Anda di halaman 1dari 20

PERSELISIHAN KEADILAN, KEMAMFAATAN, DAN

KEPASTIAN HUKUM DALAM PRIVATISASI SUMBER DAYA


AIR
DISPUTES JUSTICE, UTILIZATION, AND LEGAL CERTAINTY IN
THE PRIVATIZATION OF WATER RESOURCES

Husnan Wadi
Law Office Edi Rahman dan Rekan
E-mail : husnan_w@yahoo.com
Naskah diterima :20/05/2014; revisi : 20/06/2014/; disetujui : 29/07/2014

Abstract
Justice is like water that never dry to talk, especially when it touches the basic necessities that
are inseparable from the lives of both humans and other biological organisms. Privatization by
investors when correlated with the law sometimes has problems of its own. How justice should
be placed by not forgetting one of the most important elements of life. Will Law Number 7 of
2004 and the Constitution of 1945 of NRI, how is social justice and certainty guaranteed by the
state if things become a basic need of human needs that are privatized by investors?. Unbalanced
retribution will mortgage unorganized justice values that into an opportunity to abuse the
regulations rather than the legal subjects freedom in getting added value for certain people. Justice,
utilization, and certainty are not to negate one to another that may result in other victims.

Keywords: Privatization, Water and Law


Abstrak
Keadilan seperti ibarat air yang tidak pernah kering untuk bicarakan, apalagi ketika keadilan
itu menyentuh pada kebutuhan dasar yang tidak terpisahkan dari kehidupan baik manusia
maupun mahluk biologis lainya. Privatisasi oleh pemilik modal saat berkorelasi dengan
hukum kadang memiliki masalah tersendiri. Bagaimana keadilan seharusnya ditempatkan
dengan tidak melupakan salah satu unsur terpenting dari kehidupan. Akankah undang-
undang Nomor 7 Tahun 2004 dengan UUD 1945 NRI, bagaimana keadilan sosial dan
kepastian yang harus terjamin oleh negara jika hal-hal yang menjadi kebutuhan dasar
dari kebutuhan manusia itu terprivatisasi oleh pemodal?. Retribusi yang tidak berimbang
akan menggadaikan nilai-nilai keadilan yang tidak teroganisir menjadi peluang bagi
penyalahgunaan regulasi yang mendasari daripada kebebasan subyek hukum dalam
mendapatkan nilai tambah bagi segelintir orang. Keadilan, kemanfaatan dan kepastian
tidaklah untuk menegasikan yang satu dengan yang lainya sehingga memunculkan koraban
bagi yang lainya.

Key Word : Privatisasi, Air dan Hukum


PENDAHULUAN nusia di muka bumi. Air yang keberadaan-
nya merupakan amanat dan karunia sang
Air dalam sejarah kehidupan manusia
Pencipta untuk dimanfaatkan dan dijaga
memiliki posisi sentral dan merupakan
kelestariannya demi kelangsungan hidup
jaminan keberlangsungan kehidupan ma-
manusia itu sendiri. Maka pengelolaan dan

IUS 219 Kajian Hukum dan Keadilan


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 219~239

penguasaan dan pemilikan atas sumber- nasional makin berubah orientasi pan­
sumber air seharusnya juga diusahakan dangan tradisional tentang air. Pandangan
bersama. tradisional tentang air cenderung diting­
gal­
kan, karena air tidak sekedar hanya
Pada masa sekarang dan tahun–tahun
Publik Good, tetapi sudah menjadi komo­
mendatang terdapat persoalan pemenuhan
ditas ekonomi, yang memiliki nilai pasar
kebutuhan pokok yang besar bagi Indone-
dan dapat diperdagangkan.2
sia dan bagi Negara–negara di dunia lain,
yaitu kelangkaan air. Persoalan akses air Paradigma tradisional ini bertentangan
yang semakin terbatas dihadapi banyak dengan paradigma pengelolaan air modern
orang, dikarenakan air menjadi semakin yang berdasarkan pada nilai ekonomi inti-
mahal akibat komersialisasi dan privatisasirisik (intirinsic value) dari air, yang di-
sumber daya air yang meluas. dasarkan pada asumsi adanya keterbatasan
dan kelangkaan air (limited and scarcity
Sementara itu, krisis lingkungan hidup
water) serta dibutuhkannya investasi atau
dan kegagalan pengelolaan air akan me­
penyediaan air bersih, sebagai pemenuhan
micu konflik sosial antar wilayah yang
hak atas setiap warga Negara.3 Fenomena
tidak terhindarkan, manakala pengelolaan
krisis sumber daya air telah banyak terjadi
air pada satuan Daerah Aliran Sungai
di berbagai belahan dunia. Indonesia ter-
(DAS) antara hulu dan hilir tidak meng­
masuk dalam Negara di dunia yang kaya
indahkan tata kerama, ekonomi dan sosial
air, namun beberapa daerah di Indonesia
yang men­cukupi. Air merupakan sumber
telah mengalami krisis sumber daya air.
daya strategis, namun tidak cukup jika air
Hal ini tentunya tidak lepas dari semakin
hanya dinilai sekedar sumber daya semata­.
meningkatnya pertumbuhan jumlah pen-
Makna air lebih dari itu. Air merupakan
duduk dan peningkatan pembangunan
sumber kebutuhan dasar manusia karena
ekonomi yang cenderung fokus pada pen­
hampir seluruh segi kehidupan manusia
dapatan perkapita serta mengabaikan indi-
membutuhkan air. Namun, kecenderung­
kator-indikator sosial.4
an air disia-siakan ketika berlimpah dan
dicari ketika langka. Kecenderungan itu Perubahan cara pandang terhadap air
jadi karena air sebagai Publik Good, yang awalnya merupakan barang publik
ter­
yang tidak dapat dimiliki oleh siapapun, menjadi barang ekonomi ini membuat pe­
tidak ada ketersaingan, dan memiliki Pro­ lak­ sanaan pengelolaan air dengan me­
perty Right yang lemah, sehingga tidak ja­ nerap­kan kebijakan insentif dan di­si­
rang air diperlakukan sebagai sumber daya nsentif. Kelangkaan air dijadikan alasan
dengan kepemilikan bersama (Global Com­ utama terhadap perubahan cara pandang
mons), yaitu sumber daya yang di­ kelola terhadap air. Kebijakan mengenai sumber
secara kolektif, bukan untuk dijual atau daya air di Indonesia terdapat dalam UUD
di­
perdagangkan guna memperoleh ke­ 1945 Pasal 33 ayat (3) yang mengamanat­
untungan.1 kan bahwa sumber daya air dikuasai oleh
Negara dan dipergunakan untuk sebesar-
Adanya Undang-undang No. 7 Tahun
besar kemakmuran rakyat. Secara tersirat,
2004 tentang Sumber Daya Air tidak dapat
konsep kepemilikan sumber daya air di
mem­ berikan pencerahan yang jelas ten­
Indonesia menyatakan bahwa sumber daya
tang status dan posisi sumber daya air dan
air merupakan milik Tuhan Yang Maha
bahkan, adanya berbagai Konvenan Inter­
2
Ibid.,
1
Bunasor Sanim, Sumber Daya Air dan Kesejahteraan 3
Ibid.,
Publik (Suatu Tinjauan Teoritis dan Kajian Praktis), 4
Ajeng Kartika et al. Ekonomi Sumber Daya Air
Cetakan I, IPB Press, Bogor, 2011, hlm. Xviii-xix Perspektif Islam, UB Press, Malang, 2013, hlm. v

220 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Husnan Wadi | Perselisihan Keadilan, Kemamfaatan, dan Kepastian Hukum dalam Privatisasi .......

Esa. Negara memiliki kewajiban mengelola melihat bahwa air merupakan komoditas
dan mendistribusikan secara adil bagi yang memiliki potensi ekonomi tinggi. In-
kesejahteraan seluruh rakyat. Pasal ter­ strumen Hak Guna Pakai dalam UU No. 7
sebut secara jelas menyatakan bahwa Tahun 2004 berimplikasi pada pemerintah
setiap warga Negara memiliki hak yang yang membatasi bentuk dan jumlah peng-
sama untuk mengakses sumber daya alam gunaan air oleh masyarakat. Di luar
di Indonesia, khususnya air.5 ­batasan kriteria pengguna sehari-hari dan
pertanian rakyat yang ditentukan Pemerin-
Kebijakan turunan dari UUD 1945
tah.7 Selanjutnya dengan adanya instru-
Pasal 33 ayat (3) mengenai sumber daya
men hak guna usaha sumber daya air
air juga terdapat pada UU Pokok Agraria
dalam UU No. 7 Tahun 2004 telah mem-
Tahun 1960. Pengertian pokok agrarian
beri ruang yang luas bagi swasta untuk
bukan sekedar tanah, tetapi juga air dan
menguasai sumber-sumber air (air, tanah,
ruang angkasa. Pengaturan air dalam
segala bentuk air permukaan, dan se­
UUPA termuat dalam Pasal 1 ayat (2) dan
bagian badan sungai). Kemudahan per­
(3). Ayat (2) berbunyi:
ijinan pemerintah dalam pengelolaan sum-
“Seluruh bumi, air dan ruang angkasa ber daya air bagi pihak swasta dalam satu
termasuk kekayaan alam yang ter­ dekade terakhir ini, telah berdampak pada
kandung didalamnya dalam wilayah eksploitasi sumber daya air yang berlebi-
RI, sebagai karunia Tuhan Yang han serta terabaikannya hak rakyat untuk
Maha Esa merupakan kekayaan mengakses air bagi pemenuhan kebutuhan
nasional.” sehari-hari dan memproduksi bahan
­pangan.8
Dan ayat (3) berbunyi:
UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber
“Hubungan antar bangsa Indonesia Daya Air telah berhasil memenuhi keingi-
dengan bumi, air dan ruang angkasa nan dari perusahaan multinasional beserta
termasuk dalam ayat (2) adalah rezim perdagangan bebas (Bank Dunia dan
hubungan yang bersifat abadi.” lembaga keuangan internasional) untuk
UU Pokok Agraria mengatur dan men­ jadikan air sebagai komoditas yang
menyelenggarakan peruntukan pengguna, me­nguntungkan. Komersialisasi dan priva-
per­
sediaan dan pemeliharaan air, serta tisasi air oleh pihak swasta lebih cender-
me­nentukan dan mengatur hubungan- ung menempatkan air sebagai fungsi eko-
hubungan hukum antara orang-orang dan nomi ketimbang fungsi sosial. Perkemban-
perbuatan hukum mengenai air. Dengan gan yang kini terjadi terkait sumber daya
kata lain, kebijakan ini mengatur hak-hak air adalah semakin langkanya air bersih
penguasaan atas air. Kebijakan ini meng­ dan distribusinya yang menunjukkan ke­
akui hak ulayat atau hak adat atas air.6 tidakadilan. Hal ini terlihat dari banyak­
nya rakyat Indonesia yang belum bisa
Pada tahun 2004 terbit kebijakan lebih mengakses air.9
spesifik di sektor sumber daya air. UU No.
7 tahun 2004 tentang Sumber daya Air Salah satu undang-undang yang di­
memuat adanya dua jenis hak guna sum- bentuk dalam rangka melaksanakan keten­
ber daya air, yaitu hak guna pakai dan hak tuan Pasal 33 UUD 1945 adalah UU No. 7
guna usaha. Kebijakan tersebut tampak di- tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
dominasi oleh kepentingan ekonomis yang Namun undang-undang yang disahkan
7
Ibid., hlm. vii
5
Ibid., 8
Ibid.,
6
Ibid., hlm. vi 9
Ibid.,

