Farkhi Laporan
Farkhi Laporan
SKENARIO 1 BLOK 14
“GUM BLEEDING”
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat,
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Skenario 1 Blok 14 ini.
Laporan Skenario 1 ini kami susun karena merupakan sebagian tugas yang telah
diberikan. Pada kesempatan ini kami ucapkan banyak terima kasih kepada beberapa pihak
media dan drg.Puspito ratih hardhani,MDSc.,Sp.Perio selaku dosen tutorial blok 14 yang
senantiasa membantu dan membimbing dalam pembuatan laporan skenario I ini sehingga
dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini pula kami susun untuk memperluas dan menambah wawasan para
pembaca khususnya mahasiswa. Untuk menunjang pemahaman dan melatih keterampilan
mahasiswa, kami lampirkan beberapa jurnal.
Dalam pembuatan laporan ini telah disadari terdapat beberapa kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menyampaikan saran dan kritik guna penyempurnaan laporan tutorial ini.
Penyusun
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Gingivitis adalah proses peradangan yang terbatas pada jaringan epitel mukosa yang
mengelilingi bagian leher dari gigi dan proses alveolar. Gingivitis telah diklasifikasikan
berdasarkan penampilan klinis (misalnya, ulseratif, hemorrhagic, necrotizing, bernanah),
etiologi (misalnya, drug-induced, hormonal, nutrisi, infeksi, plaque-induced), dan durasi
(akut, kronis). Jenis yang paling umum dari gingivitis adalah bentuk kronis yang
disebabkan oleh plak.
Gingivitis adalah suatu inflamasi pada gingiva yang biasanya disebabkan oleh
akumulasi plak. Menurut profil kesehatan Indonesiatahun 2001 kelainan periodontal
pada tahun 2001 terjadi sebesar 61%. Penyakit periodontal salah satunya gingivitis yang
disebabkan infeksi bakteri, secara langsung melalui aliran darah (hematogen), maupun
tidak langsung dari respon imun sistemik infeksi melalui peningkatan mediator infeksi
(PGE2, IL1, IL6 dan TNFα) oleh pertahanan tubuh. Jaringan periodonsium adalah
jaringan penyokong gigi, terdiri atas gingiva, sementum, ligamentum periodontal dan
tulang alveolar. Jaringan ini dapat mengalami kelainan akibat interaksi faktor pejamu,
mikroba dan lingkungan misalnya gingivitis. Gingivitis adalah suatu proses peradangan
jaringan periodonsium yang terbatas pada gingiva dan bersifat reversibel.
2.1 DEFINISI
o Faktor Fisiologis
Faktor ini dikarenakan produksi air ludah yang kurang saat tidur.Makan dan
minuman Sisa makanan dan minuman yang dicerna oleh kuman penyebab bau
mulut.
o Faktor Patologis
Plak gigi
Karies
Bau mulut (halitosis) berasal dari hidung dan mulut yang terdapat bau yang busuk.
Pada kondisi bau ulut yang parah tidak cukup hanya dengan melakukan pembersihan biasa
seperti melakukan sikat gigi dan juga flossing. Banyak orang yang pada pagi hari
mulutnya bau tetapi ini bukanlah karena penyakit holitosis. Masalha bau mulut tidak
dibatasi oleh usia seseorang, suku/ras, seks, atau bahkan tingkat keadaan sosial ekonomi
manusia.
Saku gusi adalah merupakan sulcus gingiva/gusi yang bertambah dalam bila dilihat
secara patologik.Tidak ada keluhan sakit bila ada saku gusi sedang terjadi, akan tetapi bila
ada pembentukan saku maka 1 atau bahkan lebih dari beberapa gejala berikut akan tampak
pada gusi :
Perasaan tertekan sehabis memakan makanan akan tetapi lama - kelamaan perasaan ini
akan berkurang.
Rasa nyeri atau ngilu yang luas pada daerah yang dalam tulang terutama pada musim
hujan.
Sakit yang di sertai gatal seolah ada ulat dalam gigi kita.
