Anda di halaman 1dari 11

Laporan Akhir Proses Manufaktur ATA 2016/2017

BAB II
MESIN BUBUT

2.1 Pengertian Mesin Bubut


Mesin bubut adalah salah satu mesin peralatan yang berfungsi
untuk memotong benda kerja yang memiliki bentuk silindris yang
dilakukan dengan cara diputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses
pemakanan benda kerja dengan penyayatan dilakukan dengan cara
memutar benda kerja kemudian dikenakan pada pahat yang digerakkan
secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja (Widarto,
2008).
Pada proses benda kerja terlebih dahulu dipasang pada chuck
(pencekam) yang terpasang pada spindle mesin. Kemudian spindle dan
benda kerja berputar dengan kecepatan sesuai perhitungan. Alat potong
(pahat) yang dipakai untuk membentuk benda kerja, akan disayatkan
pada benda kerja yang berputar umumnya pahat bubut dalam keadaan
diam, pada perkembangannya ada jenis mesin bubut yang berputar alat
potongnya, sedangkan benda kerja diam. Alat potong akan mudah untuk
memotong benda kerja jika kecepatan putar sesuai perhitungan sehingga
benda kerja mudah dibentuk sesuai yang diinginkan (Atmantawarna,
2013).
Fungsi utama mesin bubut adalah untuk membuat atau
memproduksi benda-benda berpenampang silindris, misalnya poros
lurus, poros bertingkat, poros tirus, poros berulir, dan berbagai bentuk
bidang permukaan lainnya misalnya anak buah catur (raja, ratu, pion, dll)
(Atmantawarna, 2013).

II-1
II-2

2.2 Jenis-jenis Mesin Bubut


Jenis-jenis mesin bubut konvensional dilihat dari segi dimensinya,
mesin bubut konvensional dibagi dalam beberapa kategori, yaitu mesin
bubut ringan, mesin bubut sedang, mesin bubut standar, dan mesin bubut
berat. Mesin bubut berat digunakan untuk benda kerja yang berdimensi
besar. Mesin bubut terbagi atas mesin bubut beralas panjang, mesin bubut
lantai, dan mesin bubut tegak (Atmantawarna, 2013).

(a) (b)

(c)
Gambar 2.1 (a) Mesin Bubut Ringan (b) Mesin Bubut Sedang (c) Mesin Bubut Berat

2.3 Bagian-bagian Mesin Bubut


Bagian utama mesin bubut konvensional pada umumnya sama
walaupun merk atau buatan pabrik yang berbeda, hanya saja terkadang
posisi handle atau tuas, tombol, tabel penunjukan pembubutan letak atau
posisinya berbeda, demikian juga dengan cara pengoperasiannya karena
memiliki fasilitas yang sama maka tidak jauh beda. Berikut yaitu bagian-
bagian utama mesin bubut (biasa) yang pada umumnya dimiliki oleh
mesin tersebut (Atmantawarna, 2013).

Laporan Akhir Proses Manufaktur ATA 2016/2017


II-3

a. Sumbu utama atau main spindle merupakan sumbu utama mesin


tersebut yang berfungsi sebagai dudukan chuck (cekam), plat
pembawa, kolet, senter tetap dan lain-lain.

Gambar 2.2 Sumbu Utama (Main Spindle)


b. Eretan (Carriage), eretan terdiri atas eretan memanjang (longitudinal
carriage) yang bergerak sepanjang alas mesin, eretan melintang (cross
carriage) yang bergerak melintang alas mesin dan eretan atas (top
carriage), yang bergerak sesuai dengan posisi penyetelan diatas eretan
melintang, kegunaan eretan ini adalah untuk memberikan pemakanan
yang besarnya dapat diatur menurut kehendak operator yang dapat
terukur dengan ketelitian tertentu yang terdapat pada roda
pemutarnya.

Gambar 2.3 Eretan (Carriage)

Laporan Akhir Proses Manufaktur ATA 2016/2017


II-4

c. Kepala lepas (Tail Stock), kepala lepas sebagaimana digunakan untuk


dudukan senter putar sebagai pendukung benda kerja pada saat
pembubutan, dudukan bor tangkai tirus dan cekam bor sebagai
penjepit bor. Kepala lepas dapat bergeser sepanjang alas mesin,
porosnya berlubang tirus sehingga memudahkan tangkai bor untuk
dijepit.

Gambar 2.4 Kepala Lepas (Tail Stock)


d. Tuas pengatur kecepatan transporter dan sumbu pembawa,,
digunakan untuk mengatur kecepatan poros transporter dan sumbu
pembawa. Tuas pengatur kecepatan terdapat dua pilihan yaitu
kecepatan tinggi dan kecepatan rendah. Kecepatan tinggi digunakan
untuk pengerjaan benda-benda berdiameter kecil dan pengerjaan
penyelesaian, sedangkan kecepatan rendah digunakan untuk
pengerjaan pengasaran, ulir, alur, mengkartel, dan pemotongan (cutt
off).