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 221


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 219~239

pada tanggal 19 Februari 2004 dan di­ alisasi. Liberalisasi dalam hal konsesi dan
undang­kan pada tanggal 18 Maret 2004 ini perluasan peran privat, pasar air, hak
menuai banyak kontroversi karena ter­ in­
­ di­­
vidual atas air, dan penguasaan air.
dapat beberapa pasal yang diindikasikan Liber­­alis memandang air adalah­ komo­ditas,
akan memicu privatisasi10 pengelolaan air akses privat harus dibuka, ­pemerin­tah se-
dan komersialisasi air yang bertentangan batas fasilitator dan regulator. Dalam­
dengan semangat Pasal 33 ayat (2) dan (3) ­sistem kepemilikan dan oprasi publik, ine-
UUD 1945. fisiensi air tinggi dan efisiensi administrasi
mencegah otoritas menguasai air.12
Lambannya reformasi institusi dan keti-
dak pastian legal formal di sektor air, se- Kondisi ini secara nyata menunjukkan
cara bersamaan privatisasi air sendiri adanya ketidaksingkronan antara UUD
­sudah dijalankan oleh pemerintah Indone- 1945 Pasal 33 ayat (2) dan (3) dengan UU
sia, khususnya privatisasi Perusahaan Dae­ No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber daya
rah Air Minum (PDAM) antara lain: Air. Terjadinya ketidaksingkronan ini
karena UU No. 7 Tahun 2004 tentang
1) Tahun 1997, World Bank mensponsori
Sum­ber daya Air ini tidak dapat mengem-
privatisasi air di Jakarta, dibagi kepada
ban amanat Negara yang dimandatkan
Thames Water (Inggris), dan Suez-Lyon­
dalam UUD 1945. Seharusnya UUD 1945
naise (France).
Pasal 33 merupakan landasan kebijakan-
2) Privatisasi PDAM Batam dan Pa­
lem­ ke­bija­kan terkait dengan sumber daya air
bang oleh Biwater (Inggris). yang merupakan salah satu hajat hidup
3) Privatisasi PDAM Pekanbaru dan ma­ rakyat. Konstitusi di Indonesia menganut
nado (masih dalam proses). paham atau ideology Negara kesejah­teraan,
dan jelas disebutkan bahwa kekayaan alam
4) Privatisasi air oleh Ondo-Suez yang bero- (termasuk sumber daya air) dikuasai Nega-
prasi di Jakarta, Medan, Semarang, dan ra untuk kesejahteraan seluruh r­ akyat.13
tanggerang, serta
Untuk menjaga Pasal 33 UUD 1945
5) Privatisasi air di Sidoarjo oleh Vivendi
khususnya, dan konstitusi pada umum-
(France).11
nya, amandemen UUD 1945 yang ketiga
Pengelolaan sumber daya air secara pri- telah mengakomodasi terbentuknya Mah-
vatisasi ini sendiri di banyak Negara men- kamah Konstitusi sebagai sebuah lembaga
imbulkan perdebatan pro-kontra. Tidak baru dalam system ketatanegaraan Indo­
hanya di Negara sedang berkembang, din- nesia, di mana salah satu fungsinya adalah
egara maju pun tidak sedikit perdebatan untuk menguji Undang-undang terhadap
muncul tentang pro-kontra privatisasi. Pri- Undang-undang Dasar, kemudian fungsi
vatisasi air bersih adalah manifestasi liber- ini lebih dikenal dengan istilah Judicial
Riview. Keberadaan Mahkamah Konstitusi
10
Elly Erawati dan J.S. Badudu secara etimologi men- dengan kewenanganya melakukan peng­
guraikan arti kata privatisasi sebagai terjemahan dari
privatization yakni “Proses perubahan bentuk diikuti ujian undang-undang terhadap UUD 1945
dengan pengalihan hak-hak dari suatu perusahaan mi- disebuts sebagai kewenangan Mahkamah
lik negara menjadi perusahaan swasta; penyerahan pen-
gelolaaan sektor-sektor ekonomi tertentu kepada pihak Konstitusi sebagai penjaga konstitusi (The
swasta.” Elly Erawat dan J.S. Badudu, Kamus Hukum Guardian of Constitution) dan penafsiran
Ekonomi, dalam Winarno Yudho et. Al, Privatisasi Ke-
tenagalistrikan, Minyak dan Gas Bumi: Dalam Perspektif
Peraturan Perundang-undangan, Kebijakan Politik Pemer-
inta, dan Penerapannya Di Indonesia, bekerjasama den-
gan Konrad-Adenauer-Stiftung, Jakarta, 2005, hlm 5.
11
Bunansor Sanim, Op, Cit, hlm. 71 12
Ibid., hlm. 75
13
Ajeng Kartika, Op, Cit, hlm. vii

222 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Husnan Wadi | Perselisihan Keadilan, Kemamfaatan, dan Kepastian Hukum dalam Privatisasi .......

kon­stitusi (The Sale of Interpreter Consti­ (dog­ ma atau doktrin) hukum. Penelitian
tution).14 ­hukum normatif juga dapat berupa usaha
untuk menemukan hukum In concerto
Oleh karena itu, beberapa Lembaga
berkaitan dengan pengelolaan sumber daya
Swa­ daya Masyarakat (LSM) mengajukan
air dan layak diterapkan untuk menyele-
uji materil UU Sumber Daya Air (UU
saikan perkara hukum tertentu.17
SDA) ke Mahkamah Konstitusi untuk
meng­ uji konstitusionalitas UU SDA ter­ Spesifikasi penelitian ini bersifat des­
hadap Pasal 33 UUD 1945. Bahkan krip­tif analitis, karena dalam penelitian
undang-undang ini mencetak rekor sebagai ini akan digambarkan/dilukiskan fakta-
undang-undang yang paling banyak di uji fakta di lapangan mengenai hak menguasai
materil­kan di Mahkamah Konstitusi. Ter­ negara terhadap sumber daya (air) atas
dapat 19 pasal yang diminta uji materil. hasil pengelolaan sumber daya air kaitan-
Setelah melalui persidangan yang cukup nya dengan Undang-Undang Nomor 7
panjang akhirnya pada tanggal 13 Juli ­Ta­hun 2004 tentang Pengelolaan Sumber
2005 majelis hakim membacakan putusan Daya Air mengenai penguasaan dan
yang menolak permohonan pembatalan ­we­wenang atas sumber daya air.
UU SDA karena majelis hakim meng­ang­
Untuk mengkaji permasalahan dalam
gap UU SDA tidak bertentangan dengan
penelitian ini maka Pendekatan yang di­
Pasal 33 UUD 1945. Dalam per­timbangan
gunakan adalah :
hukumnya bahwa majelis hakim ber­
pendapat bahwa tidak terjadi privatisasi a. Pendekatan perundang-undangan (sta­­­
dan komersialisasi terhadap sumber daya tute approach). Pendekatan per­undang –
air akibat diberlakukanya UU No. 7 Tahun undangan ini diperlukan untuk meng­
2004 tentang Sumber Daya Air.15 kaji dameneliti peraturan per
undang-undangan yang berkaitan de­
Berdasarkan fenomena di atas, penulis
ngan Aspek Hukum Privatisasi Pe­nge­
merasa tertarik untuk melakukan peneli-
lolaan Sumber Daya Air Menurut
tian tentang perselisihan keadilan, kemam-
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004
faatan, dan kepastian hukum dalam pri­
Tentang Sumber Daya Air Perspektif
vatisasi sumber daya air ?”
UUD 1945, serta peraturan per­un­
Penelitian hukum dalam studi ini meng- dang-undangan lain yang terkait. Untuk
gunakan penelitian hukum normatif16. itu peneliti melihat hukum sebagai sis-
Penelitian hukum normatif merupakan pe­ tim tertutup yang mempunyai sifat-sifat
nelitian dengan melakukan investarisasi comprehensive norma-norma hukum
hukum positif, serta penelitian yang ber­ yang ada di dalamnya terkait antara
usaha menemukan asas-asas, falsafah satu dengan lain secara logis dan ko­
heren serta systematic, dan all-inclu-
14
Afnanul Huda, Konsep Penguasaan Negara Atas sive. Di samping bertautan, konsisten
Sumber daya Air Dalam Perspektif Islam, (Analisis antara satu dengan lainnya, norma-­
Putusan Mahkamah Konstitusi No. 058, 059, 060,
063/PUU-II/2004 dan No. 008/PUU-III/2005 tentang norma hukum tersebut juga tersusun
Pengujian UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber secara heararkis.18
daya Air (Skripsi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah), Jakarta, 2011, hlm. 4-5.
15
Ibid., hlm. 6
16
Penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang 17
Soetanndyo, Wingyosoebroto, Hukum, Paradigma,
dilakukan dengan mengkaji ketentuan perundang-un- Methode, dan Dinamika Masalahnya, Jakarta, HUMA,
dangan (inabstracto) serta melihat fakta-fakta hukum 2002, hlm. 17.
yang terjadi dilapangan (inconcreto), Lihat dalam Su- 18
Johnny Ibrahim, teori dan Metode Penelitian
dikno Mertokusumo, Penelitian Hukum, Yogyakarta, Hukum Normatif, Malang, Boymedia Publishing, 2006,
Liberty, 2004, hlm. 29 hlm.303

