Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun haruslah dipersiapkan
dengan sebaik-baikanya. Pertolongan yang keliru atau secara berlebihan justru mendatangkan
bahaya baru. Identifikasi racun merupakan usaha untuk mengetahui bahan, zat, atau obat
yang diduga sebagai penyebab terjadi keracunan, sehingga tindakan penganggulangannya
dapat dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat. Dalam menghadapi peristiwa keracunan, kita
berhadapan dengan keadaan darurat yang dapat terjadi dimana dan kapan saja serta
memerlukan kecepatan untuk bertindak dengan segera dan juga mengamati efek dan gejala
keracunan yang timbul.
Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang
menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia.
Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan
keracunan.
Di sekeliling kita ada racun alam yang terdapat pada beberapa tumbuhan dan hewan.
Salah satunya adalah gigitan ular berbisa yang sering terjadi di daerah tropis dan subtropis.
Bisa gigitan ular adalah kedaruratan medis, 95% gigitan ular terjadi pada anggota badan
sehingga tindakan pertolongan pertama dapat mudah dilakukan.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui penatalaksanaan kedaruratan pada pasien dengan keracunan.
2. Untuk mengetahui penatalaksanaan kedaruratan pada pasien dengan gigitan binatang
berbisa.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit, atau
dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh
dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik
kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan
bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen
kedaruratan datang karena masalah toksik.
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat, serum,
alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan dapat diakibatkan oleh
kecelakaan atau tindakan tidak disengaja, tindakan yang disengaja seperti usaha bunuh diri
atau dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan kriminal. Keracunan yang tidak
disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan rumah tangga maupun
lingkungan kerja.

B. Penyebab dan Jenis Keracunan


Keracunan dapat terjadi karena berbagai macam penyebab yang mengandung bahan
berbahaya dan potensial dapat menjadi racun. Penyebab-penyebab tersebut antara lain:
a. Makanan
Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhan dan
perkembangbiakan mikroorganisme. Proses pembusukan merupakan proses awal dari
akibat aktivitas mikroorganisme yang mempengaruhi langsung kepada nilai bahan
makanan tersebut untuk kepentingan manusia. Selain itu, keracunan bahan makanan
dapat juga disebabkan oleh bahan makanannya sendiri yang beracun, terkontaminasi
oleh protozoa, parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan kimia yang bersifat racun.
Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering mengakibatkan keracunan,
antara lain:
a) Keracunan botolinum
Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara anaerobik, yaitu di
tempat-tempat yang tidak ada udaranya. Kuman ini mampu melindungi dirinya

2
dari suhu yang agak tinggi dengan jalan membentuk spora. Karena cara hidupnya
yang demikian itu, kuman ini banyak dijumpai pada makanan kaleng yang diolah
secara kurang sempurna.
Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36 jam sesudah
memakan makanan yang tercemar. Gejala itu berupa lemah badan yang kemudian
disusul dengan penglihatan yang kabur dan ganda. Kelumpuhan saraf mata itu
diikuti oleh kelumpuhan saraf-saraf otak lainnya, sehingga penderita mengalami
kesulitan berbicara dan susah menelan.Pengobatan hanya dapat diberikan di rumah
sakit dengan penyuntikan serum antitoksin yang khas untuk botulinum. Oleh
karena itu dalam hal ini yang penting ialah pencegahan.
Pencegahan: sebelum dihidangkan, makanan kaleng dibuka dan kemudian direbus
bersama kalengnya di dalam air sampai mendidih.
b) Keracunan jamur
Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam sesudah makan jamur
yang beracun (Amanita spp). Gejala tersebut berupa sakit perut yang hebat,
muntah, mencret, haus, berkeringat banyak, kekacauan mental, pingsan.
Tindakan pertolongan: apabila tidak ada muntah-muntah, penderita dirangsang
agar muntah. Kemudian lambungnya dibilas dengan larutan encer kalium
permanganat (1 gram dalam 2 liter air), atau dengan putih telur campur susu. Bila
perlu, berikan napas buatan dan kirim penderita ke rumah sakit.
c) Keracunan jengkol
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol dalam saluran
kencing. Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi timbulnya keracunan,
yaitu: jumlah yang dimakan, cara penghidangan dan makanan penyerta lainnya.
Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai dengan sakit perut, nyeri
sewaktu kencing, dan kristal-kristal asam jengkol yang berwarna putih nampak
keluar bersama air kencing, kadang-kadang disertai darah.
Tindakan pertolongan: pada keracunan yang ringan, penderita diberi minum air
soda sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk
mengurangi sakitnya. Pada keracunan yang lebih berat, penderita harus dirawat di
rumah sakit.
d) Keracunan ikan laut
Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan. Diduga racun tersebut
terbawa dari ganggang yang dimakan oleh ikan itu. Gejala-gejala keracunan