Kinginan untuk menusuk gigi sampai keluar darah dan setelah darah keluar hati jadi
lega.
Muncul kebiasaan mengunyah sebelah sisi saja baik kiri atau kanan saja.
Rasa sakit pada bagian gigi tanpa ada gigi berlubang atau karies.(P.W.Siregar,1981:144)
d. Gigi goyang
Radang gusi kalau dibiarkan,maka penyakit menjalar terus sepanjang akar gigi dan
merusak serat-serat halus yang mengikat akar gigi pada tulang lambat laun gigi menjadi
bergoyang(Dep.Kes.R.I.,1990:19)
Ada empat macam jenis derajat kegoyangan pada gigi :
Derajat 1 : bila seorang penderita merasa terjadi kegoyangan pada gigi, akan tetapi
operator tidak melihat adanya kegoyangan
Derajat 4 : kegoyangan gigi pada arah horizontal dan juga vertikal oleh lidah
(Depkes. R.I., 1996)
Gigi lepas sebelum waktunya, karena sakit kalau dipakai untuk mengunyah makanan
dan menggigit makanan sehingga fungsinya hilang (Depkes, R.I., 1994).
2.4 PENGOBATAN
Pengobatan utama pada gingivitis adalah dengan menghilangkan penyebabnya,
yaitu dengan membersihkan karang gigi (scaling). Membersihkan karang gigi dapat
dilakukan di praktik dokter gigi. Satu minggu pasca pembersihan karang gigi, dicek
apakah kondisi sudah membaik atau belum. Jika kondisi gusi masih radang atau belum
membaik berkonsultasilah dengan dokter gigi.
2.5 PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosis radang gusi berdasarkan gejala pada saat pemeriksaan,
penumpukan plak dan tartar pada gigi dan gusi akan dilihat. Kemudian diperiksa juga
apakah ada kemerahan, bengkak pada gusi dan mudah terjadi pendarahan. Pemeriksaan
jumlah plak dan kalkulus dapat dilakukan melalui berbagai macam metode. Pemeriksaan
plak dapat menggunakan plak indeks. Jaringan yang mengelilingi gigi dibagi menjadi 4
bagian, yaitu papilla distofasial, margin fasial, papilla mesiofasial, dan bagian lingual.
Visualisasi plak dapat dilakukan dengan mengeringkan gigi dengan udara. Plak adalah
bagian yang tidak memiliki stain
Gingival index menyediakan penilaian status inflamasi gingiva yang digunakan
dalam praktek untuk membandingkan kesehatan gingiva sebelum dan setelah terapi fase
I atau sebelum dan setelah operasi. Gingival index juga untuk membandingkan status
gingiva pada kunjungan rutin.
2.6 PENATALAKSANAAN
Untuk pencegahan radang gusi itu sebenarnya sangat mudah, cukup dengan
menjaga kebersihan mulut kita. Karena penyebab utama radang gusi adalah plak, maka
terapi keadaan tersebut diarahkan ke pembersihan plak serta mencegah
pembentukkannya, disebut sebagai mengontrol plak adalah dengan prosedur mekanik
termasuk penyikatan gigi, pemakaian benang gigi, dan tindakan pembersihan plak dan
karang gigi. Kebersihan mulut yang buruk, caries serta adanya cavitas pada gigi akan
menjadi predisposisi untuk terjadinya superinfeksi, nekrosis, rasa nyeri serta perdarahan
pada gusi. Dengan sikat gigi yang lunak dan perlahan, anjuran kumur-kumur dengan
antiseptic yang mengandung klorheksidin 0,2% untuk mengendalikan plak dan
mencegah infeksi mulut. Pembersihan karang gigi supraginggiva dapat dilakukan
bertahap.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Skema
Gingiva
Tidak sehat
Normal
Pocket Pocket
gingiva periodontal
primer sekunder
awal, lesi dini, lesi mapan, dan lesi lanjut. Lesi dini dan mapan dapat tetap stabil untuk
waktu yang lama. Selain itu, dapat terjadi pemulihan secara spontan atau disebabkan oleh
karena perawatan.
Pada tahap ini plak mulai berakumulasi ketika kebersihan rongga mulut tidak
terjaga. Untuk beberapa hari pertama, plak ini terdiri dari bakteri cocci dan batang gram
positif, lalu hari berikutnya organisme filamen, dan terakhir Spirochetes atau bakteri
gram negatif. Dalam beberapa hari, gingivitis ringan mulai terjadi pada tahap ini.
2. Lesi dini atau early lesion
Pada tahap ini sudah mulai terlihat tanda klinis eritema. Eritema terjadi karena
proliferasi kapiler dan meningkatnya pembentukan kapiler. Epitel sulkus menipis atau
terbentuk ulserasi. Pada tahap ini mulai terjadi perdarahan pada probing. Ditemukan 70%
jaringan kolagen sudah rusak terutama di sekitar sel – sel infiltrat. Neutrofil keluar dari
pembuluh darah sebagai respons terhadap stimulus kemotaktik dari komponen plak,
menembus lamina dasar ke arah epitelium dan masuk ke sulkus. Dalam tahap ini
kolagen menurun.
Pada tahap ini disebut sebagai gingivitis kronis karena seluruh pembuluh darah
membengkak dan padat, sedangkan pembuluh balik terganggu atau rusak sehingga aliran
darah menjadi lambat. Terlihat perubahan warna kebiruan pada gingiva. Sel – sel darah
merah keluar ke jaringan ikat, sebagian pecah sehingga hemoglobin menyebabkan warna
daerah peradangan menjadi gelap. Lesi ini dapat disebut sebagai peradangan gingiva
banyak terdapat di jaringan gingiva yang diproduksi oleh sejumlah bakteri oral maupun
neutrofil.
yang disebut sebagai lesi advanced atau fase kerusakan periodontal. Secara mikroskopis,
terdapat fibrosis pada gingiva dan kerusakan jaringan akibat peradangan dan
imunopatologis. Secara umum pada tahap advanced, sel plasma berlanjut pada jaringan
konektif, dan neutrofil pada epitel junctional dan gingiva. Dan pada tahap ini gingivitis
Jika keseimbangan bakteri normal terganggu, akan terjadi pergeseran komposisi plak
sehingga jumlah bakteri anaerob gram negatif meningkat. Pada gingivitis tidak terjadi
kerusakan pada perlekatan jaringan, namun secara histologis sudah terjadi kehilangan
kolagen pada jaringan ikat. Pada keadaan seperti ini bakteri Prevotella intermedia (Pi) dan
Prevotella nigrescens subgingival meningkat. Hal ini jelas pada keadaan pregnan karena
estrogen dan progesteron yang banyak dalam jaringan ikat gingiva digunakan oleh Pi
untuk tumbuh sebagai pengganti vitamin K yang merupakan faktor penumbuh penting
bagi bakteri.
Selain plak sebagai faktor penyebab utama radang gusi, ada beberapa faktor
penunjang yang memudahkan akumulasi plak seperti tersangkutnya makanan disela-sela
gigi dan menimbulkan rasa sakit, gigi tiruan yang tidak baik, sikat gigi yang tidak bersih,
atau tambalan yang tidak sempurna. Sedangkan faktor fungsional yang berpengaruh
terhadap gigi pada saat berfungsi dan menyebabkan radang gusi dapat berupa gigi yang
tidak beraturan, gigi hilang tidak diganti, atau kebiasaan buruk mengunyah disaat tidur.
Selain itu faktor resiko yang menyebabkan radang gusi seperti umur, gender, ras,
merokok, genetik, hormonal (masa pubertas atau hamil), kondisi penyakit sistemik
(diabetes), pendidikan, obat-obatan, stress psikologis juga dapat berpengaruh.
Untuk pencegahan radang gusi itu sebenarnya sangat mudah, cukup dengan
menjaga kebersihan mulut kita. Karena penyebab utama radang gusi adalah plak, maka
terapi keadaan tersebut diarahkan kepembersihan plak serta mencegah
pembentukkannya, disebut sebagai mengontrol plak adalah dengan prosedur mekanik
termasuk penyikatan gigi, pemakaian benang gigi, dan tindakan pembersihan plak dan
karang gigi. Kebersihan mulut yang buruk, caries serta adanya cavitas pada gigi akan
menjadi predisposisi untuk terjadinya superinfeksi, nekrosis, rasa nyeri serta perdarahan
pada gusi.
