Anda di halaman 1dari 36

Disusun oleh :

DESI PUTRI AW
09.024

AKADEMI KEPERAWATAN
RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT
GATOT SOEBROTO DITKESAD
TA. 2011-2012

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Karsinoma kolorektal ini merupakan 20% dari semua kematian akibat karsinoma di
Amerika serikat. Tumor usus halus jarang terjadi, sebaliknya tumor usus besar dan
rektum relatif umum. Pada kenyataannya kanker kolon dan rektum tipe paling umum
kedua dari kanker internal di Amerika serikat. Ini adalah penyakit budaya barat. Sebagian
besar kanker besar kolorektal adalah karsinoma dan biasanya berasal dari kelenjar
sekretorik lapisan mukosa. Sebagian besar kanker kolorektal berawal di polip yang sudah
ada sebelumnya.

Diperkirakan bahwa 150.000 kasus baru kanker kolorektal didiagnosis di Negara


indonesia setiap tahunnya. Kanker kolon menyerang individu dua kali lebih besar dari
kanker rektal. Insidennya meningkat dan semakin tinggi pada individu dengan riwayat
keluarga mengalami kanker kolon, penyakit usus inflamasi kronis atau polip. Perubahan
pada presentase distribusi telah terjadi pada tahun terakhir. Insiden kanker pada sigmoid
dan desenden meningkat. Lebih dari 156.000 orang didiagnosa setiap tahunnya, kira-kira
setengah dari jumlah tersebut meninggal setiap tahunnya, meskipun sekitar tiga dari
empat pasien dapat diselamatkan dengan diagnosis dini dan tindakan segera.

Angka kelangsungan hidup dibawah 5 tahun adalah 40% sampai 50%, terutama
terlambat dalam diagnosis dan adanya metastase. Kebanyakan orang asimptomatis
dalam jangka waktu lama dan mencari bantuan kesehatan hanya apabila mereka
menemukan perubahan pada kebiasaan defekasi dan perdarahan rektal.

Sedangkan data yang didapat dari catatan medikal di lantai 5 bedah RSPAD Gatot
Soebroto dibulan april, pasien yang dirawat berjumlah 35 orang.

2
Pada umumnya penderita kanker kolon ditandai dengan gejala perubahan
kebiasaan defekasi, darah pada feces, konstipasi, perubahan dalam penampilan feces,
anemia, perdarahan rektal. Gejala-gejala dari penyakit lebih lanjut meliputi adanya
massa yang teraba, obstruksi, mual, BB menurun, nyeri dan adanya tekanan pada
rektum. Apabila tidak ditangani secara baik akan menimbulkan komplikasi antara lain
pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus parsial atau lengkap, metastase
ke organ sekitar melalui hematogen, limfogen dan penyebaran langsung, pertumbuhan
dan ulserasi dapat juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang menyebabkan
hemoragi, perforasi usus dapat terjadi dan mengakibatkan pembentukan abses,
peritonitis dan atau sepsis dapat menimbulkan syok, bahkan dapat mengakibatkan
kematian.

B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran atau pengalaman secara nyata dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien kanker kolon sigmoid dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Untuk mendapatkan pengalaman nyata dalam :
a. Melakukan pengkajian pada pasien kanker kolon sigmoid
b. Menganalisa data yang ditemukan pada pasien kanker kolon sigmoid untuk
merumuskan diagnosa keperawatan
c. Membuat rencana keperawatan pada pasien kanker kolon sigmoid
d. Melaksanakan rencana keperawatan yang telah disusun pada pasien kanker kolon
sigmoid
e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada pasien kanker kolon sigmoid
f. Membuat pendokumentasian pada pasien kanker kolon sigmoid

3
g. Mengidentifikasi adanya kesenjangan asuhan keperawatan antara teori dan kasus
nyata serta alternatif pemecahan masalah dari kesenjangan yang ditemukan

C. Ruang Lingkup
Makalah ilmiah ini akan membahas mengenai asuhan keperawatan pada pasien
Tn. W dengan diagnosa medis post op nefrostomi EC kanker kolon sigmoid di lantai 5
bedah RSPAD Gatot Soebroto yang dilaksanakan mulai tanggal 11 april sampai 18 april
2011.

D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penyusunan makalah ini adalah :
1. Metode deskriptif, tipe studi kasus yaitu dengan mengelola salah satu kasus klien
dengan kanker kolorektal dan melakukan asuhan keperawatan dengan pendekatan
proses keperawatan. Tehnik yang digunakan dalam pengumpulan data dengan cara
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik. Sumber data yang digunakan adalah
data primer yang diperoleh langsung dari pasien, data sekunder diperoleh dari
keluarga (istri), sedangkan data tersier diperoleh dari tenaga kesehatan dengan
melihat dokumentasi keperawatan dan hasil pemeriksaan penunjang.
2. Studi kepustakaaan, yaitu mempelajari buku-buku sumber yang berhubungan dengan
asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien Tn. W dengan diagnosa post op
nefrostomi EC kanker kolon sigmoid.
3. Browsing internet, yaitu mencari data-data di internet yang mempelajari tentang
kanker kolon sigmoid.

4
E. Sistematika Penulisan
BAB I : Pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, ruang lingkup, metode
penulisan, dan sistematika penulisan. BAB II : Tinjauan teori terdiri dari anatomi fisiologi,
pengertian, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan, pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi. BAB III : Tinjauan kasus terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. BAB IV : Pembahasan yang dimulai dari etiologi,
tanda dan gejala, diagnosa keperawatan, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan,
pelaksanaan dan evaluasi. BAB V : Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.

5
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Anatomi Fisiologi

Usus besar terdiri dari sekum, kemudian kolon desenden, kolon sigmoid, dan rectum.
Appendiks adalah kantung buntu dan tidak mengalami pertumbuhan di sekum. Rektum
berakhir di anus, tempat pembuangan tubuh. Laju kontraksi usus besar lebih lambat
dibandingkan dengan usus halus. Hal ini berarti makanan yang masuk ke dalam usus
besar perlu waktu seharian untuk menyusuri seluruh bagian struktur usus besar.
Beberapa waktu dalam sehari, biasanya setelah makan, terjadi gelombang kontraksi yang
disebut gerakan massa feses. Kontraksi yang cukup kuat ini memicu keinginan untuk
defekasi.