3
berbagai binatang laut tersebut muncul kira-kira 20 menit sesudah
memakannya.Gejala itu berupa: mual, muntah, kesemutan di sekitar mulut, lemah
badan dan susah bernafas.
Tindakan pertolongan: usahakan agar dimuntahkan kembali makanan yang sudah
tertelan itu. Kalau mungkin lakukan pula pembilasan lambung dan pernafasan
buatan. Obat yang khas untuk keracunan binatang-binatang laut itu tidak ada.
e) Keracunan singkong
Racun singkong ialah senyawa asam biru (cyanida). Singkong beracun biasanya
ditanam hanya untuk pembatas kebun, dan binatangpun tidak mau memakan
daunnya. Racun asam biru tersebut bekerja sangat cepat. Dalam beberapa menit
setelah termakan racun singkong, gejala-gejala mulai timbul. Dalam dosis besar,
racun itu cepat mematikan.
b. Minyak Tanah
Penyebabnya karena meminum minyak tanah. Insiden Intoksikasi minyak tanah :
 Terutama pada anak-anak < 6 tahun. Khususnya pada negara-negara
berkembang
 Daerah perkotaan > daerah pedesaan
 Pria > wanita
 Umumnya terjadi karena kelalaian orang tua
a) Tanda dan gejala
Gejala dan tanda klinis utamanya berhubungan dengan saluran napas, pencernaan,
dan CNS. Awalnya penderita akan segera batuk, tersedak, dan mungkin muntah,
meskipun jumlah yang tertelan hanya sedikit. Sianosis, distress pernapasan, panas
badan, dan batuk persisten dapat terjadi kemudian. Pada anak yang lebih besar
mungkin mengeluh rasa panas pada lambung dan muntah secara spontan. Gejala
CNS termasuk lethargi, koma, dan konvulsi. Pada kasus yang gawat, pembesaran
jantung, atrial fibrilasi, dan fatal ventrikular fibrilasi dapat terjadi. Kerusakan ginjal
dan sumsum tulang juga pernah dilaporkan. Gejala lain seperti bronchopneumonia,
efusi pleura, pneumatocele, pneumomediastinum, pneumothorax, dan subcutaneus
emphysema. Tanda lain seperti rash pada kulit dan dermatitis bila terjadi paparan
pada kulit. Sedangkan pada mata akan terjadi tanda-tanda iritasi pada mata hingga
kerusakan permanen mata.
b) Komplikasi

