Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KELOMPOK TUTORIAL 1

SKENARIO 1 BLOK 14
“GUM BLEEDING”

Fasilitator : drg.Puspito ratih hardhani,MDSc.,Sp.Perio


Ketua : Azoura Tamarinda (J2A015030)
Scrable 1 : Seffy Vera Faylina (J2A015002)
Scrable 2 : Farkhi Muhammad ( J2A015009)
Anggota : 1. Rizky Nurhidayah (J2A015001)
2. Yunita Sholekhatul Rizki (J2A015003)
3. Rizqi Indah Septiyani (J2A015006)
4. Dhiyas Mareda Hilmanaufar (J2A015007)
5. Silfi Atika Hertanti (J2A015008)
6. Taufik Nur Ikhsan (J2A015010)
7. Ika Mustika Wati (J2A015029)
8. Propana Fema Pamungkas (J2A015036)
9. Esti Dwi Oktavia (J2A015037)
10. Ovellia Artita Ryudensa (J2A015038)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena atas berkat, rahmat,
dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan Skenario 1 Blok 14 ini.
Laporan Skenario 1 ini kami susun karena merupakan sebagian tugas yang telah
diberikan. Pada kesempatan ini kami ucapkan banyak terima kasih kepada beberapa pihak
media dan drg.Puspito ratih hardhani,MDSc.,Sp.Perio selaku dosen tutorial blok 14 yang
senantiasa membantu dan membimbing dalam pembuatan laporan skenario I ini sehingga
dapat diselesaikan dengan baik.
Laporan ini pula kami susun untuk memperluas dan menambah wawasan para
pembaca khususnya mahasiswa. Untuk menunjang pemahaman dan melatih keterampilan
mahasiswa, kami lampirkan beberapa jurnal.
Dalam pembuatan laporan ini telah disadari terdapat beberapa kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, kami mengharapkan kepada semua pembaca agar dapat
menyampaikan saran dan kritik guna penyempurnaan laporan tutorial ini.

Semarang 03 November 2017

Penyusun
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang

Gingivitis adalah proses peradangan yang terbatas pada jaringan epitel mukosa yang
mengelilingi bagian leher dari gigi dan proses alveolar. Gingivitis telah diklasifikasikan
berdasarkan penampilan klinis (misalnya, ulseratif, hemorrhagic, necrotizing, bernanah),
etiologi (misalnya, drug-induced, hormonal, nutrisi, infeksi, plaque-induced), dan durasi
(akut, kronis). Jenis yang paling umum dari gingivitis adalah bentuk kronis yang
disebabkan oleh plak.
Gingivitis adalah suatu inflamasi pada gingiva yang biasanya disebabkan oleh
akumulasi plak. Menurut profil kesehatan Indonesiatahun 2001 kelainan periodontal
pada tahun 2001 terjadi sebesar 61%. Penyakit periodontal salah satunya gingivitis yang
disebabkan infeksi bakteri, secara langsung melalui aliran darah (hematogen), maupun
tidak langsung dari respon imun sistemik infeksi melalui peningkatan mediator infeksi
(PGE2, IL1, IL6 dan TNFα) oleh pertahanan tubuh. Jaringan periodonsium adalah
jaringan penyokong gigi, terdiri atas gingiva, sementum, ligamentum periodontal dan
tulang alveolar. Jaringan ini dapat mengalami kelainan akibat interaksi faktor pejamu,
mikroba dan lingkungan misalnya gingivitis. Gingivitis adalah suatu proses peradangan
jaringan periodonsium yang terbatas pada gingiva dan bersifat reversibel.

1.2 Rumusan Masalah


1. Gambarkan anatomi gigi secara jelas!
2. Bagaimana patofisiologi ginggivitis menurut AAP?
3. Apa saja klasifikasi ginggivitis menurut AAP?
4. Apa saja mikroorganisme penyebab ginggivitis?
5. Bagaimana hubungan ginggivis dengan pemakaian alat orthodontik?
6. Bagaimana fase-fase perawatan ginggivitis?
1.3 Tujuan dan manfaat
1. Mahasiswa mampu menjelaskan gambar anatomi gigi secara jelas.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana patofisiologi ginggivitis menurut AAP.
3. Mahasiswa mampu menjelaskanapa saja klasifikasi ginggivitis menurut AAP.
4. Mahasiswa mampu menjelaskanapa saja mikroorganisme penyebab ginggivitis.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan bagaimana hubungan ginggivis dengan pemakaian
alat orthodontik.
6. Mahasiswa mampu menjelaskanbagaimana fase-fase perawatan ginggivitis.
BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1 DEFINISI