1. Kolon (usus besar)


Usus besar atau intestinum mayor panjangnya kurang lebih 1,5 meter, lebarnya 5-6
cm. Lapisan-lapisan usus besar dari dalam ke luar yaitu ;
- Selaput lendir
- Lapisan otot melingkar

6
- Lapisan otot memanjang
- Jaringan ikat
Fungsi usus besar adalah :
- menyerap air dari makanan
- tempat tinggal bakteri coli
- tempat feses
2. Sekum
Terletak di daerah illiaka kanan dan menempel pada otot illiopsoas. Dibawah sekum
terdapat appendik vermiformis atau disebut juga umbai cacing. Seluruhnya ditutupi
oleh peritoneum, mudah bergerak walaupun tidak memepunyai mesenterium dan
dapat diraba melalui dinding abdomen pada orang yang masih hidup.
3. Kolon asenden
Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kanan, membujur keatas dari
ileum ke bawah hati. Dibawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut
fleksura hepatica, dilanjutkan sebagai kolon transversum.
4. Appendiks (usus buntu)
Bagian dari usus besar yang muncul seperti corong dari ujung sekum, mempunyai
pintu keluar yang sempit tetapi masih memungkinkan dapat dilewati oleh beberapa
isi usus. Apendiks tergantung menyilang pada linea terminali masuk kedalam rongga
pelvis minor, terletak horizontal dibelakang sekum. Sebagai suatu organ pertahanan
terhadap infeksi kadang apendiks bereaksi secara hebat dan hiperaktif yang bisa
menimbulkan perforasi dindingnya kedalam rongga abdomen.
5. Kolon transversum
Panjangnya 38 cm, membujur dari kolon asenden sampai ke kolon desenden berada
dibawah abdomen, sebelah kanan terdapat pleksura hepatica dan sebelah kiri
terdapat fleksura lienalis.
6. Kolon Desenden
Panjangnya 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri membujur dari atas
kebawah dan fleksura lienalis sampai kedepan ileum kiri bersambung dengan kolon
sigmoid.

7
7. Kolon Sigmoid
Kolon sigmoid merupakan lanjutan dari kolon desenden, terletak miring dalam
rongga pelvis sebelah kiri, bentuknya menyerupai S ujung bawahnya berhubungan
dengan rectum.
8. Rectum
Sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.
Biasanya rectum ini kosong karena tinja disimpan ditempat yang lebih tinggi yaitu
pada kolon desenden. Jika kolon desenden penuh dan tinja masuk kedalam rectum,
maka timbul keinginan untuk buang air besar. mengembangnya dinding rectum
karena penumpukan material didalam rectum akan memicu sistem syaraf yang
menimbulkan keinginan untuk defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, material akan
dikembalikan ke usus besar, penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi
tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.

B. Pengertian
 Karsinoma atau kanker kolon adalah keganasan tumbuh lambat yang sering terjadi
didaerah kolon terutama pada sekum, desenden bawah, dan kolon sigmoid. (Susan
martin tucker, 1998)

8
 Kanker adalah pertumbuhan baru (atau tumor) massa yang tidak normal akibat
proliferasi sel-sel yang beradaptasi tanpa memiliki keuntungan dan tujuan. (Sylvia
A. Price, 2005)
 Kanker kolorektal adalah kanker usus besar, termasuk kanker tumbuh di usus besar,
rektum dan appendiks.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan kanker kolon sigmoid adalah
tumbuhnya sel-sel ganas di permukaan dalam sigmoid yang berada diantara usus besar
(kolon) hingga rektum.

C. Patofisiologi

Karsinoma kolon sebagian besar menghasilkan adenomatus polip. Tumor mungkin


menyebar dalam tempat tertentu pada lapisan dalam perut, mencapai serosa dan
mesentrik fat. Tumor mulai melekat pada organ yang ada disekitarnya, kemudian meluas
dalam lumen pada usus besar atau menyebar ke limfa dan sistem sirkulasi. Tumor kolon
juga dapat menyebar dalam bagian peritoneal sebelum pembedahan tumor dilakukan.
Penyebaran terjadi jika tumor dihilangkan dan sel kanker dari tumor pecah menuju ke
rongga peritoneal.

Gambar disamping ini menggambarkan


tahapan terjadinya kanker pada sigmoid dan
kolon kanan dan mengurangi timbulnya
penyakit pada rektum dalam waktu 30 tahun
(sthrock). Biasanya tumor ini tumbuh tidak
terdeteksi sampai gejala-gejala muncul
secara perlahan dan tampak
membahayakan.

9
1. Pathway

Faktor demografi, genetik/keturunan, riwayat keluarga dengan tumor,


kebiasaan makan tinggi serat, makanan rendah serat, diet tinggi lemak, riwayat ulserative,
polip pada kolon dan rektal, obesitas, kurang aktivitas, riwayat peminum alkohol

Meningkatkan asam empedu sekunder bersifat co carsinogen


transit di kolon dalam jangka lama

Kontak karsinogen pada mukosa kolon dan rektal

Lesi pada mukosa kolon dan rektal

Kanker kolon dan rektal

Nyeri daerah abdomen, kembung, perubahan pergerakan rektum,


teraba massa pada abdomen, perdarahan pada rektum, anemia

Kematian

2. Etiologi
Penyebab nyata dari kanker kolorektal belum diketahui secara pasti, namun faktor
resiko dan faktor predisposisi telah diidentifikasi. Faktor resiko yang mungkin adalah
adanya hubungan dengan kebiasaan makan, banyaknya mengkonsumsi daging dan
sedikit buah, sayuran, serta ikan turut meningkatkan resiko terjadinya kanker
kolorektal.