4
Efek toksis terpenting dari minyak tanah adalah pneumonitis aspirasi. Studi
pada binatang menunjukkan toksisitas pada paru > 140 x dibanding pada saluran
pencernaan. Aspirasi umumnya terjadi akibat penderita batuk atau muntah. Akibat
viskositas yang rendah dan tekanan permukaan, aspirat dapat segera menyebar
secara luas pada paru. Penyebaran melalui penetrasi pada membran mukosa,
merusak epithel jalan napas, septa alveoli, dan menurunkan jumlah surfactan
sehingga memicu terjadinya perdarahan, edema paru, ataupun kolaps pada paru.
Jumlah < 1 ml dari aspirasi pada paru dapat menyebabkan kerusakan yang
bermakna.
Kematian dapat terjadi karena aspirasi sebanyak + 2,5 ml pada paru (pada
lambung + 350 ml). Selain itu, jumlah 1 ml/kg BB minyak tanah dapat
menyebabkan depresi CNS ringan - sedang, karditis, kerusakan hepar, kelenjar
adrenal, ginjal, dan abnormalitas eritrosit. Namun efek sistemik tersebut jarang
karena tidak diabsorbsi dalam jumlah banyak pada saluran pencernaan. Minyak
tanah juga diekskresikan lewat urine.
c) Penatalaksana
1. Monitor sistem respirasi
2. Inhalasi oksigen
3. Nebulisasi dengan Salbutamol : bila mulai timbul gangguan napas
4. Antibiotika : bila telah timbul infeksi, tidak dianjurkan sebagai profilaksis
5. Hidrokortison : dulu direkomendasikan, sekarang jarang dilakukan
6. Kumbah lambung dan charcoal aktif (arang): beberapa literatur menolak
penatalaksanaan dengan kumbah lambung, dengan alasan dapat menyebabkan
aspirasi dan kerusakan paru. Sedangkan literatur lain memperbolehkannya,
utamanya bila jumlah yang ditelan cukup banyak, karena dikhawatirkan terjadi
penguapan dari lambung ke paru.
7. Antasida: untuk mencegah iritasi mukosa lambung
8. Pemberian susu atau bahan dilusi lain
9. Bila terjadi gagal napas, dapat dilakukan ventilasi mekanik (Positive End
Expiratory Pressure / PEEP)
c. Baygon
Baygon adalah insektisida kelas karbamat, yaitu insektisida yang berada dalam
golongan propuxur. Penanganan keracunan Baygon dan golongan propuxur lainnya

5
adalah sama. Contoh golongan karbamat lain adalah carbaryl (sevin), pirimicarb
(rapid, aphox), timethacarb (landrin) dan lainnya.
Gejala keracunan sangat mudah dikenali yaitu diare, inkontinensia urin,
miosis,fasikulasi otot, cemas dan kejang. Miosis, salvias, lakrimasi, bronkospasme,
keram otot perut, muntah, hiperperistaltik dan letargi biasanya terlihat sejak awal.
Kematian biasanya karena depresi pernafasan.
1) Efek muskarinik (parasimpatik) berupa: miosis (pinpoint), Hipersalivasi,
lakrimasi, Hipersekresi bronchial, Bronkospasme, Hiperperistaltik : mual,
muntah, diare, kram perut., Inkontinensia urin, Pandangan kabur, Bradikardi
2) Efek nikotinik berupa: fasikulasi otot, kejang, kelumahan otot, paralysis,
ataksia, takikardi (hipertensi).
3) Efek SSP berupa: sakit kepala, bicara ngawur, bingung, kejang, koma, dan
depresi pernafasan.
4) Efek pada kardiovaskular bergantung pada reseptor mana yang lebih dominan.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat kontak dengan insektisida, pemeriksaan klinis dan
menyeluruh dan terakhir pemeriksaan laboratorium.
Penatalaksanaan
1) General Management
a) Airways: jaga jalan nafas, bersihkan dari bronchial sekresi.
b) Breathing: beri oksigen 100% , bila tidak adekuat lakukan intubasi
c) Circulation: pasang IV line, pantau vital sign.
2) Spesifik terapi
a) Bilas lambung ( 100-200 ml ), diikuti pemberian karbon aktif. Direkomendasikan
pada kasus yang mengancam.
b) Karbon aktif . Dosis ≥ 12 tahun : 25 – 100 gr dalam 300-800 ml.
3) Pharmacologik terapi
Atropine: ≥ 12 tahun: 2-4 mg IV setiap 5-10 menit sampai atropinisasi. Dosis
pemeliharaan 0,5 mg/30 menit atau 1 jam atau 2 jam atau 4 jam sesuai kebutuhan. Dosis
maksimal 50 mg/24 jam. Pertahankan selama 24-48 jam.Supportif : diazepam 5-10 mg
IV bila kejang dan furosemide 40-160 mg bila ronki basah basal muncul.

d. Bahan Kimia

6
Keracunan bahan kimia biasanya melibatkan bahan-bahan kimia biasa seperti bahan
kimia rumah, produk pertanian, produk tumbuhan atau produk industri.Beberapa jenis
bahan kimia yang harus diperhatikan karena berbahaya adalah:

