Anda di halaman 1dari 60

HUBUNGAN BODY IMAGE, ASUPAN ENERGI, KARBOHIDRAT,

PROTEIN, LEMAK, DAN POLA KONSUMSI DENGAN STATUS GIZI


MAHASISWA TINGKAT I POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN 2019

Proposal Skripsi

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah Proposal
Skipsi Sarjana Terapan Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Padang

Oleh :

ASTIKA CITRA UTAMI


NIM : 152210714

JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya. Salawat serta salam dikirimkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Alhamdulillah dengan nikmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan

proposal skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan mata kuliah

Proposal Skripsi dengan judul “Hubungan Body Image, Asupan Energi,

Karbohidrat, Protein, Lemak, Dan Pola Konsumsi Dengan Status Gizi Mahasiswi

Tingkat 1 Poltekkes Kemenkes RI Padang Tahun 2019”.

Dalam penulis menyadari atas keterbatasan kemampuan yang ada

sehingga penulis merasa masih belum sempurna baik dalam isi maupun

penyajiannya. Untuk itu penulis selalu terbuka atas kritik dan saran yang

membangun guna penyempurnaan proposal skripsi ini.

Terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak DR.

Fauzi Arasj, SKM, M.Kes dan Bapak M. Husni Thamrin, STP, MP sebagai

pembimbing saya, yang telah dengan telaten dan penuh kesabaran membimbing

penulis dalam menyusun proposal skripsi ini. Terimakasih yang tak terhingga juga

disampaikan kepada Pembimbing Akademik, ibu Sri Darningsih, S.Pd, M.Si yang

telah banyak memberi motivasi, nasehat dan bimbingan selama kuliah terutama

dalam pembuatan proposal skripsi ini. Selain itu saya juga mengucapkan

terimakasih pada:

1. Bapak Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Padang.

2. Ibu Hasneli, DCN, M.Biomed selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes

Kemenkes Padang.

i
3. Bapak Zul Amri, DCN, M.Kes selaku Ketua Program Studi S1 Terapan Gizi

Poltekkes Kemenkes Padang.

4. Dosen-dosen jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Padang.

5. Kepada teman-teman sejawat yang telah memberikan semangat dan

dukungan yang besar dalam menyelesaikan proposal skripsi ini.

Terakhir, ucapan terimakasih tulus kepada kedua orang tua yang telah

memberikan semangat, dorongan, serta doa pada peneliti untuk manpu menjalani

seluruh proses dalam penyusunan proposal skripsi ini.

Padang, Mei 2019

Peneliti

ii
DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

DAFTAR TABEL .......................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................................. 6
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 6
1. Tujuan Umum .............................................................................. 6
2. Tujuan Khusus ............................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 7
1. Bagi Penulis ................................................................................. 7
2. Bagi Mahasiswa ........................................................................... 7
E. Ruang Lingkup ................................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................ 9

A. Tinjauan Teoritis ................................................................................ 9


1. Status Gizi .................................................................................... 9
a. Penilaian Status Gizi ............................................................ 10
b. Klasifikasi Status Gizi .......................................................... 13
2. Citra Tubuh (Body Image) ......................................................... 14
a. Pengertian Citra Tubuh (Body Image) ................................. 14
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Remaja
Tentang Citra Tubuh (Body Image) ..................................... 16
c. Pengukuran Citra Tubuh (Body Image) ............................... 18
3. Asupan Energy Dan Zat Makro ................................................. 20
a. Energy .................................................................................. 20
b. Karbohidrat .......................................................................... 21
c. Protein .................................................................................. 22
d. Lemak ................................................................................... 24
4. Pola Konsumsi ........................................................................... 26
a. Metode Pengukuran Konsumsi Makanan ............................ 28
b. Frekuensi .............................................................................. 30
c. Jenis ...................................................................................... 31
B. Kerangka Teori................................................................................. 33
C. Kerangka Konsep ............................................................................. 34

iii
D. Hipotesis........................................................................................... 34
E. Defenisi Operasional ........................................................................ 36
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 42

A. Desain Penelitian .............................................................................. 42


B. Lokasi Penelitian .............................................................................. 42
C. Populasi dan Sampel ........................................................................ 42
1. Populasi ...................................................................................... 42
2. Sampel ........................................................................................ 42
D. Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data .......................................... 44
1. Data Primer ................................................................................ 44
2. Data Sekunder ............................................................................ 45
E. Pengolahan dan Analisis Data .......................................................... 45
1. Pengolahan Data......................................................................... 45
2. Analisis Data .............................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 51

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1. Kategori Status Gizi .................................................................... 14

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan gizi merupakan salah satu masalah kesehatan utama

di Indonesia. Masalah gizi kurang maupun gizi lebih merupakan masalah

kesehatan yang sering dijumpai pada usia dewasa. Mahasiswa merupakan

kelompok usia produktif yang termasuk dalam periode dewasa awal.

Dalam perkembangan mereka memerlukan asupan gizi yang seimbang

supaya terhindar dari berbagai penyakit degeneratif yang berdampak pada

penurunan produktivitas.1,6

Remaja merupakan aset negara yang sangat penting sebagai

sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa.Tahap umur

yang berada pada rentang usia 11-20 tahun dimana datang setelah tahap

masa kanak-kanak berakhir, ditandai dengan timbulnya masa pubertas

yang menyebabkan pertumbuhan dan perubahan fisik yang cepat akibat

pengaruh hormonal. Pada masa remaja terjadi peubahan tinggi badan dan

berat badan biasanya mengalami peningkatan. Peningkatan tinggi badan

mencapai 5-20 cm dan berat badan meningkat 7-27,5 kg. Perubahan fisik

ini menjadi perhatian yang besar pada remaja karena penampilan bentuk

adalah standar wajib yang akan dilihat oleh orang lain.2

Masa ini, remaja mengalami pubertas dan perkembangan tubuh

atau perubahan fisik yang drastis. Salah satu aspek psikologis dari

perubahan fisik dimasa pubertas adalah remaja sangat memperhatikan

tubuh (body image) mereka dan membangun citranya sendiri mengenai

1
2

bagaimana tubuh mereka dan hal ini dipengaruhi oleh lingkungan di

sekitar mereka.3 Body image atau sering disebut dengan citra tubuh adalah

“gambar mental” yang dimiliki oleh seorang remaja terhadap tubuhnya,

seperti: perasaan dan pikiran subjektif tentang tubuh dan anggota tubuh;

pengalaman tubuh termasuk persepsi terhadap ukuran tubuh; serta

perasaan cemas terhadap tubuh dan perilaku yang dilakukan dan tidak

dilakukan oleh remaja karena tidak nyaman dengan tubuhnya.4

Menurut Riskesdas 2010 prevalensi kekurusan pada remaja 16-18

tahun secara nasional adalah 8,9%. Angka kekurusan tersebut Sumatera

Barat termasuk salah satu dari 13 provinsi yang mempunyai angka

kekurusan diatas normal, prevalensi kegemukannya pada remaja 16-18

tahun secara nasional masih kecil yaitu 1,4%.7

Menurut Riskesdas tahun 2013 prevalensi kekurusan pada remaja

umur 16-18 tahun adalah sebesar 9,4% (1,9% sangat kurus dan 7,5%

kurus). Sedangkan prevalensi kegemukan pada remaja umur 16-18 tahun

sebanyak 7,3% (5,7% gemuk dan 1,6% obesitas). Di Sumatera Barat

angka kekurusan sebesar 10% (1,9% sangat kurus dan 9,1% kurus.

Sedangkan angka kegemukan 7,8% (5,8% gemuk dan 2% obes). Untuk

kota Padang Angka kekurusan sebesar 9,1% (1,8% sangat kurus dan 7,4%

kurus) dan angka kegemukan 7,8% (5,8% gemuk dan 2% obesitas).6

Status gizi adalah keadaan tubuh akibat mengkonsumsi makanan

dan penggunaan zat-zat gizi. Status gizi baik di usia remaja sangat

diperlukan terutama remaja putri karena ini berhubungan dengan peran


3

mereka sebagai calon ibu. Remaja putri yang terpelihara kadar gizinya

akan terpelihara kesehatan reproduksinya agar nanti dimasa mendatang

dimana mereka akan menjadi wanita dewasa yang melahirkan generasi

berikutnya dan pertambahan berat badannya adekuat.44 Kondisi seseorang

ketika dewasa ditentukan oleh keadaan pada saat remaja.

Status gizi remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantaranya

yaitu: faktor keturunan, gaya hidup (life style) dan faktor lingkungan.

Untuk faktor keturunan, orang tua yang gemuk akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk memiliki remaja yang kegemukan ataupun

sebaliknya. Kemudian, kebiasaan makan dan gaya hidup seperti body

image dan aktifitas fisik akan mempengaruhi jumlah asupan konsumsi

makanan dan zat gizi. Faktor lingkungan juga mempengaruhi perilaku

remaja yang berakibat pada jumlah makanan dan gizi yang dikonsumsi.8

Asupan makanan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

langsung terhadap status gizi seseorang, karena asupan makanan yang

tidak memadai dengan kebutuhan tubuh baik kualitas maupun kuantitas

akan menimbulkan masalah gizi. Kurangnya asupan gizi dari makanan

dapat menyebabkan penggunaan cadangan tubuh sehingga dapat

mengakibatkan kemerosotan jaringan. Kemerosotan jaringan ini ditandai

dengan penurunan berat badan atau terhambatnya pertumbuhan tinggi

badan.8

Tingkat kecukupan energi pada anak umur 13-18 tahun

berdasarkan Survei Diet Total tahun 2014 secara nasional diperkotaan


4

adalah sebesar 76,4%, kecukupan protein 95,2%. Kecukupan lemak

sebesar 65,1 gram, dan kecukupan karbohidrat sebesar 246,8 gram.

