Anda di halaman 1dari 6

TUGAS 1 GEOLOGI STRUKTUR

MARSHEL EMMANUELLE
12113048

GEOLOGI STRUKTUR
Geologi struktur adalah studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan permukaannya yang datar ataupun terlipat,
beserta susunan internalnya.
Geologi struktur mencakup bentuk permukaan yang juga dibahas pada studi geomorfologi, metamorfisme dan geologi rekayasa.
Dengan mempelajari struktur tiga dimensi batuan dan daerah, dapat dibuat kesimpulan mengenai sejarah tektonik, lingkungan
geologi pada masa lampau dan kejadian deformasinya. Hal ini dapat dipadukan pada waktu dengan menggunakan kontrol
stratigrafi maupun geokronologi, untuk menentukan waktu pembentukan struktur tersebut.
Secara lebih formal dinyatakan sebagai cabang geologi yang berhubungan dengan proses geologi dimana suatu gaya telah
menyebabkan transformasi bentuk, susunan, atau struktur internal batuan kedalam bentuk, susunan, atau susunan intenal yang
lain.

STRAIN

Strain dari sebuah benda adalah perubahan ukuran dan bentuk yang dialami oleh benda tersebut selama deformasi. Strain
dapat menghasilkan dilation (perubahan ukuran) atau distorsi (perubahan bentuk), atau kombinasi dari keduanya. Analisa strain
dilakukan untuk menggambarkan perubahan ukuran dan bentuk yang telah terjadi selama deformasi benda non-rigid, dan
menggambarkan bagaimana setiap garis telah berubah panjang dan orientasi relatifnya.

Strain disebut sebagai homogen jika berubahan ukuran dan bentuk, untuk setiap bagian kecil benda dan untuk benda secara
keseluruhan, sama dan sebanding. Strain disebut inhomogen jika perubahan ukuran dan bentuk, untuk setiap bagian kecil benda
dan untuk benda secara keseluruhan, berbeda dan tidak sebanding. Hal tersebut dibahas dengan hanya melihat strain pada awal
dan akhir deformasi, tanpa memperhatikan keadaan-keadaan strain yang berkembang selama proses deformasi berlangsung.

Secara konvensional, strain di dalam benda-benda geologi digambarkan dengan menggunakan strain ellipse. Strain ellipse
menggambarkan distorsi yang telah diakomodasi oleh benda geologi, dan menggambarkan bagaimana bentuk lingkaran
referensi imajiner berubah sebagai hasil distorsi. Strain ellipse dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
a. Instantaneous strain ellipse
digunakan untuk menggambarkan bagaimana sebuah lingkaran dipengaruhi oleh deformasi yang meningkat secara
bertahap, namun pada setiap tahap peningkatannya sangat kecil
b. Finite strain ellipse
digunakan untuk menggambarkan strain total yang dialami oleh sebuah lingkaran yang telah terdeformasi

Perubahan panjang garis (linear strain)

a. Extension (e)
𝑙𝑓 − 𝑙𝑜
𝑒=
𝑙𝑜
b. Stretch (S)
𝑙𝑓
𝑆=
𝑙𝑜
Nilai e positif disebut elongation, sedangkan nilai e negatif disebut shortening.
Hubungan antara extension dan stretch adalah e = S -1.
Shear strain

Sebuah benda dapat berubah bentuk tanpa mengalami perubahan volume. Perubahan bentuk digambarkan dengan perubahan
sudut yang pada awalnya tegak lurus. Perubahan sudut ini disebut shear angle (ψ).

Persamaan-persamaan fundamental strain

Dua persamaan fundamental strain dituliskan pada dua persamaan sebagai berikut:

𝜆3′ + 𝜆1′ 𝜆3′ − 𝜆1′


𝜆′ = − cos 2𝜃
2 2
dan

𝛾 𝜆3′ − 𝜆1′
= sin 2𝜃
𝜆 2
dimana

λ = S2

λ1’ = 1/λ1, λ3’ = 1/λ3

λ1 = quadratic elongation terbesar

λ3 = quadratic elongation terkecil

Diagram strain Mohr

Otto Mohr (1882) menemukan bahwa persamaan-persamaan strain di atas dapat diwakili secara grafis oleh sebuah lingkaran.
Diagram strain lingkaran Mohr merupakan konstruksi grafis persamaan-persamaan strain, yang menggambarkan variasi-variasi
sistematik dalam quadratic elongation dan shear strain secara praktis dan serbaguna.

