PEMBINAAN SISKAMLING
Oleh :
Nama : Yogi Eka Nanda S
Nim : 030032141
Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah alat negara yang mempunyai tugas
pokok memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, melakukan penegakkan hukum
dan memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat, yang
terdapat dalam Undang-undang Republik Indonesia No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia. Polri adalah bagian dari masyarakat yang tidak terpisahkan
yang menjadi tanggung jawab sesuai dengan tugas pokok Polri. Setiap masyarakat
memiliki karakteristik yang beragam budaya dan masalah, yang dapat menyebabkan
ketidakcocokan antara komunitas yang satu dengan komunitas yang lain. Seperti contoh
komunitas anak muda yang tidak suka dengan komunitas tukang ojek yang sering
mangkal di wilayah komunitas anak muda tersebut. Pada situasi dan kondisi seperti inilah
dimana dibutuhkan kehadiran polisi untuk menjembatani konflik yang terjadi diantara
komunitas yang berkepentingan tersebut. Hal ini membuktikan bahwa masyarakat
membutuhkan polisi sedangkan polisi tanpa masyarakat bukan apa-apa. Untuk itu
pentingnya kemitraan antara polisi dan masyarakat dalam menghadapi hiruk-pikuk
permasalahan yang akan datang.
Salah satu usaha yang dilakukan Polri sekarang ini adalah dengan menerapkan
Model Perpolisian Masyarakat. Model Perpolisian Masyarakat yang juga dikenal dengan
sebutan Polmas telah diadopsi oleh Polri pada tanggal 13 Oktober 2005, yang merupakan
strategi baru perpolisian di Indonesia. Seluruh anggota Polri diharapkan dapat menukung
penerapan Polmas, dengan cara membangun serta membina kemitraan antara polisi dan
masyarakat dengan mengedepankan sikap proaktif dan berorientasi pada pemecahan
masalah. Polisi harus bersikap proaktif terhadap masyarakat dengan tidak lagi
memandang masyarakat yang bersifat pasif tetapi dipandang sebagai mitra guna
mencegah dan menangani kejahatan. (Hal.22 Perpolisian Masyarakat, Jakarta, Juni 2006,
Kepolisisan Negara Republik Indonesia).
Polmas pada dasarnya dilaksanakan oleh seluruh anggota Polri mulai dari yang
bawah sampai pucuk pimpinan tertinggi Polri, dengan bentuk kegiatan disesuaikan
dengan tugas dan kewenangannya masing-masing. Salah satunya seperti pembinaan yang
dilakukan oleh fungsi teknis kepolisian yang diterapkan oleh petugas Bhabinkamtibmas
dalam membina siskamling. Sehubungan dengan hal tersebut diatas penulis sangat
tertarik untuk membahas penerapan polmas yang dilakukan oleh Bhabinkamtibmas
dalam pembinaan siskamling.
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dan kewajiban penulis
sebagai Mahasiswa Universitas Terbuka Lampung Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Jurusan
Ilmu Hukum.
4. Manfaat
Sedangkan manfaat dari penulisan ini yaitu menambah wawasan dan pengetahuan
penulis, yang kemudian menjadi bekal dan pedoman dalam pelaksanaan tugas
dilapangan.
BAB II PEMBAHASAN
Pada UUD 1945 perubahan Kedua Bab XII Pasal 30 : (1) Tiap-tiap Warga Negara
berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. (2) Untuk
pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia, sebagai kekuatan utama, dan rakyat, sebagai kekuatan pendukung.
Sehubungan dengan hal tersebut berdasarkan Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia, dalam Pertimbangan huruf b ditegaskan “bahwa
pemeliharaan keamanan dalam negeri melalui upaya penyelenggaraan fungsi kepolisian
yang meliputi pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum,
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dilakukan oleh Kepolisian
Negara Republik Indonesia selaku alat negara yang dibantu oleh masyarakat dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia”. Kemudian pada Pasal 3 Undang-Undang No. 2
Tahun 2002, bahwa :
1. Kepolisian khusus
b. Kondisi seperti diutarakan pada huruf a, juga terjadi di Indonesia, lebih-lebih ketika Polri
dijadikan sebagai bagian integral ABRI dan polisi merupakan prajurit ABRI yang dalam
pelaksanaan tugasnya diwarnai sikap dan tindakan yang kaku bahkan militeristik yang
tidak proporsional. Perpolisian semacam itu juga ditandai antara lain oleh pelaksanaan
tugas kepolisian, utamanya penegakan hukum, yang bersifat otoriter, kaku, keras dan
kurang peka terhadap kebutuhan rasa aman masyarakat. Di sisi lain pelaksanaan tugas
kepolisian sehari-hari, lebih mengedepankan penegakan hukum utamanya untuk
menanggulangi tindak kriminal. Berdasarkan TAP MPR Nomor II/MPR/1993 tentang
Garis Besar Haluan Negara yang berkaitan dengan Sistem Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat Swakarsa, Polri dibebani tugas melakukan pembinaan Kamtibmas yang
diperankan oleh Babinkamtibmas sebagai ujung tombak terdepan. Pendekatan demikian
memposisikan masyarakat seakan-akan hanya sebagai obyek dan polisi sebagai subjek
yang “serba lebih” sehingga dianggap figur yang mampu menangani dan menyelesaikan
segenap permasalahan Kamtibmas yang dihadapi masyarakat.
b. Sesuai dengan rumusan tugas pokoknya maka lingkup tugas Babinkamtibmas meliputi :
· Masalah-masalah Kamtibmas.