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 223


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 219~239

b. Pendekatan perundang-undangan da­ yang digunakan untuk mengetahui


lam penelitian ini akan digunakan dan mengkaji bagaimana perkem-
untuk menggali dan mengungkapkan bagan hukum dan latar belakang
substansi norma-norma hukum yang ­lahirnya privatisasi terhadap sumber
menyangkut tentang aspek hukum daya air di Indonesia. Dalam konteks
Privatisasi Pengelolaan Sumber Daya penelitian ini adalah mengenai priva-
Air Menurut Undang-Undang No­ tisasi sumber daya air yang terkan-
mor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber dung dalam UU No. 7 Tahun 2004
Daya Air Perspektif UUD 1945. tentang Sumber Daya Air perspektif
c. Pendekatan Konsep (conceptual ap- UUD 1945.
proach) yaitu suatu pendekatan f. Pendekatan Kasus (Case Approach),
dengan memahami unsur-unsur ab-
­ yaitu suatu pendekatan yang di­
strak yang ada dalam pikiran. Me­ gunakan untuk mengetahui pener-
nurut Ayn Rand, secara filsafat apan norma-norma atau kaidah-­
konsep merupakan integrasi men- kaidah hukum yang dilakukan dalam
tal atas dua unit atau lebih yang di- praktek hukum. Dalam konteks
isolasikan menurut ciri khas dan penelitian ini adalah perselisihan ke-
yang disatukan dengan definisi yang adilan, kemamfaatan dan kepastian
khas. Pendekatan konsep (concep- hukum pengelolaan sumber daya air.
tual ­approach) dalam penelitian ini
dimaksudkan untuk mengkaji kon- PEMBAHASAN
sep yang berkaitan dengan Aspek
Perselisihan Keadilan, Kemanfaatan,
­Hukum Privatisasi Pengelolaan Sum-
dan Kepastian Hukum Dalam Privatisasi
ber Daya Air Menurut Undang-Un-
Pengelolaan Sumber Daya Air dari be­
dang Nomor 7 Tahun 2004 Tentang
berapa pendekatan antara lain adalah:
Sumber Daya Air Perspektif UUD
1945. A. Keadilan, perspektif UUD NRI 45.
d. Pendekatan Analitis (analytical ap­
pro­ach), yaitu suatu pendekatan Hak menguasai negara atau hak negara
yang digunakan untuk mencari ha­ untuk menguasai pengeloaan sumber daya
kekat, dan makna yang ter­kan­dung air Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, menjadi
dalam peraturan per­
undang-un­ landasan konstitusional mengenai peng­
dangan secara konseptual, se­kaligus uasaan negara atas sumber daya alam. Fra-
me­ ngetahui penerapannya dalam sa : “Bumi dan air dan kekayaan alam
prak­tek dan putusan hukum. Dalam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
konteks penelitian ini, yang akan negara dan dipergunakan untuk se­ besar-
dilakukan dengan pendekatan ana­ besarnya kemakmuran rakyat”, ini men­
litis adalah menganalisis pe­
ngertian jadikan frasa doktrinal, yang men­jadikan
­hukum, asas hukum, kaidah hukum landasan filosofis, sosiologis dan yuridis
dan konsep hukum yang berkaitan dalam pengelolaaan sumber daya alam In-
dengan aspek hukum Privatisasi Pe­ donesia. Pasal ini menjadi meta-norm un-
ngelolaan Sumber Daya Air Menurut tuk meletakkan rasa keadilan masya­rakat
Undang-Undang Nomor 7 Tahun terhadap penguasaan sumber­daya kolektif.
2004 Tentang Sumber Daya Air Maka seluruh undang-undang sektoral
Perspektif UUD 1945. yang menjabarkan makna pasal 33 ayat (3)
termasuk di dalamnya Undang-undang No.
e. Pendekatan Sejarah (Historical Ap-
7 Tahun 2004 tentang Pe­ngelolaan Sumber
proach), yaitu suatu pendekatan

224 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Husnan Wadi | Perselisihan Keadilan, Kemamfaatan, dan Kepastian Hukum dalam Privatisasi .......

Daya Air tujuan hukum tertingginya itu sudah tidak lagi bersifat individual,
adalah keadilan sosial. Oleh Gustav Rad- melainkan sosial bahkan struktural.23
bruch di dalam ajarannya tentang filosofi
Keadilan sosial adalah keadilan yang
konsep hukum dan ga­ gasan hukum, di-
pelaksanaanya tidal lagi tergantung pada
katakan “the idea of law is defined through a
kehendak pribadi, atau pada kebaikan-
triad of justice, utility and certainty.”Nilai
kebaikan individu yang bersifat adil,
utilitas atau kemamfaatan muncul dari
tetapi sudah bersifat struktural.24 Artinya,
analisis tentang nilai keadilan.19
pelaksanaan keadilan sosial tersebut
Perselisihan keadilan, kemamfaatan, sangat tergantung kepada penciptaan stru­
dan kepastian berdasarkan pertimbangan ktur sosial yang adil. Jika ada yang ketidak
Common sense20 bergerak di ranah kemas­ adilan sosial, penyebabnya adalah struktur
lahatan dan atau kemamfaatan, maka apa­ -struktur sosial yang tidak adil.
bila aturan, mamfaatannya lebih besar
Berdasarkan pada Tap MPR No. IX Ta-
hendaknya diabdikan pada kepastian. Ke­
hun 200125, salah satu nilai yang harus di-
mamfaatan hukum harus menciptakan
tuangkan dalam sistem peraturan per­
kepastian. Peraturan yang bermanfaat dan
undang-undangan di bidang pengelolaan
menciptakan kepastian harus diabdikan
sumber daya alam termasuk SDA adalah
untuk keadilan.21
nilai keadilan. Menurut Sudharto P.
Nilai keadilan kolektif sangat ter­ ­Hadi26, hukum yang baik (good norm)
gantung dari peranan negara melalui adalah hukum yang memuat prinsip-prin-
pengkondisian struktur sosial pada masya­ sip keberlanjutan, berkeadilan, dan de-
rakat tertentu. Bukan tergantung kemauan mokratis. Hal itu dapat dicapai jika pe­
individu-individu. Sementara, keadilan in­ nyusunannya mengikutsertakan berbagai
di­­
vidu ditentukan oleh masing-masing pihak terkait sejak awal (good Process).
individu dalam melakukan interaksi di­ Jadi nilai keadilan, sangat relevan untuk
antara mereka. Adanya keadilan, terutama dijadikan sebagai basis utama dan yang
keadilan sosial merupakan prasyarat untuk tertinggi dalam pemanfaatan Sumber ­Daya
berlangsungnya (sustainibility)22 suatu ko­ Air.
mu­nitas tertentu karena komunitas ter­
Masalah pokok keadilan sosial adalah
sebut dalam keadaan tertib dan dinamis.
pembagian (distribusi) nikmat dan beban
Jika yang dibicarakan adalah keadilan se­
dalam masyarakat yang oleh Brian Barry di
bagai penomena sosiologis, maka keadilan
rangkum dalam tiga kelompok yaitu : (1)
ekonomi (uang); (2) politik (kuasa); dan
sosial (status).27 Marxisme memandang ke-
19
http//www.widhihandoko.com diambil tanggal 18
agustus 2014 adilan bukan dari aspek distribusinya te­
20
Common Sense bagi Plato adalah pendapat umum tapi dari aspek produksi. Distribusi masih
(Common Opinion) yaitu suatu pengetahuan yang
merupakan hasil persepsi orang kebanyakan (the man
in the street). Tentang suatu objek yang dicerap langsung 23
Ibid,
oleh subjek yang sifatnya sederhana yaitu hanya 24
Ibid, hlm.2
merupakan gambaran (copy) objek yang real aktual, 25
Berdasarkan Tap MPR NO. 1 Tahun 2003, yang
(http//www. 1duy.wordpress.com) dikenal dengan Tap Sapujagat, meskipun secara formal
21
Hasil wawancara dengan Hayyanul haq pada UU No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan
tanggal 10 Juni 2014. Perundang-undangan tidak menyebut lagi ketetapan
22
Makalah disampaikan dalam seminar dan pelatihan MPR sebagai Peraturan Perundang-undangan, Tap MPR
pemamfaatan Rawapening sebagai potensi lokal sebagai No. IX Tahun 2001 termasuk Tap yang masih berlaku
pemberdayaan ekonomi perempuan dalam rangka terbentuknya UU Sumber Daya Alam.
peningkatan Networking pada Program Revitalisasi 26
Sudharto P. Hadi, Dimensi Hukum Pembangunan
Pusat Studi Wanita Gender di Salatiga Tanggal 23 Berkelanjutan, BP UNDIP, Semarang, 2002 hlm.v.
November 2010. Di tulis oleh suteki, Guru Besar Ilmu 27 Brian Barry, Theories Of Justice, Harvester-
Hukum (Hukum dan Masyarakat) UNDIP. Wheatssheaf, London, 1989, Vol. I, hlm.146.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 225