D. Tanda dan Gejala


Mula- mula gejalanya tidak jelas, seperti berat badan menurun (sebagai gejala umum
keganasan) dan kelelahan yang tidak jelas sebabnya. Setelah berlangsung beberapa
waktu barulah muncul gejala-gejala lain yang berhubungan dengan tumor dalam ukuran
yang terdapat di usus besar. Makin dekat dengan lokasi tumor dengan anus biasanya

10
gejalanya makin banyak. Bila kita berbicara tentang tumor usus besar, gejala tersebut
dibagi menjadi tiga yaitu gejala lokal, gejala umum, dan gejala penyebaran.
a. Gejala lokalnya adalah :
- Perubahan kebiasaan buang air
- Perubahan frekuensi buang air berkurang (konstipasi) atau bertambah (diare)
- Sensasi seperti belum selesai buang air, perubahan diameter serta ukuran
feses. Keduanya adalah ciri khas dari kanker kolorektal.
- Perubahan wujud fisik feses
- Feses bercampur darah atau keluar darah dari lubang anus
- Feses bercampur lendir
- Timbul rasa nyeri disertai mual muntah saat buang air besar
- Adanya benjolan pada perut yang mungkin dirasakan oleh penderita
- Timbul gejala-gejala lainnya disekitar lokasi tumor, karena kanker dapat
tumbuh mengenai organ dan jaringan sekitar tumor tersebut, seperti kandung
kemih (timbul darah pada air seni, timbul gelembung udara, dll), vagina
(keputihan yang berlebihan, muncul lendir berlebihan, dll).
b. Gejala umumnya
- BB menurun tanpa sebab yang jelas
- Anoreksia
- Anemia
- Sering merasa lelah
c. Gejala penyebarannya
- Penyebaran ke hati, menimbulkan gejala :
1. Penderita tampak kuning
2. Nyeri pada perut, terutama bagian kanan atas
3. Pembesaran hati
4. Timbul gejala lain yang disebut paraneoplastik

11
E. Komplikasi
Pertumbuhan tumor dapat menyebabkan obstruksi usus persial atau lengkap.
Pertumbuhan dan ulserasi juga menyerang pembuluh darah sekitar kolon yang dapat
menyebabkan hemoragi. Perforasi dapt terjadi karena dapat mengakibatkan
pembentukan abses.

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
1. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu dilakukan baik sigmoidoskopi ataupun kolonoskopi
2. Radiologis
Pemeriksaan radiologis yang dapat dilakukan adalah antara lain foto dada dan foto
kolon (barium edema). Foto dada dilakukan untuk melihat apakah ada metastasis
kanker ke paru.
3. Ultrasonografi (USG)
Untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening di abdomen
dan hati.
4. Laboratorium
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami
perdarahan.
5. Kolonoskopi
Kolonoskopi yaitu sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam rektum dan sigmoid
apakah terdapat polip kanker atau kelainan lainnya. Alat kolonoskopi dimasukkan
melalui rektum sampai kolon sigmoid, polip atau sampel jaringan dapat diambil untuk
biopsi.
6. Scan MRI dan ultrasound
Dilakukan untuk tujuan diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi respons pada
pengobatan.

12
G. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
1. Pengobatan
Bila sudah pasti ditemukan karsinoma kolorektal, maka kemungkinan
pengobatannya adalah :
a. Pembedahan Reseksi
Satu-satunya pengobatan definitif adalah pembedahan reseksi dan biasanya
diambil sebanyak mungkin dari kolon, batas minimal adalah 5 cm disebelah
distal dan proksimal dari tempat kanker.
b. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang stoma yang dibentuk dari
pengeluaran sebagian bentuk kolon kedinding abdomen, stoma ini dapat
bersifat sementara atau permanen.
c. Radioterapi
Setelah dilakukan tindakan pembedahan perlu dipertimbangkan untuk
melakukan radiasi dengan isomasi pada neoplasma.
d. Kemoterapi
Kemoterapi yang diberikan adalah 5-flurourasil (5-Fu). Belakangan ini sering
dikombinasi dengan leukovorin yang dapat meningkatkan efektifitas terapi.
Bahkan ada yang memberikan 3 macam kombinasi yaitu : 5-Fu, levamisol, dan
leukovorin. Dari hasil penelitian, setelah dilakukan pembedahan sebaiknya
dilakukan radiasi dan kemoterapi.

b. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Dukungan adaptasi dan kemandirian
2. Meningkatkan kenyamanan
3. Mempertahankan fungsi
4. Mencegah komplikasi
5. Memberikan informasi tentang proses/ kondisi penyakit, prognosis, dan
kebutuhan pengobatan

13
H. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
- Identitas pasien
- Riwayat kesehatan diambil untuk mendapatkan informasi tentang :
a. Perasaan lelah
b. Nyeri abdomen atau rektal dan karakternya (lokasi, frekuensi, durasi,
berhubungan dengan makan atau defekasi)
c. Pola eliminasi terdahulu dan saat ini
d. Deskripsi tentang warna, bau, dan konsistensi feses. Adanya darah atau mucus.
- Riwayat penyakit usus inflamasi kronis atau polip kolorektal
- Riwayat keluarga dari penyakit kolorektal atau terapi obat saat ini
- Pengkajian objektif meliputi :
a. Auskultasi bising usus
b. Palpasi abdomen terhadap area nyeri tekan, distensi dan massa padat
c. Inspeksi specimen terhadap karakter dan adanya darah

2. Diagnosa Keperawatan
a. Konstipasi b/d lesi obstruksi
b. Nyeri b/d kompresi jaringan sekunder akibat obstruksi
c. Keletihan b/d anemia dan anoreksia
d. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan anoreksia
e. Resiko kekurangan volume cairan b/d muntah dan dehidrasi
f. Ansietas b/d rencana pembedahan dan diagnosis kanker
g. Kerusakan intgritas kulit b/d insisi bedah

3. Intervensi
Intervensi keperawatan pra-operatif :
1. Mempertahankan eliminasi
- Frekuensi dan konsistensi defekasi dipantau
- Laksatif dan enema diberikan sesuai resep

14
- Pasien yang menunjukkan tanda perkembangan ke arah obstruksi total
disiapkan untuk menjalani pembedahan
2. Menghilangkan nyeri
- Analgesik diberikan sesuai resep
- Lingkungan dibuat kondusif untuk relaksasi dengan meredupkan lampu,
mematikan tv atau radio
- Tindakan kenyamanan ditawarkan : perubahan posisi, gosokan punggung dan
tehnik relaksasi
3. Meningkatkan toleransi aktifitas
- Kaji tingkat toleransi aktivitas klien
- Ubah dan jadwalkan aktivitas untuk memungkinkan periode tirah baring yang
adekuat
- Terapi komponen darah bila pasien mengalami anemia berat
- Aktivitas post op ditingkatkan dan dipantau
4. Memberikan tindakan nutrisional
- Diet tinggi kalori, protein, karbohidrat serta rendah residu
- Diet cair penuh 24 jam pre op untuk menggantikan penipisan nutrient,
vitamin dan mineral
- Penimbangan BB harian dicatat
5. Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
- Catat masukan dan haluaran
- Batasi masukan makanan oral atau cairan
- Berikan antiemetik sesuai terapi
- Kaji TTV untuk mendeteksi hipovolemi
- Pantau pemberian cairan IV dan elektrolit
6. Menurunkan ansietas
- Kaji tingkat ansietas pasien serta koping yang digunakan
- Luangkan waktu untuk mendengarkan ungkapan
- Jawab pertanyaan pasien dengan jujur dan menggunakan bahasa yang mudah
dipahami