Gingivitis adalah suatu proses peradangan jaringan periodonsium yang terbatas


pada gingiva dan bersifat reversibel. Inflamasi gingiva cenderung dimulai pada papilla
interdental dan menyebar ke sekitar leher gigi. Gingivitis secara epidemiologis diderita
oleh hampir semua populasi masyarakat di dunia. Lebih dari 80% anak usia muda dan
semua populasi dewasa sudah pernah mengalami gingivitis. Faktor-faktor yang
mempengaruhi prevalensi dan derajat keparahan gingivitis adalah umur, kebersihan
mulut, pekerjaan, pendidikan, letak geografis, polusi lingkungan, dan perawatan gigi.
2.2 ETIOLOGI
Gingivitis biasanya disebabkan oleh buruknya kebersihan mulut sehingga
terbentuk plak atau karang gigi di bagian gigi yang berbatasan dengan tepi gusi.
Penyebab utama gingivitis adalah bakteri plak, plak dan karang gigi mengandung banyak
bakteri yang akan menyebabkan infeksi pada gusi. Bila kebersihan mulut tidak
diperbaiki, gingivitis akan bertambah parah dan berkembang menjadi periodontitis.
Gingivitis biasanya disebabkan oleh buruknya kebersihan mulut sehingga terbentuk plak
atau karang gigi di bagian gigi yang berbatasan dengan tepi gusi. Plak dan karang gigi
mengandung banyak bakteri yang akan menyebabkan infeksi pada gusi. Bila kebersihan
mulut tidak diperbaiki, gingivitis akan bertambah parah dan berkembang menjadi
periodontitis.
Gingivitis juga dapat disebabkan oleh penyakit sistemik. Contohnya pada pasien
penderita leukemia dan penyakit Wegner yang cenderung lebih mudah terkena gingivitis.
Pada orang dengan diabetes atau HIV, adanya gangguan pada sistem imunitas
(kekebalan tubuh) menyebabkan kurangnya kemampuan tubuh untuk melawan infeksi
bakteri pada gusi. Perubahan hormonal pada masa kehamilan, pubertas, dan pada terapi
steroid juga menyebabkan gusi lebih rentan terhadap infeksi bakteri. Pemakaian obat-
obatan pada pasien dengan tekanan darah tinggi dan paska transplantasi organ juga dapat
menekan sistem imunitas sehingga infeksi pada gusi lebih mudah terjadi.
2.3 ANATOMI GINGGIVA
Gingiva adalah bagian mukosa mulut yang mengelilingi gigi. Gingiva melekat
pada gigi dan tulang alveolar. Pada permukaan vestibulum di kedua rahang, gingiva
secara jelas dibatasi mukosa mulut yang lebih dapat bergerak oleh garis yang
bergelombang disebut perlekatan mukogingiva. Garis demarkasi yang sama juga
ditemukan pada aspek lingual mandibular antara gingival dan mukosa mulut. Pada
palatum, gingiva menyatu dengan palatum dan tidak ada perlekatan mukogingiva yang
nyata Gingival, lebih dikenal dengan gusi adalah mukosa di dalam mulut yang menutupi
tulang alveolar dan menyelimuti leher gigi. Secara anatomi terbagi atas:
1. Unattached gingival atau marginal gingival yang merupakan tepi akhir atau batas
dari gingival yang mengelilingi gigi seperti kerah baju.
2. Attached gingival yang melekat pada tulang alveolar gigi.
3. Interdental gingival yang mengisi daerah pertemuan 2 gigi yang bersebelahan, di
bawah titik kontak pertemuan antara dua gigi tersebut.
Di antara marginal gingival dan gigi terdapat ruang sempit di sekeliling gigi yang
disebut sulcus gingival. Kedalaman dari sulcus gingival dibatasi oleh attached gingival
yang berukuran normal rata-rata 1,8 mm.Apabila kedalaman dari sulcus gingival
melebihi batas normal maka sudah dikategorikan sebagai poket periodontal yang
merupakan tanda klinis dari penyakit jaringan periodontal.
2.4 PATOFISIOLOGI
Penyebab paling utama dari radang gusi adalah akumulasi plak. Akumulasi plak
berkaitan dengan bakteri yang jumlahnya meningkat. Hal ini terjadi karena sisa-sisa
makanan yang tertinggal diantara sela-sela gigi atau di gusi. Jika dalam waktu 24 jam
sisa makanan itu belum tersikat maka akan terbentuk plak. Hanya dalam beberapa hari
plak yang tidak tersikat atau tidak terganggu sudah menimbulkan radang gusi
tahap inisial. Ada tiga tahap radang gusi yaitu tahap inisial (2-4 hari), tahaplesi dini (4-7
hari) dan tahap lesi mantap (2-3 minggu). Pada tahap lesi mantap ini sudah terjadi
kerusakan jaringan penyangga gigi.
Selain plak sebagai faktor penyebab utama radang gusi, ada beberapa faktor
penunjang yang memudahkan akumulasi plak seperti tersangkutnya makanan disela-sela
gigi dan menimbulkan rasa sakit, gigi tiruan yang tidak baik, sikat gigi yang tidak bersih,
atau tambalan yang tidak sempurna. Sedangkan faktor fungsional yang berpengaruh
terhadap gigi pada saat berfungsi dan menyebabkan radang gusi dapat berupa gigi yang
tidak beraturan, gigi hilang tidak diganti, atau kebiasaan buruk mengunyah disaat tidur.
Selain itu faktor resiko yang menyebabkan radang gusi seperti umur, gender, ras,
merokok, genetik, hormonal (masa pubertas atau hamil), kondisi penyakit sistemik
(diabetes), pendidikan, obat-obatan, stress psikologis juga dapat berpengaruh.