Sedangkan dipedesaan rerata tingkat kecukupan energi sebesar 68,4%,

kecukupan protein sebesar 84,0%, kecukupan lemak sebesar 48,5 gram,

dan kecukupan karbohidrat sebesar 241,7 gram. Perkotaan maupun

pedesaan di Sumatera Barat rerata kecukupan energi sebesar 72,9%,

kecukupan protein sebesar 94,8%, kecukupan lemak sebesar 57,2 gram

dan kecukupan karbohidrat sebesar 246,5 gram.9

Pola konsumsi makanan adalah susunan makanan yang merupakan

satu kebiasaan yang dimakan seseorang mencukupi jenis dan jumlah

bahan makanan rata-rata per orang per hari yang umum dikonsumsi

penduduk dalam jangka waktu tertentu. Gadis remaja sering terjebak

dengan pola makan tidak sehat, remaja menginginkan penurunan berat

badan secara drastis dengan melakukan diet ketat bahkan sampai

gangguan pola makan (Arisman, 2010). Hal ini dikarenakan remaja

memiliki body image (citra tubuh) negatif yang mengacu pada idola

remaja yang biasanya adalah para artis, peragawati, selebriti yang

cenderung memiliki tubuh kurus, tinggi, dan semampai (Sulistyoningsih,

2012).10,11

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nadya (2017) di SMAN 12

Padang ditemukan siswi yang memiliki citra tubuh (body image) negatif

sebanyak 52,2%. Siswi yang mempunyai status gizi gemuk sebanyak

21,7%. Siswi yang mempunyai asupan energi cukup sebanyak 69,6%,

siswi yang mempunyai asupan protein cukup 65,2%, siswi yang


5

mempunyai asupan lemak cukup sebanyak 82,6%, dan siswi yang

mempunyai asupan karbohidrat cukup sebanyak 67,4%.32 Menurut

penelitian Makhrajani di Universitas Muhammadiyah Parepare tahun 2018

ditemukan sebesar 56,1% mahasiswa gizi dan 53,7% mahasiswa non gizi

yang memilki body image negatif. Mahasiswa gizi yang mempunyai

asupan energi kurang sebanyak 97,6% dan mahasiswa non gizi sebanyak

95,1%. Mahasiswa gizi yang memiliki status gizi kurus sebenyak 19,5%

dan mahasiswa non gizi sebanyak 7,3%. Mahasiswa yang memiliki status

gizi obesitas sebanyak 7,3% dan mahasiswa non gizi sebanyak 12,2%.1

Berdasarkan hasil wawancara dengan sepuluh orang mahasiswi

tingkat I, diperoleh informasi bahwa delapan dari sepuluh orang

mahasiswa tingkat 1 sulit untuk menerima kondisi tubuh mereka. Hal ini

dikarenakan ada diantara mereka yang merasa tinggi badan kurang, berat

badan kurang, dan berat badan yang berlebih. Hal yang menjadi bagian

penting bagi mahasiswa yaitu ketika penampilan mereka terlihat kurang

menarik atau mengikuti trend yang ada sehingga ini membuat sebagian

mahasiswa tersebut kurang dapat menerima kondisi tersebut. Ketika

kekurangan fisik yang dirasa kurang menawan dan indah ketika dilihat,

sebagian mahasiwa lainnya juga masih sulit menerima ketika diri mereka

dikritik oleh orang lain, akibatnya mereka mencoba mencari solusi dengan

melakukan beberapa perubahan seperti merubah jenis makanan, frekuensi

makanan dan jumlah makanan yang mereka konsumsi. Berdasarkan hal

tersebut peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang mengkaji citra


6

tubuh atau body image dan asupan energi, protein, karbohidrat dan lemak

serta hubungannya dengan status gizi.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada

Hubungan Citra Tubuh (Body Image), Asupan Energi, Karbohidrat,

Protein Lemak dan Pola Konsumsi dengan Status Gizi Mahasiswi Tingkat

I Poltekkes Kemenkes Padang Tahun 2019.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan citra tubuh ( body image) dan asupan

energy, karbohidrat, protein, lemak dengan status gizi Mahasiswi Tingkat I

Poltekkes Kemenkes Padang Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

1. Diketahuinya distribusi status gizi mahasiswi tingkat I Poltekkes

Kemenkes Padang tahun 2019.

2. Diketahuinya distribusi citra tubuh (body image) pada mahasiswi

tingkat I Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019.

3. Diketahuinya distribusi asupan energi pada mahasiswi tingkat I

Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019.

4. Diketahuinya distribusi asupan karbohidrat pada mahasiswi tingkat

I Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019.

5. Diketahuinya distribusi asupan protein pada mahasiswi tingkat I

Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019.


7

6. Diketahuinya distribusi asupan lemak pada mahasiswa tingkat I

Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019.

7. Diketahuinya distribusi Pola Konsumsi pada mahasiswi tingkat I

Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019

8. Diketahuinya hubungan citra tubuh (body image) dengan status

gizi mahasiswi tingkat I Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019.

9. Diketahuinya hubungan asupan energi dengan status gizi

mahasiswi tingkat I Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019.

10. Diketahuinya hubungan asupan karbohidrat dengan status gizi

mahasiswi tingkat I Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019.

11. Diketahuinya hubungan asupan protein dengan status gizi

mahasiswi tingkat I Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019.

12. Diketahuinya hubungan asupan lemak dengan status gizi

mahasiswi tingkat I Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019.

13. Diketahuinya hubungan Pola Konsumsi dengan status gizi

mahasiswi tingkat I Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat menerapkan

pengetahuan yang penulis dapatkan selama perkuliahan

2. Bagi Mahasiswi

Memberikan masukan dan informasi kepada mahasiswi mengenai

body image, asupan energi, protein, karbohidrat, lemak dan pola


8

konsumsi dengan status gizi sehingga dapat menerapkan asupan dan

pola konsumsi yang lebih baik dan sehat.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka ruang

ringkup penelitian ini adalah peneliti ingin mempelajari tentang hubungan

body image, asupan enrgi, karbohidrat, protein, lemak dan pola konsumsi

dengan status gizi mahasiswi tingkat I Poltekkes Kemenkes Padang tahun

2019.

Variabel dependen adalah status gizi sedangkan variabel

independen adalah body image, asupan energy, karbohidrat, protein, lemak

dan pola konsumsi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Status Gizi

Zat gizi adalah bahan kimia yang terdapat dalam bahan pangan yang

dibutuhkan tubuh untuk menghasilkan energy, membangun dan memelihara

jaringan, serta mengatur proses kehidupan.33

Status gizi adalah merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara

makanan yang masuk kedalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh

(nutrient output) akan zat gizi tersebut.30

Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari

keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh dan penggunaannya.

Status gizi seseorang ditentukan oleh makanan yang dimakan. Asupan gizi

menentukan kesehatan seseorang terkait imunitas tubuh terhadap suatu penyakit.34

Status gizi adalah keadaan tubuh akibat mengkonsumsi makanan dan penggunaan

zat-zat gizi.Status gizi dibedakan menjadi tiga yaitu status gizi kurang, status gizi

baik, dan status gizi lebih. Penentuan status gizi remaja dapat dilakukan dengan

beberapa cara salah satunya dengan menggunakan Indeks Masa Tubuh (IMT).12

Status gizi adalah keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu

atau perwujudan dari nutriture (keadaan gizi) dalam bnetuk variabel tertentu.

Status gizi juga bisa dikatakan sebagai tanda-tanda atau penampilan yang

diakibatkan dari nutriture yang dilihat melalui variabel tertentu (indikator status

9
10

gizi) seperti berat badan, tinggi badan, dll. Status gizi terdiri dari dua macam yaitu

status gizi normal dan malnutrisi. Status gizi normal adalah keadaan tubuh yang

mencerminkan keseimbangan antara konsumsi dan penggunaan gizi oleh tubuh

(adequate). Sedangkan malnutrisi adalah keadaan patologis akibat kekurangan

atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi. Malnutrsi

dikategorikan menjadi tiga bentuk yaitu : 31

1. Under Nutrition, yaitu kekurangan konsumsi pangan secara relatif atau

absolut untuk periode tertentu.

2. Specifik deficiency, yaitu kekurangan zat gizi tertentu, misalnya

kekurangan iodium, Fe, dll.

3. Over Nutrition, yaitu kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.

a. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara

langsung dan secara tidak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat

dilakukan dengan empat penilaian :

1. Penilaian secara langsung

a) Antropometri

Antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Dilihat dari sudut

pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai

macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai

tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan

untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.

Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan


11

proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air alam

tubuh.16

b) Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk

menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-

perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat

gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial

tissues) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-

organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat

(rapid clincal surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara

cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih

zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengatahui tingkat status gizi

seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan

gejala (symptom) atau riwayat penyakit.16

c) Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan

spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai

macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain:

darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan

otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa

kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.

Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali
12

dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang

spesifik.16

d) Biofisik

Penilaian status gizi secara biofisik adalah metode penentuan

status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan)

dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat

digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik

(epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi

gelap.16

2. Penilaian secara tidak langsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi tiga

penilaian, yaitu: survei konsumsi makanan, statistik vital, dan faktor

ekologi. Pengertian dan penggunaan metode ini akan diuraikan sebagai

berikut :

a) Survei konsumsi makanan

Survei konsumsi makanan adalah metode penetuan status gizi

secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang

dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan

gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat,

keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan

kekurangan zat gizi.17

b) Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan

menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian


13

berdasarkan umur, angkat kesakitan dan kematian akibat penyebab

tertentu, dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

Penggunaannya dipertibangkan sebagai bagian dari indikator tidak

langsung pengukuran status gizi masyarakat.17

c) Faktor Ekologi

Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah

ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan

lingkungan budaya. Jumlah makanan yang tersedia sangat bergantung

pada keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, dll.17

b. Klasifikasi Status Gizi

Penilaian status gizi yang biasa digunakan untuk menentukan status gizi

seseorang adalah antropometri. Secara umum antropometri artinya ukuran

tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi

berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan

komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri

secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan energi dan

protein. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan

proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh. Indeks

yang digunakan berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur

(TB/U), berat badan menurut tinggi badan (BB/TB), lingkar lengan atas

menurut umur (LLA/U), dan Indeks massa Tubuh menurut Umur (IMT/U).30

Status gizi anak umur 6-18 tahun dikelompokkan menjadi tiga

kelompok yaitu umur 6-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-18 tahun. Indikator

status gizi yang digunakan pada kelompok umur ini didasarkan pada
14

pengukuran antropometri berat badan (BB) dan tinggi badan (TB) yang

disajikan dalam bentuk tinggi badan menurut umur (TB/U) dan indeks masa

tubuh menurut umur (IMT/U).

Indeks masa tubuh dihitung berdasarkan rumus berikut :

IMT = 𝐵𝐵 ÷ (𝑇𝐵)2

Keterangan :

BB = Berat Badan (kg)

TB = Tinggi Badan (m)

Tabel 1.1
Kategori dan Ambang Batas Status Gizi Anak Usia 5-18 tahun
Berdasarkan Indeks (WHO 2005)
Kategori Status
Indeks Ambang Batas (Z-score)
Gizi
Sangat Kurus < -3 SD
Indeks Masa Tubuh Kurus -3 SD sampai dengan < -2 SD
Menurut Umur (IMT/U) Normal -2 SD sampai dengan 1 SD
Anak Umur 5-18 Tahun Gemuk >1 SD sampai dengan 2 SD
Obesitas >2 SD
Sumber : Kementrian Kesehatan RI (2013)

2. Citra Tubuh (Body Image)

a. Pengertian Citra Tubuh (Body Image)

Citra atau image sebagai gambaran yang dimiliki orang banyak mengenai

pribadi, perusahaan, organisasi, atau produk. Tubuh adalah keseluruhan jasad

manusia yang kelihatan dari bagian ujung kaki sampai ujung rambut.41

Body Image merupakan bagian dari konsep diri. Merupakan hal pokok

dalam konsep diri. Body Image harus realistis karena semakin seseorang dapat

menerima dan menyukai tubuhnya, ia akan lebih bebas dan merasa aman dari
15

kecemasan sehingga harga dirinya akan meningkat. Sikap individu terhadap

tubuhnya mencerminkan aspek penting dalam dirinya. Konsep diri positif

menunjukkan harapan diri seseorang tersebut untuk sukses dalam hidup termasuk

penerimaan dari aspek negatif dari diri sendiri sebagai bagian dari aspek negatif

diri sendiri sebagai bagian dari diri seseorang. Orang tersebut menghadapi hidup

secara terbuka dan realistis.30

Citra tubuh atau body image adalah persepsi sesorang tentang berat badan

dan bentuk tubuhnya.27 Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik

secara sadar maupun tidak sadar, meliputi performance, potensi tubuh, fungsi

tubuh serta persepsi dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh.29

Ada dua macam jenis body image yaitu body image negatif dan body

iamge positif. Body image positif adalah persepsi seseorang yang puas terhadap

bentuk tubuhnya, sedangkan body image negatif adalah persepsi seseorang yang

merasa tidak puas dengan bentuk tubuhnya membandingkan dengan yang lain dan

merasa malu dan cemas tentang tubuh yang dimiliki sehingga remaja tidak puas

dengan dirinya, menjadi sulit menerima diri apa adanya, responsif terhadap

pujian, peka terhadap kritik dan pesimis bahkan ada yang sampai melakukan diet

demi mendapatkan bentuk tubuh yang diinginkan.28 Citra tubuh negatif

merupakan masalah serius yang dapat berpengaruh pada kesehatan mental,

perilaku makan dan keterbatasan aktivitas fisik. Citra tubuh negatif dapat

mendorong seseorang melakukan prilaku kontrol berat badan yang tidak sehat.29

Remaja putri pada periode ini menganggap penambahan lemak tubuh sebagai

sesuatu yang memalukan. Hal ini menimbulkan ketidakpuasan pada tubuh sendiri

sehingga menyebabkan remaja putri mulai berusaha mengubah bentuk tubuh ideal
16

menurut persepsi pribadi. Remaja putri sering menganggap ukuran tubuhnya lebih

besar dibandingkan dengan ukuran sebenarnya dan menganggap penambahan

lemak tubuh sebagai sesuatu yang memalukan. Hal ini menimbulkan

ketidakpuasan terhadap bentuk tubuh sendiri sehingga menyebabkan remaja putri

mulai berusaha mengubah bentuk tubuh yang ideal menurut persepsi mereka yaitu

bentuk tubuh yang kurus dan langsing. Upaya yang dilakukan remaja putri untuk

mendapatkan bentuk tubuh tersebut pada umumnya dilakukan dengan cara yang

tidak sehat seperti membatasi pola konsumsi secara ekstrim, olahraga berlebihan,

mengkonsumsi produk-produk pelangsing, dan lain sebagainya. Upaya tersebut

akan menyebabkan gangguan kesehatan seperti status gizi yang buruk yang akan

menghambat pertumbuhan dan perkembangan remaja putri.29

b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Remaja Tentang Citra Tubuh

(Body Image)

Remaja umumnya mempunyai karakteristik untuk mulai mencoba atau

mengembangkan kemandirian dan menentukan batasan-batasan atau noma. Pada

masa inilah variasi individu mudah dikenali seperti pada pertumbuhan dan

perkembangan, pola aktivitas, kebutuhan zat gizi, perkembangan kepribadian serta

asupan makannya.Selain itu, pada remaja biasanya sering muncul permasalahan

mengenai asupan makan, terutama kebiasaan tidak sarapan dengan berbagai

alasan, misalnya takut terlambat sekolah.37

a) Reaksi Orang lain

Body image terbentuk dalam waktu lama dan pembentukan ini tidak dapat

diartikan bahwa adanya reaksi yang tidak biasa dari seseorang yang akan dapat

merubah body image. Akan tetapi, apabila tipe reaksi seperti ini sangat sering
17

terjadi, atau apabila rekasi ini muncul karena orang lain yang memiliki arti

(significant others) yaitu, orang-orang yang kita nilai, seperti misalnya orang

tua, teman, dan lain-lain maka reaksi ini mungkin berpengaruh terhadap body

image. Jadi jati diri (identity) orang lain yang dapat mempengaruhi body image

seseorang akan tergantung kepada aspek tertentu mana yang membangkitkan

respons.38

b) Peranan Seseorang

Setiap orang memainkan peran yang berbeda-beda. Didalam setiap peran

tersebut dia diharapkan akan melakukan perbuatan dengan cara-cara tertentu.

Jadi, harapan-harapan dan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan

peran yang berbeda mungkin berpengaruh terhadap body image seseorang.38

c) Perbandingan orang lain

Body image kita sangat tergantung kepada cara bagaimana kita

membandingkan diri kita dengan orang lain. Kita biasanya lebih suka

membandingkan diri kita sendiri dengan orang-orang yang hampir serupa

dengan kita. Jadi, bagian-bagian dari body image dapat berubah cukup cepat di

dalam suasana soisal. Misalnya, seseorang mungkin berpikir bahwa dirinya

masih muda saat dia bekerja bersama-sama dengan orang lain yang lebih tua,

namun tiba-tiba mereka tua ketika berpindah pekerjaan dan berkumpul dengan

orang-orang yang hampir semuanya lebih muda darinya.38

d) Identifikasi terhadap orang lain

Biasanya anak-anak mengagumi orang dewasa, mereka seringkali

mencoba menjadi pengikut orang dewasa tersebut, dengan cara meniru

beberapa nilai, keyakinan dan perbuatan. Proses identifikasi ini menyebabkan


18

anak-anak tersebut merasakan bahwa mereka telah memiliki beberapa sifat dari

orang yang dikagumi. Peran janis kelamin pun mempengaruhi body image dan

di masyarakat kita laki-laki dan perempuan seringkali berbeda sikap dan

karakteristiknya di dalam sifat-sifat seperti keagresifan dan sifat

kompetitifnya.38

e) Sosial budaya (reaksi terhadap orang lain)

Seseorang dapat menilai reaksi terhadap orang lain apabila dinilai orang

itu menarik secara fisik, maka gambaran orang itu akan menuju hal-hal yang

baik untuk menilai dirinya.39

f) Siklus hidup

Pada dasar individu menginginkan untuk kembali memiliki bentuk tubuh

seperti masa lalu.38

g) Pengaruh distorsi citra tubuh pada diri individu

Perasaan dan persepsi individu yang bersifat negatif terhadap tubuhnya

yang dapat diikuti oleh sikap yang buruk.38

h) Penampilan diri

Hampir seluruh remaja menaruh minat pada penampilan diri. Minat

penmpilan diri itu ditunjukkan dengan minat terhadap penampilan fisik tubuh.