Persamaan lingkaran Pusat lingkaran Jari-jari lingkaran

Cara penentuan strain pada batuan

Pendekatan dengan menggunakan geometri lingkaran dan elips menggambarkan keadaan strain pada batuan didasarkan pada
kenyataan bahwa struktur yang pada asalnya memiliki geomteri lingkaran atau cukup sering dijumpai pada tipe batuan tertentu.
Contohnya adalah ooid pada batugamping, radiolaria dan foraminifera pada batugamping dan rijang.

Beberapa struktur tertentu, seperti lipatan dan boudin, juga merekam komponen-komponen strain. Sebagai contoh, sebuah
lapisan kompeten yang berada di dalam matriks inkompeten akan membentuk berbagai bentuk struktur tergantung dari
orientasi lapisan tersebut terhadap sumbu stretch utama dan juga dari besarnya S2.
Struktur yang dapat berkembang pada sebuah lapisan kompeten di dalam lapisan inkompeten
(Twiss dan Moores 1992)

Terdapat tiga metoda untuk memecahkan permasalahan dalam mengkuantifikasi strain.

a. Menentukan strain ellipsoid untuk setiap bentuk khusus strain yang dapat dikenali, untuk kemudian hasilnya
dijumlahkan untuk seluruh area yang dicari
b. Mengestimasi total shortening dan elongation berdasarkan evaluasi terhadap geometri lipatan dan sesar, akan tetapi
metoda ini sukar diterapkan secara 3D
c. Mengasumsikan bahwa secara statistik strain untuk area yang luas bersifat homogen, sehingga deformasi dari semua
elemen struktur planar dan linear pada keseluruhan area bersifat teratur dan merefleksikan orientasi dan besar finite
strain total.

STRESS

Definisi

Deformasi geologi disebabkan oleh adanya body forces dan surface force akibat pembebanan, gaya tersebut dikenal dengan
stress. Stress akan mendeformasi batuan apabila kekuatan batuan tersebut terlewati. Besar stress (σ) merupakan fungsi dari
gaya (F) dan luas area (A) dimana gaya tersebut bekerja.
𝐹
𝜎= (Pa)
𝐴

Besar stress berarah vertikal pada sebuah titik di bawah permukaan bumi merupakan fungsi dari densitas batuan di atas titik
tersebut (σ) dan kedalaman titik tsb dari permukaan bumi (h), yang dikenal sebagai lithostatic stress yang besarnya didefinisikan
sebagai:

σ = ρgh

Gaya per satuan luas yang telah didefinisikan sebenarnya lebih tepat kita sebut sebagai traksi. Stress pada titik di dalam benda,
dilihat pada saat tertentu, mengacu pada kumpulan seluruh traksi yang bekerja pada setiap dan seluruh bidang yang melewati
titik tersebut.

Normal stress dan Shear stress

Pada umumnya, stress tidak tegak lurus terhadap bidang dimana stress tersebut dihitung (Means, 1976). Sebuah stress dapat
dibagi menjadi dua komponen, yaitu:

a. Normal stress (σn)


komponen yang tegak lurus bidang dimana stress tersebut dihitung
b. Shear stress (σs)
komponen yang paralel dengan bidang dimana stress tersebut dihitung

Normal stress dianggap positif jika bersifat kompresif, dan dianggap negatif jika bersifat tensile. Sedangkan shear stress dianggap
positif jika memutar benda searah jarum jam.

Stress 2D pada sebuah titik


Principal stress merupakan stress maksimum dan minimum yang bekerja pada seluruh bidang yang melewati sebuah titik.
Principal stress tegak lurus bidang dimana dia bekerja, sehingga komponen shear stress pada principal planes sama dengan nol.

Stress 3D pada sebuah titik

Penggambaran stress σ dalam tiga dimensi didapatkan dengan mengekstrapolasi penggambaran stress σ dalam dua dimensi. Jika
semua komponen normal stress memiliki tanda yang sama, stress σ pada sebuah titik digambarkan oleh sebuah stress ellipsoid.