2.5 MANIFESTASI KLINIS


Radang gusi merupakan kelainan jaringan penyangga gigi yang paling sering
terjadi dan hampir selalu dapat ditemukan pada semua bentuk penyakit gusi. Radang gusi
yang menetap dapat berkembang dan menyebabkan kerusakan jaringan penyangga gigi
sehingga gigi menjadi goyang atau terlepas.
Tanda-tanda dari gingivitis adalah :
1. adanya perdarahan pada ginggiva
2. terjadi perubahan warna pada ginggiva
3. perubahan tekstur permukaan ginggiva
4. perubahan posisi dari ginggiva
5. perubahan kontur dari ginggiva
6. adanya rasa nyeri
Gejala-gejala gingivitis adalah
1) Gusi kemerahan
2) Gusi bengkak
3) Konsistensi gusi menjadi lebih lunak
4) Bentuk gusi agak membulat (unstippling)
5) Gusi mudah berdarah
faktor lokal penyebab ginggivitis disebabkab oleh akumulasi plak. Bentuk
penyakit gusi yang umum terjadi adalah ginggivitis kronis yang ditandai dengan
pembengkakan gusi atau lepasnya epitel perlekatan. Ginggivitis mengalami perubahan
warna gusi mulai dari kemerahan sampai merah kebiruan sesuai dengan bertambahnya
proses peradangan yang terus menerus. Rasa sakit atau nyeri jarang dirasakan, rasa
sakit yang merupakan gejala pembeda antara ginggivitis akut dan ginggivitis kronis.
F. KOMPLIKASI
Sebagaimana penyakit lain pada umumnya sering kali apabila dibiarkan berlama-
lama maka bisa menimbulkan penyakit baru. Begitu pula dengan radang gusi billa
dibiarkan bisa mendatangkan masalah baru. Berikut beberapa komplikasi karena
masalah gingivitis.
a. Periodontitis
Penyakit yang pertama adalah periodontitis. Periodontis adalah peradangan
yang terjadi pada jaringan periodontal karena dampak lanjut darimasalah gingivitis
atau radang gusi yang tidak terawat.Periodontis dibagi jadi 2 menurut tempat
terjadinya peradangan periodontitis
o Periodontitis Marginalis
Yang pertama adalah margialis adalah merupakan peradangan dari jaringan
penyangga gigi yang mengenai gusi/gingiva sampai dengan periodontal ligament.
o Periodontitis Apikalis
Yaitu peradangan jaringan periodontal didaerah sekitar apeks gigi sebagai kelanjutan
dari masalah peradangan pulpa yang menyeluruh atau karena disebakan trauma.
b. Bau mulut
Halitosis atau bau mulut adalah suatu keadaan mulut mengeluarkan bau busuk
yang tidak enak atau sering disebut napas yang tidak sedap.Halitosis atau bau mulut
dapat disebabkan oleh 2 faktor penyebab :

o Faktor Fisiologis

Faktor ini dikarenakan produksi air ludah yang kurang saat tidur.Makan dan
minuman Sisa makanan dan minuman yang dicerna oleh kuman penyebab bau
mulut.

o Faktor Patologis

Faktor kelainan rongga mulut seperti Radang gusi / gingivitis

 Plak gigi

 Oral hygiene buruk

 Karies

Apabila gingivitis dibiarkan maka bisa mengakibatkan bau mulut.Penyebab bau


mulut/holitosis dan gigi berlubang/karies sangat banyak sekali. Pada umumnya bau
mulut/holitosis ini diakibatkan oleh faktor makanan terutama makanan yang memiliki bau
atau aroma yang cukup tajam seperti sayur jengkol, kebiasaan merokok, konsumsi bawang
putih, sayur petai, dan buah durian. Holitosis terjadi bukan cuma karena makanan saja
tetapi juga karena faktor lainya yang berbahaya seperti munculnya plak yang mana plak
adalah rumah para kuman untuk berkembang, adanya karang gigi akibat penimbunan plak,
terjadinya gigi berlubang baik kecil maupun besar, terjadi infeksi pada gusi, mulut kering
dan juga penyakit lain yang menyertainya misalnya kencing manis/diabetesmilitus,
gangguan fungsi pada organ ginjal , gangguan penyakit liver kronis dan sinusitis yang
berdampak cukup fatal bagi kesehatan secara umum. Tidak hanya itu, halitosis/bau mulut
juga bisa dipengaruhi oleh gaya hidup yang kurang wajar seperti kebiasaan diet yang tak
sehat atau pola makan yang tidak teratur, kebiasaan minum minuman keras seperti alkohol
dan juga sering merokok.

