Anda di halaman 1dari 24

KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

TUMBUHNYA EKONOMI BERKEADILAN


Capaian 3 Tahun Pemerintahan Jokowi -JK
Dr Arif Budimanta
Wakil Ketua KEIN
Disampaikan pada Diskusi Publik KMI di Gedung Dewan Pers
Jakarta, 19 Oktober 2017
KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

Selama 3 tahun terakhir (2015-2017), kinerja


perekonomian Indonesia memiliki kualitas yang membaik.

Jumlah orang miskin berkurang sebanyak 3.692.028 jiwa tenaga kerja baru terserap 
821.570 jiwa (Maret 2015 - Maret 2017). (Februari 2015 – Februari 2017), sehingga men
urunkan tingkat pengangguran.

Pada periode Maret 2015 - Maret 2017,


ketimpangan antar individu mengalami
penurunan 0.015 poin
Kesepuluh indikator ini, baik secara langsung maupun tidak,
terkait dengan kesejahteraan rakyat, yang harus menjadi subyek
KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL
dan penerima terbesar manfaat pembangunan

PERTUMBUHAN
KEMISKINAN
EKONOMI

MISERY INDEX KETIMPANGAN

10
DANA DESA PENGANGGURAN

INDIKATOR UTAMA
CAPAIAN
PELAYANAN
INFLASI
KESEHATAN

KUALITAS HIDUP PENDIDIKAN


Indikator I KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

KEMISKINAN
Penurunan tingkat kemiskinan mengindikasikan peningkatan
kelayakan hidup masyarakat
Selama September 2016 - Maret 2017,
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Indonesia secara agregat, penurunan tingkat kemiskinan
(%)Kemiskinan Indonesia
Perkembangan Tingkat
terjadi secara merata di seluruh pulau di Indonesia.
(%)
11.25 Kalimantan
11.22
Sumatera Papua
11.3 11.13 -0.01
-0.25 -0.64
11.2
10.96 Sulawesi
11.1
10.86 -0.12
11
10.9 10.70
10.8 10.64
10.7
10.6
10.5
10.4
10.3
Mar-14 Sep-14 Mar-15 Sep-15 Mar-16 Sep-16 Mar-17

Tahun 2017, pemerintah Indonesia Jawa


mampu menekan tingkat kemiskinan. -0.22 Bali, NTT,
NTB
-0.25
Sumber: BPS (diolah)
Indikator II KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

KETIMPANGAN
Penurunan kesenjangan pendapatan masyarakat mendukung
terciptanya kehidupan yang berkeadilan

0.414
0.408 0.402 0.397
0.394
0.393

0.409 0.316 0.409 0.316 0.409 0.316 0.409


0.409 0.316 0.316 0.407 0.320

SEPTEMBER 2014 MARET 2015 SEPTEMBER 2015 MARET 2016 SEPTEMBER 2016 MARET 2017

Sumber : BPS (diolah)


Indikator III
PENGANGGURAN KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

Penurunan tingkat dan jumlah pengangguran mengindikasikan


peningkatan competitiveness dari tenaga kerja

Terendah Sejak
18 tahun terakhir
6.4% 7,700
7,561 7,600
6.2%
7,455
6.2%
7,500
Tahun 2017 pemerintah
6.0% 5.9%
7,400 Indonesia mampu mengurangi
5.8% 5.7% 5.8%
7,245
5.6%
7,300
jumlah dan tingkat pengangguran
5.6% 7,147 5.5% 7,200
5.3%
7,100
dibandingkan kondisi tahun 2015
5.4% 7,024
7,032

5.2%
7,005 7,000 dan 2016. Tingkat pengangguran
5.0%
6,900
5.3% (Februari 2017) merupakan
6,800

4.8% 6,700
angka terendah sejak tahun 1999.
Feb-14 Aug-14 Feb-15 Aug-15 Feb-16 Aug-16 Feb-17

Jumlah Pengangguran Terbuka, RHS (ribu orang) Tingkat Pengangguran Terbuka, LHS (%)

Sumber: BPS (diolah)


Indikator IV KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

INFLASI
Pengendalian tingkat inflasi yang rendah dan terkendali
mampu menjaga daya beli masyarakat, khususnya masyarakat
berpenghasilan rendah
Perkembangan Inflasi Umum dan Bahan Makanan