Diagram Mohr untuk stress 2D

Stress ellipse menunjukkan bahwa komponen normal stress dan shear stress pada sebuah bidang harus berubah secara progresif
terhadap orientasi bidang tersebut. Untuk mempermudah penggambaran hubungan tsb, Otto Mohr memperkenalkan metoda
grafis yang dikenal sebagai diagram Mohr, dimana sumbu horizontal menggambarkan besar normal stress (σn) sedangkan sumbu
vertikal menggambarkan besarnya shear stress (σs).

Persamaan-persamaan lingkaran Mohr


𝜎1 + 𝜎3 𝜎1 − 𝜎3
𝜎𝑛 = + cos 2𝜃
2 2
𝜎1 − 𝜎3
𝜎𝑠 = sin 2𝜃
2
𝜎1 + 𝜎3 2 𝜎1 − 𝜎3 2
[ 𝜎𝑛 − ] + 𝜎𝑠 2 = [ ]
2 2

Persamaan terakhir memiliki bentuk (x-1)2 + y2 = r2 yang merupakan persamaan sebuah lingkaran dengan titik pusat berjarak a
pada sumbu x dan memiliki radius r.

Diagram Mohr untuk stress 3D

Karakteristik diagram Mohr untuk stress tiga dimensi didasari pada persamaan lingkaran Mohr untuk stress dua dimensi, namun
kita harus membentuk kembali persamaan tsb menjadi lebih umum sehingga dapat berlaku komponen stress yang tegak lurus
bidang koordinat x1 – x2 dan x2 – x3.

Bentuk umum persamaan lingkaran Mohr:

Untuk (i,j,k) = (1,3,2), (1,2,3), atau (2,3,1)

𝜎𝑖 + 𝜎𝑗 𝜎𝑖 − 𝜎𝑗
𝜎𝑛 = + cos 2𝜃𝑘
2 2
𝜎𝑖 − 𝜎𝑗
𝜎𝑠 = sin 2𝜃𝑘
2
𝜎𝑖 + 𝜎𝑗 2 𝜎𝑖 − 𝜎𝑗 2
[ 𝜎𝑛 − ] + 𝜎𝑠 2 = [ ]
2 2
(representasi stress 3D) (diagram Mohr stress 3D)

DEFORMASI BATUAN

Deformasi adalah perubahan bentuk, dimensi dan posisi dari suatu materi baik merupakan bagian dari alam ataupun
buatan manusia dalam skala waktu dan ruang. Deformasi disebabkan oleh gaya atau tekanan yang bekerja pada materi tersebut.
Adapun faktor-faktor yang mengontrol terjadinya deformasi suatu materi adalah :
1. Temperatur dan tekanan ke semua arah; pada temperatur dan tekanan yang rendah akan lebih cepat terjadi patahan, pada
temperatur dan tekanan yang tinggi akan terjadi lenturan atau bahkan lelehan.
2. Kecepatan gerakan yang disebabkan oleh gaya yang diberikan; gerakan yang cepat dapat menyebabkan patahan,
sedangkan gerakan yang lambat dapat menimbulkan lenturan, tergantung dari bahan yang bersangkutan dan dari keadaan-
keadaan lain.
3. Sifat material, yang bisa lebih rapuh atau lebih lentur.
Tekanan merupakan gaya yang diberikan atau dikenakan pada suatu medan atau area. Tekanan terbagi menjadi tekanan
seragam (uniform stress) yaitu gaya yang bekerja pada suatu materi sama atau seragam di semua arah, dan tekanan diferensial
atau tekanan dengan gaya yang bekerja tidak sama di setiap arah. Tekanan diferensial terbagi menjadi tensional
stress, compressional stress, dan shear stress.