Bahan Penjelasan Potensi Bahaya Kesehatan


Kimia
AgNO3 Senyawa ini beracun dan korosif. Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit
Simpanlah dalam botol berwarna dan melepuh. Gas/uapnya juga menebabkan
ruang yang gelap serta jauhkan dari hal yang sama.
bahan-bahan yang mudah terbakar.
HCl Senyawa ini beracun dan bersifat korosif Dapat menyebabkan luka bakar dan kulit
terutama dengan kepekatan tinggi. melepuh. Gas/uapnya juga menebabkan
hal yang sama.
H2S Senyawa ini mudah terbakar dan beracun Menghirup bahan ini dapat menyebabkan
pingsan, gangguan pernafasan, bahkan
kematian.
H2SO4 Senyawa ini sangat korosif, higroskopis, Jangan menghirup uap asam sulfat pekat
bersifat membakar bahan organik dan karena dapat menyebabkan kerusakan
dapat merusak jaringan tubuh paru-paru, kontak dengan kulit
Gunakan ruang asam untuk proses menyebabkan dermatitis, sedangkan
pengenceran dan hidupkan kipas kontak dengan mata menyebabkan
penghisapnya. kebutaan.
NaOH Senyawa ini bersifat higroskopis dan Dapat merusak jaringan tubuh.
menyerap gas CO2.
NH3 Senyawa ini mempunyai bau yang khas. Menghirup senyawa ini pada konsentrasi
tinggi dapat menyebabkan
pembengkakan saluran pernafasan dan
sesak nafas. Terkena amonia pada
konsentrasi 0.5% (v/v) selama 30 menit
dapat menyebabkan kebutaan.
HCN Senyawa ini sangat beracun. Hindarkan kontak dengan kulit. Jangan
menghirup gas ini karena dapat
menyebabkan pingsan dan kematian.
HF Gas/uap maupun larutannya sangat Dapat menyebabkan iritasi kulit, mata,
beracun. dan saluran pernafasan.
HNO3 Senyawa ini bersifat korosif. Dapat menyebabkan luka bakar,

7
menghirup uapnya dapat menyebabkan
kematian.

Berikut adalah beberapa alternatif obat yang dapat anda gunakan untuk pertolongan pertama
terhadap korban keracunan bahan kimia:

Jenis Peracun Pertolongan Pertama


Asam-asam korosif seperti asam sulfat (H2SO4), fluoroboric Bila tertelan berilah bubur
acid, hydrobromic acid 62%, hydrochloric aluminium hidroksida atau milk of
acid 32%, hydrochloric acid fuming 37%, sulfur dioksida, magnesia diikuti dengan susu atau
dan lain-lain. Bila tertelan berilah bubur aluminium putih telur yang dikocok dengan air.
hidroksida atau milk of magnesia diikuti dengan susu atau Jangan diberi dengan karbonat atau
putih telur yang dikocok dengan air. soda kue.
Alkali (basa) seperti amonia (NH3), amonium hidroksida Bila tertelan berilah asam asetat
(NH4OH), Kalium hidroksida (KOH), Kalsium oksida encer (1%), cuka (1:4), asam sitrat
(CaO), soda abu, dan lain-lain. (1%), atau air jeruk. Lanjutkan
dengan memberi susu atau putih
telur.
Kation Logam seperti Pb, Hg, Cd, Bi, Sn, dan lain-lain Berikan antidote umum, susu,
minum air kelapa, norit, suntikan
BAL, atau putih telur.
Pestisida Minum air kelapa, susu, vegeta,
norit, suntikan PAM
Garam Arsen Bila tertelan usahakan pemuntahan
dan berikan milk of magnesia.