Bau mulut (halitosis) berasal dari hidung dan mulut yang terdapat bau yang busuk.
Pada kondisi bau ulut yang parah tidak cukup hanya dengan melakukan pembersihan biasa
seperti melakukan sikat gigi dan juga flossing. Banyak orang yang pada pagi hari
mulutnya bau tetapi ini bukanlah karena penyakit holitosis. Masalha bau mulut tidak
dibatasi oleh usia seseorang, suku/ras, seks, atau bahkan tingkat keadaan sosial ekonomi
manusia.

c. Pembentukan saku gigi

Saku gusi adalah merupakan sulcus gingiva/gusi yang bertambah dalam bila dilihat
secara patologik.Tidak ada keluhan sakit bila ada saku gusi sedang terjadi, akan tetapi bila
ada pembentukan saku maka 1 atau bahkan lebih dari beberapa gejala berikut akan tampak
pada gusi :

 Perasaan tertekan sehabis memakan makanan akan tetapi lama - kelamaan perasaan ini
akan berkurang.

 Bau busuk di dalam mulut pada bagian gigi geligi

 Kecenderungan untuk mengisap – isap daerah antara gigi geligi.

 Rasa nyeri atau ngilu yang luas pada daerah yang dalam tulang terutama pada musim
hujan.

 Sakit yang di sertai gatal seolah ada ulat dalam gigi kita.
 Kinginan untuk menusuk gigi sampai keluar darah dan setelah darah keluar hati jadi
lega.

 bolus – bolus makanan yang melekat diantara dereetan gigi.

 Persaan gigi seperti longgar.

 Muncul kebiasaan mengunyah sebelah sisi saja baik kiri atau kanan saja.

 Sensitife terhadap suhu panas dan dingin.

 Rasa sakit pada bagian gigi tanpa ada gigi berlubang atau karies.(P.W.Siregar,1981:144)

d. Gigi goyang

 Radang gusi kalau dibiarkan,maka penyakit menjalar terus sepanjang akar gigi dan
merusak serat-serat halus yang mengikat akar gigi pada tulang lambat laun gigi menjadi
bergoyang(Dep.Kes.R.I.,1990:19)
Ada empat macam jenis derajat kegoyangan pada gigi :

 Derajat 1 : bila seorang penderita merasa terjadi kegoyangan pada gigi, akan tetapi
operator tidak melihat adanya kegoyangan

 Derajat 2 : gigi terasa seperti goyang dan memang terlihat goyang

 Derajat 3 : kegoyangan gigi pada arah horizontal oleh lidah

 Derajat 4 : kegoyangan gigi pada arah horizontal dan juga vertikal oleh lidah
(Depkes. R.I., 1996)

 Gigi lepas (Avusi)

Gigi lepas sebelum waktunya, karena sakit kalau dipakai untuk mengunyah makanan
dan menggigit makanan sehingga fungsinya hilang (Depkes, R.I., 1994).

2.4 PENGOBATAN
Pengobatan utama pada gingivitis adalah dengan menghilangkan penyebabnya,
yaitu dengan membersihkan karang gigi (scaling). Membersihkan karang gigi dapat
dilakukan di praktik dokter gigi. Satu minggu pasca pembersihan karang gigi, dicek
apakah kondisi sudah membaik atau belum. Jika kondisi gusi masih radang atau belum
membaik berkonsultasilah dengan dokter gigi.
2.5 PENEGAKKAN DIAGNOSIS
Untuk mendiagnosis radang gusi berdasarkan gejala pada saat pemeriksaan,
penumpukan plak dan tartar pada gigi dan gusi akan dilihat. Kemudian diperiksa juga
apakah ada kemerahan, bengkak pada gusi dan mudah terjadi pendarahan. Pemeriksaan
jumlah plak dan kalkulus dapat dilakukan melalui berbagai macam metode. Pemeriksaan
plak dapat menggunakan plak indeks. Jaringan yang mengelilingi gigi dibagi menjadi 4
bagian, yaitu papilla distofasial, margin fasial, papilla mesiofasial, dan bagian lingual.
Visualisasi plak dapat dilakukan dengan mengeringkan gigi dengan udara. Plak adalah
bagian yang tidak memiliki stain
Gingival index menyediakan penilaian status inflamasi gingiva yang digunakan
dalam praktek untuk membandingkan kesehatan gingiva sebelum dan setelah terapi fase
I atau sebelum dan setelah operasi. Gingival index juga untuk membandingkan status
gingiva pada kunjungan rutin.
2.6 PENATALAKSANAAN
Untuk pencegahan radang gusi itu sebenarnya sangat mudah, cukup dengan
menjaga kebersihan mulut kita. Karena penyebab utama radang gusi adalah plak, maka
terapi keadaan tersebut diarahkan ke pembersihan plak serta mencegah
pembentukkannya, disebut sebagai mengontrol plak adalah dengan prosedur mekanik
termasuk penyikatan gigi, pemakaian benang gigi, dan tindakan pembersihan plak dan
karang gigi. Kebersihan mulut yang buruk, caries serta adanya cavitas pada gigi akan
menjadi predisposisi untuk terjadinya superinfeksi, nekrosis, rasa nyeri serta perdarahan
pada gusi. Dengan sikat gigi yang lunak dan perlahan, anjuran kumur-kumur dengan
antiseptic yang mengandung klorheksidin 0,2% untuk mengendalikan plak dan
mencegah infeksi mulut. Pembersihan karang gigi supraginggiva dapat dilakukan
bertahap.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Skema