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 219~239

­ isa diatur dan diperbaiki (fiskal progresif,


b ­ukum secara umum kemanfaatan dan
h
misalnya), tetapi selama produksi berada kepastian hukum tidak boleh saling ber-
ditangan kapitalis, selama itupula ada tentangan dengan keadilan, demikian juga
­masalah dengan keadilan.28 Privatisai Air dengan kepastian hukum tidak boleh ber-
Minum hanya merupakan salah satu tentangan dengan kemanfaatan. Oleh Gus-
­contoh. Dari beberapa definisi tentang ke­ tav Radbruch ini dikenal dengan ajaran
adilan tentunya ada pendukung maupun prioritas baku.29
tidak, sesuai dengan cara pandang dari
­
Gustav Radbruch memberikan kontri­
masing-masing orang memandang keadilan
busi besar tentang cita dasar hukum, yak­
itu dari sisi mana. Karena sedimikian
ni keadilan, kemanfaatan, dan kepastian.
abs­
­ traknya tentang keadilan sama
Pemikiran Gustav Radbruch tentang tiga
ab­
­ strak­
nya hukum dan karena sifatnya
cita hukum itu diterima luas dalam kala­
yang subjektif maka tidak dapat dinilai se-
ngan hukum dan menjadi dasar per­
cara kongkrit oleh setiap orang namun
timbangan setiap pembuatan aturan hu­
cara pandang dari masing-masing orang
kum. Nilai keadilan secara tradisional
tentang keadilan itu sebagai suatu nilai
sudah diperbicangkan sebelum era hukum
yang etis sesuai yang dianut oleh individu
modern, bahkan sudah sejak masa ribuan
dalam masyarakat
tahun lalu. Kemanfaatan mulai diper­
B Keadilan Menurut Ajaran Hukum Gus­ bincangkan pada masa Utilitarian. Sedang­
tav Radbruch. kan kepastian hukum mulai ditekankan
bersamaan dengan ber­kem­bangnya hukum
Gustav Radbruch, adalah seorang filsuf modern menyebabkan rasionalisasi di
hukum berkebangsaan Jerman dia menga- bidang hukum, hukum harus bisa dipre­
jarkan tiga ide dasar hukum, yang oleh se- diksi dan dikalkulasi, mem­buka pintu bagi
bagian besar para pakar teori dan filsafat masuknya per­ masalahan yang tidak ada
hukum sebagai tujuan hukum yaitu keadi- sebelumnya, yakni kepastian hukum.
lan, kemanfaatan dan kepastian hukum.
Namun mengundang pertanyaan besar:
Dari ketiga ide dasar tersebut tentu ma- apakah jika norma hukum koheren-kon-
sing-masing mempunyai makna yang ber- sisten, komprehensif, dan antar elemen
beda-beda dan tidak saling bertentangan tidak saling menegasikan-apakah masih
­
satu sama lain antara keadilan, keman- membuka perselisihan antara keadilan,
faatan dan kepastian hukum tentunya ada kemanfaatan, dan kepastian hukum?
pemikiran bahwa dari ketiga ide tersebut
mana yang lebih dulu apakah keadilan C. Konsep Hak Menguasai Negara Atas
atau kemanfaatan ataukah kepastian SDA
­hukum ?. Namun dalam prakteknya sering
Konsep “hak menguasai negara” atas
berbenturan satu sama lain karena masing-
sumber daya alam di Indonesia ditujukan
masing ahli hukum sering beda pandangan
untuk kesejahteraan rakyat yang berke­
dalam hal ini ada yang mengatakan bahwa
adilan. Konsep “menguasai oleh negara”
kepastian hukum baru kemanfaatan bar­
yang tertuang didalam Undang-Undang
ulah keadilan, namun oleh Gustav Rad-
Dasar 1945 lebih terfokus pada mengurus
bruch mengatakan bahwa dari asas priori-
dan mengelola sumber daya air yang di­
tas tersebut harus diikuti mulai dari ke­
tujukan untuk kesejahteraan seluruh
adilan, kemanfaatan dan kepastian
28
Bur Rasuanto, “Keadilan Sosial: Pandangan 29
Bernard l. Tanya, dkk, Teori Hukum Strategi Tertib
Deontologis Rawls dan Habermas”, (Disertasi Doktor Manusia Lintas ruang dan generasi, Yogyakarta: Genta
Universitas Indonesia, Jakarta, 1999), hlm. 52. Publishing 2010. Hlm.129

226 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Husnan Wadi | Perselisihan Keadilan, Kemamfaatan, dan Kepastian Hukum dalam Privatisasi .......

­ arga m
w ­ asyarakat, hal tersebut sesuai negara dan pengusahaan (produksi) di-
dengan teori negara kesejahteraan, yang dasarkan pada kolektifitas, yaitu diker-
berpendapat bahwa negara dibentuk atau jakan oleh semua, di bawah pimpinan
didirikan dengan tujuan untuk mensejah­ atau pemilikan anggota–anggota masyara-
terakan seluruh warga masyarakat. Demi­ kat yang pada akhirnya ditujukan guna
kian juga pendapat ahli hukum Jeremy mewujudkan kemakmuran rakyat. Hal
Bentham penganut aliran utilitis hukum tersebut sebagaimana tercantum sebagai
harus juga mengusahakan kebahagiaan berikut :
maksimum bagi tiap-tiap orang the greates
“Dalam pasal 33 tercantum dasar
happiness of the greatest number, pena­
­demokrasi ekonomi, di mana produksi
nganannya didasarkan pada filsafat sosial
dikerjakan oleh semua, untuk semua,
bahwa setiap warga masyarakat mencari
di bawah pimpinan atau pemilikan
kebahagiaan dan hukum merupakan salah
anggota-anggota masyarakat. Kemak-
satu alatnya.30 Inilah standar etik dan yuri-
muran masyarakatlah yang diuta-
dis dalam kehidupan sosial.
makan, bukan kemakmuran orang-
Hak-hak individu harus dilindungi seorang. Oleh sebab itu, perekonomian
dalam kerangka memenuhi kebutuhan disususun sebagai usaha bersama ber-
-kebutuhan nya.31 Kesejahteraan lahir dan dasar atas asas kekeluargaan. Bangun
batin merupakan hak dasar manusia yang perusahaan yang sesuai dengan itu
diatur dalam Pasal 28 H ayat (1) Undang- adalah koperasi. Perekonomian ber-
Undang Dasar 1945 (Amandemen Ke- dasar atas demokrasi ekonomi, ke-
dua), selain itu ditegaskan pula dalam makmuran bagi segala orang. Oleh se-
Pasal 2 Undang-Undang Nomor 39 Tahun bab itu, cabang-cabang produksi yang
1999 tentang Hak Asasi Manusia bahwa penting dan yang menguasai hidup
kesejahteraan dan kebahagiaan diakui dan orang banyak harus dikuasai oleh
dijunjung tinggi oleh Negara Republik negara dan digunakan sebesar-besar
­
Indonesia sebagai hak asasi manusia dan kemakmuran rakyat”.33
kebebasan dasar manusia yang secara
Hadirnya Mahkamah Konstitusi sebagai
kodrati melekat pada manusia, sehingga
pengawal konstitusi menjadi otoritas yang
harus dilindungi dan dihormati oleh siapa­
kemudian memberikan tafsir atas “pen-
pun. Kesejahteraan lahir batin merupakan
guasaan negara” sebagaimana dinyatakan
tujuan dari teori negara kesejahteraan,
dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945. Tafsir
prinsip ini sesuai pula dengan asas kese­
atas “penguasaan negara” beragam se­
imbangan individu, masyarakat, pe­nguasa
belum adanya tafsir resmi Mahkamah
dan Yang Maha Kuasa yang tertuang dalam
Konstitusi terhadap Frasa “penguasaan
­
Pancasila Sila Ke-satu, Ke-tiga dan Kelima
­negara” dalam pasal 33 ayat (2) dan ayat
(Sila I Ketuhanan Yang Maha Esa, Sila III
(3) UUD RI 1945. Mahkamah Konstitusi
Persatuan Indonesia, Sila V Keadilan
pun melalui putusan Nomor 001-021-022/
Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia).
PUU-I/2003 memberikan tafsir atas frasa “
Dalam Penjelasan Pasal 33 sebelum dia- dikuasai oleh negara” dalam pasal 33 UUD
mandemen32 bahwa perinsip penguasaan 1945.
30
Ahmad Ali, Of, Cit, .hlm.273
31
Baca S. Prakash Sinha dalam, Bernard L.Tanya,
Yoan N. Simanjuntak, dan Markus Y. Hage, TEORI
HUKUM Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang dan UUD NRI 1945 saat ini berisi kan batang tubuh saja
Generasi, Yogyakarta, Genta Publishing 2010, hlm. 91 tanpa Penjelasan Umum dan Penjelasan Pasal demi pasal.
32
Pada Sidang Majlis Permusyawaratan Rakyat 33
Penjelasan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara
Bagian Penjelasan UUD NRI 1945 dihilangkan, sehingga Republik Indonesia Tahun 1945 sebelum amandemen.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 227


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 219~239

Perkataan ”dikuasai oleh negara” harus­ a. Mengatur dan menyelenggarakan


lah diartikan mencakup makna penguasa­ peruntukan, penggunaan, per­
an oleh negara dalam arti luas yang sediaan, dan pemeliharaan bumi,
bersumber dan berasal dari konsepsi ke­ air, dan ruang angkasa tersebut.
daulatan rakyat Indonesia atas segala b. Menentukan dan mengatur hubu­
sumber kekayaan “bumi dan air dan ke­ ngan–hubungan hukum antara
kayaan alam yang terkandung didalam­ orang-orang dengan bumi, air,
nya”, termasuk pula didalamnya penger­ dan ruang angkasa.
tian kepemilikan publik oleh kolektivitas
rakyat atas sumber-sumber kekayaan di­ c. Menentukan dan mengatur hubu­
maksud. Rakyat secara kolektif itu di­kon­ ngan–hubungan hukum antara
struksikan oleh UUD 1945 mem­ berikan orang–orang dan perbuatan–per-
mandat kepada negara untuk mengadakan buatan yang mengenai bumi , air,
kebijakan (beleid) dan tindakan peng­ dan ruang angkasa.
urusan (beheersdaad) dan pengawasan 2. Wewenang yang bersumber pada hak
(toe­zi­chthoudensdaad) untuk tujuan se­ menguasai dari negara tersebut pada
besar-besarnya kemakmuran rakyat34 ayat (2) pasal ini digunakan untuk
mencapai sebesar-besarnya kemak­
Di dalam Pasal 33 UUD NRI 1945,
muran rakyat dalam arti kebangsaan,
penjelasan otentik tentang pengertian
kes­ ejahteraan,dankemerdekaandalam
bumi, air, dan kekayaan alam yang ter­
masyarakat dan negara hukum Indo­
kandung di dalamnya atau dengan kata
nesia yang merdeka, berdaulat, adil
lain sumber daya alam (SDA) dikuasai
dan makmur.
oleh negara, termuat dalam UU No. 5
tahun 1960 yaitu UUPA yang berlaku pada 3. Hak menguasai dari negara tersebut di
tang­gal 24 september 1960. Dalam pasal 2 atas pelaksanaannya dapat dikuasakan
UUPA yang merupakan aturan pelak­ kepada daerah-daerah swantara dan
sanaan pasal 33 ayat (3) UUD 1945 masyarakat-masyarakat hukum adat,
menjelaskan pengertian hak menguasai sekedar diperlukan dan tidak berten-
Sumber Daya Alam oleh negara sebagai tangan dengan kepentingan nasional,
berikut :35 menurut ketentuan-ketentuan per-
aturan pemerintah.36
1. Atas dasar ketentuan pasal 33 ayat (3)
Undang-Undang Dasar dan hal-hal Selain dalam UUPA dan Undang-­
sebagai yang dimaksud dalam pasal 1, Undang Nomor 5 Tahun 1967 tentang Ke-
bumi air dan ruang angkasa, terma- tentuan-Ketentuan Pokok Kehutanan,
suk kekayaan alam yang terkandung Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974
­
didalamnya itu pada tingkatan tertinggi tentang Pengairan37 mengatur pula menge-
dikuasai oleh negara, sebagai organisasi nai hak menguasai oleh negara.
kekuasaan seluruh rakyat. Dalam Undang-Undang Nomor 11
2. Hak menguasai dari negara tersebut Tahun 1974 diatur bahwa:
dalam ayat (1) pasal ini memberikan
wewenang untuk :