Remaja saat sekarang ini menginginkan bentuk tubuh yang ideal karena

mereka ingin penampilan mereka menarik.40

c. Pengukuran Citra Tubuh (body image)

a) Evaluasi penampilan (Appearance evaluation)

Mengukur evaluasi dari penampilan dan keseluruhan tubuh, apakah

menarik atau tidak menarik serta memuaskan dan tidak memuaskan.


19

Penampilan saat dirinya memakai pakaian. Apakah pakaian yang digunakan

dapat membuat dirinya menarik atau memuaskan.41

b) Orientasi penampilan (Appearance orientasion)

Perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan

untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya.41

c) Kepuasan terhadap bagian tubuh (Body area satisfaction)

Mengukur kepuasaan terhadap bagian tubuh secara spesifik seperti wajah,

rambut, tubuh bagian bawah (pantat, paha, lengan), dan penampilan secara

keseluruhan.41

d) Kecemasan menjadi gemuk (Overweight preoccupation)

Mengukur kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadaan individu

terhadap berat badan, kecendrungan melakukan diet untuk menurunkan berat

badan dan membatasi pola makan.41

e) Pengkategorian ukuran tubuh (Self-classified weight)

Mengukur bagaimana individu mempersepsikan dan menilai berat

badannya, dari sangat kurus sampai sangat gemuk. Ini sesuai dengan yang

diungkapkan oleh Sprinthall dan Collins (1995) Dalam Potts dan Mandleco

(2012), yaitu ada hubungan yang kuat antara remaja tentang diri dan tubuh

mereka.41
20

3. Asupan Energy Dan Asupan Zat Gizi Makro

a. Energy

Energi merupakan kemampuan melakukan usaha. Sumber energi

dalam tubuh yaitu karbohidrat, lemak, dan protein. Di dalam tubuh, energi

berfungsi untuk metabolisme basal, yaitu energi yang dibutuhkan pada

waktu seseorang sedang beristirahat. Spesific dynamic action (SDA)

merupakan energi untuk mengolah makanan itu sendiri, untuk aktivitas

jasmani, berpikir, pertumbuhan, dan pembuangan sisa makanan. 18

Energi yang dibutuhkan oleh tubuh bukan hanya diperoleh dari proses

katabolisme zat gizi yang tersimpan didalam tubuh, tetapi juga berasal dari

energi yang terkandung dalam makanan yang kita konsumsi. Zat gizi yang

dapat menghasilkan energi (karbohidrat, protein dan lemak) didalam

saluran cerna, dipecah menjadi partikel terkecil (substrat) seperti

monosakarida, asam-asam lemak, dan asam-asam amino. Substrat ini

kemudian digunakan dalam proses anabolisme dan katabolisme. Fungsi

utama karbohidrat adalah sebagai sumber energi, disamping membantu

pengeluaran metablisme protein. Kecukupan karbohidrat didalam diet

akan mencegah penggunaan protein sebagai sumber energi.19

Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi

remaja adalah aktifitas fisik, seperti olahraga yang diikuti, baik dalam

kegiatan disekolah maupun di luar sekolah. Remaja dan eksekutif muda

yang aktif dan banyak melakukan olahraga memerlukan asupan energi

yang lebih besar dibandingkan yang kurang aktif. Kebutuhan protein juga

meningkat pada masa remaja, karena proses pertumbuhan yang sedang


21

terjadi dengan cepat. Pada awal masa remaja, kebutuhan protein remaja

perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki karena memasuki

masa pertumbuhan cepat lebih dulu.23

b. Karbohidrat

Karbohidrat (KH) adalah energi yang disimpan. Karbohidrat disintesis

oleh tanaman dari air serta karbon dioksida dengan menggunakan energi

matahari. Semua karbohidrat terdiri atas unsur-unsur Carbon (C),

Hidrogen (H), dan Oksigen (O) dan karbohidrat mempunyai rumus-

bangun yang umum (CH2O)N. Karbohidrat merupakan sumber energi

makanan yang paling penting di dunia, dan bahan utama sereal atau biji-

bijian seperti beras, gandum, maizena, jawawur, rye, oatmeal (havernut),

millet, serta sorgum. Karbohidrat atau golongan disakarida adalaha

segolongan besar senyawa organik yang paling melimpah di bumi.

Karbohidrat memiliki berbagai fungsi di dalam tubuh, terutama sebagai

bahan bakar (misalnya glukosa). Cadangan makanan (misalnya pati pada

tumbuhan dan glikogen pada hewan), dan materi pembangun (misalnya

selulosa pada tumbuhan serta kitin pada hewan dan jamur).13,15

Didalam tubuh karbohidrat merupakan salah satu sumber utama

energi. Dari tiga sumber utama energi yaitu karbohidrat, lemak, dan

protein, karbohidrat merupakan sumber energi yang paling murah.6

Asupan energi merupakan total asupan makanan maupun minuman selama

satu hari. Merupakan respon seseorang terhadap makanan sebagai

kebutuhna vital bagi kehidupan. Karbohidrat sebagai sumber kalori utama,


22

kalori yang dihasilkan setiap 1 gram karbohidratnya hanya 4 kalori bila

dibandingkan lemak.43

Karbohidrat memilki peran dalam tubuh antara lain, sebagai sumber

energi paling murah dibanding lemak maupun protein, memberi volume

pada usus dan melancarkan gerak peristaltik usus sehingga memudahkan

pembuangan feses, bagian struktur sel dalam bentuk glikoprotein yang

merupakan reseptor hormon, simpanan energi dalam hati dan otot dalam

bentuk glikogen yang mudah dimobilisasi, penghematan protein dan

pengaturan metabolisme lemak, memberi rasa manis pada makanan, dan

memberi aroma serta bentuk khas makanan. Kebutuhan karbohidrat

menurut anjuran WHO adalah 55-75% dari total konsumsi energi

diutamakan berasal dari karbohidrat kompleks dan 10% berasal dari gula

sederhana.20

c. Protein

Istilah protein berasal dari kata Yunani proteos, yang berarti yang

utama atau yang didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seorang ahli

kimia Belanda, Gerardus Mulder (1802-1880), karena ia berpendapat

bahwa protein adalah zat yang paling penting dalam setiap organisme.

Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara lima

ribu hingga beberapa juta. Protein terdiri atas unsur-unsur karbon,

hidrogen, oksigen dan nitrogen; beberapa asam amino disamping itu

mengandung unsur-unsur fosfor, besi, sulfur, iodium, dan kobalt. Protein

diperlukan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan, pembentukan ikatan


23

esensial tubuh, mengatur, keseimbangan air, memelihara netralitas tubuh,

pembentukan antibodi, megangkut zat-zat gizi dan sumber energi.12

Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian

terbesar tubuh sesudah air. Seperlima bagian tubuh adalah protein,

separonya ada di dalam otot, seperlima di dalam tulang dan tulang rawan,

sepersepuluh di dalam kulit, dan selebihnya di dalam jaringan lain dan

cairan tubuh. Semua enzim, berbagai hormon, pengangkut zat-zat gizi dan

darah, matriks intraseluler dan sebagainya dalah protein. Di samping itu

asam amino yang membentuk protein bertindak sebagai prekusor sebagian

besar koenzim, hormon, asam nukleat, dan molekul-molekul yang

essensial untuk kehidupan. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak

dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-

sel dan jaringan tubuh.12

Berdasarkan sumbernya protein diklasifikasikan menjadi protein

hewani dan protein nabati. Protein hewani yaitu protein dalam bahan

makanan yang berasal dari binatang seperti protein daging, susu, dan

sebagainya. Sedangkan protein nabati yaitu protein yang berasal dari

bahan makanan seeprti protein dari jagung, terigu, dan sebainya.20

Kebutuhan manusia terhadap protein dapat dihitung dengan

mengetahui jumlah unsur nitrogen yang hilang (keluar) dari tubuh, bila

seseorang mengkonsumsi bahan makanan yang tidak mengandung protein,

nitrogen yang keluar dari tubuhnya berasal dari penguraian protein tubuh

yang sudah ada.21


24

Kualitas nilai gizi protein ditentukan berdasarkan susunan asam

amino. Kalau susunan asam-asam amino jumlah dan jenisnya didalam

protein makanan sama dengan susunan yang diperlukan untuk sintesa

protein tubuh, makan semua asam amino protein makanan tersebut akan

dipergunakan, sehingga efisiensi penggunaannya 100%. Bila ada satu atau

lebih asam amino esensial mempuyai kwantum yang lebih rendah dari

yang diperlukan untuk sintesa protein tubuh, makan hanya sebagian saja

dari seluruh asam amino esenial makanan tersebut dapat dipergunakan,

sehingga efisiensi penggunaan protein makanan tersbut lebih rendah dari

100%.20

Kekurangan protein tubuh jelas akan menimbulkan berbagai gejala

penyakit, baik pada manusia dewasa dan bagi anak-anak. Seorang manusia

dewasa yang mengonsumsi protein sehari-hari lebih rendah dari jumlah

kebutuhan protein tubuh yang ideal jelas sel-sel tubuhnya tidak akan

berfungsi dengan normal.21

Protein yang berlebihan tidak menguntungkan tubuh. Makanan yang

tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat menyebabkan

kegemukan. Kelebihan protein akan menimbulkan asidosi, dehidrasi,

diare, kenaikan amoniak darah, kenaikan ureum darah dan demam.42

d. Lemak

Lemak adalah sekelompok ikatan organik yang terdiri atas unsur C, H,

dan O yang mempunyai sifat dapat larut dalam zat-zat pelarut tertentu

seperti ether.20
25

Lemak juga tergolong zat makanan utama yang dalam jumlah tertentu

sangat dibutuhkan tubuh manusia. Sel-sel jaringan tubuh dibangun oleh

senyawa-senyawa lemak, disamping protein dan karbohidrat. Selain itu

lemak dalam tubuh manusia merupakan zat penghasil kalori terbesar

dibandingkan dengan zat-zat makanan lainnya, dimana metabolisme 1

gram lemak dapat menghasilkal enrgi sebesar 9 kkal.21

Lemak dalam makanan yang memegang peranan penting ialah yang

disebut lemak netral atau trigliserida yang molekulnya terdiri atas satu

molekul glycerol (glycerin) dan tiga molekul asam lemak. Jaringan lemak

dalam tubuh tidak dianggap aktif, jadi tidak ikut didalam proses-proses

metabolisme sehari-hari, tetapi merupakan simpanan atau cadangan energi

yang kelebihan dan tidak terpakai. Pada seorang penderita obesitas

sejumlah lemak ini merupakan beban yang harus dibawa-bawa terus tanpa

memberikan manfaat yang berlangsung.20

Kelebihan lemak tidak dinyatakan secara mutlak. WHO (1990)

menganjurkan konsumsi lemak sebanyak 20-30% kebutuhan energi total

dianggap baik untuk kesehatan. Jumlah ini memenuhi kebutuhan akan

asam lemak esensial dan untuk membantu penyerapan vitamin larut lemak.

Diantara lemak yang dikonsumsi sehari dianjurkan paling banyak 8% dari

kebutuhan energi total berasal dari lemak jenuh, dan 3-7% dari lemak

tidak jenih ganda.22


26

4. Pola konsumsi

Konsumsi memberikan gambaran mengenai jenis, frekuensi, dan jumlah

bahan makanan yang dikonsumsi seseorang. Konsumsi makanan masyarakat

Indonesia tergantung pda jumlah dan jenis pangan yang dibeli, pemasakan,

distribusi dalam keluarga dan kebiasaan makan secara perorangan. Hal ini

bergantung pada pendapatan, agama, adat kebiasaan, dan pendidikan

masyarakat bersangkutan.22 Pola konsumsi ini dapat kita lihat dengan

menggunakan Semi Quantitaif Food Frequency (SQ-FFQ).

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi sesorang. Status gizi

baik atau optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang

digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik,

perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan. Status gizi kurang

terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi. Status

gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan,

sehingga menimbulkan efek toxic atau membahayakan.22

Pola makan adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran

mengenai macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan dalam setiap hari

oleh seseorang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat

tertentu.25 Pola makan yang terbentuk sangat erat kaitannya dengan kebiasaan

makan seseorang, pola makan yang seimbang dan pemilihan bahan makanan

yang tepat merupakan hal yang harus dilakukan. Gadis remaja sering terjebak

dengan pola makan tak sehat, remaja menginginkan penurunan berat badan

secara drastis dengan melakukan diet ketat bahkan sampai gangguan pola

makan.26 Hal ini dikarenakan remaja memilki body image (citra diri) negatif
27

yang mengacu pada idola remaja yang biasanya adalah para artis, peragawati,

selebriti yang cenderung memliki tubuh kurus, tinggi, dan semampai.25

Pola konsumsi ini dapat di lihat dengan menggunakan food frekuensi

semi kuantitatif. Waktu makan yang di lewatkan dan makan di luar rumah

meningkat dari awal hingga akhir remaja. Hal ini merefleksikan peningkatan

kebutuhan untuk tidak tergantung pada keluarga dan peningkatan penggunaan

waktu di luar rumah. Remaja lebih sering mengabaikan dan melewatkan

makan pagi, dibandingkan dengan kelompok usia lain. Pada umumnya remaja

perempuan lebih banyak tidak makan pagi dibandingkan remaja laki-laki,

karena ingin langsing dan sering berusaha untuk berdiet. Banyak remaja

perempuan beranggapan bahwa mereka dapat mengontrol berat badan dengan

cara mengabaikan makan pagi atau makan siang. Oleh sebab itu remaja yang

berdiet perlu di beri penjelasan bahwa hal tersebut bias berakibat sebaliknya.

Bila tidak makan pagi, maka pada pertengahan siang atau siang mereka akan

merasa sangat lapar, sehingga makan lebih banyak dibandingkan bila mereka

makan pagi.12

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap status gizi seseorang. Status

gizi baik terjadi bila tubuh memperoleh cukup zt-zat gizi yang digunakan

secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan

otak, kemampuan kerja dan kesehatan.Status gizi kurang terjadi bila tubuh

mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi. Status gizi lebih terjadi bila

tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan.22


28

a. Metode Pengukuran Konsumsi Makanan

Pengukuran konsumsi makanan (survei konsumsi pangan) merupakan

salah satu metode pengukuran status gizi dengan cara tidak langsung.

Mengukur konsumsi makanan dapat dilakukan dalam tiga area yakni :8

1. Menilai Konsumsi Pangan pada Satu Wilayah

a. Neraca Bahan Makanan

Neraca bahan makanan adalah metode untuk mengukur

kecukupan pangan pada suatu wilayah pada periode tertentu.

b. Pola Pangan Harapan

Pola pangan harapan adalah komposisi pangan atau kelompok

pangan yang didasarkan pada kontribusi energi, baik mutlak

maupun relatif, yang memenuhi kebutuhan gizi secara kuantitas,

kualitas, maupun keragaman.

2. Menilai Konsumsi Makanan Tingkat Rumah Tangga

a. Metode Jumlah Makanan (Food Account Methode)

Metode ini dilakukan dengan mencatat perkembangan bahan

makanan yang masuk dan keluar selama satu periode.

b. Metode Pencatatan Makanan Rumah Tangga

Metode ini mengukur konsumsi makanan anggota keluarga,

baik dalam rumah maupun yang dimakan di luar rumah.

c. Metode Recall 24 Jam Rumah Tangga

Metode ini merupakan metode dengan mengumpulkan data

asupan makanan rumah tangga yang dilakukan terhadap orang


29

yang bertanggung jawab mempersiapkan dan memasak makanan

dari hari survei.

3. Menilai Konsumsi Makanan Tingkat Individu

a. Metode Recall 24 Jam

Merupakan cara mengukur asupan gizi pada individu dalam

sehari yang dilakukan dengan menanyakan makanan yang telah

dikonsumsi dalam 24 jam yang lalu.

b. Metode Perkiraan Makanan (Estimed Food Records)

Merupakan metode asupan gizi individu yang dilakukan

dengan memperkirakan jumlah makanan yang dikonsumsi

responden.

c. Metode Penimbangan Makanan

Merupakan metode pengukuran asupan gizi pada individu

yang dilakukan dengan cara menimbang makanan yang

dikonsumsi.

d. Metode Frekuensi Makanan

1) Metode Frekuensi Makanan Kualitatif (FFQ)

Metode ini menekankan pada frekuensi makan. Konsumsi

makanan yang ditanyakan adalah spesifik untuk zat gizi

tertentu, makanan tertentu atau kelompok makanan tertentu.

2) Metode Semi Quantitatif Food Frequency Quisioner (SQ FFQ)

Merupakan metode untuk mengetahui gambaran kebiasaan

asupan gizi individu pada kurun waktu tertentu. Tujuan metode


30

SQ FFQ ini untuk mengetahui rata-rata asupan zat gizi individu

dalam sehari.

Kelebihan metode ini adalah dapat memperoleh gambaran

asupan zat gizi per hari karena setiap kali makan dapat

diperkirakan berat atau URT, serta asupan zat gizi nyang

diperoleh merupakan asupan gizi yang merupakan kebiasaan

dalam satu bulan terakhir.

e. Metode Riwayat Makanan (Dietary History Methode)

Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran

pola konsumsi berdasarkan pengamatan cukup lama.

b. Frekuensi

Frekuensi makan merupakan berapa kali seseorang melakukan

kegiatan makan dalam sehari, baik berupa makanan utama maupun

makanan selingan. Jadwal makan yang baik harus teratur. Frekuensi

makan dikatakan baik, jika jadwal makan setiap harinya tiga kali makanan

utama dan dua kali selingan.