· Sebab-sebab timbulnya gangguan Kamtibmas.
· Cara-cara penanggulangannya.
· Cara-cara penyelenggaraan siskamling pemukiman.
Harus diakui bahwa dalam proses lahirnya Polmas dilingkungan polri adalah
menyempurnakan konsep, kebijakan, dan praktek pembinaan mayarakat terutama yang
dilakukan oleh para Babinkamtibmas, yang telah berlangsung lama dilingkungan Polri.
Harus diakui bahwa praktek masyarakat sebagai mitra sejajar polri dalam
memecahkan masalah merupakan hal yang baru bagi polri dan termasuk diAmirika.
Setelah melaluio proses uji coba , dan pembentukan model yang dimotori oleh berbagai
donor seperti : IOM, JIKA/Jepang, Asian Fopndatian, Pardnership dan UNHCR pada
tanggal 13 Oktober 2005 dengan keputusan Kapolri No. Pol.: Skrp/737/X/2005 secara
resmi Perpolisian Masyarakat menjadi kebijakan yang harus diterapkan oleh seluruh
jajaran Polri.
Sesuai dengan Peraturan Kapolri Nomor 7 tahun 2008 tentang pedoman dasar
strategi dan implementasi pemolisian masyarakat dalam penyelenggaraan tugas Polisi,
bahwa polmas (pemolisian/perpolisian masyarakat) adalah penyelenggara tugas
kepolisian yang mendasari kepada pemahaman bahwa untuk menciptakan kondisi aman
dan tertib tidak mungkin dilakukan oleh Polri sepihak sebagai subjek dan masyarakat
sebagai objek, melainkan harus dilakukan bersama oleh polisi dan masyarakat dengan
cara memberdayakan masyarakat melalui kemitraan polisi dan warga mayarakat,
sehingga secara bersama-sama mampu mendeteksi gejala yang dapat menimbulkan
permasalahan di masyarakat, mampu mendapatkan solusi untuk mengantisipasi
permasalahannya dan mampu memelihara keamanan serta ketertiban di lingkungannya.
Sedangkan Strategi polmas adalah implementasi pemolisian proaktif yang menekankan
kemitraan (partnership and networking) sejajar antara polisi dan masyarakat dalam upaya
pencegahan penangkalan kejahatan, pemecahan masalah sosial yang berpotensi
menimbulkan gangguan kamtibmas dalam rangka meningkatkan kepatuhan hukum dan
kualitas hidup masyarakat. Tujuan polmas sendiri yaitu terwujudnya kemitraan polisi dan
masyarakat yang didasari kesadaran bersama dalam rangka menanggulangi permasalahan
yang dapat menggunggu keamanan dan ketertiban masyarakat guna menciptakan rasa
aman dan tentram serta meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
Berdasarkan Peraturan Kapolri Nomor 7 tahun 2008 pada BAB IV pasal 15,
bahwa model yaitu sebagai strategi polmas sebagai wujud perkembangan kepolisian
modern dalam negara demokrasi yang plural yang menjunjung tinggi hak asasi manusia
diterapkan melalui model-model polmas yang dikembangkan melalui :
System keamanan lingkungan atau biasa disebut siskamling adalah salah satu
model polmas yang berkembang secara tradinasional dari sejak dulu sampai dengan
sekarang ini dan termasuk dalam polmas Model A yang dikembangkan Polri sekarang
ini. Berikut Polmas model A sesuai dengan Peraturan Kapolri Nomor 7 tahun 2008, antara
lain meliputi :
- Ronda kampung (Model A11) adalah kegiatan ronda atau patrol yang dilaksanakan
oleh warga masyarakat setempat dalam suatu wilayah perkampungan atau pedesaan.
- Ronda lingkungan kawasan pemukiman (Model A12) pada prinsipnya sama dengan
ronda kampung, namun pelaksanaannya di lingkungan atau kawasan perumahan modern.
e. Survey kesan masyarakat terhadap kinerja Polri dan atau petugas polmas
b. Penyeragaman format laporan (meliputi materi data, penggolongan data dan model
matrik dan rekapitulasi data) agar memudahkan analisis
3. Partisipasi dan bantuan dari masyarakat dalam pemecahan masalah dan penanganan
suatu masalah yang cerdas, kreatif dan cepat yang tidak mungkin di atas oleh
Bhabinkamtibmas.
4. Bhabinkamtibmas dapat mendeteksi secara dini dengan cepat dan akurat suatu
permasalahan serta dalam keadaan mendesak masyarakat dapat mengambil tindakan
sebelum polisi atau Bhabinkamtibmas datang.
1. Kesimpulan
a. Ronda kampung
2. Saran
Peraturan Kapolri Nomor 7 tahun 2008 tentang pedoman dasar strategi implementasi
pemolisian masyarakat dalam penyelenggaraan tugas polisi.
http://kadarmanta.blogspot.com/2010/09/polmas-sebagai-strategi-partnership.html
http://asawawuh.blogspot.com/2008/11/ siskamling-semakin-pudar.html.
http://kadarmanta.blogspot.com/2010/09/polmas-sebagai-strategi-partnership.html
http://asawawuh.blogspot.com/2008/11/siskamling-semakin-pudar.html
http://irwanmarine87.blogspot.co.id/2012/12/polmas.html
DOKUMENTASI POLMAS
\