36
Elza Syarief, menuntaskan Sengketa Tanah Melalui
Pengadilan Khusus Pertanahan, , Jakart: Gramedia ,
34
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 001-021- 2012, hlm. 133.
022/PUU-I/2003 Atas permohonan pengujian Undang- 37
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang
Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang ketenagalistrikan Pengairan sudah dicabut dengan Undang-Undang Nomor
35
Ibid. 7 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air.

228 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Husnan Wadi | Perselisihan Keadilan, Kemamfaatan, dan Kepastian Hukum dalam Privatisasi .......

1. Air beserta sumber-sumbernya, ter­ UUD 1945 naskah asli sebagai dikuasai
masuk kekayaan alam yang terkandung oleh negara yang tidak berarti bahwa
didalamnya dikuasai oleh negara. negara sendiri menjadi pengusaha, usaha­
2. Hak menguasai oleh negara memberi wan atau ordernemer. Lebih tepat dikata­
wewenang kepada pemerintah untuk : kan bahwa kekuasaan negara terdapat
pada membuat peraturan guna kelancaran
a. Mengelola serta mengembangkan ke- jalan ekonomi, peraturan yang melarang
mamfaatan air dan / sumber-sumber pula penghisapan orang yang lemah oleh
air. orang yang ber­modal.39
b. Menyususun, mengesahkan, dan
Sementara Mohammad Yamin mengarti-
atau memberi izin berdasarkan per-
kan frase ”dikuasai oleh negara” termasuk
encanaan dan perencanaan teknis tata
pengertian mengatur dan/atau menyeleng-
pengaturan air dan tata pengairan.
garakan terutama untuk memperbaiki dan
c. Mengatur, mengesahkan, dan atau mempertinggi produksi dengan meng­
memberi izin peruntukan, penggu- utamakan bangunan koperasi.40
naan, penyediaan air, dan / atau sum-
ber- sumber air. Konsep penguasaan negara atas sumber
daya alam ternyata juga dianut dalam Pasal
d. Mengatur,mengesahkandanataumem- 38 ayat (3) UUDS 1950. Mengenai hal ini
beri izin pengusahaan air, dan atau Prof. Soepomo berpendapat bahwa ke­
sumber-sumber air. tentuan pasal tersebut menekankan kepa-
e. Menetukan dan mengatur perbuatan- da kewajiban negara dalam mengatur dan
perbuatan hukum dan hubungan- mengelola cabang-cabang produksi yang
hubungan hukum antara orang dan menguasai hajat hidup orang banyak,
atau badan hukum dalam persoalan ­tidak hanya dalam arti memproduksi suatu
air dan sumber-sumber air. barang, namun juga termasuk sarana tran­
sportasi, distribusi, peredaran dan per­
3. Pelaksanaan atas hak menguasai negara
dagangan melalui pendirian koperasi.41
tetap menghormati hak yang dimiliki
oleh masyarakat adat setempat, sepan- Bagir Manan mengatakan bahwa, mak-
jang tidak bertentangan dengan kepent- na “hak menguasai negara” bahwa hak ini
ingan nasional. harus dilihat sebagai antesis dari asas do-
Pada awal masa pembahasan UUD main yang memberikan wewenang kepada
1945, BPUPKI menganut prinsip di mana negara melakukan tindakan kepemilikan
Pemerintah berkewajiban sebagai peng­ yang bertentangan dengan asas kepunyaan
awas dan pengatur dengan berpedoman menurut adat istiadat42 .
pada kesejahteraan rakyat.38 BPUPKI me­
ng­
hendaki agar sumber daya alam tidak 39
Mohammad Hatta, Penjabaran Pasal 33 Undang-
boleh menjadi alat kekuasaan orang-se­ Undang Dasar 1945, Jakarta: Mutiara, 1977, hlm 28.
40
Mohammad Yamin, Proklamasi dan Konstitusi
orang untuk menindas dan memeras hidup Republik Indonesia, cet.6, Jakarta: G hlmia, 1982,
orang lain. Sejalan dengan hal tersebut, hlm 46.
41
William L. Collier, “One Aspect of Land Affairs:
Mohammad Hatta merumuskan frase Forestry (MoF) Control’s of the Land of Indonesia!
”dikuasai oleh negara” dalam Pasal 33 How did this happen? What should be in the Proposed
Land Law?” (Makalah yang dipresentasikan pada
Simposium Nasional Permasalahan Pertanahan Abad
38
Seketariat Negara Republik Indonesia, Risalah ke 21, disponsori oleh Badan Pertanahan Nasional,
Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Kemerdekaan diselenggakan di Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
Indonesia (BPUPKI) Panitia Persiapan Kemerdekaan 13 Desember 2011), hlm 15 
Indonesia (PPKI) (1993), sebagaimana dikutip dalam: 42
Jurnal Konstitusi, Volume 7, Nomor 1, Februari
Novianto Murti Hantoro, op.cit, hlm 7 2010

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 229


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 219~239

D. Konsep Sumber Daya Alam Untuk Se­ duction to the Principles of Morals and
besar- besar Kemakmuran Rakyat Legislation (1789).44 Di dalam karyanya
itu, Bentham mendefinisikan itu sebagai
Kemakmuran rakyat harus menjadi ke-
sifat dalam sembarang benda yang dengan­
harusan dalam setiap penguasaan dan
nya, benda tersebut cenderung meng­
peng­usahaan sumber daya alam Indonesia.
hasilkan kesenangan, kebaikan atau ke­
Amanat kemakmuran rakyat pun dituang-
bahagiaan, atau untuk mencegah ter­
kan secara ekplisit dalam Pasal 33 ayat (3)
jadinya kerusakan, penderitaan atau keja­
UUD NRI 1945, bahwa “ bumi dan air
hatan serta ketidak bahagiaan pada pihak
dan kekayaan alam yang terkandung di
yang kepentingannya dipertimbangkan.45
dalamnya dikuasai oleh negara untuk sebe-
Menurut Bentham, alam telah me­
sar-besar kemakmuran rakyat”. Kemakmu-
nempatkan manusia di bawah pengaturan
ran rakyat dalam konteks penguasaan
dua ‘Penguasa’ yang berdaulat (two
sumber daya alam harus mampu memberi-
sovereign masters), yaitu ‘penderitaan’
kan mamfaat yang maksimal bagi seluruh
(pain) dan ‘kegembiraan’ (pleasure). Ke­
rakyat Indonesia yang merupakan bagian
duanya menunjukkan apa yang harus kita
terpenting dari penguasaan sumber daya
lakukan dan menentukan apa yang akan
alam. Namun demikian, kesejahteraan ter­
kita lakukan. Fakta bahwa kita me­
sebut bukan berarti bahwa sumber daya
nginginkan kesenangan dan berharap
alam harus sedemikian rupa diekploitasi
untuk menghindari penderitaan, di guna­
dan menghasilkan secara ekonomi, tetapi
kan oleh Bentham untuk membuat
sumber daya alam yang merupakan titipan
keputusan, bahwa kita harus mengejar
anak cucu tersebut harus pula memberi-
kesenangan.
kan mamfaat untuk jangka panjang atas
keberadaannya sehingga manfaat yang Jeremy Bentham kemudian terkenal
diterima merupakan manfaat tidak hanya dengan motonya, bahwa tujuan hukum
intergenerasi namun manfaat antar­ adalah mewujudkan the greatest happiness
generasi. of the greatest number (kebahagian yang ter-
besar, untuk terbanyak orang). Menurut
Kemakmuran rakyat dalam dimensi fil-
Bentham, adanya negara dan hukum se-
safat dilihat dalam perspektif pemikiran
mata-mata hanya demi manfaat sejati,
Jeremy Bentham dalam filsafat utilitarian-
­yaitu kebahagiaan mayoritas rakyat.
isme. Pengusahaan sumber daya alam
­intergenerasi maupun antargenerasi dapat Terkait dengan prinsip utilitas ini, Ben-
dilihat melalui pemikiran Jeremy Bentham tham mendasarkan keseluruhan filsafatnya
dengan teorinya mengenai utilitarisme. Pe- pada dua prinsif, yaitu prinsip asosiasi
mikiran tentang utilitarisme ini lazim di- (association principle) dan prinsip kebaha-
gunakan dalam menganalisis kemamfaatan giaan terbesar (greatest-happiness prin­
melalui kacamata filsafat. Utilitarisme ciple).46 Prinsip asosiasi berakar pada
disebut pula suatu teleologis (dari kata psikologi tentang adanya refleks yang
­Yunani telos=tujuan), sebab menurut t­ eori dikondisikan. Dalam hal ini, Bentham
ini kualitas etis suatu perbuatan di­peroleh menunjukkan bahwa hukum memiliki ke-
dengan tercapainya tujuan perbuatan.43 mampuan sebagai stimulus untuk me­
ngondisikan ide-ide tentang kebaikan.47 Se-
Prinsip utility dikemukakan oleh Ben­
tham dalam karya monumentalnya, Intro­
44
Ahmad Ali, Op. cit, hlm 273
43
Ahmad Redi, Hukum Pertambangan Indonesia: 45
Ahmad Ali, Ibid.
Pertambangan untuk kemakmuran Rakyat, (Bekasi: 46
Ahmad Redi, op. Cit., hlm. 41
Penerbit Gramata Publishing, 2013), hlm 19. 47
Ahmad Redi, ibid.

