Jantung terletak dibagian mediastinum dan dibungkus oleh jaringan ikat yang
dinamakan pericardium.
Berat jantung dewasa normal (250-300 gram) lebih tepatnya sebesar kepalan
tangan manusia dewasa. Pada laki-laki 300 gram dan wanita 250 gram.
1/3 bagiannya : terletak disebelah kanan dari garis linea mediana sternalis
(sternum)
Bawah : diaphragma
2
Bagian atas disebut basis cordis
Pada jantung terdapat dua buah ruanga serambi yaitu atrium dextra
dan atrium sinistra, dan terdapat dua buah ruangan bilik terdapat
kearah apex cordis yaitu ventricel dextra dan ventricel sinistra.
Antara kedua atrium terdapat sekat yang dinamakan septum atriorum
dan diantara kedua ventricel terdapat sekat yang dinamakan septum
interventrikulorum.
Pada atrium dextra tempat masuk darah yang berasal dari: vena cava
superior, vena cava inferior dan sinus coronarius, sedangkan pada
atrium sinistra masuk 4 buah vena pulmonalis dextra dan sinistra
berasal dari kedua paru-paru.
3
- Tunika intima: berhubungan dengan lapisan endotel
- Tunika elastika interna: diatas lapisa tunika intima
- Tunika media: berisi otot (terutama otot polos) yang berfungsi untuk
membantu vasokontriksi dan vasodilatasi
- Tunika elastika eksterna: terdapat antara tunika media dan tunika
adventitia
- Tunika adventitia: jaringan penyambung jarang, terdapat serat kolagen dan
elastin dan terdapat vasa vasorum
KAPILER
• Menghubungkan arteri dan vena
• Pembuluh darah paling kecil
• Kadang hanya terdapat 1 sel endotel
• Terdapat perisit, yaitu sel gepeng dengan inti berwarna biru yang
menonjol ke luar lumen yang berfungsi untuk memperbaharui pembuluh
darah yang rusak
• Kapiler dapat dibedakan menjadi:
o Kapiler sempurna: sitoplasma tidakberlubang, lamina basalis utuh
o Kapiler bertingkjap: sitoplasma berlubang, dengan adanya diafragma dan
lamina basalis masih utuh
4
o Kapiler bertingkap tanpa diafragma: sitoplasma berlubang tanpa
diafragma, lamina basalis utuh
o Kapiler sinusoidal: sitoplasma dan lamina basalis berlubang
ARTERI
a. ARTERI BESAR = arteri elastis
• Lapisan elastika interna tidak terlalu jelas karena terlalu banyak serat
elastin
• Lapisan pada dindingnya tidak mempunyai batas yang jelas
• Tidak terdapat tunika elastika eksterna
• Tunika adventitia berupa selubung tipis
• Dapat dijumpai vasa vasorum
5
VENA
a. VENULA
• Lumen tidak bundar
• Tunika intima selapis sel endotel
• Tidak terlihat tunika elastika interna dan eksterna
• Tunika media berupa beberapa lapis sel otot polos
• Tunika adventitia lebih tebal dari arteriol
b. VENA SEDANG
• Memiliki lumen yang lebar
• Tunika intima selapis sel endotel dan subendotel tidak jelas
• Tunika elastika interna tidak kontinu
• Tunika media berupa berkas kecil sel ototo polos yang melingkar
• Tidak terlihat tunika elastika eksterna
• Tunika adventitia berkembang dan terdapat vasa vasorum
c. VENA BESAR
• Selalu beriringan dengan vena sedang
• Memiliki katup
6
3. Epikardium
ATRIUM
Endokardium atrium memiliki lapisan:
a. Selapis sel endotel
b. Lapisan subendotel
c. Lapisan elastikomuskulosa
d. Lapisan subendokardium
VENTRIKEL
Endokardiumnya terdiri dari:
a. Selapis sel endotel
b. Lapisan subendotel
c. Lapisan subendokardium , terdapat serat purkinje
7
LI.2.Memahami dan menjelaskan fisiologi jantung
Atrium kanan menerima kotor atau vena atau darah yang miskin oksigen dari:
Darah yang kaya akan oksigen dari paru-paru akan di alirkan kembali ke
jantung melalui 4 vena pulmonalis (2 dari paru-paru kanan dan 2 dari paru-
paru kiri)menuju atrium kiri.