15
7. Mencegah infeksi
- Berikan antibiotik yang telah diresepkan

4. Implementasi
Pelaksanaan atau tindakan keperawatan yang merupakan komponen dari proses
keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan
dilakukan dan diselesaikan. Pelaksanaan merupakan rencana tindakan yang telah
dilakukan, dengan maksud agar kebutuhan pasien terpenuhi secara optimal.
- Intervensi 1 Mempertahankan eliminasi : memantau frekuensi dan konsistensi
defekasi, memberikan laksatif dan enema sesuai resep.
- Intervensi 2 Menghilangkan nyeri : memberikan analgesik sesuai resep resep
dokter, menjaga lingkungan yang kondusif untuk relaksasi dengan
meredupkan lampu, mematikan tv atau radio, melakukan perubahan posisi,
menggosok punggung dan mengajarkan tehnik relaksasi.
- Intervensi 3 Meningkatkan toleransi aktifitas : mengkaji tingkat toleransi aktivitas
klien, mengubah dan menjadwalkan aktivitas untuk memungkinkan periode tirah
baring yang adekuat, melakukan terapi komponen darah bila pasien mengalami
anemia berat, memantau aktivitas post op.
- Intervensi 4 Memberikan tindakan nutrisional : memberikan diet tinggi kalori,
protein, karbohidrat serta rendah residu, memberikan diet cairan penuh 24 jam
pre op untuk menggantikan penipisan nutrient, vitamin dan mineral, mencatat BB
harian.
- Intervensi 5 Mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit : mencatat
masukan dan haluaran, membatasi masukan makanan oral atau cairan,
memberikan antiemetik sesuai terapi dokter, mengukur TTV untuk mendeteksi
hipovolemi, memberikan cairan IV dan elektrolit.
- Intervensi 6 Menurunkan ansietas : mengkaji tingkat ansietas pasien serta koping
yang digunakan, meluangkan waktu untuk mendengarkan ungkapan, menjawab
pertanyaan pasien dengan jujur dan menggunakan bahasa yang mudah dipahami.

16
- Intervensi 7 Mencegah infeksi : memberikan antibiotik yang telah diresepkan
oleh dokter.

5. Evaluasi
Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan
dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi
tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).
Evaluasi yang diharapkan pada pasien post op kanker kolon meliputi :
1. Memantau pola eliminasi urine : kuning jernih dan tidak ada keluhan
2. Meningkatkan tingkat kesadaran
3. Keseimbangan cairan tubuh adekuat
4. Pasien mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol atau hilang
5. Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas
6. Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai
7. Klien mampu mempertahankan dan meningkatkan intake nutrisi
8. Pola eliminasi dalam rentang yang diharapkan ; feses lembut dan berbentuk
9. Ansietas berkurang atau terkontrol
10. Pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan dan fungsi tubuh
11. Infeksi tidak terjadi atau terkontrol
12. Klien dan keluarga mengerti tentang penyakit, prognosis dan pengobatannya

17
BAB III
TINJAUAN KASUS

Pada bab ini akan diuraikan kasus, yang sudah dilengkapi dengan asuhan
keperawatan dari tanggal pengkajian 11 april 2011 sampai dengan pasien pulang tanggal
18 april 2011, dengan cara pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
A. PENGKAJIAN
Pasien masuk rumah sakit tanggal 18 maret 2011, mulai dikaji tanggal 11 april
2011. Ditempatkan dilantai 5 bedah diruang 505 dengan nomor register 03.2011.002
dan dengan diagnosa dokter ca. kolon sigmoid.
1. Identitas klien
Klien bernama Tn. W berjenis kelamin pria, usia 50 tahun dan sudah menikah,
beragama islam, suku bangsa jawa, pendidikan terakhir STM, bahasa yang
digunakan adalah bahasa indonesia, pekerjaan TNI AD pangkat pelda, alamat
rumah puri cileungsi blok H4 no.11 desa gandoang – kab. Bogor, sumber biaya
dari askes, informasi didapat dari istri dan pasien sendiri.
2. Resume
Klien datang dari poli bedah RSPAD dibawa untuk dirawat dilantai 5 bedah
dengan keluhan BAB susah, sakit saat BAK, tenggorokan terasa kering, sakit saat
menelan, mual saat makan, badan panas dan menggigil, kepala pusing, ada luka
operasi di perut bagian ka/ ki dan tengah, nyeri didaerah bekas operasi, skala
nyeri 4. Data obyektif klien tampak lemah, badan teraba panas, suhu badan 39°C,
terpasang infus RL ditangan kiri, tampak bekas insisi dan terpasang kateter
nefrostomi ka/ ki, panjang luka insisi di bagian tengah ± 15 cm, daerah bekas
operasi tampak kemerahan, mukosa bibir kering dan pucat, urine berwarna
kuning kemerahan, TTV dengan hasil TD 130/80 mmHg, N 100x/mnt, RR
24x/mnt, S 39°C, keadaan umum sedang, kesadaran composmentis. Dari data
diatas ditemukan masalah gangguan rasa nyaman nyeri, hipertermi, gangguan
keseimbangan cairan, dan resiko terjadi infeksi. Tindakan yang sudah dilakukan

18
adalah menganjurkan klien untuk banyak minum air, mengompres dengan air
hangat dibantu keluarga, mengukur suhu badan, mengajarkan tehnik relaksasi
dan nafas dalam, memberikan obat paracetamol 1 tab, dan mengganti cairan
infus RL atau NaCl, memberikan injeksi metronidazole 500 mg/drip, ceftriaxone 1
gr, ranitidin 1 amp, ondasentron 1 amp, dan melakukan perawatan luka serta
mengganti balutan. Setelah tindakan dilakukan, ternyata masalah nyeri belum
teratasi. Tapi pasien menginginkan rawat jalan dan istirahat dirumah, pada
tanggal 18 april 2011 pasien pulang.