12.00

10.00

8.00

Sejak awal 2017,


6.00
pemerintah berhasil
4.00
3.72 mengendalikan inflasi bahan
makanan di bawah inflasi
2.00 umum.
1.04

0.00

Inflasi umum (%) Inflasi Bahan Makanan (%)

Sumber: BPS (diolah)


Indikator V
KUALITAS HIDUP KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL
Peningkatan derajat kesehatan mampu mendorong produktivitas
dan kualitas hidup masyarakat
Perkembangan Angka Harapan
PerkembanganHidup
Angka Harapan Hidup

70.90
70.78

70.59
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia
70.40

0.7000

0.6955
2013 2014 2015 2016 0.6950

Angka harapan hidup


Perkembangan Sanitasi dan Sumber
Angka Harapan Hidup 0.6890
0.6900
0.6890

Air Minum yang Layak


Perkembangan Sanitasi dan Sumber Air Minum yang Layak
0.6850 0.6831 0.6860

70.00 72.00
71.14 0.6820
68.00 71.00 0.6800

66.00 67.80
Persentase (%)

70.00
0.6750
64.00 2013 2014 2015
69.00
62.00 Indeks Pembangunan Manusia (UNDP) Indeks Pembangunan Manusia (BPS)
68.00
60.00
58.00 67.00 Sumber: UNDP dan BPS (diolah)

56.00 66.00
2013 2014 2015 2016

Sanitasi Sumber Air Minum


Sumber: BPS (diolah)
Indikator VI
PENDIDIKAN KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

Peningkatan akses pendidikan mendorong kualitas SDM

Pertumbuhan angka partisipasi sekolah yang


Perkembangan Rata-rata Lama
Perkembangan Rata-rata Lama Sekolah lambat di tahun 2014 hingga 2016 kemungkinan
disebabkan oleh keterlambatan pemerintah
Sekolah dalam menetapkan Permendikbud tahun 19
7.95
tahun 2016 terkait wajib belajar 12 tahun.
7.84 Angka Partisipasi Sekolah
Angka Partisipasi Sekolah
7.73
98.02 98.42 98.92 99.09 99.09
7.61 100 94.44 94.72 94.88
89.76 90.81
90
80 70.31 70.61 70.83
2013 2014 2015 2016 63.84
70 61.49

Persentase (%)
Rata-rata lama sekolah
Rata-rata Lama Sekolah 60
50
40
Kenaikan rata-rata lama sekolah diikuti 30
kenaikan yang signifikan pada angka 20
partisipasi sekolah, khususnya pada kelompok 10
angka partisipasi 13-15 tahun dan 16-18 pada 0
tahun 2014. 07-12
13-15
16-18
19-24
07-12
13-15
16-18
19-24
07-12
13-15
16-18
19-24
07-12
13-15
16-18
19-24
07-12
13-15
16-18
19-24
2012 2013 2014 2015 2016

Sumber : BPS (diolah) Angka Partisipasi Sekolah


Indikator VII
PELAYANAN KESEHATAN KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

Pelayanan kesehatan semakin merata dan mudah

Sumber : Kementerian Kesehatan


Indikator VIII
DANA DESA KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

Kualitas pemanfaatan dana desa meningkat

Sumber : Kementerian Kesehatan


Indikator IX
MISERY INDEX INDONESIA KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

Tingkat kesengsaraan masyarakat yang ditunjukkan melalui


misery index terus mengalami penurunan

16 14.63 14.3
14

12 6.25 5.94 9.53


10 8.63 9.05

6 6.18 5.33
5.61
4 8.38 8.36

2 3.35 3.02 3.72


0
2013 2014 2015 2016 2017*

Inflasi (yoy) Tingkat Pengangguran Terbuka Misery Index


Sumber: BPS (diolah)
Note :
Pengangguran menggunakan survei Bulan Agustus (kecuali 2017 menggunakan data Februari)
Inflasi 2017 menggunakan data September (yoy)
Indikator VII
PERTUMBUHAN EKONOMI KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi mengindikasikan peningkatan


kesejahteraan masyarakat
Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Beberapa Negara ASEAN (%)
Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Beberapa Negara ASEAN (%)