Dari atrium kiri darah akan dipompakan ke ventrikel kiri melewati katup
biskupid atau katup mitral.
Dari ventrikel kiri darah akan di pompakan ke seluruh tubuh termasuk
jantung (melalui sinus valsava) sendiri melewati katup aorta. Dari seluruh
tubuh,darah balik lagi ke jantung melewati vena kava superior,vena kava
inferior dan sinus koronarius menuju atrium kanan.
Perlu anda ingat bahwa siklus jantung berjalan secara bersamaan antara
jantung kanan dan jantung kiri, dimana satu siklus jantung = 1 denyut jantung
= 1 beat EKG (P,q,R,s,T) hanya membutuhkan waktu kurang dari 0.5 detik.
8
Sesaat setelah kedua atrium menerima darah dari masing-masing cabangnya,
dengan demikian akan menyebabkan tekanan di kedua atrium naik melebihi
tekanan di kedua ventrikel. Keadaan ini akan menyebabkan terbukanya katup
atrioventrikular, sehingga darah secara pasif mengalir ke kedua ventrikel
secara cepat karena pada saat ini kedua ventrikel dalam keadaan
relaksasi/diastolic sampai dengan aliran darah pelan seiring dengan
bertambahnya tekanan di kedua ventrikel. Proses ini dinamakan dengan
pengisian ventrikel atau ventrikel filling. Perlu anda ketahui bahwa 60%
sampai 90 % total volume darah di kedua ventrikel berasal dari pengisian
ventrikel secara pasif. Dan 10% sampai 40% berasal dari kontraksi kedua
atrium.
Pada fase ini, tekanan di kedua ventrikel berada pada puncak tertinggi
tekanan yang melebihi tekanan di kedua atrium dan sirkulasi sistemik
maupun sirkulasi pulmonal. Bersamaan dengan kejadian ini, terjadi aktivitas
listrik jantung di ventrikel yang terekam pada EKG yaitu komplek QRS atau
depolarisasi ventrikel.
Keadaan kedua ventrikel ini akan menyebabkan darah mengalir balik ke
atrium yang menyebabkan penutupan katup atrioventrikuler untuk mencegah
aliran balik darah tersebut. Penutupan katup atrioventrikuler akan
mengeluarkan bunyi jantung satu (S1) atau sistolic. Periode waktu antara
penutupan katup AV sampai sebelum pembukaan katup semilunar dimana
volume darah di kedua ventrikel tidak berubah dan semua katup dalam
keadaan tertutup, proses ini dinamakan dengan fase isovolumetrik
contraction.
9
D. Fase Ejection
• 1. Total volume darah yang terisi setelah fase pengisian ventrikel secara
pasip maupun aktif ( fase ventrikel filling dan fase atrial contraction) disebut
dengan End Diastolic Volume (EDV)
• 2. Total EDV di ventrikel kiri (LVEDV) sekitar 120ml.
• 3. Total sisa volume darah di ventrikel kiri setelah kontraksi/sistolic disebut
End SystolicVolume (ESV) sekitar 50 ml.
• 4. Perbedaan volume darah di ventrikel kiri antara EDV dengan ESV adalah
70 ml atau yang dikenal dengan stroke volume. (EDV-ESV= Stroke volume)
(120-50= 70)
10
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada
populasi lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160
mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg (Sheps,2005).
11
2. Rangsangan lingkungan : terutama asupan garam, stress dan obesitas
3. Adaptasi struktural yang membuat pembuluh darah dan jantung
membutuhkan tekanan yang lebih tingi dari fungsi normalnya.
Ketiga elemen ini saling terkait dimana pengaruh lingkungan yang berlebihan
dibutuhkan untuk mencetuskan predisposisi genetik sedangkan perubahan
struktural kadang-kadang dipercepat oleh faktor genetic. Pada fase awal,
interaksi antara predisposisi genetik dan pengaruh lingkungan menyebabkan
terjadi peningkatan cardiac output (CO) melebihi resistensi perifer.