3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utamanya BAB susah dan BAK sakit, kronologis keluhan : faktor
pencetus dari makanan, timbulnya bertahap, lamanya 1 tahun, upaya
mengatasinya dibawa kerumah sakit.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Riwayat penyakit sebelumnya tidak ada, pasien tidak memiliki alergi obat,
pemakaian obat sebelumnya tidak ada.
c. Genogram

48

19
Keterangan :

: laki-laki

: perempuan

: klien

: tinggal satu rumah

d. Penyakit yang pernah diderita keluarga tidak ada yang menjadi faktor
penyebab ataupun resiko
e. Riwayat psikososisal dan spiritual
Orang terdekat dengan pasien adalah istri dan adiknya, interaksi dalam
keluarga baik, membuat keputusan secara bersama, dampak penyakit
terhadap keluarga yaitu khawatir, masalah yang mempengaruhi pasien saat
ini nyeri dan mual, mekanisme koping terhadap stress adalah tidur, persepsi
terhadap penyakitnya : hal yang dipikirkan adalah masalah kesehatannya
setelah dioperasi, harapan setelah menjalani perawatan ingin cepat sembuh,
perubahan yang dirasakan sering istirahat, nilai agama yang bertentangan
tidak ada, aktifitas agama berdoa, kondisi lingkungan rumah sekitar klien
bersih. Pola kebiasaan :
1. Pola nutrisi
Sebelum sakit klien makan 3x sehari, nafsu makan baik, makan habis 1
porsi, tidak ada makanan yang tidak disukai. Setelah sakit makan 3x sehari,
nafsu makan baik, habis 1 porsi, tetapi mual saat makan, tidak ada
makanan pantangan dan makanan diet, penggunaan obat sebelum makan
tidak ada, hanya paracetamol saat klien panas, klien tidak menggunakan
NGT.

20
2. Pola eliminasi
Sebelum sakit BAK sering, warnanya kuning jernih, tidak ada keluhan
apapun. BAB biasanya pagi hari, warnanya kecoklatan dan padat. Setelah
sakit klien memakai kateter nefrostomi, BAK tidak tentu, warnanya kuning
kemerahan, sakit saat dikeluarkan. BAB tidak tentu dan susah, warnanya
hitam dan bulat kecil-kecil, klien tidak menggunakan pencahar.
3. Pola personal hygiene
Sebelum sakit klien mandi 2x sehari pagi dan sore, oral hygiene 2x sehari
pagi dan sore, cuci rambut setiap hari. Setelah sakit mandi 2x sehari pagi
dan sore, oral hygiene 2x sehari pagi dan sore, cuci rambut tidak tentu.
4. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit lama tidur siang 2 jam saat istirahat bekerja, tidur malam 9
jam perhari, kebiasaan sebelum tidur tidak ada. Setelah sakit lama tidur
siang tidak tentu karna klien sering terbangun, tidur malam 8 jam perhari,
kebiasaan sebelum tidur tidak ada.
5. Pola aktifitas dan latihan
Sebelum sakit waktu bekerja pagi sampai sore, olahraga jogging 2x
seminggu, keluhan dalam aktifitas tidak ada. Setelah sakit tidak bekerja,
hanya jalan pelan-pelan dan kadang-kadang, keluhan sakit saat duduk dan
bangun.
6. Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan klien tidak ada, baik itu
merokok ataupun nabza.
4. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan fisik umum
Berat badan klien sebelum sakit 70 kg, setelah sakit 62 kg, tinggi badan 162
cm, keadaan umum sedang, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
b. Sistem penglihatan
Posisi mata simetris, kelopak mata dan pergerakan bola mata normal,
konjungtiva merah muda, kornea normal, sklera anikterik, pupil isokor, otot-

21
otot mata tidak ada kelainan, fungsi penglihatan baik, tanda-tanda radang
tidak ada, memakai kacamata baca + 1, reaksi terhadap cahaya kanan dan kiri
positif.
c. Sistem pendengaran
Daun telinga normal, telinga bersih tidak ada serumen, kondisi telinga tengah
normal, cairan dari telinga tidak ada, tidak ada tinitus dan perasaan penuh di
telinga, fungsi pendengaran normal, tidak ada gangguan keseimbangan, tidak
memakai alat bantu.
d. Sistem wicara
Tidak ada kelainan, bicara jelas dan lancar
e. Sistem pernafasan
Jalan nafas bersih, pernafasan tidak sesak, frekuensi 20x/menit, irama teratur,
jenis pernafasan spontan dan dalam, tidak batuk, palpasi dada simetris dan
tidak teraba massa atau benjolan, perkusi dada bunyi resonan, suara nafas
vesikuler, tidak nyeri saat bernafas.
f. Sistem kardiovaskuler
Sirkulasi perifer : nadi 80x/menit, irama teratur dan kuat, tekanan darah
90/60 mmHg, tidak ada distensi vena jugularis, temperatur dingin, suhu 39°C,
warna kulit normal, pengisian kapiler 2 detik, tidak ada edema.
Sirkulasi jantung : kecepatan 80x/menit, irama teratur, tidak ada kelainan
bunyi jantung dan sakit dada.
g. Sistem hematologi
Tidak ada perdarahan seperti ptechie, mimisan, pendarahan gusi, dll.
h. Sistem syaraf pusat
Keluhan sakit kepala tidak ada, tingkat kesadaran composmentis, GCS : E = 4,
M = 6, V = 5, tanda-tanda peningkatan TIK tidak ada, pemeriksaan reflek
fisiologis normal, reflek patologis tidak ada.