Gingiva

Tidak sehat
Normal

definisi klasifikasi tahapan perawatan


anatomi Gambaran perbedaan
klinis
Hub.Dengan ortho penyebab

Pocket Pocket
gingiva periodontal
primer sekunder

3.2 Gambarkan anatomi gigi secara jelas!


Bagian-bagian dari gingiva menurut Manson & Eley (1993) adalah sebagai berikut:

Gambar 1. Anatomi Gingiva (Nield-Gehrig & Willman, 2011)


1. Mukosa Alveolar Mukosa alveolar adalah suatu mukoperiosteum yang melekat erat
dengan tulang alveolar di bawahnya. Mukosa alveolar terpisah dari periosteum
melalui perantara jaringan ikat longgar yang sangat vaskular sehingga umumnya
berwarna merah tua.
2. Pertautan Mukogingiva Pertautan mukogingiva atau mucogingival junction adalah
pemisah antara perlekatan gingiva dengan mukosa alveolar.
3. Perlekatan Gingiva Perlekatan gingiva atau attached gingiva meluas dari alur gingiva
bebas ke pertautan mukogingiva yang akan bertemu dengan mukosa alveolar.
Permukaan attached gingiva berwarna merah muda dan mempunyai stippling yang
mirip seperti kulit jeruk. Lebar attached gingiva bervariasi dari 0-9 mm. Attached
gingiva biasanya tersempit pada daerah kaninus dan premolar bawah dan terlebar
pada daerah insisivus (3-5 mm).
4. Alur Gingiva Bebas Alur gingiva bebas atau free gingival groove dengan batas dari
permukaan tepi gingiva yang halus dan membentuk lekukan sedalam 1-2 mm di
sekitar leher gigi dan eksternal leher gingiva yang mempunyai kedalaman 0-2 mm.
5. Interdental gingiva Interdental gingiva atau gingiva interdental adalah gingiva antara
gigi-geligi yang umumnya konkaf dan membentuk lajur yang menghubungkan papila
labial dan papila lingual. Epitelium lajur biasanya sangat tipis, tidak keratinisasi dan
terbentuk hanya dari beberapa lapis sel. Daerah interdental berperan sangat penting
karena merupakan daerah pertahanan bakteri yang paling persisten dan strukturnya
menyebabkan daerah ini sangat peka yang biasanya timbul lesi awal pada gingivitis.
3.3 Bagaimana patofisiologi ginggivitis menurut AAP?
Patogenesis gingivitis terdapat empat tipe lesi yang berbeda. Keempatnya adalah lesi

awal, lesi dini, lesi mapan, dan lesi lanjut. Lesi dini dan mapan dapat tetap stabil untuk

waktu yang lama. Selain itu, dapat terjadi pemulihan secara spontan atau disebabkan oleh

karena perawatan.

1. Lesi inisial atau lesi awal

Pada tahap ini plak mulai berakumulasi ketika kebersihan rongga mulut tidak

terjaga. Untuk beberapa hari pertama, plak ini terdiri dari bakteri cocci dan batang gram

positif, lalu hari berikutnya organisme filamen, dan terakhir Spirochetes atau bakteri

gram negatif. Dalam beberapa hari, gingivitis ringan mulai terjadi pada tahap ini.
2. Lesi dini atau early lesion

Pada tahap ini sudah mulai terlihat tanda klinis eritema. Eritema terjadi karena

proliferasi kapiler dan meningkatnya pembentukan kapiler. Epitel sulkus menipis atau

terbentuk ulserasi. Pada tahap ini mulai terjadi perdarahan pada probing. Ditemukan 70%

jaringan kolagen sudah rusak terutama di sekitar sel – sel infiltrat. Neutrofil keluar dari

pembuluh darah sebagai respons terhadap stimulus kemotaktik dari komponen plak,

menembus lamina dasar ke arah epitelium dan masuk ke sulkus. Dalam tahap ini

fibroblast jelas terlihat menunjukkan perubahan sitotoksik sehingga kapasitas produksi

kolagen menurun.

3. Lesi mapan atau established lesion

Pada tahap ini disebut sebagai gingivitis kronis karena seluruh pembuluh darah

membengkak dan padat, sedangkan pembuluh balik terganggu atau rusak sehingga aliran

darah menjadi lambat. Terlihat perubahan warna kebiruan pada gingiva. Sel – sel darah

merah keluar ke jaringan ikat, sebagian pecah sehingga hemoglobin menyebabkan warna

daerah peradangan menjadi gelap. Lesi ini dapat disebut sebagai peradangan gingiva

moderat hingga berat. Aktivitas kolagenolitik sangat meningkat karena kolagenase

banyak terdapat di jaringan gingiva yang diproduksi oleh sejumlah bakteri oral maupun

neutrofil.