1. Faktor genetik
a. Peran faktor genetik dibuktikan dengan berbagai kenyataan yang dijumpai
maupun dari penelitian, misalnya:
12
b. Obesitas
Banyak penyelidikan menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang positif
diantara obesitas (terutama upper body obesity) dan hipertensi. Bagaimana
mekanisme obesitas menyebabkan hipertensi masih belum jelas. Akhir-akhir
ini ada pendapat yang menyatakan hubungan yang erat diantara obesitas,
diabetes melitus tipe 2, hiperlipidemia dengan hipertensi melalui
hiperinsulinemia.
c. Stress
Hubungan antara stress dan hipertensi primer diduga oleh aktivitas saraf
simpatis (melalui cathecholamin maupun renin yang disebabkan oleh
pengaruh cathecolamin) yang dapat meningkatkan tekanan darah yang
intermittent. Apabila stress menjadi berkepanjangan dapat berakibat tekanan
darah menetap tinggi. Hal ini secara pasti belum terbukti, akan tetapi pada
binatang percobaan dibuktikan, pemaparan terhadap stress membuat binatang
tersebut hipertensi
3. Adaptasi perubahan struktur pembuluh darah
Perubahan adaptasi struktur kardiovaskular, timbul akibat tekanan darah yang
meningkat secara kronis dan juga tergantung dari pengaruh trophic growth
(angiotensin II dan growth hormon).
Menurut WHO (1978) batasan tekanan darah yang masih dianggap normal
adalah 140/90 mmHg, dan tekanan darah sama atau di atas 160/95 mmHg
dinyatakan sebagai Hipertensi, tekanan darah diantara normotensi dan
hipertensi adalah borderline hipertensi. Batasan tersebut tidak membedakan
usia dan jenis kelamin.
13
Tabel 1. Klasifikasi tekanan darah untuk yang berumur 18 tahun atau lebih
Optimal
< 120 Dan < 80
Normal
< 130 Dan < 85
Normal tinggi
130-139 Atau 85-90
Hipertensi
Derajat 1
140-159 Atau 90-99
Derajat 2
160-179 Atau 100-109
Derajat 3
> 180 Atau > 110
14
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan
hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi (Corwin,2001)
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal
mengsekresi epinefrin yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal
mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapt memperkuat respon
vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin
merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi
angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi
natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume
intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetus keadaan hipertensi (
Dekker, 1996 )
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada
lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh
darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya
dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume
sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan
perifer (Corwin,2001).
Patogenesis
Patogenesis hipertensi esensial adalah multifaktor dan sangat kompleks.
Beberapa faktor memodulasi tekanan darah (BP) untuk perfusi jaringan yang
memadai dan mencakup mediator humoral, reaktivitas vaskular, volume
darah sirkulasi, kaliber pembuluh darah, kekentalan darah, cardiac output,
elastisitas pembuluh darah, dan stimulasi saraf. Sebuah patogenesis hipertensi
esensial kemungkinan telah diusulkan di mana beberapa faktor, termasuk
kecenderungan genetik, asupan garam berlebih makanan, dan nada
adrenergik, dapat berinteraksi untuk menghasilkan hipertensi. Meskipun
genetika tampaknya berkontribusi pada hipertensi esensial, mekanisme yang
tepat belum ditetapkan.
15
Salah satu mekanisme hipertensi telah digambarkan sebagai tinggi-output
hipertensi. Hasil hipertensi tinggi-output dari penurunan resistensi pembuluh
darah perifer dan stimulasi jantung bersamaan dengan hiperaktivitas
adrenergik dan homeostasis kalsium diubah. Mekanisme kedua
bermanifestasi dengan output jantung normal atau berkurang dan peningkatan
resistensi vaskular sistemik karena vasoreactivity meningkat. Mekanisme lain
(dan tumpang tindih) meningkat reabsorpsi garam dan air (sensitivitas garam)
oleh ginjal, yang meningkatkan volume darah yang bersirkulasi.
