dan hubungan internasional. untuk menumbuhkan
wawasan dan kesadaran bernegara, sikap serta prilaku yang cinta tanah air dan bersendikat
kebudayaan bangsa, wawasan nusantara serta ketahanannasional dalam diri para mahasiswa
calon sarjana/ilmuan warga Negara NKRI yang sedang mengkaji dan akan menguasai IPTEK
dan seni. Kwalitas warga negara akan ditentukan terutama oleh keyakinan dan sikap hidup
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara disamping derajat penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang dipelajari.
Berkaitan dengan pemupukan nilai, sikap, dan kepribadian seperti yang tersebut
diatas, pembekalan pada peserta didik di Indonesia dilakukan melalui Pendidikan
Pendahuluan Bela Negara, Ilmu social Dasar, Ilmu Budaya dasar, dan Ilmu Alamiah Dasar
sebagai latar aplikasi nilai dalam kehidupan yang disebut kelompok Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian (MKPK) kurikulum perguruan tinggi. Proses bangsa yang
menegara memberikan gambaran tentaang bagaimana terbentuknya bangsa dimana
sekelompok manusia yang berada didalamnya merasa sebagai bagian dari bangsa. Negara
merupakan organisasi yang mewadai bagsa bangsa tersebut merasakan pentingnya
keberadaan Negara sehingga tumbuhlah kesadaran untuk mempertahankan untuk tetap
tegaknya dan utuhnya Negara melalui upaya bela Negara.
Sebagai komponen dari suatu bangsa, warga negara akan mendapatkan kompensasi
dari negaranya sebagai hak yang harus diperoleh, selain memberikan kontribusi tanggung
jawab sebagai kewajiban pada negaranya. Berikut ini beberapa hak dan kewajiban yang
dimiliki warga negara Indonesia yang telah tercantum dalam undang-undang dasar 1945:
1. Hak atas kesamaan kedudukan dalam hokum dan pemerintahan
Ini merupakn konsekuensi dari prinsip kedaulatan rakyat yang bersifat kerakyatan
yang dianut Indonesia. Pasal 27 (1) menyatakan tentang kesamaan kedudukan warga Negara
dalam hukum dan pemerintahan tanpa pengecualian. Pasal ini menunjukkan kepedulian kita
terhadap hak asasi sekaligus keseimbangan antara hak dan kewajiban daan tidak adanya
diskriminasi diantara warga negara.
2. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
Sesuai dengan yang tertuang dalam pasal 27 (2). Pasal ini menunjukkan asas keadilan
social dan kerakyatan.
3. Kemerdekaan berserikat dan berkumpul
Pasal 28 UUD 1945 menetapkan hak warga negara dan penduduk untuk berserikat
daan berkumpul, mengeluarkan pikiran secara lisan maupun tulisan dan sebagainya. Syarat-
syaratnya akan diatur dalam undang-undang. Pelaksanaan pasal 28 telah diatur dalam
undang-undang antara lain:
1. UU No.1 Tahun 1985 tentang perubahan atas UU no. 15 tahun 1969 tentang
pemilihan umum anggota Badan permusyawaratan/perwakilan Rakyat sbagai mana
telah diubah dengan UU No. 4 tahun 1975 daan UU No. 3 tahun 1980.
2. UU No. 2 tahun 1985 tentang perubahan aatas UU No. 16 tahun 1969 tentang susunan
dan kedudukan MPR, DPR, dan DPRD sebagaimana telah diubah dengan UU No. 5
tahun 1975
4. Kemerdekaan memeluk agama
Pasal 29 (1),(2) UUD 1945 mengatur kemerdekaan beragama di Indonesia. Hak atas
kebebasan beragama bukan pemberian Negara atau golongan melainkan berdasarkan
keyakinan sehinga tidak dapat dipaksakan.
5. Hak dan kewajiban bela Negara
Pasal 30 (1) UUD 1945 menyatakan keewajiban dan hak setiap warga negara untuk
ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan ayat (2) menyatakan bahwa pengaturannya
lebih lanjut dilakukan dengan undang-undang. Undang-undang yang dimaksudkan adalah UU
No. 20 tahun 1982.
6. Hak mendapatkan pengajaran
Termuat dalam pasal 31 (1),(2) UUd 1945, ini sesuai dengan tujuan Negara kta dalam
pembukaan UUD 1945 bahwa bangsa Indonesia antara lain berkewajiban mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Berdasarkan pengertian bela Negara adalah membela kepentingan nasional pada
seluruh aspek kehidupan nasional, hal ini memberikan kejelasan bahwa bela Negara tidak
hubungan dengan kepentingan militer semata, tetapi kepentingan seluruh bangsa yang
konsekuen dengan cita-citanya pada saat ingin mendirikan Negara kesatuan Republik
Indonesia.