230 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Husnan Wadi | Perselisihan Keadilan, Kemamfaatan, dan Kepastian Hukum dalam Privatisasi .......

dangkan prinsip kedua, yaitu prinsip ter- menilai konsekuensi-konsekuensi atau


besar tentang kebahagiaan terbesar. akibat-akibat itu, satu-satunya hal yang
penting adalah jumlah kebahagiaan atau
­
Kesenangan (pleasure) diartikan sebagai
penderitaan yang dihasilkannya. Jadi,
ke­bahagiaan (happiness), suatu istilah
tindakan-tindakan yang benar adalah yang
yang direduksi oleh John Stuart Mill.48
menghasilkan surplus kebahagiaan ter­
Oleh sebab itu hukum yang baik dimata
besar ketimbang penderitaan. Ketiga,
Bentham adalah hukum yang bisa men­
dalam mengkalkulasi kebahagiaan atau
datang­kan kesenangan, “semakin banyak
penderitaan yang dihasilkan, tidak boleh
kesenangan atau kebahagiaan yang di­
ke­bahagiaan seseorang dianggap lebih
datangkan, makin berkualitas hukum itu”.49
penting daripada kebahagiaan orang lain.
Soebekti menyatakan, bahwa tujuan Kesejahteraan tiap orang sama penting
hukum itu mengabdi kepada tujuan dalam penilaian dan kalkulasi untuk
negara, yaitu mendatangkan kemakmuran memilih tindakan.52
dan kebahagiaan rakyatnya. Artinya,
John Stuart Mill berpendapat bahwa
tujuan hukum hendaknya memberikan
utilitarianisme tidak mensyaratkan agar
manfaat (nilai guna) yang sebesar-besar­
setiap orang mencari “general good’ “ di se-
nya kepada warga masyarakat. Dalam teori
tiap perbuatan namun maksimalisasi ke­
ini, hukum dipandang semata-mata hanya
bahagiaan individual dan maksimalisasi
untuk memberikan kebahagiaan bagi
kebahagiaan kolektif pada setiap orang
­
warga masyarakat dan pelaksanaan hukum
menjadi dasar tindakan seseorang53
tetap mengacu pada manfaat bagi warga
masyarakat.50 Kebahagiaan/kemakmuran yang di­
maksud oleh Bentham dan John Stuart
Utilitarianisme Klasik yang diusung
Mill, dilihat secara filsafati mengenai peng­­
oleh Jeremy Bentham, James Mill51 dan
usa­haan sumber daya air, apakah di­guna­­
John Stuart Mill, dapat diringkas dalam
kan sebesar-besar kemakmuran r­ akyat?
tiga proposisi berikut: Pertama, semua tin­
da­kan mesti dinilai benar/baik atau sa­lah/ Pandangan Bentham mengenai utilitari­
jelek semata-mata berdasarkan kon­sekue­ an mempunyai kelemahan mendasar.
nsi2 atau akibat-akibatnya. Kedua, dalam Bentham dalam teori utilitarian lebih me­
nekankan kemanfaatan tapi melupakan
48
Shidarta, Utilitarianisme, (Jakarta: UPT Penerbit
Universitas Tarumanegara, 2007), hlm. 20. keadilan. Bahkan keadilan pun tunduk
49
Shidarta, ibid pada kemanfaatan. Kritik John Rawls ter­
50
http://borneo79.blogspot.com/2013/11/tujuan-
hukum -menurut-teori-dan pendapat_4.html. hadap pemikiran Bentham, pertama,
51
Gagasan tentang Utilitarianisme ini sebenarnya utilitarian akan menjustifikasi pengorba­
di bawa oleh Jeremy Bentham dan muridnya James Mill
yang tidak lain adalah ayahnya J.S.Mill sendiri. Di tan- nan minoritas untuk memberikan kemam­
gan Bentham, utilitarianisme membawa pengaruhnya faatan bagi sebagian besar orang. Kedua,
yang bisa dibilang mencapai puncaknya. Namun ditan-
gan Mill, utilitrarianisme ini direvisi kembali malah utilitarian cenderung memaksimalkan ke­
bisa dibilang menyimpang dari kerangka Bentham dan untungan dan kebahagiaan bagi sejumlah
merubahnya secara radikal. Dalam hlm ini tampak jelas
terutama dalam karyanya yang berjudul Utilitarianisme. besar orang sekalipun untuk itu hak
Di karyanya tersebut, mill memperkenalkan gagasan seseorang atau orang lain dikorbankan.54
yang paling penting yakni perbedaan kualitatif insrinsik
pelbagai macam kesenangan. Menurut mill, suatu hlm Dalam memaknai individu dan sasaran ke­
yang penting untuk menilai kesenangan baik atas dasar bahagiaan-dalam hal ini yaitu kemak­
kualitas dan juga kuantitasnya. Tidak masuk akal me-
nilainya hanya atas dasar kuantitasnya saja. Tetapi apa- 52
http://asikinzainal.blogspot.com/2012/10/mashab-
bila orang harus mengakui adanya perbedaan kulitatif utility.html
intrinsik pada semua kesenangan, maka harus ada suatu 53
Ahmad Redi, op.cit., hlm 46.
patokan untuk itu. http://triindrapurnama.blogspot. 54
John Rawls, A Theory of Justice, Harvard University
com/2010/12/pemikiran-john-stuart-mill.html Press, 1971, 1999.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 231


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 219~239

muran rakyat sebagai tujuan dari peng­ saran yang tidak mensejahterakan rakyat
uasaan dan pengusahaan sumber daya juga mengancam keberlanjutan ling­
alam berupa air sebagaimana digolongkan kungan.
oleh Jimli Asshidiqie bahwa sesuai dengan
Instrumen yang penting baik dalam per-
pasal 33 ayat (3) UUD NRI 1945, rakyat
encanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi
dapat digolongkan dalam tiga kemung­
pengelolaan sumber daya air adalah ang­
kinan berikut.55
garan. Pemerintah menggunakan anggaran
1. Rakyat sebagai individu atau bersifat untuk menetukan prioritas-prioritas dan
individual (perorangan). Sebagai indi- terkadang keberpihakan. Anggaran juga
vidu rakyat adalah otonom yang me- digunakan untuk menerjemahkan per-
miliki hak dan kewajiban yang dirinci aturan-peraturan yang ada. Praktis, ang­
dalam konstitusi negara. garan menunjukkan gambaran paling jelas
2. Rakyat sebagai golongan-golongan atau bagaimana sumber daya air dikelola.
kelas. Rakyat dalam paham kedaulatan, Pada titik ini peneliti perlu mempertan-
bukanlah rakyat sebagai individu-­ yakan persoalan mendasar:
individu melainkan rakyat sebagai ke-
seluruhan yang meliputi berbagai­go­ 1. Berapa banyak pemasukan yang bisa di-
longan–golongan dalam masyarakat. peroleh pemerintah dari sektor air ?
3. Rakyat yang mengabaikan dikotomi 2. Bagaimana masyarakat menerima kon-
baik berdasarkan individuall maupun tribusi dan bisa berpartisipasi?
golongan-golongan. Dalam tesis ini penulis membuat peneli-
E. Implikasi Eksploitasi Sumber Daya Air tian pemantauan anggaran terkait sektor
dan Lepasnya Amanat Konstitusi. air. Khususnyanya PT. Narmada Awet
­Muda, di Desa Selat, Kecamatan Narma-
Masalah utama dari pengelolaan
da, Lombok Barat, NTB. Penulis men­da­
sum­ber daya alam, terutama yang bersifat
pat­kan pengelolaan sumber daya air yang
ekstraktif, adalah bagaimana memanfaat­
masih sangat memperihatinkan, jauh dari
kannya untuk kesejahteraan rakyat serta
rasa keadilan serta prinsip-prinsip sumber-
menjaga keberlanjutan sumber daya alam
daya kolektif.
ter­sebut. Hal ini juga berlaku dalam penge­
lolaan sumber daya air. Meskipun untuk Negara-negara yang memiliki kakayaan
sumber daya air keadaannya berbeda. Air alam, ironisnya, gagal dalam mencapai
tawar, khususnya yang bersumber dari air kesejahteraan dibandingkan negara-negara
tanah, adalah sumber daya alam yang yang tidak memiliki. Keadaan ini hampir
sangat terbatas dan sulit terbarukan. Pada lumrah terjadi, dan kemudian memuncul­
saat yang sama, tak akan ada sumber daya kan istilah “resource curse”, atau kutukan
lain yang bisa menggantikan. Krisis energi sum­­ber daya alam. Negara-negara ber­
masih menegenal peluang energi alternatif. kembang, praktik keruk-mengeruk, me­
Tetapi jika yang kita bicarakan adalah nge­bor perut bumi, yang disebut dengan
krisis air, kita tidak mengenal alternatif industri ekstraktif ini merupakan kegiatan
dari air. Itulah kenapa kita, baik pe­ ekonomi yang banyak diminati. Sebagian
merintah, sektor swasta, maupun masya­ dibutuhkan untuk menyediakan suplai
rakat sipil, dituntut untuk lebih cermat energi, seperti minyak dan batubara. Se­
dalam mengelola sumber daya air. Jika bagian lagi karena memang komoditas
terjadi salah kelola, ekploitasi besar-be­ barang ekploitasi seperti air, emas dan
batubara telah menarik minat terkait
55
Jimli Assidiqie, op.cit., hlm. 63-64.