Laporan Akhir Proses Manufaktur ATA 2016/2017


II-5

Gambar 2.5 Tuas Pengatur Kecepatan Transporter dan Sumbu Pembawa


e. Plat tabel adalah tabel besarnya kecepatan yang ditempel pada mesin
bubut yang menyatakan besaran perubahan antara hubungan roda-
roda gigi didalam kotak roda gigi ataupun terhadap roda pulley
didalam kepala tetap (head stock).
f. Tuas pengubah pembalik transporter dan sumbu pembawa,
digunakan untuk membalikkan arah putaran sumbu utama, hal ini
diperlukan apabila hendak melakukan pengerjaan penguliran,
pengkartelan, ataupun pembubutan permukaaan.

Gambar 2.6 Tuas Pengubah Pembalik Transporter dan Sumbu Pembawa


g. Plat tabel kecepatan sumbu utama, menunjukan angka-angka
kecepatan sumbu utama yang dapat dipilih sesuai dengan pengerjaan
pembubutan.

Laporan Akhir Proses Manufaktur ATA 2016/2017


II-6

Gambar 2.7 Plat Tabel Kecepatan


h. Tuas-tuas pengatur kecepatan sumbu, tuas pengatur ini berfungsi
untuk mengatur kecepatan putaran mesin sesuai hasil dari
perhitungan atau pembacaan dari tabel putaran.

Gambar 2.8 Tuas-tuas Pengatur Kecepatan Sumbu


i. Penjepit pahat (Tool Post), digunakan untuk menjepit atau memegang
pahat, yang bentuknya ada beberapa macam. Jenis ini sangat praktis
dan dapat menjepit pahat empat buah sekaligus sehingga dalam suatu
pengerjaan bila memerlukan empat macam pahat dapat dipasang dan
disetel sekaligus.

Gambar 2.9 Penjepit Pahat (Tool Post)

Laporan Akhir Proses Manufaktur ATA 2016/2017


II-7

j. Eretan atas, berfungsi sebagai dudukan penjepit pahat yang sekaligus


berfungsi untuk mengatur besaran majunya pahat pada proses
pembuatan ulir, alur, tirus, champer dan lain-lain yang ketelitiannya
bisa mencapai 0,01 mm.

Gambar 2.10 Eretan Atas


k. Roda pemutar yang terdapat pada kepala lepas, digunakan untuk
menggerakan poros kepala lepas maju ataupun mundur. Berapa
panjang yang ditempuh ketika akan maju atau mundur dapat diukur
dengan membaca cincin berskala (dial) yang ada pada roda pemutar
tersebut. Pergerakan ini diperlukan ketika hendak melakukan
pengeboran untuk mengetahui atau mengukur seberapa dalam mata
bor harus dimasukkan.
l. Transporter atau poros transporter pembawa, poros berulir segi
empat atau trapesium yang biasanya memiliki kisar 6 mm, digunakan
untuk membawa eretan pada waktu kerja otomatis, misalnya waktu
membubut ulir, alur dan pekerjaan pembubutan lainnya, sedangkan
sumbu pembawa atau poros pembawa adalah poros yang selalu
berputar untuk membawa atau mendukung jalannya eretan.
m. Tuas penghubung, sebagaimana digunakan untuk menghubungkan
roda gigi yang terdapat pada eretan dengan poros transporter
sehingga eretan akan dapat berjalan secara otomatis sepanjang alas
mesin. Tuas penghubung ini mempunyai dua kedudukan.
Kedudukan diatas berarti membalik arah gerak putaran (arah putaran
berlawanan putaran jam) dan posisi kebawah berarti gerak searah
jarum jam.

Laporan Akhir Proses Manufaktur ATA 2016/2017


II-8

n. Eretan lintang, sebagaimana berfungsi untuk menggerakkan pahat


melintang alas mesin atau arah kedepan atau kebelakang posisi
operator yaitu dalam pemakanan benda kerja. Roda eretan ini juga
terdapat dial pengukur untuk mengetahui berapa panjang langkah
gerakan maju atau mundurnya pahat. Ukuran mesin bubut
ditentukan oleh panjangnya jarak antara ujung senter kepala lepas
dan ujung senter kepala tetap. Mesin bubut mampu melakukan
pembubutan hingga 100 mm.