Tahapan Deformasi
Ketika suatu batuan dikenakan tekanan dengan besar tertentu, maka batuan itu akan mengalami tiga tahap deformasi, yaitu :
1. Elastic deformation
Elastic deformation adalah deformasi batuan yang bersifat sementara atau tidak permanen. jadi ketika tekanan yang diberikan
pada batuan tersebut dihilangkan, maka bentuk batuan tersebut akan kembali seperti semula. Elastisitas ini memiliki batas yang
disebut elastic limit. Apabila batas elastisitas ini dilampaui, maka bentuk batuan tidak akan kembali seperti semula.
2. Ductile deformation
Ductile deformation merupakan tahapan deformasi setelah elastic limit dilampaui dan perubahan bentuk dan volume batuan
tidak kembali.
3. Fracture deformation
Fracture deformation merupakan tahapan deformasi yang tejadi setelah batas atau limit elastic
deformationdan ductile deformation dilampaui.

Pengontrol Deformasi
Percobaan-percobaan di laboratorium menunjukkan bahwa deformasi batuan, selain tergantung pada besarnya gaya yang
bekerja, juga kepada sifat fisika dan kompisis batuan serta lingkungan tektonik dan waktu.

Faktor-faktor yang mengontrol terjadinya deformasi adalah :


1. Suhu
Makin tinggi suhu suatu benda padat semakin ductile sifatnya dan keregasannya makin berkurang. Misalnya pipa kaca tidak
dapat dibengkokan pada suhu udara normal, bila dipaksa akan patah, karena regas (brittle). Setelah dipanaskan akan mudah
dibengkokan. Demikian pula halnya dengan batuan. Di permukaan, sifatnya padat dan regas, tetapi jauh di bawah permukaan
dimana suhunya tinggi, bersifat ductile.
2. Waktu dan strain rate
Pengaruh waktu dalam deformasi batuan sangat penting. Kecepatan strain sangat dipengaruhi oleh waktu. Strainyang terjadi
bergantung kepada berapa lama batuan dikenai stress. Kecepatan batuan untuk berubah bentuk dan volume disebut strain rate,
yang dinyatakan dalam volume per unit volume per detik, di bumi berkisar antara 10 -14/ detik sampai 10-15/ detik. Makin
rendah strain rate batuan, makin besar kecenderungan terjadinya deformasi ductile.
Pengaruh suhu, confining pressure dan strain rate pada batuan, seperti ciri pada kerak, terutama di bagian atas dimana suhu
dan confining pressure rendah tetapi strain rate tinggi, batuan cenderung rapuh (brittle) dan patah. Sedangkan bila pada suhu
tinggi, confining pressure tinggi dan strain rate rendah sifat batuan akan menjadi kurang regas dan lebih bersifat ductile. Sekitar
kedalaman 15 km, batuan akan bersifat regas dan mudah patah. Di bawah kedalaman 15 km batuan tidak mudah patah karena
bersifat ductile. Kedalaman dimana sifat kerak berubah dari regas mulai menjadi ductile, disebut brittle-ductile transition.
3. Komposisi
Komposisi batuan berpengaruh pada cara deformasinya. Komposisi mempunyai dua aspek. Pertama, jenis dan kandungan
mineral dalam batuan, beberapa mineral (seperti kuarsa, garnet dan olivin) sangat brittle, sedangkan yang lainnya (seperti mika,
lempung, kalsit dan gypsum) bersifat ductile. Kedua, kandungan air dalam batuan akan mengurangi keregasannya dan
memperbesar keduktilannya. Pengaruh air, memperlemah ikatan kimia mineral-mineral dan melapisi butiran-butiran mineral
yang memperlemah friksi antar butir. Jadi batuan yang ‘basah’ cenderung lebih ductile daripada batuan ‘kering’. Batuan yang
cenderung terdeformasi ductile diantaranya adalah batu gamping, marmer, lanau, serpih, filit dan sekis. Sedangkan yang
cenderung brittle adalah batupasir, kuarsit, granit, granodiorit, dan gneiss.

Daftar Pustaka

Sapiie, Benyamin, Harsolumakso, Agus H. 2008. Prinsip Dasar Geologi Struktur. Laboratorium Geologi Dinamik, FITB-ITB.

http://www.engapplets.vt.edu/Mohr/java/nsfapplets/MohrCircles2-3D/Theory/theory.htm

http://www.geology.sdsu.edu/visualstructure/vss/htm_hlp/hom_het.htm

http://www.geosci.usyd.edu.au/users/prey/Teaching/Geol-3101/Strain02/strain_ellipsoid.htm

Anda mungkin juga menyukai