Pada 90% penderita hipertensi, penyebab tekanan darah tinggi tidak diketahui
dan disebut sebagai hipertensi primer atau esensial. Sedangkan penyebab
spesifik tidak diketahui, ada faktor-faktor risiko yang dapat berkontribusi
untuk mengembangkan tekanan darah tinggi.
Faktor-faktor yang tidak dapat diubah
Umur: Orang tua adalah, semakin besar kemungkinan bahwa dia akan
mengembangkan tekanan darah tinggi, pembacaan sistolik terutama
ditinggikan. Hal ini terutama disebabkan oleh arteriosklerosis, atau
"pengerasan arteri."
Ras: Afrika Amerika mengalami tekanan darah tinggi lebih sering daripada
Kaukasia. Mereka mengembangkan tekanan darah tinggi pada usia muda dan
mengembangkan lebih cepat komplikasi parah dalam hidup.
16
berat badan (BMI = berat dalam pound ketinggian x 703 / dalam inci)
Menjadi kelebihan berat badan meningkatkan resiko tekanan darah tinggi.
Praktisi perawatan kesehatan merekomendasikan bahwa semua orang gemuk
dengan tekanan darah tinggi menurunkan berat badan sampai mereka berada
dalam 15% dari berat badan yang sehat mereka.
Orang gemuk adalah dua sampai enam kali lebih mungkin untuk
mengalami tekanan darah tinggi dibandingkan orang yang berat badannya
dalam kisaran yang sehat.
Tidak hanya tingkat obesitas adalah penting, tetapi juga cara di mana
tubuh menumpuk lemak ekstra. Beberapa orang mendapatkan berat badan
sekitar perut mereka (obesitas sentral atau "apel berbentuk" orang), sementara
yang lain menyimpan lemak di sekitar pinggul dan paha ("berbentuk buah
pir" orang). "Apple berbentuk" orang cenderung memiliki risiko kesehatan
lebih besar untuk tekanan darah tinggi dibandingkan "berbentuk buah pir"
orang.
Penggunaan alkohol: Minum lebih dari satu sampai dua gelas alkohol per
hari cenderung meningkatkan tekanan darah pada mereka yang sensitif
terhadap alkohol.
17
LO.3.5.Memahami dan menjelaskan tentang manifestasi klinik
Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada
hipertensi essensial. kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala
dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran seperti pada
ginjal, mata,otak, dan jantung. gejala-gejala-gejala seperti sakit kepala,
mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi
essensial. Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai
berikut:
pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan(jarangan), sukar tidur,
sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang.
sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal,
serangan jantung, stroke, lakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi
dengan merubah gaya hidup dan pola makan. beberapa kasus hipertensi erat
kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat. seperti kurang olah raga, stress,
minum-minuman, beralkohol, merokok, dan kurang istirahat. kebiasaan
makan juga perlu diqwaspadai. pembatasan asupan natrium (komponen
utama garam), sangat disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan
penderita hipertensi.
18
Dalam penentuan klasifikasi berdasarkan standart WHO adalah sebagai mana
terlampir:
19
LO.3.8.Memahami dan menjelaskan penatalaksanaaan hipertensi
Terapi Farmakologi
1. Diuretik
Mula-mula obat ini mengurangi volum ekstraseluler dan curah jantung. Efek
hipotensi dipertahankan selama terapi jangka panjang melalui berkurangnya
tahanan vaskular, sedangkan curah jantung kembali ke tingkat sebelum
pengobatan dan volum ekstraseluler tetap berkurang sedikit.
Mekanisme yang potensial untuk mengurangi tahanan vaskular oleh reduksi
ion Na yang persisten walaupun sedikit saja mencakup pengurangan volum
cairan interstisial, pengurangan konsentrasi Na di otot polos yang sekunder
dapat mengurangi konsentrasi ion Ca intraseluler, sehingga sel menjadi lebih
resisten terhadap stimulus yang mengakibatkan kontraksi, dan perubahan
afinitas dan respon dari reseptor permukaan sel terhadap hormon
vasokonstriktor.
Efek Samping
Impotensi seksual merupakan efek samping yang paling mengganggu pada
obat golongan tiazid. Gout merupakan akibat hiperurisemia yang dicetuskan
oleh diuretik. Kram otot dapat pula terjadi, dan merupakan efek samping
yang terkait.