9.00 8.07
8.00
7.03 7.04 6.99
6.68
7.00 6.40 6.10
5.91
6.00 5.02
4.79 4.97
5.00 4.30

4.00 3.23
2.82
3.00
2.01
1.70
2.00

1.00 0.38

(1.00) (0.55)
Myanmar Cambodia Philippines Vietnam Indonesia Malaysia Thailand Singapore Brunei
Darussalam

2015 2016

Di tengah ketidakpastian ekonomi global, banyak negara yang mengalami perlambatan


ekonomi pada tahun 2016. Namun, Indonesia mampu tumbuh lebih tinggi dibandingkan
tahun 2015.
Sumber : World Economic Outlook, IMF (diolah)
KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

TANTANGAN
KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

29% provinsi di
Ketimpangan dan Indonesia memiliki
pertumbuhan yang tidak
stabilitas ekonomi stabil dan pada Triwulan-II
bervariasi 2017 ada 32% provinsi
antarwilayah. yang pertumbuhannya
di bawah rata-rata
pertumbuhan nasional.
Pengembangan kegiatan perekonomian
di luar Pulau Jawa dipelukan untuk
meningkatkan kontribusi wilayah terhadap KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

PDB Indonesia

Perkembangan Kontribusi Spasial terhadap PDB


Indonesia
100
90
80
Efektivitas kebijakan
70
desentralisasi perlu
ditingkatkan untuk
Persentase (%)

60
50
52 54.8 58.9 57.6 58.1 58.5 58.65 mendorong kontribusi
40
wilayah secara
30
merata terhadap PDB
20
Indonesia
10
0
1983 1990 2000 2010 2015 2016 2017*

Sumatera Jawa Bali & Nusa Tenggara Kalimantan Sulawesi Maluku dan Papua

* Data Triwulan II Tahun 2017


Sumber : BPS (diolah)
Perlu adanya upaya dorongan aliran
investasi asing maupun dalam negeri ke KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL
wilayah luar Pulau Jawa

Perkembangan Penanaman Modal


Perkembangan Penanaman Modal Asing
Perkembangan Penanaman Modal
Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri
Asing Dalam Negeri
40.00 90.38 100.00 100.00

73.47 80.00 80.00


30.00
Persentase (%)

63.29

Persentase (%)
51.00 60.00
20.00 60.00
47.54 51.42 63.83
40.00 48.92 58.43 64.24
10.00 40.00
20.00
20.00
0.00 0.00
2001 2006 2011 2016 2017*
0.00
Sumatera Kalimantan 2001 2006 2011 2016 2017*

Sulawesi Bali dan Nusa Tenggara Sumatera Jawa Kalimantan

Maluku dan Papua Jawa Sulawesi Bali dan Nusa Tenggara Maluku dan Papua
* Data Triwulan II Tahun 2017
Sumber: BKPM (diolah)

“Sektor sekunder yang mencakup sektor-sektor industri mendapat proporsi


terbesar dari penanaman modal asing dan dalam negeri.“
Perlu adanya intervensi khusus pemerintah
untuk mendorong penyaluran kredit di luar KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL
Pulau Jawa

Perkembangan Kontribusi Penyaluran Kredit Berdasarkan Spasial


100

90

80

70

60
Persentase (%)

50 74.14 73.97 74.38 74.60 74.65 74.46 74.01

40

30

20

10

0
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017*

Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi Bali dan Nusa Tenggara Maluku dan Irian Jaya Lainnya

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia – OJK Juli 2017


Adanya perubahan kontribusi sektoral yang
mengharuskan pemerintah untuk melakukan KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL
beberapa trobosan kebijakan
Perkembangan Rasio Sektoral terhadap PDB Indonesia
100%

90%
28.22 28.85 29.41 29.98 31.23 31.70 31.59
80%

70%

60%

50%

40%
21.76 21.45 21.03 21.08 20.97 20.51 20.26
30%

20%

10%
13.51 13.37 13.36 13.34 13.49 13.45 13.92
0%
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017*

Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran Lainnya

*Data Triwulan II Tahun 2017


Sumber: BPS (diolah)