232 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Husnan Wadi | Perselisihan Keadilan, Kemamfaatan, dan Kepastian Hukum dalam Privatisasi .......

dengan keuntungan yang didapatkannya. tidak ada akses di PT. Narmada Awet
Resource curse56 merupakan sebuah feno­ Muda, sehingga data pendapatan untuk
mena di mana daerah-daerah yang kaya negara tak mungkin di dapatkan.
sumber daya alam mengalami sebuah
Dampaknya adalah, seluruh rantai pe­
kondisi di mana pertumbuhan pereko­
nge­
lolaan sumber daya ini mulai dari
nomian mereka tidak sepesat daerah atau
pemberian izin hingga pengelolaan dan
negara yang tidak memiliki kekayaan
pembagian keuntungan kepada negara
alam.57
men­jadi sangat rentan terhadap praktik-
Bahkan dapat dikatakan bahwa ke­ praktik korupsi. Pemberian izin dapat di­
kayaan alam yang mereka miliki justru lakukan dengan kongkalikong antara
membawa masyarakat yang hidup dalam pejabat dan pengusaha. Jika pendapatan
daerah atau negara tersebut ke sebuah negara/daerah dari sektor tersebut tidak
kondisi yang penuh dengan konflik dan dapat diterima secara maksimal dan di­
masyarakatnya hidup di dalam garis ke­mis­ kelola dengan baik, maka pendapatan ter­
kinan. Secara sederhana, kutukan sum­ber sebut tidak akan dapat digunakan untuk
daya alam menjelaskan kegagalan negara me­ngembangkan daerah penghasil tersebut
dalam menterjemahkan kekayaan alam dan danya tidak akan dapat digunakan
men­jadi alat pendorong kesejahteraan ma­ untuk mengembangkan proyek-proyek
sya­rakat. guna pengentasan kemiskinan.

Ada sejumlah kondisi yang menyebab­ Secara makro, pendapatan dari sektor
kan suatu daerah atau negara dapat me­ ekstraktif tersebut memang berkontribusi
ngalami hal tersebut, yang pertama adalah bagi stabilitas angka-angka di deretan
sifat atau nature dari industri ekstraktif itu kolom PAD, tapi secara mikro, kekayaan
sendiri yang sangat tertutup. Di masa- tersebut ibarat racun bagi masyarakat lokal
masa terdahulu, mulai dari awal pe­ yang tinggal di sekitar tambang. Ada
rencanaan hingga eksplorasi dan eksplo­ segudang penjelasan mengapa kekayaan
itasi, semuanya serba tertutup. Sangat alam tersebut tidak bisa ditransformasi
sulit untuk memperoleh akses pada data- menjadi kesejahteraan masyarakat. Salah
data penting seperti kontrak, dokumen satu jawabannya adalah pengelolaan yang
izin, dsb. Apalagi data pembayaran dari serampangan serta tertutupnya akses
perusahaan kepada negara. Sulit untuk infor­masi dari masyarakat luas yang men­
mengetahui secara pasti seberapa besar dorong tingginya tingkat korupsi. Masya­
jumlah uang yang dibayarkan oleh per­ rakat internasional mengenal fenomena ini 
usahaan kepada negara dari hasil ekstraksi dengan terminology lack of good governance
yang mereka lakukan. Penulis mengalami and transparency. Kabupaten Lombok
kondisi yang demikian terjadi di Kabu­ Barat adalah contoh nyata. Dengan ke­
paten Lombok-Barat, terlebih sama sekali kayaan sumber daya air yang melimpah,
Kecamatan Narmada misalnya telah men­
56
Kata tesis kutukan sumber daya alam (Resource jadi rumah perusahaan ekploitasi sumber
curse) pertama dipakai Richard Auty tahun 1993 daya air terbesar di NTB, serta per­usahaan
untuk menjelaskan bagaimana negara-negara yang SDA-
nya berlimpah tidak mampu memanfaatkan kekayaan bertaraf nasional. Siapa yang tidak
tersebut untuk mendorong ekonomi mereka dan mengenal PT. Narmada Awet Muda, Ale-
bagaimana mereka mengalami pertumbuhan ekonomi
yang lebih lambat daripada negara-negara yang SDA-nya ale di sanalah mereka mengebor me­
sedikit mancangkan pipa-pipa raksasa untuk me­­
57
Auty, Richard M. (1993). Sustaining Development
in Mineral Economies: The Resource Curse Thesis. London: nyedot ribuan kubik meter kekayaan air.
Routledge.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 233


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 219~239

Tetapi sebagaimana kutukan “resource dikecamatan Narmada. Seriusnya per­


curse” sumber daya alam, penduduk se- soalan akses air semacam ini, b
­ ahkan PBB
tempat justru terjerat dengan kemiskinan merasa perlu uintuk mencetuskan bahwa
dan persoalan sosial. Pendidikan tak bisa akses terhadap air bersih adalah hak asasi
dicapai lebih tinggi, transformasi sosial manusia, sebagaimana tertera dalam pasal
hampir mandeg, sehingga saat ini hampir 11 dan 12 dalam kompenan internasional
mustahil mengharapkan mereka bisa me­ mengenai Hak Ekonomi, Sosial, dan
ngimbangi pemerintah dan swasta dalam Budaya.58
mengelola sumber daya alam yang partisi-
Dalam pengantar komvenan tersebut
patif.
dirinci bahwa hak atas air memberikan
Lebih tidak adil lagi, di tengah kekaya­ hak pada setiap orang untuk mendapatkan
an sumber daya air yang melimpah, warga air yang cukup, aman, berterima, secara
tak memiliki akses terhadap air bersih. fisik dapat diakses, serta terjangkau untuk
Kondisi ini bisa di rasakan oleh masya­ kebutuhan pribadi dan rumah tangga. Hal
rakat di Dusun salut, Dusun Merca, ini ditujukan untuk menghindari kematian
Dusun Aik Ampat Desa Selat, Kecamatan karena dehidrasi, mengurangi resiko pe­
Narmada. Dusun ini bersebelahan dengan nyakit yang berkaitan dengan air, dan
sumur-sumur bor PT. Narmada Awet agar ada ketersediaan untuk tujuan kon­
Muda yang digunakan untuk mem­ pro­ sumsi, memasak, serta keharusan pe­
duksi air minum dalam kemasan seperti menuhan air yang higenis untuk pribadi
Narmada Awet Muda, Ale-ale serta pipa- dan rumah tangga. Pada 28 Juli 2010 PBB
pipa raksasa yang mengalirkan air ke juga mendeklarasikan air dan sanitasi
PDAM Giri Menang dan ke Senggigi untuk sebagai hak asasi manusia. Selain susah­
kebutuhan bisnis perhotelan dan pari­ nya bantuan air bersih untuk warga, per­
wisata lainya sedangkan warga nyaris tak usahaan-perusahaan tersebut juga secara
memiliki akses terhadap air bersih. Warga umum tak banyak berkontribusi terhadap
yang telah lama tinggal disana bisa dengan pembangunan desa atau daerah. Padahal,
yakin mengatakan bahwa sebelum ke­ perusahaan-perusahaan tersebut peng­
datangan pabrik-pabrik dan pipa-pipa rak­ ambilan air tanahnya masif, pendapatan­
sasa itu, air bersih masih melimpah. Lalu nya selangit, tetapi pajak dan sumbangan
keadaan memburuk begitu ada ekploitasi yang diberikan daerah begitu sedikit.
air besar-besaran terlebih setelah adanya
Ambillah salah satu perusahaan pen-
pengeboran sehingga sumber air masya­
gambil air terbesar di NTB misalnya PT.
rakat mengecil dan masyarakat antri
Narmada Awet Muda produsen air
mendapatkan air untuk kebutuhan sehari-
­minum Narmada Awet Muda dalam semua
hari. B
­ anyak mata air mengering.
bentuk kemasan. PT. Narmada Awet Mu-
Air bersih ­lenyap. Saat ini, kebutuhan da pada bulan desember tahun 2011 me­
air se­hari-hari masih mengandalkan sisia- ngambil air sebanyak 9.275 M3. jika 95%
sisa yang mengalir dari mata air yang di antaranya berhasil menjadi produksi
dulunya besar mencukupi kebutuhan yang dijual dengan harga air Narmada
masya­­rakat, tapi setelah adanya penge­ Awet Muda di pasaran Rp. 2.333.400/m3,
boran oleh PT. Narmada Awet Muda pendapatan sebulan Narmada Awet Muda
volume debit air ter­sebut ­sudah mengecil tak kurang dari Rp 21.642.285.000. Atau
yang mengakibatkan konflik horizontal an­ mencapai per tahun. Rp. 259.707.420.000.
tar dusun. Pendeknya air masih menjadi Sementara itu, berdasarkan data yang di-
persoalan serius dan peka bagi desa-desa
58
Ajeng kartika, of, cit. Hlm. 1

234 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Husnan Wadi | Perselisihan Keadilan, Kemamfaatan, dan Kepastian Hukum dalam Privatisasi .......

miliki Dinas Pengelolaan Keuangan dan PP No. 65 tahun 2001, pajak hanya ditar-
Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Lom- ik 10%-20% inilah penyebab utamanya,
bok Barat, (Wawancara staf dispenda yang belum lagi PT. Narmada Awet Muda ber-
tdak bersedia disebut namanya Lombok hutang pajak dari tahun 2011 sampai saat
barat pada tanggal 18 agustus 2014). nilai ini 2014. Sepeti dengan data yang kami
penarikan imbal balik insentif pajak air dapatkan di bawah ini:
tanah sangat kecil sebagaimana diatur oleh
Jenis Pajak
Jumlah
Pajak Air Bawah Tanah dengan perhitungan :
1. Mei 7.792 m3 = 20% x NPA = 20% x Rp. 660.774.240. Rp. 132.154.848

2. Juni 7.069 m3 = 20% x NPA = 20% x Rp. 575.662.680. Rp. 115.132.536

3. Juli 7.848 m3 = 20% x NPA = 20% x Rp. 667.366.560 Rp. 133.473.312

4. Agus. 6.419 m3 = 20% x NPA = 20% x Rp. 499.144.680 Rp. 99.828.936

5. Sep 8.432 m3 = 20% x NPA = 20% x Rp. 736.115.040 Rp. 147.223.008

6. Okt 8.891 m3 = 20% x NPA = 20% x Rp. 790.148.520 Rp. 158.029.704

7. Nop 6.771 m3 = 20% x NPA = 20% x Rp. 776.022.120 Rp. 155.204.424

8. Des 9.275 m3 = 20% x NPA = 20% x Rp. 835.353.000 Rp. 167.070.600

Jumlah pokok pajak Rp.1.108.117.368


Denda 20% per bulan -
Jumlah ketetapan Pokok + Denda Rp.1.108.117.368

Data dari DinasPengelolaan Keuangan yang berkaitan semestinya terbuka untuk


dan aset (DPKAD) Lombok Barat. publik. Keterbukaan informasi juga me-
Transparansi adalah masalah berikut- mungkinkan partisifasi masyarakat yang
nya. Di Lombok Barat, petugas menutup lebih besar.
rapat dokumen-dokumen yang berkaitan Sebagaimana diungkapkan oleh Alex­
dengan air tanah. Peneliti telah berupaya andra Gilies, peneliti Universitas Cam­
melalui prosedur birokrasi yang rumit bridge, 59 Inggeris industri ektraktif mem­
­untuk mendapatkan data tersebut. Bahkan peroleh keuntungan dinegara kaya sumber
setalah mendapatkan surat izin penelitian daya alam yang korup. Kontrak yang me­
dari kampus, petugas dan pihak PT. Nara- nguntungkan bisa didapat hanya dengan
mada Awet Muda tetap menolak untuk menyuap pejabat setempat. Untuk me­­
membuka informasi. Bagaimana mungkin ngurangi ini, diperlukan transparansi
segala karut-marut ini bisa dibenahi jika dalam pengelolaan sumber daya alam.
transparansi tidak ada. Tetapi trans­ paransi saja tidak cukup.
Sulit bagi masyarakat untuk mengetahui Masya­ rakat juga harus diberi akses ter­
secara persis berapa potensi yang hilang, hadap keterbukaan informasi yang luas.
serta penyimpangan-penyimpangan yang
mungkin terjadi. Air adalah sumber daya 59
Yang dikutip oleh Ahmad Arief harian kompas
ayang amat vital sehingga segala informasi tanggal 23oktober 2010.