Golongan obat
a. Tiazid dan agen yang sejenis ( hidroklorotiazid, klortalidon)
b. Diuretik loop (furosemid, bemetanid, asam etakrinik)
c. Diuretik penyimpan ion K, amilorid, triamteren, spironolaktont dosis
2. Beta adrenergik blocking agents (betabloker)
Jenis obat ini efektif terhadap hipertensi. Obat ini menurunkan irama jantung
dan curah jantung. Beta bloker juga menurnkan pelepasan renin dan lebih
efektif pada pasien dengan aktivitas renin plasma yang meningkat.
Beberap mekanisme aksi anti hipertensi di duga terdapat pada golongan obat
ini, mencakup :
1) Menurunkan frekuensi irama jantung dan curah jantung
2) Menurunkan tingkat renin di plasma
3) Memodulai aktivitas eferen saraf perifer
4) Efek sentral tidak langsung
Efek Samping
20
Semua betabloker memicu spasme bronkial, misalnya pada pasien dengan
asma bronkial.
Golongan Obat
a. Obat yang bekerja sentral (metildopa, klonidin, kuanabenz, guanfasin)
b. Obat penghambat ganglion (trimetafan)
c. Agen penghambat neuron adrenergik (guanetidin, guanadrel, reserpin)
d. Antagonis beta adrenergik (propanolol, metoprolol)
e. Antagonis alfa-adrenergik (prazosin, terazosin, doksazosin,
fenoksibenzamin, fentolamin)
f. Antagonis adrenergik campuran (labetalol)
3. ACE-inhibitor (Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors)
Cara kerja utamanya ialah menghambat sistem renin-angiotensin-aldosteron,
namun juga menghambat degradasi bradikinin, menstimulasi sintesis
prostaglandin vasodilating, dan kadang-kadang mereduksi aktivitas saraf
simpatis.
Efek Samping
Batuk kering ditemukan pada 10 persen atau lebih penderita yang mendapat
obat ini. Hipotensi yang berat dapat terjadi pada pasien dengan stenosis arteri
renal bilateral, yang dapat mengakibatkan gagal ginjal.
Golongan obat: Benazepril, captopril, enalapril, fosinoplir, lisinopril,
moexipril, ramipril, quinapril, trandolapril
4. Angiotensin II Receptor Blocker (ARB)
Efek samping batuk tidak ditemukan pada pengobatan dengan ARB. Namun
efek samping hipotensi dan gagal ginjal masih dapat terjadi pada pasien
dengan stenosis arteri renal bilateral dan hyperkalemia.
Golongan obat: Candesartan, eprosartan, irbesartan, losartan, olmesartan,
valsartan.
5. Obat penyekat terowongan kalsium (calcium channel antagonists, calcium
channel blocking agents, CCT).
Calcium antagonist mengakibatkan relaksasi otot jantung dan otot polos,
dengan demikian mengurangi masuknya kalsium kedalam sel. Obat ini
mengakibatkan vasodilatasi perifer, dan refleks takikardia dan retensi cairan
kurang bila dibanding dengan vasodilator lainnya.
Efek samping
Efek samping yang paling sering pada calcium antagonis ialah nyeri kepala,
edema perifer, bradikardia dan konstipasi.
21
Golongan obat : Diltiazem, verapamil
Diet : Makan kaya buah, sayur, susu rendah lemak dan lemak total
Pengontrolan konsumsi garam
Hipertensi dapat dicegah dengan pengaturan pola makan yang baik dan
aktivitas fisik yang cukup. Hindari kebiasaan lainnya seperti merokok dan
mengkonsumsi alkohol diduga berpengaruh dalam meningkatkan resiko
Hipertensi walaupun mekanisme timbulnya belum diketahui pasti.
22
DAFTAR PUSTAKA
Aru W.Sudoyo et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. jilid II, eds
V.Jakarta; InternaPublising
Ganong W.F. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Eds 22. Jakarta; EGC
http://science.jrank.org/pages/3488/Hypertension-Prognosis.html
23