Bentuk dari bela Negara akan tergantung pula pada jenis ancaman yang dihadapi,
kalau ancamannya dalam bentuk fisik tentunya warga negarapun harus menyiapkan diri
dalam bentuk kesiapan fisik seperti setelah kemerdekaan, rongrongan
pemberontak/separatisme antara tahun 1945-1962 terus terjadi dan upaya Negara luar untuk
kembali menjajah Indonesia terus ada, sehingga upaya bela Negara diarahkan pada kesiapn
fisik, melalui pendidikan pendahuluan perlawanan rakyat(PPPR) berdasarkan UU No. 29/
1954 tentang pokok-pokok perlawanan rakyat.
Namun setelah itu tepatnya dimulai tahun 1973 pemahaman bela Negara lebih
diarahkan pada penumbuhan kesadaran, kesadaran, kerelaan berkorban dan kecintaan
terhadap tanah air melalui ilmu pengetahuan karean ancaman telah bergeser pada masalah-
masalah social, jenis pendidikannya berubah menjadi Pendidikan Pendahuluan Bela Negara.
Kesadaran bela negara merupakan salah satu wujud nyata sumbangsih warga negara dalam upaya
mengembang-kan, memperkokoh dan memperkuat ketahanan bangsa dalam menghadapi
globalisasi yang semakin tidak menentu. Di era seperti saat ini, kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan membawa dampak serta berpengaruh di segala aspek kehidupan manusia, baik
positif maupun negatif. Salah satunya adalah kebebasan dan keterbukaan yang berlebihan telah
menggeser nilai-nilai kebersamaan, kesetiakawanan dan persaudaraan. Kepentingan individu dan
kelompok semakin menonjol, menganggap bahwa dirinyalah yang paling benar, memfitnah dan
menghujat orang lain yang tidak sepaham dengan diri dan kelompoknya. Kondisi inilah yang
terkadang dimanfaatkan oleh kelompok dan golongan tertentu untuk berupaya memaksakan
terbentuknya tatanan baru sesuai dengan aspirasi dan kehendaknya di luar norma demokrasi,
melalui ber-bagai aksi bahkan sampai pada tingkat anarkis. Bela negara merupakan benteng bagi
negara dalam menyelamatkan kelanggengan kehidupan berbangsa. Peningkatan kualitas
eksistensi negara membutuhkan semangat dan bela negara dimasyarakatnya, tanpa itu dapat
dipastikan kehidupan berbangsa akan mudah goyah, luntur, dan pada akhirnya Negara itu akan
hancur. Bela negara merupakan sikap setiap individu dengan semangat kejuangan pantang
menyerah dalam jiwa Sapta Marga, dilandasi keimanan dan ketakwaan, berniat tekad bulat tanpa
pamrih dan berani rela berkorban melaksanakan bela negara dengan didasari sikap profesionalitas
dan integritasnya untuk bersama-sama mencapai tujuan negara yang aman dengan landasan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 demi kejayaan negara. Indonesia merupakan negara
yang memiliki banyak keragaman dan perbedaan. Keragaman dan perbedaan yang dimiliki
Indonesia terdiri dari berbagai suku, bahasa, adat istiadat, dan agama. Berdasarkan hasil
penelitian Badan Pusat Statistik terdapat lebih dari 300 suku yang tersebar di berbagai kepulauan
Indonesia.1 Semua keberagaman dan perbedaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan konflik
dan perpecahan bangsa Indonesia. Selain itu, isu keamanan energi dalam dekade terakhir ini
semakin mengemuka dan diperkirakan akan berdampak terhadap keamanan global dalam tahun-
tahun yang akan datang. Kebutuhan masyarakat dunia akan energi minyak dan gas bumi yang
terus meningkat, sementara ketersediaannya semakin terbatas, berimplikasi secara politik,
ekonomi dan keamanan. Kebangkitan ekonomi di negara-negara yang mempunyai pengaruh
besar terhadap keamanan kawasan dan keamanan global ikut mendorong meningkatnya
kebutuhan energi secara global. Kondisi, seperti itu menyebabkan krisis energi di masa datang
akan semakin serius dan dapat menjadi sumber konflik antar negara. Terbatasnya sumber daya
energi minyak mendorong kekhawatiran munculnya persaingan baru di berbagai kawasan yang
dipicu oleh kebutuhan untuk mengamankan penguasaan sumber energi. Mencermati kondisi
munculnya konflik yang diikuti dengan kekerasan di era globalisasi dan informasi, apabila
tatanan negara tidak dikelola dengan cerdas dan bijak, maka akan menimbulkan lunturnya
semangat kebersamaan, rapuhnya kerukunan, merosotnya solidaritas serta terciptanya kerawanan
disintegrasi bangsa yang mengakibatkan akan menurunnya harga diri dan kewibawaan bangsa
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam rangka menyikapi perkembangan lingkungan
strategis tersebut, bangsa Indonesia perlu mengantisipasi setiap ancaman yang mungkin timbul
terkait dengan setiap konflik yang terjadi di dalam negeri. Oleh karena itu, pembentukan sikap
bela negara harus dilakukan sedini mungkin melalui program bela negara dengan cara memupuk
kecintaan kepada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, kesediaan rela berkorban demi
bangsa dan negara, menghayati dan mengamalkan Pancasila sehingga memiliki sikap mental
yang menyadari akan hak dan kewajibannya serta tanggung jawab sebagai warga negara. Apabila
seluruh komponen bangsa berpartisipasi aktif dalam melakukan bela negara secara non-fisik ini,
maka berbagai poten si konflik yang pada gilirannya merupakan ancaman, gangguan, hambatan
dan tantangan bagi keamanan negara dan bangsa kiranya akan dapat dikurangi atau bahkan
dihilangkan sama sekali.