Menurut ahli antropologi Margaret Mead, pola pangan atau food

pattern adalah cara seseorang atau sekelompok orang memanfaatkan

pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan ekonomi dan sosial

budaya yang dialaminya. Pola pangan ada kaitannya dengan kebiasaan

makan.22

Penganekaragaman konsumsi pangan seharusnya mengkonsumsi

aneka ragam pangan dari bergabagai kelompok pangan baik pangan

pokok, lauk-pauk, sayuran maupun buah dalam jumlah cukup.Tujuan


31

utama Penganekaragaman konsumsi pangan adalah untuk mengurangi

ketergantungan konsumsi pangan pada salah satu jenis atau kelompok

pangan tertentu. Dampak langsung dan tidak langsung yaitu pada

perbaikan gizi kesehatan. Disamping itu penganekaragaman konsumsi

makanan sebaiknya tidak mengesampingi tujuan lain seperti sosial,

ekonomi dan lingkungan.

c. Jenis

Jenis bahan makanan adalah variasi bahan makanan yang kalau

dimakan, dicerna, dan diserap akan menghasilkan paling sedikit susunan

menu sehat dan seimbang. Menyediakan variasi makanan merupakan salah

satu cara untuk menghilangkan rasa bosan, sehingga mengurangi selera

makan. Menyusun hidangan sehat memerlukan keterampilan dan

pengetahuan gizi. Variasi menu yang tersusun oleh kombinasi bahan

makanan yang diperhitungkan dengan tepat akan memberikan hidangan

sehat baik secara kualitas maupun kuantitas. Teknik pengolahan makanan

adalah guna memperoleh intake yang baik dan bervariasi.31

Makan makanan yang beranekaram sangat bermanfaat bagi

kesehatan. Makanan yang beranekaragam yaitu makanan yang

mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas dan

kuantitasnya. Dalam pelajaran ilmu gizi biasa disebut triguna makanan

yaitu, makanan yang mengandung zat tenaga, pembangunan dan zat

pengatur. Apabila terjadi kekurangan atas kelengkapan salah satu zat gizi

tertentu pada satu jenis makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari

makanan yang lain. Jadi makan makanan yang beraneka ragam akan
32

menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat pembangun, dan

pengatur.31

Konsumsi makanan sehari-hari yang tidak beraneka ragam,

mengakibatkan ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi

yang diperlukan untuk hidup sehat dan produktif, kekurangan zat gizi pada

jenis makanan yang satu akan dilengkapi oleh keunggulan susunan zat gizi

jenis makanan lain, sehingga diperoleh masukan zat gizi yang seimbang.

Artinya untuk mencapai masukan zat gizi yang seimbang tidak mungkin

dipenuhi hanya oleh satu jenis bahan makanan, melainkan harus terdiri

dari berbagai aneka ragam bahan makanan.31


33

B. Kerangka Teori

Sistem Sosial Ekonomi Politik,


Ketersedian Makanan, Produksi, dan
Sistem Distribusi

Faktor-Faktor Eksternal : Faktor-Faktor Internal :

 Unit keluarga dan  Kebutuhan dan


karakteristik keluarga karakteristik fisiologi
 Kebiasaan orang tua  Gambaran tubuh
 Teman sebaya  Konsep diri
 Norma dan nilai-nilai  Kepercayaan dan nilai-
FFfj
 Sosial budaya nilai pribadi
 Media massa  Kesukaan makanan dan
 Fast food arti makanan
 Kesukaan makanan  Perkembangan
 Pengetahuan gizi psikologis kesehatan
 Pengalaman pribadi

Gaya Hidup

Asupan Zat Gizi

Pola Konsumsi

STATUS GIZI

Sumber : Worhington-Roberts, B.S dan S.R. Rodwel


Williams.2000.Nutrition throught the Life Cycle, ed. 4,
hal274.McGraw-Hill International Ed, Singapore. Dalam Almatsier, S.
dkk. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. Jakarta.
34

C. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Citra Tubuh ( Body


Image )

Asupan Energi

Asupan Protein

Status Gizi

Asupan Lemak

Asupan Karbohidrat

Pola Konsumsi

D. Hipotesa
1. Ada hubungan antara citra tubuh (body image) dengan status gizi

mahasiswi tingkat I Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019.

2. Ada hubungan antara asupan energi dengan status gizi mahasiswi

tingkat I Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019.


35

3. Ada hubungan antara asupan protein dengan status gizi mahasiswi

tingkat I Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019.

4. Ada hubungan antara asupan lemak dengan status gizi mahasiswi

tingkat I Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019.

5. Ada hubungan antara asupan karbohidrat dengan status gizi mahasiswi

tingkat I Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019.

6. Ada hubungan antara pola konsumsi dengan status gizi mahasiswi

tingkat I Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019.


36

E. Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala


1 Status Gizi Keadaan tubuh yang diukur a. Tinggi badan IMT/U : Hasil IMT/U Rasio
dengan parameter berat badan dan diukur dengan Menimbang
tinggi badan menggunakan indeks menggunakan BB dan Status gizi responden Ordinal
massa tubuh menurut umur microtoise, mengukur TB dikategorikan menjadi :
dengan ketelitian  Kurus : -3 SD
0,1 sampai dengan ≤ -
b. Berat badan 2SD
dengna  Normal : -2SD
menggunakan sampai dengan 1
timbangan SD
Digital  Gemuk : >1 SD
sampai dengan 2
SD
2 Citra tubuh Persepsi, sikap, dan keyakinan Kuesioner Wawancara Hasil skoring nilai Rasio
( Body image) responden mengenai perubahan
fisik atau tubuh berkaitan dengan Citra tubuh (Body Ordinal
kemampuannya untuk diakui Image) dikategorikan
dalam bersosialisasi, meliputi menjadi :
penampilan diri yang dianggap 1. Body Image Positif
menarik, usaha-usaha : ≥ nilai tengah
memperbaiki dan meningkatkan skoring
penampilan, kepuasan terhadap 2. Body Image Negatif
bagian tubuh kecemasan menjadi < nilai tengah
gemuk, dan persepsi terhadap skoring
berat badan
37

3 Asupan Energi
dan zat gizi
makro

Energi Jumlah asupan energi mahasiswi SQ FFQ Wawancara Jumlah asupan energi Rasio
dalam satu hari dalam satuan kkal.

Jumlah asupan energi Ordinal


dikategorikan menjadi :
 Cukup : 80-100%
AKG
 Lebih : >110%
AKG
(Supariasa, dkk. 2002)

Karbohidrat Jumlah asupan karbohidrat SQ FFQ Wawancara Jumlah asupan Rasio


mahasiswi dalam satu hari karbohidrat dalam gram

Jumlah asupan Ordinal


karbohidrat
dikategorikan menjadi :
 Cukup : 80-100%
AKG
 Lebih : >110%
AKG
(Supariasa, dkk. 2002)
38

Protein Jumlah asupan protein mahasiswi SQ FFQ Wawancara Jumlah asupan protein Rasio
dalam satu hari dalam satuan gram

Jumlah asupan protein Ordinal


dikategorikan menjadi :
 Cukup : 80-100%
AKG
 Lebih : >110%
AKG
(Supariasa, dkk. 2002)

Lemak Jumlah asupan lemak mahasiswi SQ FFQ Wawancara Jumlah asupan lemak Rasio
dalam satu hari dalam satuan gram

Jumlah asupan lemak


dikategorikan menjadi : Ordinal
 Cukup : 80-100%
AKG
 Lebih : >110%
AKG
(Supariasa, dkk. 2002)
39

4 Pola
Konsumsi

a. Frekuensi Frekuensi konsumsi makanan Anjuran Makan Wawancara Jumlah frekuensi Rasio
konsumsi pokok, protein hewani dan nabati, Sehari (AMS) konsumsi makanan
makanan lemak, karbohidrat dalam satu dalam sehari.
hari.
frekuensi konsumsi Ordinal
makanan dikategorikan
menjadi :
a. Frekuensi konsumsi
makanan pokok
 Kurang : < 3-4
kali AMS
 Cukup : ≥ 3-4
kali AMS
b. Frekuensi konsumsi
makanan protein
hewani
 Kurang : < 3-4
kali AMS
 Cukup : ≥ 3-4
kali AMS
c. Frekuensi konsumsi
makanan protein
nabati
 Kurang : < 2-4
40

kali AMS
 Cukup : ≥ 2-4
kali AMS

b. Jenis Formulir FFQ Wawancara Jumlah bahan mkanan Rasio


konsumsi Jenis bahan makanan yang sumber karbohidrat,
makanan dikonsumsi dalam satu kali makan protein, lemak.
di rata-rata dalam satu hari
Jenis Konsumsi zat Gizi Ordinal
dikategorikan menjadi :
 Beragam : jika
rata-rata bahan
makanan
(sumber
Karbohidrat,
Protein
Hewani/Nabati,
Sayur dan Buah)
dalam 1 hari > 3
jenis jika rata-
rata bahan
makanan
(sumber
Karbohidrat,
Protein
Hewani/Nabati,
Sayur dan Buah)
dalam 1 hari < 3
41

jenis.
 Tidak beragam :
jika rata-rata
bahan makanan
(sumber
Karbohidrat,
Protein
Hewani/Nabati,
Sayur dan Buah)
dalam 1 hari < 3
jenis.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik dengan desain cross

sectional, yang akan memberikan gambaran tentang citra tubuh (body image),

aupan energi, karbohidrat, protein, lemak, dan pola konsumsi serta

hubungannya dengan status gizi mahasiswi tingkat I Poltekkes Kemenkes

Padang Tahun 2019.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Poltekkes Kemenkes Padang.