4. Lesi lanjut atau lesi advanced

Perluasan lesi ke dalam tulang alveolar menunjukkan karakteristik tahap keempat

yang disebut sebagai lesi advanced atau fase kerusakan periodontal. Secara mikroskopis,

terdapat fibrosis pada gingiva dan kerusakan jaringan akibat peradangan dan

imunopatologis. Secara umum pada tahap advanced, sel plasma berlanjut pada jaringan
konektif, dan neutrofil pada epitel junctional dan gingiva. Dan pada tahap ini gingivitis

akan berlanjut pada pada individu yang rentan.

3.4 Apa saja klasifikasi ginggivitis menurut AAP?


Klasifikasi menurut AAP World Workshop in Clinical Periodontics (1989) ●
Periodontitis dewasa (adult periodontitis) ● Periodontitis bermula dini (early onset
p’titis) ▪ Prapubertas (prepubertal) : Generalisata / lokalisata ▪ Juvenil (juvenile) :
Generalisata / lokalisata ● Periodontitis berkembang cepat (rapidly progressive
periodontitis) ● Periodontitis berkaitan dengan penyakit sistemik (periodontitis
associated with systemic diseases) ▪ Sindroma Down (Down syndrome) ▪ Diabetes
mellitus tipe I ▪ Sindroma Papillon-Lefevre (Papillon-Lefevre syndrome) ● Periodontitis
ulseratif nekrosis (necrotizing ulcerative p’titis) ● Periodontitis refraktori (refractory
periodontitis
1. penyakit ginggiva yang di pengaruhi oleh plak
a. ginggivitis yang berhubungan hanya dengan dental plak
- tanpa faktor penyumbang lokal lain
- dengan faktor penyumbang lokal
b. penyakit ginggiva yang termodifikasi dengan faktor sistemik
hubungan dengan sistem endokrin
- Ginggivitis yang berhubungan dengan pubertas
- Ginggivitis yang berhubungan siklus menstruasi
- Berhubungan dengan kehamilan. – ginggivitis
_ pyogenic granuloma
c. penyakit ginggiva yang termodifikasi oleh obat obatan
Obat yang mempengaruhi penyakit ginggiva
d. penyakit ginggiva yang termodifikasi dengan malnutrisi
- ginggiva karena kekurangan vit c
2. penyakit ginggival yang tidak di pengaruhi dental plak
a. penyakit ginggiva yang di karenakan bakteri spesifik
- lesi yang berhubungan dengan neisseria gonorrhea
b. penyakit ginggiva yang di sebabkan virus
Inveksi virus herpes
- Ginggivostomatitis herpes primer
- Recurrent oral herpes
- inveksi varicella zoster
c. penyakit ginggiva yang di sebabkan jamur
- inveksi spesies candida
- hitoplasma
d. lesi ginggiva karerna kondisi genetik
- hereditary ginggival fibromatosis
e. manivestasi ginggiva karena kondisi sitemik
Mucocutaneous disorder
- lichen planus
- pemphigoid
- erythema multiforme
Reaksi alergi
- material restorasi ; - merkuri
- reaksi yang berasal darid pasta gigi

3.5 Apa saja mikroorganisme penyebab ginggivitis?


Pada gingiva sehat bakteri terdiri atas gram positif. Terbanyak adalah dari

Actinomyces dan Streptococcus.

Jika keseimbangan bakteri normal terganggu, akan terjadi pergeseran komposisi plak
sehingga jumlah bakteri anaerob gram negatif meningkat. Pada gingivitis tidak terjadi
kerusakan pada perlekatan jaringan, namun secara histologis sudah terjadi kehilangan
kolagen pada jaringan ikat. Pada keadaan seperti ini bakteri Prevotella intermedia (Pi) dan
Prevotella nigrescens subgingival meningkat. Hal ini jelas pada keadaan pregnan karena
estrogen dan progesteron yang banyak dalam jaringan ikat gingiva digunakan oleh Pi
untuk tumbuh sebagai pengganti vitamin K yang merupakan faktor penumbuh penting
bagi bakteri.

3.6 Bagaimana hubungan ginggivitis dengan pemakaian alat orthodontik?


Alat ortodontik cekat memiliki bentuk yang rumit sehingga pasien yang
menggunakan alat ortodontik cekat sulit untuk menjaga kebersihan mulut karena
akumulasi bakteri mudah terbentuk disekitar komponen-komponen alat ortodontik cekat.
Penggunaan alat ortodontik cekat dapat memberikan dampak berupa perubahan
lingkungan rongga mulut, komposisi flora rongga mulut, dan peningkatan jumlah plak
yang dapat menyebabkan karies, penyakit periodontal seperti inflamasi gingiva atau yang
disebut gingivitis (Mantiri SC, 2013).
Gingivitis bila dibiarkan terus menerus akan menyebabkan periodontitis, halitosis,
poket, gigi goyang, dan gigi tanggal. Perawatan dapat berlangsung lebih lama atau
bahkan dapat gagal. Berdasaran penelitian yang dilakukan oleh Tanya di Amerika pada
tahun 2013 menunjukan terjadi inflamasi kronis pembesaran gingiva disertai akumulasi
plak yang tinggi pada pengguna alat ortodontik cekat (Tanya J, dkk, 2013). Penelitian
lain yang dilakukan oleh Ana di Para Brazil pada tahun 2012 menunjukkan bahwa
penggunaan alat ortodontik cekat meningkatkan akumulasi plak sehingga menyebabkan
terjadinya hiperplasia gingiva dan poket pada gingival (Ana C, Amoras A, 2012).

3.7 Bagaimana fase-fase perawatan ginggivitis?


Perawatan periodontal bukanlah suatu perawatan dental yang berdiri sendiri. Agar
perawatan periodontal berhasil baik, terapi periodontal haruslah mencakup prosedur-
prosedur kedokteran gigi lainnya sesiuai dengan kebutuhan pasien. Semua prosedur
perawatan, baik prosedur yang termasuk bidang Periodonsia maupun prosedur yang
bukan bidang Periodonsia disusun dalam sekuens (urutan) sebagai mana yang
dikemukakan di bawah ini (yang dicetak miring adalah prosedur yang bukan bidang
Periodonsia).
1. Fase preliminari/pendahuluan
• Perawatan kasus darurat (emerjensi)
o Dental atau periapikal
o Periodontal
o Lain-lain
• Pencabutan gigi dengan prognosis tidak ada harapan, dan pemasangan gigi tiruan
sementara (bila diperlukan karena alasan tertentu)
2. Terapi fase I (fase etiotropik)
• Kontrol plak
• Kontrol diet (bagi pasien dengan karies rampan)
• Penskeleran dan penyerutan akar
• Koreksi restorasi dan protesa yang mengiritasi
• Ekskavasi karies dan restorasi (sementara atau permanen, tergantung apakah
prognosis ginginya sudah final, dan lokasi karies)
• Terapi antimikrobial (lokal atau sistemik)
• Terapi oklusal (penyelarasan oklusal)
• Penggerakan gigi secara ortodontik
• Pensplinan provisional
3. Evaluasi respons terhadap fase I
• Pengecekan kembali
Kedalaman saku dan inflamasi gingiva
Plak, kalkulus dan karies

4. Terapi fase II (fase bedah)


• Bedah periodontal
• Perawatan saluran akar
5. Terapi fase III (fase restoratif)
• Restorasi final
• Gigi tiruan cekat dan lepasan
6. Evalusi respons terhadap prosedur retoratif
• Pemeriksaan peridontal
7. Terapi fase IV (fase pemeliharaan / terapi periodontal suportif)
• Kunjungan berkala
• Plak dan kalkulus
BAB IV
Penutup
4.1 Kesimpulan dan Saran

Gingivitis adalah suatu proses peradangan jaringan periodonsium yang terbatas


pada gingiva dan bersifat reversibel. Inflamasi gingiva cenderung dimulai pada papilla
interdental dan menyebar ke sekitar leher gigi. Gingivitis secara epidemiologis diderita
oleh hampir semua populasi masyarakat di dunia. Lebih dari 80% anak usia muda dan
semua populasi dewasa sudah pernah mengalami gingivitis. Faktor-faktor yang
mempengaruhi prevalensi dan derajat keparahan gingivitis adalah umur, kebersihan
mulut, pekerjaan, pendidikan, letak geografis, polusi lingkungan, dan perawatan gigi.

Selain plak sebagai faktor penyebab utama radang gusi, ada beberapa faktor
penunjang yang memudahkan akumulasi plak seperti tersangkutnya makanan disela-sela
gigi dan menimbulkan rasa sakit, gigi tiruan yang tidak baik, sikat gigi yang tidak bersih,
atau tambalan yang tidak sempurna. Sedangkan faktor fungsional yang berpengaruh
terhadap gigi pada saat berfungsi dan menyebabkan radang gusi dapat berupa gigi yang
tidak beraturan, gigi hilang tidak diganti, atau kebiasaan buruk mengunyah disaat tidur.
Selain itu faktor resiko yang menyebabkan radang gusi seperti umur, gender, ras,
merokok, genetik, hormonal (masa pubertas atau hamil), kondisi penyakit sistemik
(diabetes), pendidikan, obat-obatan, stress psikologis juga dapat berpengaruh.
Untuk pencegahan radang gusi itu sebenarnya sangat mudah, cukup dengan
menjaga kebersihan mulut kita. Karena penyebab utama radang gusi adalah plak, maka
terapi keadaan tersebut diarahkan kepembersihan plak serta mencegah
pembentukkannya, disebut sebagai mengontrol plak adalah dengan prosedur mekanik
termasuk penyikatan gigi, pemakaian benang gigi, dan tindakan pembersihan plak dan
karang gigi. Kebersihan mulut yang buruk, caries serta adanya cavitas pada gigi akan
menjadi predisposisi untuk terjadinya superinfeksi, nekrosis, rasa nyeri serta perdarahan
pada gusi.
Hadits
“Seandainya aku tidak memberati umatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk
bersiwak setiap kali berwudhu.” Al-Imam Asy-Syafi‘i rahimahullahu mengatakan: “Dalam
hadits ini ada dalil bahwa siwak tidaklah wajib. Seseorang diberi pilihan (untuk melakukan
atau meninggalkannya, pent.). Karena, jika hukumnya wajib niscaya Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam akan memerintahkan mereka, baik mereka merasa berat ataupun tidak.”
(Al-Umm, kitab Ath-Thaharah, bab As-Siwak). Kekhawatiran memberatkan umatnya
merupakan sebab yang mencegah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk mewajibkan
bersiwak ini. (Taudhihul Ahkam min Bulughil Maram, 1/195)
Bersiwak merupakan ibadah yang tidak banyak membebani, sehingga sepatutnya
seorang muslim bersemangat melakukannya dan tidak meninggalkannya. Di samping itu,
banyak faedah yang didapatkan berupa kebersihan, kesehatan, menghilangkan aroma yang
tak sedap, mewangikan mulut, memperoleh pahala dan mengikuti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. (Taisirul ‘Allam, 1/62) Banyak sekali hadits yang berbicara tentang siwak sehingga
Ibnul Mulaqqin rahimahullahu dalam Al-Badrul Munir mengatakan: “Telah disebutkan
dalam masalah siwak lebih dari seratus hadits.” (Subulus Salam, 1/63)
Daftar Pustaka

Ana C, Amoras A. 2012.The Impact of Orthodontik Treatment on Periodontal Support


Loss. Dental Press J.Orthod. vol. 17 no. 1 Maringa 2012. Available from :
http//dx.doi.org/10.1590/
Bathla, Shalu. 2012. Periodontics Revisited. JP Medical Ltd.

Carranza FA, 2006. Newman MG, Takei HH, &Klokkevold PR: Clinical Periodontology,
101" ed., W.B. Saunders Company, Philadelphia.

Chandra. 2004. Textbook of Dental and Oral Histology and Embryology. Jaypee Brothers
Publishers.

Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga

Evy Indriani V., drg, Sp.BM. 2006. Penyakit Periodontal. Bedah Mulut dan Maxillofacial.
Julianti et al. Tutorial gigi dan mulut. 2008. fakultas kedokteran universitas Riau. Pekanbaru
Mantiri SC. 2013. Status kebersihaan mulut dan status karies gigi mahasiswa pengguna alat
ortodontik cekat. Journal e-GiGi. Vol 1 No 1.
Mustaqimah DN. Infeksi dalam bidang periodonsia. JKGUI 2002:14.
Machfoedz, I & Zein, A.Y. (2005). Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-anak dan Ibu
Hamil. Yogakarta: Tramaya

Manson, J. D. dan B. M. Eley. 2013. Buku Ajar Periodonti. Jakarta: Hipokrate

Michael GN., Henry HT.,Fermin AC. 2002. Chronic Periodontitis. Carranza's clinical
periodontology-9th ed. W.B. Saunders Company: Philadelphia.

Newman, Michael G. et al. 2012. Carranza’s Clinical Periodontology 11th ed. Missouri:
Elsevier Inc. Scaling dan Pemberian Tetrasiklin pada Penderita Periodontitis
Kronis. Surabaya-Indonesia.

Nisengard, R.C., Newman, M.G., dan Sanz, M. 2006. The host respon: basic consept.
Dalam Clinical Periodontology (Carranza, F.A. dan Newman. M.G. eds.). Ed. Ke-8.
Saunders,Philadelphia. h. 111-20.

Notkins, A.L. 2003. Immunological defence and immunological injury in Herpes simplex
virus infection. Dalam Comparative Immunology of the Oral Cavity (Mergenhagen,
S.E. dan Scherp, H.W. eds.). U.S. Department of Health, Education, and Welfare,
Bethesda.h. 192-203.
Oppenheim J.J. dan Horton, J.E. 2008. Role of cellular immunity in oral disease.
DalamComparative Immunology of the Oral Cavity (Mergenhagen, S.E. dan Scherp,
H.W. eds.). U.S. Department of Health, Education, and Welfare, Bethesda. h. 221-36.

Stephen J. Gingivitis. [Online]. [2006?] [cited 2007 Oct 4]; Available


from:URL: http://www.emedicinehealth.com. Diakses tanggal 21 desember 2010
Siti Anggraeni. Plak gigi sumber penyakit gigi dan mulut. 2007. http//www.google.com.
Diakses tanggal 21 desember 2010
Wahyukundari, M.H. 2008. Perbedaan Kadar Matix Metalloproteinase-8 Setelah

Anda mungkin juga menyukai