Hadits
“Seandainya aku tidak memberati umatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk
bersiwak setiap kali berwudhu.” Al-Imam Asy-Syafi‘i rahimahullahu mengatakan: “Dalam
hadits ini ada dalil bahwa siwak tidaklah wajib. Seseorang diberi pilihan (untuk melakukan
atau meninggalkannya, pent.). Karena, jika hukumnya wajib niscaya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam akan memerintahkan mereka, baik mereka merasa berat ataupun tidak.”
(Al-Umm, kitab Ath-Thaharah, bab As-Siwak). Kekhawatiran memberatkan umatnya
merupakan sebab yang mencegah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mewajibkan
bersiwak ini. (Taudhihul Ahkam min Bulughil Maram, 1/195)
Bersiwak merupakan ibadah yang tidak banyak membebani, sehingga sepatutnya
seorang muslim bersemangat melakukannya dan tidak meninggalkannya. Di samping itu,
banyak faedah yang didapatkan berupa kebersihan, kesehatan, menghilangkan aroma yang
tak sedap, mewangikan mulut, memperoleh pahala dan mengikuti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. (Taisirul ‘Allam, 1/62) Banyak sekali hadits yang berbicara tentang siwak sehingga
Ibnul Mulaqqin rahimahullahu dalam Al-Badrul Munir mengatakan: “Telah disebutkan
dalam masalah siwak lebih dari seratus hadits.” (Subulus Salam, 1/63)
Daftar Pustaka
Carranza FA, 2006. Newman MG, Takei HH, &Klokkevold PR: Clinical Periodontology,
101" ed., W.B. Saunders Company, Philadelphia.
Chandra. 2004. Textbook of Dental and Oral Histology and Embryology. Jaypee Brothers
Publishers.
Evy Indriani V., drg, Sp.BM. 2006. Penyakit Periodontal. Bedah Mulut dan Maxillofacial.
Julianti et al. Tutorial gigi dan mulut. 2008. fakultas kedokteran universitas Riau. Pekanbaru
Mantiri SC. 2013. Status kebersihaan mulut dan status karies gigi mahasiswa pengguna alat
ortodontik cekat. Journal e-GiGi. Vol 1 No 1.
Mustaqimah DN. Infeksi dalam bidang periodonsia. JKGUI 2002:14.
Machfoedz, I & Zein, A.Y. (2005). Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-anak dan Ibu
Hamil. Yogakarta: Tramaya
Michael GN., Henry HT.,Fermin AC. 2002. Chronic Periodontitis. Carranza's clinical
periodontology-9th ed. W.B. Saunders Company: Philadelphia.
Newman, Michael G. et al. 2012. Carranza’s Clinical Periodontology 11th ed. Missouri:
Elsevier Inc. Scaling dan Pemberian Tetrasiklin pada Penderita Periodontitis
Kronis. Surabaya-Indonesia.
Nisengard, R.C., Newman, M.G., dan Sanz, M. 2006. The host respon: basic consept.
Dalam Clinical Periodontology (Carranza, F.A. dan Newman. M.G. eds.). Ed. Ke-8.
Saunders,Philadelphia. h. 111-20.
Notkins, A.L. 2003. Immunological defence and immunological injury in Herpes simplex
virus infection. Dalam Comparative Immunology of the Oral Cavity (Mergenhagen,
S.E. dan Scherp, H.W. eds.). U.S. Department of Health, Education, and Welfare,
Bethesda.h. 192-203.
Oppenheim J.J. dan Horton, J.E. 2008. Role of cellular immunity in oral disease.
DalamComparative Immunology of the Oral Cavity (Mergenhagen, S.E. dan Scherp,
H.W. eds.). U.S. Department of Health, Education, and Welfare, Bethesda. h. 221-36.