22
i. Sistem pencernaan
Keadaan mulut : gigi tidak caries, klien tidak menggunakan gigi palsu, tidak
stomatitis, lidah tidak kotor, salifa normal, tidak muntah, nyeri daerah perut
ketika BAK, bising usus 5x/menit, tidak diare, hepar tidak teraba, abdomen
distensi, terdapat luka post op di perut ka/ ki dan tengah, panjang luka
ditengah ± 10 cm, kondisi kulit kemerahan.
j. Sistem endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, nafas tidak berbau keton, tidak ada luka
ganggren.
k. Sistem urogenital
Balance cairan intake air minum dan infus 1750 cc, output 300 cc, perubahan
pola kemih tidak lampias, warna urine kuning kemerahan, tidak distensi
kandung kemih karena kandung kemih dan ureter dipotong saat operasi
kanker, skala nyeri 4, terpasang kateter nefrostomi ka/ ki.
l. Sistem integumen
Turgor kulit elastis, temperatur kulit hangat, warna kulit sekitar luka
kemerahan, keadaan kulit ada insisi operasi di abdomen ka/ ki dan tengah,
panjang bekas insisi di abdomen tengah ± 15 cm, kelainan pada kulit tidak
ada, kondisi kulit daerah pemasangan infus baik dan tidak bengkak, keadaan
rambut tekstur baik dan bersih.
m. Sistem muskuloskeletal
Tidak ada kesulitan dalam pergerakan, tidak sakit pada tulang, tidak ada
kelainan bentuk tulang sendi, tidak ada kelainan struktual tulang belakang
seperti skoliosis, kiposis, keadaan tonus otot baik, kekuatan otot
5555 5555
5555 5555
Data tambahan
Klien sebelumnya tidak mengetahui tentang penyakitnya, setelah berobat
kerumah sakit dan dinyatakan kanker oleh dokter klien menerima kondisinya.

23
5. Data Penunjang
Hasil laboratorium tanggal 20 april 2011
Hematologi
Hemoglobin : 11,7 g/dl (13-8 g/dl)
Hematokrit : 37% (42-52%)
Eritrosit : 44 juta/ul (4,8-8,2 juta/ul)
Leukosit : 28700/ul (5-10.000/ul)
Trombosit : 222000/ul (<150-400.000/ul)
MCV : 84 FC (80-96 FC)
MCH : 27 PG (27-32 PG)
MCHC : 32 g/dl (32-39 g/dl)
Hasil USG abdomen
- Ginjal : ukuran normal, internal echostructure medulla, cortex dan sinus
renalis normal, tak tampak batu/ peradangan
- V. urinaria : tidak tampak tanda-tanda batu
- Prostat : internal echostucture normal, tak tampak lesi fokal
6. Penatalaksanaan
Terapi pengobatan :
- Ceftriaxone 1x2 gr
- Metronidazole 3x500 mg
- Tramal 3x100 mg
- OMZ 2x40 mg
- Vit. C 1x400 mg
- Sohobion 5000 1x1 amp
- Ondasentron 2x4 mg
- IVFD RL/ NaCl 0,9% 40cc
- Kabiven perifer 60 cc
- Albumin 20% 100 cc
- PRC 500 cc

24
7. Data Fokus
- Data subyektif :
Klien mengatakan BAB susah, sakit saat BAK, tenggorokan terasa kering, sakit saat
menelan, mual saat makan, kurang minum, badan menggigil kedinginan, kepala
pusing, nyeri di sekitar luka operasi, skala nyeri 4
- Data obyektif :
Klien tampak lemah, badan tearba panas, suhu 39°C, terpasang infus RL ditangan
kiri, kondisi kulit pemasangan infus baik, terpasang kateter nefrostomi ka/ ki sejak
tanggal 22 maret 2011, kondisi kulit sekitar luka operasi merah, mukosa bibir
kering dan pucat, urine berwarna kuning kemerahan, terdapat luka bekas operasi
di abdomen ka/ ki dan tengah, panjang luka bekas operasi ditengah ± 15 cm, KU
sedang, kesadaran composmentis, TTV : TD 130/80 mmHg, N 100x/menit, RR
24x/menit, leukosit : 28700/ul (5-10.000/ul)
8. Analisa Data

NO DATA MASALAH ETIOLOGI

1. DS : klien mengatakan nyeri di Gangguan rasa Trauma jaringan


daerah bekas operasi, skala nyeri 4 nyaman nyeri dan refleks spasme
DO : KU sedang, kesadaran otot sekunder
composmentis, terdapat luka akibat post op
operasi di abdomen ka/ ki dan nefrostomi
tengah, terpasang kateter
nefrostomi ka/ ki sejak tanggal 22
maret 2011

25
2. DS : klien mengatakan sakit saat BAK Resiko terjadi Masuknya
DO : warna urine kuning infeksi mikroorganisme
kemerahan, terpasang kateter sekunder terhadap
nefrostomi ka/ ki sejak tanggal 22 tindakan medis
maret 2011, kondisi kulit sekitar pemasangan
luka operasi tampak merah, terjadi kateter nefrostomi
infeksi (rubor), leukosit : 28700/uL
TTV : TD 130/80 mmHg, N
100x/menit, S 39°C, R 24x/menit

3. DS : klien mengatakan tenggorokan Gangguan Intake cairan yang


kering dan sakit saat menelan, keseimbangan tidak adekuat
kurang minum cairan
DO : mukosa bibir kering dan pucat,
klien tampak lemah

4. DS : klien mengatakan badan Hipertermi Proses terjadinya


menggigil kedinginan, kepala pusing infeksi
DO : badan teraba panas, klien
memakai selimut, S 39°C, TD 130/80
mmHg, N 100x/menit

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Berdasarkan data-data yang diperoleh dari hasil pengkajian dan analisa data maka
disusun diagnosa keperawatan sesuai prioritas sebagai berikut :
1. Hipertermi berhubungan dengan proses terjadinya penyakit
2. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan refleks
spasme otot sekunder akibat post op nefrostomi

26
3. Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme sekunder
terhadap tindakan medis pemasangan kateter nefrostomi
4. Gangguan keseimbangan cairan berhubungan dengan intake cairan yang tidak
adekuat

C. RENCANA KEPERAWATAN, PELAKSANAAN, dan EVALUASI HASIL


1. Hipertermi b.d proses terjadinya penyakit
- Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
suhu badan kembali normal
- Kriteria hasil :
a. Suhu badan normal
b. Tidak teraba panas
c. Tidak menggigil
d. TTV normal : TD 120/80 mmHg, N 80x/menit, S 36-37°C
e. Klien nyaman dan rileks
- Rencana :
a. Ukur TTV tiap 8 jam
b. Berikan minum air putih yang banyak
c. Kompres dengan air hangat dibantu keluarga
d. Ganti pakaian bila basah
e. Berikan paracetamol 1 tablet
- Pelaksanaan tanggal 11 april 2011 :
Jam 09.00 mengukur TTV, hasil : TD 130/80 mmHg, N 98x/menit, S 39°C, R
26x/menit. Jam 11.00 memberikan air putih yang banyak, hasil : klien
menghabiskan air ± 600 cc. mengompres dengan air hangat dibantu keluarga,
hasil : panas turun bertahap. Jam 13.00 memberikan paracetamol 1 tablet
sesuai anjuran, hasil : klien meminum obatnya. Jam 13.30 mengukur suhu,
hasil : S 37°C.