C. Manifestasi Klinis
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara pemberian, apakah
melalui kulit, mata, paru, lambung, atau suntikan, karena hal ini mungkin mengubah tidak
hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga jenis dan kecepatan
metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi perbedaan respons jaringan. Hanya beberapa
racun yang menimbulkan gambaran khas seperti adanya bau gas batu bara (saat ini jarang),
pupil sangat kecil (pinpoint), muntah, depresi, dan hilangnya pernafasan pada keracunan akut
morfin dan alkaloidnya. Pupil pinpoint merupakan satu-satunya tanda, karena biasanya pupil
berdilatasi pada pasien keracunan akut. Kecuali pada pasien yang sangat rendah tingkat

8
kesadaranya, pupilnya mungkin menyempit tetapi tidak sampai berukuran pinpoint. Kulit
muka merah, banyak berkeringat, tinitus, tuli, takikardi, dan hiperventilasi sangat mengarah
pada keracunan salisilat akut (aspirin).
Tabel 2.1 Manifestasi Klinis Keracunan
Onset (Masa Gejala Utama Jasad Renik/Toksin
Awitan)
Gejala Saluran Cerna Atas (Mual, Muntah) yang Dominan
< 1 jam Mual, muntah, rasa yang tak lazim di mulut, Garam logam
mulut terasa panas
1-2 jam Mual, muntah, sianosis, sakit kepala, Nitrit
pusing, sesak nafas, gemetar, lemah,
pingsan.
1-6 jam (rerata 2-4) Mual, muntah, diare, nyeri perut. Staphylococcus
Aureus dan
enterotoksinnya
8-16 jam (2-4 Muntah, kram perut, diare, rasa mual. Bacillus Cereus.
muntah)
6-24 jam Mual, muntah, diare, rasa haus, pelebaran Jamur
pupil, pingsan, koma. berjenis Amanita.
Radang Tengorokan Dan Gejala Saluran Napas
12-72 jam Radang tengorokan, demam, mual, muntah, Streptococcus
pengeluaran secret dari hidung, terkadang Pyogene
ruam kulit.
2-5 hari Radang tengorokan dan hidung, eksudat Corynebacterium
berwarna keabuan, demam, mengigil, nyeri diphtheria
tengorokan, lemah, sulit menelan,
pembengkakan kelenjar getah bening leher.

Gejala Saluran Cerna Bawah (kram perut, diare) yang Dominan


2-36 jam (rerata 6- Kram perut, diare, diare yang C. perfringens; B.
12) disebabkan Clostridiumperfringens, kadang- cereus; S; faecalis; S.
kadang rasa mual dan muntah faecium

12-72 jam (rerata Kram perut, diare, muntah, demam, Salmonella


18-36) mengigil, lemah hebat, mual, sakit kepala, spp (termasuk

9
kadang-kadang diare berdarah dan S. Arizonae), E. coli
berlendir, lesi kulit yang disebabkan Vibrio enteropatogenik, dan
vulnificuis.Yersinia Enterobakteriacae, V.
enterocoliticamenyebabkan gejala yang cholera (01 dan non-
menyerupai flu apendisitis akut. 01), vulvinicus, V.
fluvialis.
3-5 hari Diare, demam, muntah dengan nyeri perut, Virus-virus enterik
gejala saluran nafas
1-6 minggu Diare lengket (tinja berlemak), sakit perut, Giardia lamblia
berat badan menurun
1-beberapa minggu Sakit perut, diare, sembelit, sakit kepala, Entamoeba hystolitica
mengantuk, kadang tanpa gejala
3-6 bulan Sulit tidur, tak ada nafsu makan, berat badan Taenia sanginata dan
menurun, sakit perut, kadang gastroenteritis taenia solium
Gejala Neurologis (Gangguan Visual, Vertigo, Gell, Paralisis)
< 1 jam Gastroenteritis, cemas, penglihatan kabur, Fosfat organic
nyeri dada, sianosis, kedutan, kejang.
Salvias berlebihan, berkeringat,
gastroenteritis, nadi tak teraratur, pupil
mengecil, bernafas seperti orang asma. Jamur jenis muscaria

1-6 jam Rasa baal atau gatal, pusing, pucat, Tetrodotoxin


pendarahan perut, pengelupasan kulit, mata
terfiksasi, reflek hilang, kedutan, paralisis
otot.
Rasa baal atau gatal, gastroenteritis, pusing,
mulut kering, otot nyeri, pupil melebar,
pandangan kabur, paralisis otot. Ciguatoxin

2 jam-6 hari (12-36 Rasa mual, muntah, rasa (geli) seperti Chlorinated
jam) dikaruk, pusing, lemah, tak ada nafsu hydrocarbon
makan, berat badan menurun, bingung.
Vertigo, pandangan kabur atau diplobia,
reflek cahaya hilang, sulit menelan,

10
berbicara dan bernafas; mulut kering,
lemah, paralisis pernafasan. Clostridium
botulinum dan
toksinnya.