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 235


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 219~239

Dengan transparansi dan akses ter­ stitutif yang menjadi dasar dalam dan deri­
hadap informasi yang memadai, publik vasi dari sistem hukum positif. Elemen
­bisa memantau dan mewacanakan persoa- konstitutif ini yang mengarahkan se­kaligus
lan-persoalan pengelolaan sumber daya me­ ngoreksi regulasi dan kebija­ kan pe­
alam. Dengan demikian korupsi bisa di­ ngelolaan sumber daya air. Dengan kata
cegah, sehingga kekayaan sumber daya lain regulasi dan kebijakan yang mengatur
yang memakmurkan rakyat bisa diwujud- sumber daya air tidak boleh bertentangan
kan. dengan elemen konsti­ tutif. Dari hasil
penelitian, Undang-undang Nomor 7 ­ Ta­
SIMPULAN hun 2004 tentang Pengelolaan Sumber
Daya Air yang membuka ruang privatisasi
Berdasarkan pembahasan di atas maka dan mengkooptasi air dari sum­ ber ke­
dapat disimpulkan bahwa Untuk menguji hidupan kolektif menjadii komer­ sialistik
validitas hukum, perlu dilihat apakah ele­ tidak koheren dengan elemen kon­ stitutif
men-elemen hukum itu koheren. Kekohe­ yang mengatur tentang “keber­lanjutan
ren­sian hukum terdiri dari tiga elemen hidup kolektif” dan “sebesar-besarnya ke­
yaitu a) Konsistensi; (b) Komprerhensif; mak­muran rakyat”.
(c) Elemen-elemen itu saling mendukung
bagian satu dengan bagian yang lainnya, Air adalah sumber daya kolektif,
bukan saling menegasikan. Secara nor­ karena tidak ada satupun mahluk hidup
matif salah satu elemen konstitutif yang yang bisa melanjutkan kehidupannya
mengatur keberlanjutan kehidupan ber­ tanpa air. Jika dalam pendekatan berpikir
sama dapat ditemukan dalam UUD NRI sistem maka air sebagai tanda keber­
1945 pasal 28 (H.1), yang mewajibkan lanjutan kehidupan yang menjadi identitas
negara menjamin lingkungan hidup yang living system. Pada titik ini keberlanjutan
baik dan sehat bagi setiap warganya.. kehidupan kolektif itu adalah nilai
Sementara Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, tertinggi dan meta-norma yang meng­arah­
menjadi landasan konstitusional mengenai kan berbagai pertaturan hukum yang
penguasaan atas sumber daya alam yang menjadi turunannya. Mengikuti panda­
mengatur : “Bumi dan air dan kekayaan ngan demikian, semua norma hukum,
alam yang terkandung di dalamnya di­ bah­kan tujuan hukum (kepastian, keman­
kuasai oleh negara dan dipergunakan untuk faatan, keadilan), harus diabdikan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. menjaga dan memelihara keberlanjutan
sumberdaya kolektif.
Pasal 28 (H.1) dan pasal 33 ayat (3)
UUD NRI 1945 menjadi elemen kon­
Daftar Pustaka
Afnanul Huda, Konsep Penguasaan Negara Atas Sumber daya Air
Dalam Perspektif Islam, (Analisis Putusan Mahkamah
Konstitusi No. 058, 059, 060, 063/PUU-II/2004 dan No.
008/PUU-III/2005 tentang Pengujian UU No. 7 Tahun 2004
tentang Sumber daya Air (Skripsi, Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah), Jakarta, 2011,
Ahmad Redi, Hukum Pertambangan Indonesia: Pertambangan untuk
kemakmuran Rakyat, (Bekasi: Penerbit Gramata Publishing,
2013)

236 IUS Kajian Hukum dan Keadilan


Husnan Wadi | Perselisihan Keadilan, Kemamfaatan, dan Kepastian Hukum dalam Privatisasi .......

Ajeng Kartika et al. Ekonomi Sumber Daya Air Perspektif Islam, (UB
Press, Malang, 2013)
Auty, Richard M. Sustaining Development in Mineral Economies: The
Resource Curse Thesis. (London: Routledge 1993)..
Bernard l. Tanya, dkk, Teori Hukum Strategi Tertib Manusia Lintas
ruang dan generasi, (Yogyakarta: Genta Publishing 2010)
Brian Barry, Theories Of Justice, Harvester-Wheatssheaf, London,
1989, Vol. I, Bunasor Sanim, Sumber Daya Air dan
Kesejahteraan Publik (Suatu Tinjauan Teoritis dan Kajian
Praktis), Cetakan I, IPB
Bur Rasuanto, “Keadilan Sosial: Pandangan Deontologis Rawls
dan Habermas”, (Disertasi Doktor Universitas Indonesia,
Jakarta, 1999), Data dari DinasPengelolaan Keuangan dan
aset (DPKAD) Lombok Barat.
Elza Syarief, Menuntaskan Sengketa Tanah Melalui Pengadilan
Khusus Pertanahan, ( Jakart: Gramedia , 2012)
Elza Syarief, Menuntaskan Sengketa Tanah Melalui Pengadilan
Khusus Pertanahan, Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer
Gramedia), 2012. in the Transition. Vaughan, R.J. 1992.
Reclaiming Westren Water Governing. 04/1992.
ITU International Telecomunication Union. 1996. ITU Privatizatiaon
Survey, Company Reports. (John Rawls, A Theory of Justice,
Harvard University Press, 1971, 1999)
Johnny Ibrahim, teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif,
Malang, Boymedia Publishing, 2006, Jurnal Konstitusi,
Volume 7, Nomor 1, Februari 2010
Kaufmann, D. And Siegelbaum, P. 1988. Privatization and Corruption
Mohammad Hatta, Penjabaran Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945,
(Jakarta: Mutiara, 1977)
Mohammad Yamin, Proklamasi dan Konstitusi Republik Indonesia,
(cet.6, Jakarta: Ghalia, 1982)
Penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan
mengkaji ketentuan perundang-undangan (inabstracto)
serta melihat fakta-fakta hukum yang terjadi dilapangan
(inconcreto), Lihat dalam Sudikno Mertokusumo, Penelitian
Hukum, Yogyakarta, Liberty, 2004,
Rato Dominikus, Filsafat Hukum: Mencari, Menemukan, dan
Memahami Hukum, Surabaya: LaksBang Justitia, 2011.
Savas, E.S. 1987. Privatization: the key to better government Chatham,
NJ: Chatham House Publisher, C 1987, xi, 308 p. USA.
Shidarta, Utilitarianisme, (Jakarta: UPT Penerbit Universitas
Soetanndyo, Wingyosoebroto, Hukum, Paradigma, Methode, dan
Dinamika Masalahnya, Jakarta, HUMA, 2002,
Sudharto P. Hadi, Dimensi Hukum Pembangunan Berkelanjutan, BP
UNDIP, Semarang, 2002

Kajian Hukum dan Keadilan IUS 237


Jurnal IUS | Vol II | Nomor 5 | Agustus 2014 | hlm 219~239

Too fast? Carnegie Endowment for International Peace. 4 fevrier. Paris.


[ICIJ] International Consortium of Investigative Journalist.
2003. The
Vaughan, S. 2003. The WTO and water related services: going too far,
Water Barons: How a Few Powerfull Companies Are Privatizing Your
water. CPI. Washington DC. Leon, R.S. 1992. Water and
North American free trade: Problems for a Viable water
market in Mexico.
Wawancara dengan Hayyanulhaq 10 Agustus 2014
Widodo Dwi Putro, Kritik Terhadap Paradigma Positivisme Hukum,
Yogyakarta: Genta Publisher, 2011.
Peraturan Perundang-Undangan
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 beserta seluruh
perubahannya.
Undang-Undang RI Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria.
UU No. 11 Tahun 1974 tentang pengairan.
UU RI No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
PP RI No. 16 Tahun 2005 tentang Air Minum.
PP RI No. 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.
PP RI No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya air.
PP RI No. 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah.
Undand-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah.
Internet
http//yancearizona.wordpress.com/ 2008. Apa Itu kepastian hukum.
diakses pada tanggal 27, april 2014, jam 11.00 Wib.
Bismar Siregar, Sang “ Pengadil “ Yang Progresip, http://musrinauli.
blogsport.com. Diakses pada tanggal 27 april 2014 jam 11.30
wib.
Kepastian Hukum, diakses http;// www.surabayapagi.com/index.
php, tanggal 28 april 2014, jam 14.00 wib.
http://asikinzainal.blogspot.com/2012/10/mashab-utility.html
dikutip tanggal 2 agustus 2014.
http://rajawaligarudapancasila.blogspot.com/2014/05/analisis-uu-
nomor-7-tahun-2004-tentang.html di ambil tanggal 7 kamis
20014 jam 09.00.

238 IUS Kajian Hukum dan Keadilan

Anda mungkin juga menyukai