27
- Pelaksanaan tanggal 12 april 2011 :
Jam 08.00 mengukur TTV, hasil : TD 120/70 mmHg, N 96x/menit, S 38°C, R
28x/menit. Jam 08.30 memberikan air minum, hasil : klien minum 3 gelas. Jam
08.45 memberikan paracetamol 1 tablet sesuai anjuran, hasil : klien meminum
obatnya. Jam 09.15 mengukur suhu, hasil : S 36,8°C.
- Pelaksanaan tanggal 13 april 2011 :
Jam 08.45 mengukur TTV, hasil : TD 130/80 mmHg, N 100x/menit, S 37°C, R
30x/menit. Jam 10.45 mengukur TTV, hasil : TD 120/70 mmHg, N 100x/menit,
S 39,4°C. Jam 11.00 mengompres dengan air hangat, hasil : panas turun
bertahap. Jam 11.10 memberikan paracetamol, hasil : obat diminum.
Memberikan air minum, hasil : klien minum 1 gelas. Jam 13.00 mengukur
suhu, hasil : S 37°C.
- Evaluasi tanggal 14 april 2011 :
S : klien mengatakan sudah tidak panas lagi
O : suhu badan stabil 37°C, tidak menggigil, TTV : TD 120/70 mmHg, N 90
x/menit
A : masalah teratasi, tujuan tercapai
P : tindakan keperawatan dihentikan

2. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d trauma jaringan dan refleks spasme otot
sekunder akibat post op nefrostomi
- Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan
rasa nyeri hilang
- Kriteria hasil :
a. Nyeri berkurang atau hilang
b. Skala nyeri 1-3
c. Wajah tidak meringis
d. Klien rileks dan nyaman

28
- Rencana :
a. Kaji skala nyeri
b. Berikan posisi yang nyaman
c. Anjurkan klien untuk tidak banyak bergerak
d. Ajarkan tehnik relaksasi atau nafas dalam
e. Berikan analgetik sesuai program dokter
- Pelaksanaan tanggal 12 april 2011 :
Jam 09.00 mengajarkan tehnik relaksasi atau nafas dalam, hasil : klien
melakukan sendiri selama 5 menit.
- Pelaksanaan tanggal 13 april 2011 :
Jam 10.45 memberikan obat injeksi ondasentron 1 amp, hasil : obat masuk
melalui bolus, tidak ada tanda-tanda alergi.
- Evaluasi tanggal 18 april 2011 :
S : klien mengatakan masih agak terasa nyeri
O : klien tampak tenang, tidak memegang daerah yang nyeri
A : masalah teratasi, tujuan tercapai
P : tindakan keperawatan dihentikan

3. Resiko terjadi infeksi b.d masuknya mikroorganisme sekunder akibat tindakan


medis nefrostomi
- Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan
infeksi tidak terjadi
- Kriteria hasil :
a. Tanda-tanda infeksi tidak terjadi (rubor, kalor, dolor, tumor, fungsiolesa)
pada daerah yang luka
b. Tidak sakit saat BAK
c. Warna urine kuning jernih
d. Leukosit normal 4800-10800/uL
e. Tidak terpasang kateter nefrostomi

29
- Rencana :
a. Observasi daerah yang terdapat luka
b. Ukur TTV
c. Lakukan perawatan luka dan ganti balutan dengan tehnik aseptic dan
antiseptic
d. Berikan antibiotik sesuai program dokter
- Pelaksanaan tanggal 13 april 2011 :
Jam 08.45 mengukur TTV, hasil : TD 130/80 mmHg, N 100x/menit, S 37°C, RR
30x/menit. Jam 09.00 mengantar klien ke ruang OKA untuk mengganti
kateter, hasil : terpasang kateter yang baru. Jam 10.45 memberikan injeksi
ceftriaxone 1 mg, hasil : obat masuk melalui bollus, tidak ada tanda-tanda
alergi. Jam 14.30 melakukan perawatan luka menggunakan NaCl 0,9% dan
betadine secara septic dan antiseptic, hasil : luka bersih dan ditutup kassa,
tidak rembes, klien nyaman.
- Pelaksanaan tanggal 14 april 2011 :
Jam 17.20 melakukan ganti balutan pada nefrostomi kiri, hasil : luka bersih,
kering, dan tertutup kassa, klien nyaman.
- Pelaksanaan tanggal 18 april 2011 :
Jam 08.30 mengukur TTV, hasil : TD 120/80 mmHg, N 94x/menit, S 36,6°C, RR
24x/menit. Jam 12.40 melakukan perawatan luka menggunakan NaCl 0,9%
dan betadine secara septic dan antiseptic, hasil : luka bersih dan tertutup
kassa, tidak rembes, klien nyaman.
- Evaluasi tanggal 18 april 2011 :
S :-
O : masih terpasang kateter, urine tampak kuning jernih, luka tidak rembes
lagi
A : masalah teratasi, tujuan tercapai
P : tindakan keperawatan dihentikan

30
4. Gangguan keseimbangan cairan b.d intake cairan yang tidak adekuat
- Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam
diharapakan asupan cairan terpenuhi
- Kriteria hasil :
a. Mukosa bibir lembab dan tidak pucat
b. Tidak mual dan pusing
c. Klien minum banyak
d. Intake cairan balance
- Rencana :
a. Observasi mukosa bibir
b. Anjurkan/ berikan minum secara bertahap
c. Hitung intake output
d. Berikan terapi cairan sesuai program
- Pelaksanaan tanggal 11 april 2011 :
Jam 11.00 mengobservasi mukosa bibir klien dan memberikan minum air
putih, hasil : mukosa bibir kering dan klien minum ± 600 cc.
- Pelaksanaan tanggal 12 april 2011 :
Jam 08.30 mengobservasi dan memberikan klien air minum, hasil : mukosa
bibir kering, klien minum 3 gelas.
- Pelaksanaan tanggal 13 april 2011 :
Jam 10.30 mengganti cairan infuse RL 500 ml, hasil : cairan menetes
20x/menit. Jam 10.45 mengganti cairan metronidazole 500 mg, hasil : cairan
menetes hingga habis, kemudian mengganti RL kembali. Jam 11.10
memberikan klien air minum, hasil : klien minum 1 gelas. Jam 14.10 mencatat
intake output, hasil : intake infuse dan minum 1750 cc, output 300 cc.
- Pelaksanaan tanggal 14 april 2011 :
Jam 18.00 mengganti cairan metronidazole 500 mg, hasil : cairan menetes
20x/menit. Jam 20.40 mencatat intake output, hasil : intake 800 cc, output
700 cc.