1) Mewujudkan bentuk penyelenggaraan pendidikan bela negara melalui kegiatan edukasi
pendidikan Kewarganegaraan, pelatihan militer dasar, pengabdian sebagai prajurit TNI dan
pengabdian sesuai profesi. Upaya yang dilakukan meliputi :
a) Pendidikan Kewarganegaraan. TNI sebagai komponen utama memberikan kesadaran bela
negara, memberikan dasar pengetahuan tentang bela negara untuk menanamkan nilai-nilai
kebangsaan.
b) Pelatihan militer secara wajib. Pelatihan yang dilakukan terhadap masyarakat yang
terpilih sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Dengan harapan adanya
konsekuensi materiil terhadap peserta yang meninggalkan pekerjaan dan keluarganya
selama mengikuti pelatihan.
2) Mewujudkan sistem penyelenggaraan kesadaran bela negara melalui sosialisasi
program bela negara kepada seluruh lapisan masyarakat. Upaya yang dilakukan,
meliputi :
a) Kementerian terkait dan TNI selaku pelaksana program bela negara mengelola
sistem penyelenggaraan kesadaran bela negara dengan tugas dan fungsi masing-
masing. 71
b) Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bersama-sama dengan Kemenhan dan
TNI melakukan kampanye kepada masyarakat tentang hak dan kewajiban bela negara
sesuai amanah Undang-Undang dan sosialisasi tentang program bela negara yang
dilakukan.
c) Melibatkan media sosial dan media masa untuk mensosialisasikan program bela
negara.
3) Mewujudkan peranti lunak yang memuat peraturan perundang-undangan yang
mendukung penyelenggaraan program bela negara. Peranti lunak digunakan sebagai
acuan payung hukum dalam menyelenggarakan program bela negara. Upaya yang
dilakukan, meliputi :
a) DPR membuat peraturan/perundang-undangan yang terkait dengan kewajiban dan
hak setiap warga negara dalam upaya bela negara.
b) Kementerian terkait, Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah membuat Juklak
dan Juknis dalam penyelenggaraan program bela negara. Hal ini memuat ketentuan
dalam pelaksanaan program bela negara.
4) Mewujudkan anggaran yang diperlukan untuk mendukung penyelenggaraan program
bela negara, terutama untuk memberikan konsekuensi kepada masyarakat yang
meninggalkan sementara peker-jaannya.
Berdasarkan strategi yang akan dilakukan tersebut, diharapkan penanaman kesadaran
nilai-nilai bela negara dapat terwujud. Kemampuan bela negara yang baik akan
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara Indonesia. Bela negara merupakan
sikap dan perilaku setiap warga negara, yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Setiap warga negara
berhak ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan syarat-syarat tentang pembelaan
diatur dengan undang-undang. Kemampuan bela negara itu hakekatnya kesadaran dan
kesediaan berbakti pada negara serta kesediaan berkorban membela negara. Karena
itu setiap warga negara diarahkan untuk memiliki unsur dasar bela negara, berupa :
cinta tanah air; kesadaran berbangsa dan bernegara; yakin akan Pancasila sebagai
ideologi negara; rela berkorban untuk bangsa dan negara; serta memiliki kemampuan
awal bela negara.

perilaku setiap warga negara, yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Setiap warga negara berhak ikut serta dalam
usaha pembelaan negara dan syarat-syarat tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.
Kemampuan bela negara itu hakekatnya kesadaran dan kesediaan berbakti pada negara serta
kesediaan berkorban membela negara. Karena itu setiap warga negara diarahkan untuk memiliki
unsur dasar bela negara, berupa : cinta tanah air; kesadaran berbangsa dan bernegara; yakin akan
Pancasila sebagai ideologi negara; rela berkorban untuk bangsa dan negara; serta memiliki
kemampuan awal bela negara.
Oleh karena itu, pembentukan sikap bela negara harus dilakukan sedini mungkin melalui
program bela negara dengan cara memupuk kecintaan kepada tanah air, kesadaran berbangsa dan
bernegara, kesediaan rela berkorban demi bangsa dan negara, menghayati dan mengamalkan
Pancasila sehingga memiliki sikap mental yang menyadari akan hak dan kewajibannya serta
tanggung jawab sebagai warga negara.

Anda mungkin juga menyukai