Penurunan rasio sektor industri pengolahan terhadap PDB


mengindikasikan adanya gejala deindustrialisasi dan dapat menjadi
ancaman bagi perekonomian.
Angkatan tenaga kerja Indonesia cenderung
belum mampu beradaptasi dengan kebutuhan
tenaga kerja sehingga terserap di sektor-sektor KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

informal
Komposisi Angkatan Kerja Indonesia Berdasarkan Tingkat Sebaran Penduduk 15 Tahun Ke Atas Menurut Status
Pendidikan yang Ditamatkan Per Februari 2017 Pekerjaan Utama Per Februari 2017

Tidak/belum
Akademi/Diplom Universitas pernah sekolah Tidak/belum
a 9% 3% tamat SD
3% 14% Berusaha
SLTA
Pekerja Bebas Sendiri
Kejuruan/SMK
24% 17%
11%
Berusaha
Dibantu Buruh
SLTA SD Buruh/ 21%
Umum/SMU 25% Karyawan/
17% Pegawai
38%
SLTP
18%

Pada Februari 2017, data BPS menunjukkan bahwa


Berdasarkan data BPS Februari 2017, sekitar 60% dunia kerja formal hanya mampu menyerap 38%
total angkatan kerja di Indonesia memiliki tingkat total pekerja di Indonesia sedangkan sisanya bekerja
pendidikan yang rendah. sebagai pekerja bebas dan berwirausaha, baik
dengan berusaha sendiri ataupun berusaha dengan
mempekerjakan orang lain.
Sumber : BPS (diolah)
Kualitas pengembangan SDM masih relatif lebih
rendah dibandingkan dengan negara tetangga KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia di Beberapa Negara ASEAN

Negara 2013 2014 2015

Indonesia 0.682 0.686 0.689

Malaysia 0.783 0.787 0.789

Philippines 0.676 0.679 0.682

Vietnam 0.675 0.678 0.683

Thailand 0.737 0.738 0.740

Lao 0.573 0.582 0.586


Sumber : UNDP (diolah)
KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

STRATEGI
KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

Mendorong Regional Growth Strategy


• Pertumbuhan ekonomi bebasis konektivitas
Mendorong Investasi
kewilayahan melalui kebijakan yang spesifik dan
1
• Mengembangkan investasi sesuai potensi dan
terarah
kebutuhan daerah
• Menggali potensi, permasalahan serta strategi
• Mengembangankan pola investasi bilateral dan
pengembangan wilayah sesuai karakteristik
mencari sumber-sumber investasi baru secara
masing-masing daerah
aktif
• Mengembangkan pola multistakeholder
partnership 2
• Perbaikan iklim investasi yang semakin kondusif
• Refocusing industrialisasi di empat sektor:
agraria, maritim, pariwisata dan kreatif
Mendorong penyaluran kredit dan
3 penanaman investasi di luar Pulau
Jawa melalui pemberian insetif dan
Menjaga tingkat konsumsi rumah diferensiasi kebijakan
tangga
• Menjaga stabilitas harga, terutama barang-
barang kebutuhan pokok
4
• Penciptaan lapangan kerja untuk meningkatkan
tingkat pendapatan rumah tangga melalui
Mendorong UMKM dan koperasi
5
kegiatan padat karya
sebagai pendukung perekonomian
Indonesia

Mendorong pendidikan vokasi 6


Terima Kasih KOMITE EKONOMI DAN INDUSTRI NASIONAL

Dr. Arif Budimanta


Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional
Republik Indonesia
Arif Budimanta menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Universitas Indonesia, kemudian studi mengenai
keuangan di University of Chicago serta mengikuti Senior Executive Programme di Harvard Business School
(HBS) – Harvard University.
Saat ini, Arif Budimanta juga menjabat sebagai Anggota Dewan Direktur Indonesia Eximbank
dan di sela-sela kesibukannya, ia juga aktif sebagai pengajar pada Program Pascasarjana Universitas Indonesia.
Arif juga merupakan pendiri dan penasihat senior bagi Indonesia Center for Sustainable Development (ICSD)
dan di samping itu menjadi anggota dari Royal Economic Society (RES) London.
Pada Periode 2009-2014, Arif Budimanta terpilih sebagai Anggota DPR RI dan ditugaskan pada Komisi XI yang
membidangi Perencanaan Pembangunan, Keuangan dan Perbankan.

Anda mungkin juga menyukai