31
- Evaluasi tanggal 15 april 2011 :
S :-
O : infuse sudah dilepas, kondisi kulit baik, klien minum 600 cc, dan mukosa
bibir lembab
A : masalah teratasi, tujuan tercapai
P : tindakan keperawatan dihentikan

32
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan membahas tentang kesenjangan antara teori dan kasus yang
meliputi : etiologi, tanda dan gejala, diagnosa keperawatan, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
A. Etiologi
Pada teori penyebab dari kanker belum diketahui secara pasti, tetapi faktor resiko
yang mungkin adalah kebiasaan makan, banyaknya mengkonsumsi daging dan sedikit
buah, sayuran, serta ikan turut meningkatkan resiko terjadinya kanker kolorektal.
Sedangkan pada kasus penyebabnya sama dengan teori yaitu pola makan klien yang
tidak terkontrol sehingga menyebabkan terjadi kanker.
B. Tanda dan Gejala
Pada teori tanda dan gejala dibagi menjadi 3 yang telah disebutkan pada bab 2,
termasuk adanya perdarahan per anus. Sedangkan pada kasus tidak ditemukan
adanya perdarahan per anus karena saat melakukan pengkajian klien mengatakan
tidak ada perdarahan, klien post op pemotongan kanker dan kandung kemih, dan
dilakukan pemasangan kateter nefrostomi pada tanggal 22 maret 2011. Klien sudah
terpasang kateter selama 25 hari dan sudah bisa beradaptasi.
C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada teori ada tujuh diagnosa
keperawatan. Sedangkan pada kasus hanya ditemukan empat diagnosa
keperawatan. Diagnosa yang ditemukan di teori dan tidak ada pada kasus adalah
sebagai berikut :
1. Konstipasi b.d lesi obstruksi
2. Keletihan b.d anemia dan anoreksia
3. Ansietas b.d rencana pembedahan dan diagnosis kanker
4. Kerusakan integritas kulit b.d insisi pembedahan.

33
Pada diagnosa keperawatan tidak ditemukan hambatan, karena diagnosa dirumuskan
berdasarkan data yang ada sebagai respon klien terhadap penyakitnya.
D. Pemeriksaan Penunjang
Pada teori pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan endoskopi, radiologi,
ultrasonografi, laboratorium, dan kolonoskopi. Sedangkan pada kasus pemeriksaan
yang dilakukan hanya laboratorium dan USG abdomen.
E. Penatalaksanaan
Pada teori penatalaksanaan dilakukan dari medis dan keperawatan. Pada
penatalaksanaan medis meliputi pembedahan reseksi, kolostomi, radioterapi, dan
kemoterapi. Pada penatalaksanaan keperawatan meliputi dukungan adaptasi dan
kemandirian, meningkatkan kenyamanan, mempertahankan fungsi, mencegah
komplikasi, memberikan informasi dan kebutuhan pengobatan. Sedangkan pada
kasus penatalaksanaan yang dilakukan yaitu terapi obat yang diberikan oleh dokter.
F. Pelaksanaan
Pada pelaksanaan semua rencana tindakan dapat dilakukan sesuai rencana yang
telah disusun dan disesuaikan dengan kondisi klien. Semua tindakan yang dilakukan
dan respon klien terhadap setiap tindakan untuk mengatasi diagnosa keperawatan
yang ditemukan didokumentasikan pada catatan keperawatan. Selain itu juga setiap
perawat yang melakukan dokumentasi mencatat semua tindakan yang di intervensi,
waktu pelaksanaan tindakan dan menandatangani catatan perawatan yang
dilakukan.
G. Evaluasi
Setelah melakukan tindakan keperawatan, maka langkah terakhir adalah evaluasi
terhadap diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien. Dari empat diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada klien, semua masalah teratasi dan tujuan
tercapai. Hanya saja saat klien pulang masih merasakan sedikit nyeri, tetapi masih
bisa diatasi.

34
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah penulis membuat asuhan keperawatan dari teori dan kasus, dapat
disimpulkan : yaitu etiologi yang didapat antara teori dan kasus ada kesamaan, pada
tanda dan gejala dalam teori dan kasus ada kesamaan. Tetapi pada tanda lainnya
BAK sakit, karena penyebaran kanker sampai ke kandung kemih. Sehingga saat
operasi kanker, kandung kemih juga ikut diangkat. Jadi klien tidak dapat lagi BAK
secara normal, melainkan menggunakan kateter nefrostomi seumur hidupnya.
Selain itu perbedaan juga ditemukan di diagnosa keperawatan, pada teori terdapat
tujuh dan pada kasus terdapat empat. Dalam pemeriksaaan penunjang hanya tes
darah pada laboratorium dan USG. Pada penatalaksanaan medis klien diberikan
cairan dan terapi obat injeksi, sebelum operasi malam harinya klien dipuasakan.
Intervensi dalam teori hampir dilakukan di implementasi kasus, tetapi tidak
semuanya.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah ditulis, penulis dapat memberi saran sebagai
berikut :
1. Kerjasama dengan klien dan keluarga tetap dipertahankan dan ditingkatkan agar
asuhan keperawatan yang diberikan pada klien lebih optimal.
2. Untuk perawat dalam melakukan perawatan luka, set luka satu kali pakai.
3. Agar dalam pendokumentasian selalu mencatat respon klien saat dilakukan
tindakan keperawatan, supaya dapat mengetahui perkembangan klien.

35
DAFTAR PUSTAKA

Brunner, Suddarth. 2000. Keperawatan Medikal Bedah ed. 8 vol. 3.


Jakarta : EGC

Carpenito, Lynda Juall. 1999. Rencana Asuhan & Dokumentasi


Keperawatan ed. 2. Jakarta : EGC

Doengoes, E. Marilyn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan ed 3. Jakarta :


EGC

Tucker, M. susan. 1998. Standar Perawatan Pasien vol. 4 ed. 5. Jakarta :


EGC

36

Anda mungkin juga menyukai