>72 jam Rasa baal, kaki lemah, paralisis, spastic, Air raksa organic
penglihatan berkurang, buta, dan koma.
Gastroenteritis, nyeri pada kaki, kaki dan
tangan jatuh.
Triortrocresyl
phosphate.
Terjadi Gejala Alergi (Muka Memerah dan Rasa Gatal)
< 1 jam Sakit kepala, pusing, mual, muntah, rasa Scombrotoxin
panas pada mulut, tengorok terasa terbakar, (histamine)
muka sembab dan merah, sakit perut, gatal
dikulit.
Rasa baal disekitar muluit, rasa seperti
digaruk (geli), kemerahan, pusing, sakit
kepala, mual. Monosodium
Kemerahan, rasa panas, gatal, sakit perut, glutamate (MSG)
edema lutut dan wajah.

Asam nikotinat
Gejala Gastroenteritis Dan/atau Neurologis (Toksin Kerang)
0,5-2 jam Rasa seperti digaruk (geli), terbakar, baal, Saxitoxin (paralytic
mengantuk, bicara inkoheren, paralisis shelifish poisoning:
pernafasan. PSP)

2-5 menit sampai 3- Sensasi panas dan dingin bergantian, rasa Brevetoxin
4 jam geli; baal disekitar bibir, lidah dan (neurotoxic shelifish
tengorokan; nyeri otot, pusing, diare, poisoning: NSP)
muntah.

30 menit sampai 2- Rasa mual, muntah, diare, sakit perut, Dinophysis toxin,
3 jam mengigil, demam. okadaic acid,

11
pectenotoxin,
yessotoxin (Diarrheic
shelifish
poisoning:DSP)
24 jam Muntah, diare, sakit perut, bingung, hilang Domoic Acid
(gastrointestinal) ingatan, deisorientasi, kejang dan koma. (Amnestic shelifish
sampai 48 jam poisoning: ASP)
(neurologis)
Gejala Infeksi Umum (Demam, Mengigil, Lemah, Sakit, Pembengkakan Kelenjar
Limfe)
4-28 hari (rerata 9 Gastroenteritis, demam, edema disekitar Trichinella spiralis
hari) mata, berkeringat, nyeri otot, mengigil,
lemah, sulit bernafas.

7-28 hari (rerata 14 Lemah yang hebat, sakit kepala, sakit Salmonella typhi
hari) kepala, demam, batuk, mual, muntah,
sembelit, sakit perut, mengigil, bintik merah
dikulit, tinja berdarah.
10-13 hari Demam, sakit kepala, nyeri otot, Toxoplasma gondii
kemerahan.
10-50 hari (rerata Demam, lemah-lesu, tak ada nafsu makan, Mungkin virus
25-30) mual, sakit perut, kuning (ikterus).

Bervariasi, Demam, mengigil, sakit kepala atau sendi, Bacillus anthracis,


bergantung pada lemah-lesu, bengkak dikelenjar getah brucella melitensis, B.
tipe penyakit bening, dan gejala yang khas untuk penyakit abortus, B.
lain. suis, coxiella bernetti,
francisella tularensis,
listeria
monocytogenes, M.
tuberculosis,
mycobacterium sp,
pasteurella multocida,
streptobacillus
moniliformis,

12
campylobacter jejuni,
leptospira SSP.

D. Mengatasi Efek dan Gejala Keracunan


Efek dan gejala keracunan pada manusia dapat timbul setempat (lokal) atau sistemik setelah
racun diabsorpsi dan masuk ke dalam sistem peredaran darah atau keduanya.
a. Lokal
Racun yang bersifat korosif akan merusak atau mengakibatkan luka pada selaput
lendir atau jaringan yang terkena. Beberapa racun lain secara lokal mempunyai efek
pada sistem saraf pusat dan organ tubuh lain, seperti jantung, hati, paru, dan ginjal
tanpa sifat korosif dan iritan.
b. Sistemik
Setelah memberikan efek secara lkal, biasanya racun diabsorpsi dan masuk ke dalam
sistem peredaran darah dan akan mempengaruhi organ-organ tubuh yang penting.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efek dan gejala keracunan antara lain; bentuk dan
cara masuk, usia, makanan, kebiasaan, kondisi kesehatan, idiosinkrasi, dan jumlah
racun. Efek dan gejala yang ditimbulkan akibat keracunan terjadi antara lain pada
sistem pernapasan, pencernaan, kardiovaskuler, urogenital, darah dan hemopoitika,
serta sistem saraf pusat (SSP).Tatacara mencegah atau menghentikan penyerapan
racun:
a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
a) Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah atau
norit)
b) Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara:
 Dimuntahkan: bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek
muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi: cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif
(asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan
penderita kejang.
 Bilas lambung:
 Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
 Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat
5 %, atau asam asetat 5 %.
 Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.

13
 Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
 Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau
gliserin).
b. Racun melalui melalui kulit atau mata
a) Pakaian yang terkena racun dilepas
b) Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat penetralisir
(asam cuka / bicnat encer).
c) Hati-hati: penolong jangan sampai terkontaminasi.
c. Racun melalui inhalasi
1) Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
2) Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang terhisap,
jangan menggunakan metode mouth to mouth.
d. Racun melalui suntikan
1) Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri bagian
distal masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit
2) Beri epinefrin 1/1000 dosis: 0,3-0,4 mg subkutan/im.
3) Beri kompres dingin di tempat suntikan
e. Mengeluarkan racun yang telah diserap
Dilakukan dengan cara:
1) Diuretic: lasix, manitol
2) Dialisa
3) Transfusi exchange

E. Penatalaksanaan Kedaruratan Keracunan


Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun
sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara sistem organ
vital, menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan
untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi. Penatalaksanaan umum kedaruratan
keracunan antara lain:
a. Dapatkan kontrol jalan panas, ventilasi, dan oksigenisasi. Pada keadaan tidak ada
kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada keberhasilan
penatalaksanaan pernapasan dan sistem sirkulasi.
b. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu tertelan,
gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.

14
c. Tangani syok yang tepat.
d. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
e. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk menurunkan
efek toksin.
f. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu sistem saraf pusat
atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak adekuat.
g. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat yang ditelan,
yaitu:
1) Diuresis untuk agen yang dikeluarkan lewat jalur ginjal
2) Dialisis Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal
dan cartridge containing an adsorbent [karbon atau resin], dimana setelah
detoksifikasi darah dikembalikan ke pasien.
h. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
i. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
j. Menurunkan peningkatan suhu.
k. Berikan analgesik yang sesuai untuk nyeri.
l. Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
m. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
n. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejang.
o. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukkan tanda dan gejala
masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.

15
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada
kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan
cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan
menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi
bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Tujuan
tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun sebelum
diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara sistem organ
vital, menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan
tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.

B. SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan bisa menambah wawasan
kita bagaimana penatalaksanaan pada pasien dengan keracunan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Fajri. (2012). Keracunan Obat dan bahan Kimia Berbahaya.


Dari:http://fajrismart.wordpress.com/2011/02/22/keracunan-obat-dan-bahan-kimia-
berbahaya/. Diakses tanggal 15 Mei 2018.
Krisanty, dkk. (2011). Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Jakarta: Trans Info Media.
Sartono. (2001). Racun dan Keracunan. Jakarta: Widya Medika.
Smeltzer, Suzanne C., & Bare, Brenda G. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah, vol: 3.
Jakarta: EGC.

17
MAKALAH KERACUNAN / INTOKSIKASI

OLEH :

KELOMPOK

1. AFRITA NELDA 7. EMYUSNITA


2. AHMAD 8.FISMAWATI
3. ANGELINA FITRI 9. FITRI SUSANTI
4. ARMUTIA RUSKA 10. GINA
BRILIANTINA
5. DELI HENDRA RIENTI 11. GULNASRI
6. DENY RAHMAYANTI 12. HENDRI
GUSNADI
KELAS NR.KEP 10.B

18
STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG

2018

19

Anda mungkin juga menyukai