2.4 Faktor untuk Menentukan Spesifikasi Performa


Kinerja operasional mesin bubut dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Berikut ini merupakan faktor-faktor untuk menentukan spesifikasi
performa operasional mesin bubut, yaitu (Kurniawan, 2008):
a. Maksimum panjang benda kerja yang dapat dicekam (jarak headstock
spindel dan tailstock spindel).
b. Maksimum diameter benda kerja yang mampu dicekam pada
workholder (chuck), semakin besar diameter pada pencekam semakin
besar diameter poros benda kerja yang dapat dibubut.
c. Maksimum panjang meja (panjang lintasan carriage atau tool post),
semakin panjang ukuran meja semakin panjang benda kerja yang
dapat dibubut.
d. Daya motor penggerak (penggerak transmisi spindel), semakin besar
daya motor semakin besar torsi yang dihasilkan untuk memutar
benda kerja.
e. Range kecepatan spindel (jumlah tingkat kecepatan transmisi roda gigi
pada headstock), semakin bervariasi jangkauan kecepatan spindel
semakin lengkap pengaturan kecepatan potong benda kerja yang
dibubut.

Laporan Akhir Proses Manufaktur ATA 2016/2017


II-9

Gambar ilustrasi mesin bubut dibawah ini menunjukkan


maksimum jarak antara pusat chuck dan pusat tailstock (C), maksimum
diameter yang dicekam (S), dan panjang meja (L).

Gambar 2.11 Spesifikasi Dimensi Mesin Bubut

2.5 Elemen–elemen Dasar Pemotongan pada Proses Bubut


Elemen–elemen pada dasar pemotongan pada proses bubut dapat
diketahui dengan rumus yang dapat diturunkan dengan memperhatikan
gambar teknik, di mana di dalam gambar teknik dinyatakan spesifikasi
geometrik suatu produk komponen mesin yang di gambar, setelah itu
harus dipilih suatu proses atau urutan proses yang digunakan untuk
membuatnya. Salah satu cara atau prosesnya adalah dengan bubut,
pengerjaan produk, komponen mesin, dan alat–alat menggunakan mesin
bubut akan ditemui dalam setiap perencanaan proses permesinan, untuk
itu perlu kita pahami lima elemen dasar permesinan bubut, yaitu
(Kurniawan, 2008):
a. Kecepatan potong (cutting speed) : v (m/min)
b. Gerak makan (feed rate) : f (mm/rev)
c. Kedalaman pemakanan (depth of cut) : a (mm)
d. Waktu pemotongan (cutting time) : tc (min)
e. Kecepatan penghasilan geram (rate of metal removal) : z (cm/min)

Laporan Akhir Proses Manufaktur ATA 2016/2017


II-10

Elemen dasar dari proses bubut dapat diketahui atau dihitung


dengan menggunakan rumus yang dapat di turunkan dengan
memperhatikan gambar berikut (Kurniawan, 2008).

Gambar 2.12 Elemen–elemen Dasar Pemotongan pada Proses Bubut


1. Benda kerja :
d : diameter mula–mula (mm)
dm : diameter akhir (mm)
tλ : panjang permesinan (mm)
2. Pahat:
k : sudut potong utama (r)
oγ : sudut geram
3. Mesin bubut :
a : kedalaman potong atau pemakanan (mm)
f : gerak makan (mm/rev)
n : putaran poros utama atau benda kerja (rad/min)

Laporan Akhir Proses Manufaktur ATA 2016/2017


II-11

2.6 Material Pahat


Proses pembentukan geram dengan cara permesinan berlangsung
dengan cara mempertemukan dua jenis material, yaitu benda kerja
dengan pahat untuk menjamin kelangsungan proses ini maka jelas
diperlukan material pahat yang lebih unggul dari pada material benda
kerja. Keunggulan tersebut dapat dicapai karena pahat dibuat dengan
memperhatikan berbagai aspek–aspek berikut ini (Kurniawan, 2008):
a. Kekerasan yang cukup tinggi melebihi kekerasan benda kerja tidak
saja pada temperatur ruang melainkan pada temperatur tinggi pada
saat proses pembentukan geram berlangsung.
b. Keuletan yang cukup besar untuk menahan beban kejut yang terjadi
sewaktu permesinan dengan interupsi maupun sewaktu memotong
benda kerja yang mengandung bagian yang keras.
c. Ketahanan beban kejut termal diperlukan apabila terjadi perubahan
temperatur yang cukup besar secara berkala.
d. Sifat adhesi yang rendah, untuk mengurangi afinitas benda kerja
terhadap pahat, mengurangi laju keausan, serta penurunan gaya
pemotongan.
e. Daya larut elemen atau komponen material yang rendah, dibutuhkan
demi untuk memperkecil laju keausan akibat mekanisme.
Secara berurutan material pahat mulai dari yang paling lemah
tetapi ulet sampai yang paling keras tapi getar yaitu baja karbon, High
Speed Steels (HSS), paduan cor non ferro, karbia, keramik, Cubic Baron
Nitrides, dan intan (Kurniawan, 2008).

Laporan Akhir Proses Manufaktur ATA 2016/2017

Anda mungkin juga menyukai