Pengumpulan data penelitian dilakukan dari Januari 2018 sampai Juni 2019

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini seluruh mahasiswi tingkat I Poltekkes

Kemenkes Padang kampus pusat yang berjumlah 349 orang.

2. Sampel

Sampel merupakan objek yang diteliti atau sebagian dari

populasi dan dianggap mewakili seluruh populasi.35 Sampel dalam

penelitian adalah mahasiswi tingka I Poltekkes Kemenkes Padang

yang terdiri dari 4 jurusan yaitu Kesehatan Lingkungan, Keperawatan,

42
43

Promosi Kesehatan dan Gizi. Pengambilan sampel dihitung dengan

menggunakan rumus estimasi proporsi dengan populasi finit.36

(Z1-α / 2)2 x P(1- P)N


n=
d2 (N – 1) + (Z1-α / 2)2 x P(1- P)

1,642 x 0,5(1- 0,5)349


n=
0,12 (349 – 1) + 1,642 x 0,5(1- 0,5)

234,66
n=
4,15

n = 57

Keterangan :

n = Besarnya Sampel

N = Populasi (349)

P = Proporsi 50% (prevalensi tidak diketahui)

D = Presisi (10%)

Z1-α/2 = Nilai Z pada tingkat kepercayaan 95% = 1,64

Perhitungan di dapat jumlah sampel yaitu 57 orang.

Pengambilan sampel penelitian secara simple random sampling dengan

menggunakan sistem undian. Sampel dipilih berdasarkan kriteria yang

telah ditetapkan peneliti yaitu :

a. Bersedia menjadi responden

b. Sehat jasmani dan rohani


44

c. Bisa berkomunikasi dengan baik

D. Jenis Data dan Cara Pengambilan Data

1. Data Primer

Data primer adalah berupa data citra tubuh (body image)

dilakukan dengan pernyataan dalam kuesioner dan asupan energi,

asupan karbohidrat, asupan protein, asupan lemak, serta pola konsumsi

dilakukan dengan cara wawancara dengan metode Semi Quantitaif

Food Frequency (SQ-FFQ). Sedangkan untuk status gizi dilakukan

pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan Digital dan

tinggi badan dilakukan dengan menggunakan Microtoise yang

ketelitiannya 1 mm. Dalam pengambilan data menggunakan lima

enumerator dari Mahasiswa Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Padang

yang sudah terlatih.

Prosedur – prosedur pengukuran tinggi badan yaitu :

a. Tempelkan microtoise pada dinding yang lurus datar setinggi tepat

2 meter. Angka 0 (nol) pada lantai rata.

b. Lepaskan sepatu atau sandal

c. Responden harus berdiri tegak seperti sikap siap sempurna dalam

baris berbaris, kaki lurus, tumit, pantat, punggung, dan kepala

bagian belakang harus menempel pada dinding dan muka

menghadap lurus kedepan.

d. Baca angka pada tertera di skala pada lubang dalam gulungan

microtoise. Angka tersebut menunjukkan tinggi responden yang

diukur.
45

Prosedur – prosedur pengukuran berat badan yaitu :

a. Letakkan timbangan digital pada lantai yang datar

b. Pastikan timbangan digital menunjukkan angka nol

c. Penimbangan dilakukan tanpa memakai sepatu, jaket, topi dan lain

sebagainya.

d. Responden berdiri pada tempat yang ditentukan, pandangan lurus

kedepan, dalam keadaan tenang dan sikap tegak.

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini data yang didapatkan dari

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2010, Riset Kesehatan

Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 dan Survei Diet Total (SDT) tahun

2014 yaitu data status gizi remaja berdasarkan IMT pada remaja umur.

E. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data yang telah diperoleh dilakukan secara

komputerisasi. Adapun tahap-tahap dalam pengolahan data yaitu

sebagai berikut :

a. Pemeriksaan Data (Editing)

Tahapan memeriksa hasil SQ FFQ dan hasil wawancara

menggunakan kuesioner. Tujuan dari Editing ini adalah untuk

melengkapi data yang masih kurang maupun memeriksa kesalahan

untuk diperbaiki yang berguna dalam pengolahan data.


46

b. Pemberian Kode (Coding)

Tahapan pemberian kode dari kuesioner yang terkumpul pada

setiap pertanyaan dalam kuesioner. Tujuannya untuk memperbaiki saat

analisis dan mempercepat pemasukan data.

Variabel yang diukur dan yang diberi kode adalah :

1) Status gizi

Diketahui dengan melakukan penimbangan berat badan dan

pengukuran tinggi badan. Data antropometri diolah dengan merujuk ke

baku indeks masa tubuh menurut umur (IMT/U) dengan hasilnya :

 Kurus : -3 SD sampai dengan <-2 SD

 Normal : -2 SD sampai dengan 1 SD

 Gemuk : >1 SD sampai dengan 2 SD

2) Body Image

Body image diperoleh dari hasil pengisian kuesioner dengan

menggunakan Multidimensional Body Relation Questionnaire-

Appearance Scales (MBSRQ-AS) kemudian terlebih dahulu data

diolah setelah itu dikategorikan menjadi :

a. Body Image Negatif : < Nilai tengah skoring

b. Body Image Positif : ≥ Nilai tengah skoring


47

3) Asupan Energi, Karbohidrat, Protein, Dan Lemak

Jumlah asupan energi, protein, lemak dan karbohidrat diperoleh

dari hasil wawancara dengan menggunakan SQ FFQ dan kemudian

dikategorikan menjadi :

a. Asupan energi

 Cukup : 80-100% AKG

 Lebih : >110% AKG

b. Asupan protein

 Cukup : 80-100% AKG

 Lebih : >110% AKG

c. Asupan Lemak

 Cukup : 80-100% AKG

 Lebih : >110% AKG

d. Asupan Karbohidrat

 Cukup : 80-100% AKG

 Lebih : >110% AKG

4) Jadwal Konsumsi Zat Gizi

a. Frekuensi makanan pokok

 Kurang : < 3-4 kali Anjuran Makan Sehari

 Cukup : ≥ 3-4 kali Anjuran Makan Sehari

b. Frekuensi konsumsi protein hewani

 Kurang : < 3-4 kali Anjuran Makan Sehari

 Cukup : ≥ 3-4 kali Anjuran Makan Sehari


48

c. Frekuensi konsumsi protein nabati

 Kurang : < 2-4 kali Anjuran Makan Sehari

 Cukup : ≥ 2-4 kali Anjuran Makan Sehari

5) Jenis Konsumsi Zat Gizi

 Tidak beragam : jika rata-rata bahan makanan (sumber

Karbohidrat, Protein Hewani/Nabati, Sayur dan Buah)

dalam 1 hari < 3 jenis

 Beragam : jika rata-rata bahan makanan (sumber

Karbohidrat, Protein Hewani/Nabati, Sayur dan Buah)

dalam 1 hari > 3 jenis

c. Memasukkan Data (Entry)

Memasukkan data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing

responden yang dalam bentuk “kode” dimasukkan ke dalam program

komputer.

d. Membersihkan Data (Cleaning)

Semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan adanya

kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian

dilakukan pembetulan atau koreksi.


49

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Data yang dianalisa secara univariat adalah untuk melihat

gambaran distribusi frekuensi body image, distribusi asupan energi,

karbohidrat, protein, dan pola konsumsi dengan status gizi

mahasiswi tingkat I Poltekkes Kemenkes Padang tahun 2019.

b. Analisis Bivariat

Analisi data bivariat dilakukan untuk melihat hubungan

yang bermakna antara variabel dependen yaitu status gizi dengan

variabel independen yaitu body image, asupan energi, karbohidrat

protein, lemak, dan pola konsumsi. Pada analisis ini menggunakan

uji korelasi dan chi-square. Uji korelasi untuk mengetahui korelasi

antara suatu variabel dengan variabel lain tersebut diusahakan

dengan mengidentifikasi varibael yang ada pada suatu objek,

kemudian diidentifikasi pula variabel lain yang ada pada objek

yang sama dan dilihat apakah ada hubungan antara keduanya. Uji

korelasi dilakukan dengan cara melihat skors atau nilai rata-rata

dari variabel yang satu dengan skors rata-rata variabel yang lain.

Uji korelasi digunakan jika variabel normal, dan jika variabel tidak

normal digunakan uji chi-square sehingga diperoleh nilai p,

dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan <0,05

dan dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p>0,05.


50

Metode ini digunakan untuk mendapatkan probabilitas

kejadian. Jika p value >0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak,

yang berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara variabel

tersebut. Sebaliknya jika p value <0,05 maka Ho ditolak dan Ha

diterima yang berarti terdapat hubungan yang bermakna antara

variabel tersebut.

c. Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui variabel

independen mana yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel

dependen. Analisis multivariat pada penelitian ini menggunakan uji

regresi logistik berganda, untuk mengetahui variabel independen

yang mana yang lebih erat hubungannya dengan variabel

dependen. Uji ini menggunakan model prediksi karena semua

variabel independen dianggap sama penting, sehingga proses

estimasi dapat dilakukan dengan beberapa koefisien regresi logistik

sekaligus.
51

DAFTAR PUSTAKA

1. Majid, Makhrajani, dkk. Perbedaan Tingkat Pengetahuan Gizi, Body


Image, Asupan Energi Dan Status Gizi Pada Mahasiswa Gizi Dan Non
Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadyah Parepare.
Jurnal Ilmiah Manusia dan Kesehatan; 2018
2. Potter, P.A, & Perry, A. G. 2005. Fundamental of nursing: concepts,
procces, and practice. Mosby: Missouri. Hubungan Gambaran Body
Image Dan Pola Makan Remaja Putri Di SMAN 38 Jakarta.[Skripsi]
[diakses 23 Maret 2018]. Universitas Indonesia; 2012
3. Khomsam, A. 2003. Pangan Dan Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta : Raja
Grafindo Persada.
4. Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan : Buku Ajar Ilmu Gizi. Palupi
Widyastuti, editor.Jakarta (ID): EGC Penerbit Buku Kedokteran
5. Abramson E. 2007. Body Intelligence: Menurunkan dan Menjaga Berat
Badan Tanpa Diet. Dwi Prabantini, penerjemah. Yogyakarta (ID): Andi
6. Riset Kesehatan Dasar Indonesia (2013)
7. Riset Kesehatan Dasar Indonesia (2010)
8. Par’i, M.H. Penilaian Status Gizi: Dilengkapi Proses Asuhan Gizi
Terstandar.(Buku Kedokteran EGC, 2016). Dalam Serly, Vicennia, dkk.
Hubungan Body Image, Asupan Energi Dan Aktivitas Fisik Dengan Status
Gizi Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau Angkatan
2014. Jom FK Volume 2 No.2 2015
9. Siswanto, D. Buku Survei Konsumsi Makanan Individu dalam Studi Diet
Total 2014. (Lembaga Penerbitan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan, 2014).
10. Sulistyoningsih, H. 2012. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak.
Yogyakarta: Graha Ilmu
11. Arisman. 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: EGC.
12. Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
13. Putra, Sitiatava Rizema.2013. Pengantar Ilmu Gizi Dan Diet. Yogyakarta :
D-Medika
14. Gambaran Konsumsi Pangan, Permasalahan Gizi Dan Penyakit Tidak
Menular Di Sumatera Barat. Berdasarkan Riskesdas Sumatera Barat 2013
dan Survei Diet Total (SDT) 2014 Badan Penelitian Dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015
15. Sediaoetama, Achmad Djaeni. 2004. Ilmu Gizi. Jakarta : Penerbit Dian
Rakyat
52

16. Supariasa, I Dewa Nyoman, Ibnu Fajar, Bachyar Bakri. 2001. Penilaian
Status Gizi. Jakarta : EGC
17. Supariasa, I Dewa Nyoman, Ibnu Fajar, Bachyar Bakri. 2002. Penilaian
Status Gizi. Edisi 2. Jakarta : EGC
18. Devi, Nirmala.2010. Nutrition Food (Gizi untuk Keluarga). Jakarta : PT.
Kompas Media Nusantara. Dalam Hubungan Asupan Energi, Asupan
Protein, dan Kadar Hemoglobin dengan Produktivitas Kerja Wanita Petani
Kelurahan Tegalroso, Kabupaten Temanggung Tahun 2015. Fakultas
Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro. Jurnal Kesehatan
Masyarakat (e-journal)
19. Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. (Buku
Kedokteran EGC)
20. Sediaoetama, A. D. 2006. Ilmu Gizi II: Untuk Mahasiswa dan Profesi.
(Dian Rakyat)
21. Bakar, U. & tarmizi. 2014. Kimia Pangan I. UNP Press Padang
22. Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama
23. Proverawati, Atikah dkk. 2011. Ilmu Gizi Untuk Keperawatan dan Gizi
Kesehatan.Yogyakarta: Nuha Medika
24. Arsin, Arsunan. Gambaran Asupan Zat Gizi dan Status Gizi Penderita TB
Paru diKota Makassar
25. Sulistyoningsih, H. 2012. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak.
Yogyakarta: Graha Ilmu. Dalam: Ratna Verawati, Hubungan Antara Body
Image Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Remaja Putri Di SMP AL
ISLAM 1 Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta; 2015
26. Arisman. 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Ilmu Gizi. (Buku
Kedokteran EGC). Dalam: Ratna Verawati, Hubungan Antara Body Image
Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Remaja Putri Di SMP AL ISLAM 1
Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah
Surakarta; 2015
27. Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya.
Jakarta: CV.Agung Seto. Dalam: Ratna Verawati, Hubungan Antara Body
Image Dengan Pola Makan Dan Status Gizi Remaja Putri Di SMP AL
ISLAM 1 Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta; 2015
28. Simanjuntak, Sri Rejeki Norintan Permata. 2009. Dalam: Ratna Verawati,
Hubungan Antara Body Image Dengan Pola Makan Dan Status Gizi
Remaja Putri Di SMP AL ISLAM 1 Surakarta. Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta; 2015
53

29. Annastasia, M.S. 2006. Perempuan Kesehatan Seksualitas


Kecantikan.Yogyakarta: Penerbit LKIS. Dalam; Hubungan Teman
Sebaya, Citra Tubuh dan Pola Konsumsi Dengan Status Gizi Remaja
Putri. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Unuversitas Nusa Cendana. Unnes
Journal of Public Health 6 (3) 2017
30. Supariasa, I Dewa Nyoman, dkk. 2001. Penialaian Status Gizi. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC
31. Triwibowo, Cecep & Pusphandani, Mitha Erlisya. 2015. Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Penerbit : Nuha Medika
32. Syahya, Nadya. 2017. Hubungan Body Image, Asupan Energi, Protein,
Lemak, dan Karbohidrat Dengan Status Gizi Siswi SMAN 12 Padang
Tahun 2017. Padang : Poltekkes Kemenkes RI Padang.
33. Istiany. Ari dan Rusilanti. 2013. Gizi Terapan. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya. Dalam; Ika Triyani. Hubungan Citra Tubuh (Body Image)
Dan Pola Konsumsi Serta Kaitannya Dengan Status Gizi Siswi MAN 2
Padang Kelurahan Alai Gunung Pangilun Kecamatan Padang Utara.
Padang: Poltekkes Kemenkes RI Padang; 2016
34. Cakrawati, Dewi dan Mustika, NH. 2002. Bahan Pangan, Gizi, dan
Kesehatan. Bandung: ALFABETA
35. Sunyoto, Danang. 2013. Statistik Untuk Paramedis. Bandung :
ALFABETA
36. Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan
Masyarakat. Jakarta : EGC
37. Waryana. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama
38. Triyani, Ika. 2016. Hubungan Citra Tubuh (Body Image) Dan Pola
Konsumsi Serta Kaitannya Dengan Status Gizi Siswi Man 2 Padang
Keluruhan Alai Gunung Pangilun Kecamatan Padang Utara Tahun 2016.
Padang : Poltekkes Kemenkes RI Padang
39. Thomsom, J.K. 2000. Body Image, Eating Disorders, and Obesity.
American Psychological Association Washington, DC. Dalam Triyani, Ika.
2016. Hubungan Citra Tubuh (Body Image) Dan Pola Konsumsi Serta
Kaitannya Dengan Status Gizi Siswi Man 2 Padang Keluruhan Alai
Gunung Pangilun Kecamatan Padang Utara Tahun 2016. Padang :
Poltekkes Kemenkes RI Padang
40. Piete, Herri Zan dan Numora Lumongga Lubis. 2011. Pengantar Psikologi
Untuk Kebidanan. Jakarta : Kencana. Dalam Triyani, Ika. 2016. Hubungan
Citra Tubuh (Body Image) Dan Pola Konsumsi Serta Kaitannya Dengan
Status Gizi Siswi Man 2 Padang Keluruhan Alai Gunung Pangilun
Kecamatan Padang Utara Tahun 2016. Padang : Poltekkes Kemenkes RI
Padang
54

41. Kamus Bahasa Indonesia, “Pengertian Gambaran Tubuh” Dalam Triyani,


Ika. 2016. Hubungan Citra Tubuh (Body Image) Dan Pola Konsumsi Serta
Kaitannya Dengan Status Gizi Siswi Man 2 Padang Keluruhan Alai
Gunung Pangilun Kecamatan Padang Utara Tahun 2016. Padang :
Poltekkes Kemenkes RI Padang
42. Almatsier, S. 2011. Gizi Seimbang Dalam Daur Kehidupan. PT. Gramedia
Pustaka Utama
43. Soekirman. 2006. Hidup Sehat Gizi Seimbang Dalam Siklus Kehidupan
Manusia. Jakarta : PT. Primamedia Pustaka. Dalam Bening, Salsa dkk.
Hubungan Pengetahuan Gizi, Body Image, Asupan Energi Dan Status Gizi
Pada Mahasiswa Gizi Dan Non Gizi. Univerversitas Diponegoro. Juornal
of Nutrition 2014
44. Santrock JW. 2003. Adolecense (perkembangan remaja). Terjemahan oleh
Soedjarwo.Jakarta (ID): Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai