Anda di halaman 1dari 12

PERANAN FILSAFAT ILMU DALAM ILMU KIMIA

(Tugas Makalah Mata Kuliah Filsafat Ilmu)

Oleh

Candra Saka Nusantari

1727011001

PASCASARJANA MAGISTER KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Filsafat dedifinisikan sebagai kebijaksanaan yang berasal dari bahasa Yunani.Jadi filsafat adalah
semata-mata mencintai kebijaksaan.Sedangkan filsafat ilmu dalam sains atau pengetahuan diartikan
untuk mempelajari esensi atau hakikat ilmu pengetahuan tertentu secara rasional.Filsafat sains (ilmu
pengetahuan) salah satu cabang filsafat yang mempelajari teori pembagian ilmu, metode yang
digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan jenis keterangan yang berkaitan dengan
kebenaran ilmu tertentu.

Ilmu pengetahuan (pengetahuan ilmiah) merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam
kehidupan masyarakat modern saat ini. Perkembangan ilmu pengetahuan semakin lama semakin
maju dengan munculnya ilmu-ilmu baru yang pada akhirnya memunculkan pula sub-sub ilmu
pengetahuan baru. Bahkan ke arah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi, seperti spesialisasi-
spesialisasi. Menurut Koento Wibisono dkk. (1997) menyatakan, karena pengetahuan ilmiah atau
ilmu merupakan “a higher level of knowledge”, maka lahirlah filsafat ilmu lahir sebagai penerusan
pengembangan filsafat pengetahuan. Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat menempatkan objek
sasarannya: Ilmu (Pengetahuan). Jenis pengetahuan selalu mempunyai ciri-ciri spesifik mengenai apa
(ontology), bagaimana (estimologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ketiga
landasan ini saling berkaitan, tidak mungkin bahasan estimologi terlepas sama sekali dari ontology
dan aksiologi. Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir sistematik, justru ketiganya harus
senantiasa dikaitkan

Ilmu kimia lahir dari keinginan para ahli kimia untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan apa dan
mengapa tentang sifat materi yang ada di alam, yang masing-masing akan menghasilkan fakta dan
pengetahuan teoritis tentang materi yang kebenarannya dapat dijelaskan dengan logika matematika.
Ilmu kimia terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya adalah Kimia Organik, Kimia Anorganik,
Biokimia, Kimia Fisika, Kimia Nuklir (inti), Kimia terapan yang mencakup banyak ilmu-ilmu
terapan, misalnya Kimia Polimer, Kimia Bahan Alam, Kimia Medisinal, dan lain-lain.
Pemanfaatan ilmu kimia itu itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Setiap
harinya, di mana pun itu, kita dapat menemukan proses kimia berlangsung serta hasil dari proses
kimia tersebut. Baik itu manfaat yang diberikannya baik ataupun tidak bagi kita sendiri ataupun
lingkungan serta masyarakat.

Persepsi masyarakat tentang kimia kebanyakan lebih terdengar negatif. Hal ini juga tidak bisa
dipungkiri dari adanya andil kimia dalam penyebab beberapa kerugian yang diderita oleh
masyarakat. Misalnya saja limbah dari pabrik yang menimbulkan gangguan kesehatan, penggunaan
bahan-bahan kimia berbahaya pada makanan, sampai dengan penggunanaan ilmu kimia dalam
membuat senjata pembunuh massal yaitu bom atom.

Jika kita lebih bijak, maka semua kerugian itu dapat saja kita tanggulangi. Pada dasarnya ilmu itu ada
bukan untuk merugikan manusia tetapi sebaliknya. Oleh sebab itu, diangkatlah tema tentang ilmu
kimia yang dikaji menurut ontology, epistimologi dan aksiologi agar kita benar-benar mengetahui
apa sebenarnya ilmu kimia tersebut.

B. Tujuan

Tulisan makalah ini dibuat bertujuan untuk mengajak manusiauntuk merefleksikan, menyadari,
menekuni kegiatan ilmu pengetahuan yang dilakukannya, khususnya bidang ilmu kimia. Menjadi
acuan dasar dan berpikir kimia dengan konsep pemahaman filsafat ilmu guna mencari kebenaran dari
apa yang dirumuskan dan diteliti terkait bidang ilmu kimia.
BAB II. ISI

A. Filsafat Ilmu Pengetahuan

Filsafat dedifinisikan sebagai kebijaksanaan yang berasal dari bahasa Yunani.Jadi filsafat adalah
semata-mata mencintai kebijaksaan.Sedangkan filsafat ilmu dalam sains atau pengetahuan diartikan
untuk mempelajari esensi atau hakikat ilmu pengetahuan tertentu secara rasional.Filsafat sains (ilmu
pengetahuan) salah satu cabang filsafat yang mempelajari teori pembagian ilmu, metode yang
digunakan dalam ilmu, tentang dasar kepastian dan jenis keterangan yang berkaitan dengan
kebenaran ilmu tertentu.

Sebagai filsafat, filsafat ilmu pengetahuan berusaha membahas ilmu pengetahuan sebagai objeknya
secara rasional (kritis, logis, dan sistematis), menyeluruh, dan mendasar. Filsafat ilmu pengetahuan
berusaha memperoleh pemahaman tentang ilmu pengetahuan secara jelas, benar dan lengkap, serta
mendasar untuk dapat menemukan kerangka pokok serta unsure-unsur hakiki.

Terdapat tiga landasan yang digunakan untuk melakukan pembahasan secara filosofis terhadap ilmu
pengetahuan, yaitu : landasan ontologis, landasan epistemologis, dan landasan aksiologis.

1. Dalam ontologi sain membicarakan hakikat dan struktur sains :


 Masalah rasional. Hipotesis yang diajukan haruslah bersifat rasional, yang kebenarannya
barulah dugaan.
 Masalah empiris Untuk menguji kebenaran hipotesis haruslah menggunakan metode
eksperimen dan tidak hanya berdasarkan logika tapi perlu pembuktian dengan penelitian.

Ilmu atau sains berisi teori, yang pada dasarnya menerangkan hubungan sebab akibat.Sains
tidak memberikan nilai baik atau buruk, halal atau haram, sopan tidak sopan, tapi sains hanya
memberikan nilai benar atau salah.

2. Dalam epitemologi sains diuraikan objek pengetahuan sains berupa benar-tidaknya pengetahuan
sains.Objek kajian sans haruslah objek-objek yang empiris sebab bukti-bukti yang ditemukan
haruslah bukti-bukti empiris, yang diperlukan dalam menguji bukti rasional yang telah
dirumuskan dalam hipotesis.

Proses pembuktian pengetahuan sains harus sesuai dengan rasionalisme, empirisme, positivisme
(kebenaran adalah logis dan bukti empiris yang terukur), metode ilmiah (logico-hypothetico-
verficatif) dibuktikan dengan logis-ajukan hipotesis (dari logika)-dibuktikan secara
empiris.Metode ilmiah secara teknis dan rinci menjelaskan dalam satu bidang ilmu yang disebut
metode riset.Metode riset menghasilkan model-model penelitian yang menjadi instansi terakhir
dan operasional dalam membuat aturan dalam sains.

Dengan menggunakan model penelitian tertentu kita dapat melakukan penelitian.Hasil-hasil


penelitian itulah yang kita peroleh berupa tumpukan pengetahuan sains dalam berbagai bidang
sains, khususnya kimia. Urutan dalam proses terwujudnya aturan seperti yang diuraikan dapat
kita lihat pada bagan berikut :

Ukuran kebenaran pengetahuan sains.Ilmu berisi teori-teori. Jika Anda mengambil buku Ilmu
(sain) Pendidikan, maka Anda akan menemukan teori-teori tentang pendidikan. Ilmu Bumi
membicarakan teori-teori tentang bumi, Ilmu Hayat membahas teori-teori tentang makhluk
hidup.Demikian seterusnya.Jadi, isi ilmu ialah teori. Jika kita bertanya apa ukuran kebenaran
sain, maka yang kita tanya ialah apa ukuran kebenaran teori-teori sain.
Jika hipotesis terbukti, maka pada saatnya ia menjadi teori. Jika sesuatu teori selalu benar, yaitu
jika teori itu selalu didukung bukti empiris, maka teori itu naik tingkat keberadaannya menjadi
hukum atau aksioma.

Hipotesis (dalam sain) ialah pernyataan yang sudah benar secara logika, tetapi belum ada bukti
empirisnya.Belum atau tidak ada bukti empiris bukanlah merupakan bukti bahwa hipotesis itu
salah.Hipotesis benar, bila logis, titik. Ada atau tidak ada bukti empirisnya adalah soal lain. Dari
sini tahulah kita bahwa kelogisan suatu hipotesis – juga teori – lebih penting ketimbang bukti
empirisnya.

3. Dalam aksiologi sains, membicarakan kegunaan sains, cara sains menyelesaikan masalah, dan
netralitas sains.
 Kegunaan sains
Secara umum, teori artinya pendapat yang beralasan.Alasan itu dapat berupa argumen logis,
ini teori filsafat; berupa argumen perasaan atau keyakinan dan kadang-kadang empiris, ini
teori dalam pengetahuan mistik; berupa argumen logis-empiris, ini teori sain.
Sekurang-kurangnya ada tiga kegunaan teori sain: sebagai alat membuat eksplanasi, sebagai
alat peramal (prediksi), dan sebagai alat pengontrol untuk mencegah terjadinya hal-hal yang
tidak diharapkan.

Perbedaan prediksi dan kontrol ialah prediksi bersifat pasif. Misalnya ketika terdapat kondisi
tertentu, maka kita dapat membuat prediksi, misalnya akan terjadi ini, itu, begini atau begitu.
Sedangkan kontrol bersifat aktif; terhadap sesuatu keadaan, kita membuat tindakan atau
tindakan-tindakan agar terjadi ini, itu, begini atau begitu.

 Cara sains menyelesaikan masalah


Para ilmuan ketika menyelesaikan suatu permasalah dalam lingkungan atau masyarakat akan
melakukan langkah-langkah yaitu mengidentifikasi masalah, mencari teori-teori yang
mendukung seperti dalam literatur, dan memperdalam kajian literatur tentang permasalahan
yang dihadapi kemudian dilakukan tindakan penyelesaiannya.
 Netralitas sains.
Sains lebih bijaksana dinilah sebagai tidak netral, karena sains bagian dari kehidupan,
sementara kehidupan itu secara keseluruhan tidak netral.Paham ini juga sesuai dengan ajaran
semua agama dan sesuai pula dengan niat ilmuwan ketika menciptakan teori sanis.

Karena itulah ilmu pengetahuan (sains) khususnya dalam bidang kimia saling berhubungan,
karena kimia adalah bagian dari ilmu pengetahuan yang berisi teori-teori yang telah dibuktikan
melalui penelitian dan pengamatan dengan langkah-langkah yang sesuai dengan penjelasan dalam
filsafat ilmu untuk menghasilkan suatu kesimpulan atau hasil yang kemudian dijadikan sebagai
teori juga.

B. Filsafat Kimia

Sastrapratedja (1997) mengemukakan bahwa ilmu-ilmu alam secara fundamental dan struktural
diarahkan pada produksi pengetahuan teknis dan yang dapat digunakan. Ilmu pengetahuan alam
merupakan bentuk refleksif (relefxion form) dari proses belajar yang ada dalam struktur tindakan
instrumentasi, yaitu tindakan yang ditujukan untuk mengendalikan kondisi eksternal manusia. Ilmu
pengetahuan alam terkait dengan kepentingan dalam meramal (memprediksi) dan mengendalikan
proses alam. Positivisme menyamakan rasionalitas dengan rasionalitas teknis dan ilmu pengetahuan
dengan ilmu pengetahuan alam.

Ilmu pengetahuan alam mulai berdiri sendiri sejak abad ke 17. Kemudian pada tahun 1853, Auguste
Comte mengadakan penggolongan ilmu pengetahuan. Pada dasarnya penggolongan ilmu
pengetahuan yang dilakukan oleh Auguste Comte (dalam Koento Wibisono, 1996), sejalan dengan
sejarah ilmu pengetahuan itu sendiri, yang menunjukkan bahwa gejala-gejala dalam ilmu
pengetahuan yang paling umum akan tampil terlebih dahulu. Dengan mempelajari gejala-gejala yang
paling sederhana dan paling umum secara lebih tenang dan rasional, kita akan memperoleh landasan
baru bagi ilmu-ilmu pengetahuan yang saling berkaitan untuk dapat berkembang secara lebih cepat.
Dalam penggolongan ilmu pengetahuan tersebut, dimulai dari Matematika, Astronomi, Fisika, Ilmu
Kimia, Biologi dan Sosilogi. Ilmu Kimia diurutkan dalam urutan keempat.

Pada pengelompokkan tersebut, meskipun tidak dijelaskan induk dari setiap ilmu tetapi dalam
kenyataannya sekarang bahwa fisika, kimia dan biologi adalah bagian dari kelompok ilmu
pengetahuan alam.
Ilmu kimia lahir dari keinginan para ahli kimia untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan apa dan
mengapa tentang sifat materi yang ada di alam, yang masing-masing akan menghasilkan fakta dan
pengetahuan teoritis tentang materi yang kebenarannya dapat dijelaskan dengan logika matematika.
Jenis pengetahuan selalu mempunyai cirri-ciri spesifik mengenai apa (ontology), bagaimana
(estimologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Ketiga landasan ini saling
berkaitan, tidak mungkin bahasan estimologi terlepas sama sekali dari ontology dan aksiologi.
Apalagi bahasan yang didasarkan model berpikir sistematik, justru ketiganya harus senantiasa
dikaitkan.

1. Ilmu Kimia Dalan Tinjauan Ontologi

Nama ilmu kimia berasal dari bahasa Arab, yaitu al-kimiya yang artinya perubahan materi, oleh
ilmuwan Arab Jabir ibn Hayyan (tahun 700-778). Ini berarti, ilmu kimia secara singkat dapat
diartikan sebagai ilmu yang mempelajari rekayasa materi, yaitu mengubah materi menjadi materi
lain. Secara lengkapnya, ilmu kimia adalah ilmu mempelajari tentang susunan, struktur, sifat,
perubahan serta energi yang menyertai perubahan suatu zat atau materi. Zat atau materi itu
sendiri adalah segala sesuatu yang menempati ruang dan mempunyai massa.

Susunan materi mencakup komponen-komponen pembentuk materi dan perbandingan tiap


komponen tersebut. Struktur materi mencakup struktur partikel-partikel penyusun suatu materi
atau menggambarkan bagaimana atom-atom penyusun materi tersebut saling berikatan. Sifat
materi mencakup sifat fisis (wujud dan penampilan) dan sifat kimia. Sifat suatu materi
dipengaruhi oleh : susunan dan struktur dari materi tersebut. Perubahan materi meliputi
perubahan fisis/fisika (wujud) dan perubahan kimia (menghasilkan zat baru). Energi yang
menyertai perubahan materi = menyangkut banyaknya energi yang menyertai sejumlah materi
dan asal-usul energi itu.

Ini berarti bahwa aspek ontologi dari ilmu kimia adalah:


 Konsep kimua, yang berarti kimia adalah ilmu yang mempelajari tentang susunan, struktur,
sifat, perubahan serta energi yang menyertai perubahan suatu materi
 Objek studi dari ilmu kimia adalah zat atau materi.
Bagian yang terpenting dari ilmu kimia adalah mempelajari reaksi kimia, perubahan yang terjadi
bila senyawa kimia berinteraksi membentuk suatu senyawa baru yang berbeda. Reaksi kimia
merupakan suatu hal yang menakjubkan untuk diteliti dan merupakan bagian yang
menyenangkan dari ilmu kimia untuk memperhatikan terjadinya reaksi kimia.

Hakekat ilmu kimia adalah benda itu bisa mengalami perubahan bentuk, maupun susunan
partikelnya menjadi bentuk yang lain sehingga terjadi deformasi, perubahan letak susunan, ini
mempengaruhi sifat-sifat yang berbeda dengan wujud yang semula.

2. Ilmu Kimia Dalam Tinjauan Epistemologi

Epistimologi ilmu adalah berbicara tentang bagaimana ilmu itu diperoleh dan dikembangkan.
Ilmu kimia merupakan ilmu yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan
percobaan (induktif) namun pada perkembangan selanjutnya ilmu kimia juga diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan teori (deduktif).

Ilmu kimia dikembangkan oleh ahli kimia untuk menjawab pertanyaan “apa” dan “mengapa”
tentang sifat materi yang ada di alam. Pengetahuan yang lahir dari upaya untuk menjawab
pertanyaan “apa” merupakan suatu fakta bahwa sifat-sifat materi yang diamati sama oleh setiap
orang akan menghasilkan pengetahuan deskriptif yang diperoleh dengan merancang percobaan
dan melakukan eksperimen. Sedangkan pengetahuan yang lahir untuk menjawab pertanyaan
“mengapa” suatu materi memiliki sifat tertentu akan menghasilkan pengetahuan yang teoritis.
Pengetahuan ini diperoleh melalui langkah-langkah ilmiah sehingga muncul dan diciptakannya
suatu teori. Teori yang telah ditemukan akan terus dibuktikan oleh peneliti lain demi
memperkuat teori tersebut atau mungkin menyempurnakannya. Teori yang sudah mendekati
sempurna akan diakui. Berikut adalah bagaimana ilmu kimia dikembangkan.

3. Ilmu Kimia Dalam Tinjauan Aksiologi

Aksiologi ilmu membicarakan tentang nilai atau kebermanfaatan suatu ilmu. Ilmu kimia seperti
halnya ilmu-ilmu yang lain mempunyai manfaat apabila dipelajari oleh siapapun. Manfaat dari
mempelajari ilmu kimia meliputi :
 Pemahaman kita menjadi lebih baik terhadap alam sekitar dan berbagai proses yang
berlangsung di dalamnya.
 Mempunyai kemampuan untuk mengolah bahan alam menjadi produk yang lebih berguna
bagi manusia.
 Membantu kita dalam rangka pembentukan sikap.

Secara khusus, ilmu kimia mempunyai peranan sangat penting dalam bidang : kesehatan,
pertanian, peternakan, hukum, biologi, arsitektur dan geologi. Pada bidang kesehatan contohnya
adalah ditemukannya obat-obatan dari proses kimia yang dapat membantu dalam proses
pemulihan terhadap suatu penyakit.

Dibalik sumbangannya yang besar bagi kehidupan kita, secara jujur harus diakui bahwa
perkembangan ilmu kimia juga memberikan dampak negatif bagi kehidupan manusia.
Contohnya bahan pangan yang beredar di tengah masyarakat yang mengandung bahan kimia
berbahaya, seperti : tahu, bakso yang mengandung bahan formalin, pengawet. Krupuk yang kita
konsumsi pun tak luput dari bahan racun kimia “boraks”. Bahkan, minuman es di kantin-kantin
maupun yang dijual dipinggir jalan diindikasikan bahwa bahan pewarnanya tak lain adalah
bahan yang digunakan untuk pewarna kain. Produk kecantikanpun tak luput dari penggunaan
racun-racun berbahaya, mercuri, yang berakibat paling fatal yakni kematian serta masih banyak
lagi manfaat negatif dari ilmu kimia.

Dampak negatif dari ilmu kimia ada karena para pelaku tersebut paham konsep dan proses ilmu
yang ditemukan tetapi tidak mempedulikan nilai dari ilmu tersebut, sehingga ilmu yang
ditemukan hanya akan membawa kerugian bagi masyarakat. Jika setiap manusia menemukan
ilmu dengan memandang wilayah aksiologi, maka ilmu tersebut akan memiliki nilai yang tinggi.
Contohnya yaitu mengenai peluruhan atom yang dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk tujuan
tertentu. Peluruhan atom telah diketahui oleh ilmuwan, bahwa dalam proses peluruhan atau fisi
sebuah unsur akan disertai pelepasan energi beberapa elektron yang tentunya dapat
dimanfaatkan, misalkan untuk pembangkit listrik tenaga nuklir.
BAB III. KESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan :


1. Filsafat ilmu pengetahuan membimbing kita untuk berfikir rasional (kritis, logis, dan sistematis),
obyektif, radikal (mendalam), dan komprehensif (menyeluruh) dalam rangka mendapatkan
pemahaman yang dapat dipertanggungjawabkan tentang ilmu pengetahuan alam, khususnya
bidang ilmu kimia.
2. Landasan filsafat dalam ilmu pengetahuan kimia adalah ontology, epistemologi, dan aksiologi.
DAFTAR PUSTAKA

Jawigo. 2011. Relevansi Filsafat Dalam Pengembangan. http://jawigo.blogspot.co.id/2011/07/relevansi-

filsafat-dalam-pengembangan.html.

Pasaribu, M. 2017. Peran Filsafat Dalam Ilmu Kimia. http://mangihot.blogspot.co.id/2017/10/peran-


filsafat-dalam-ilmu-kimia.html.

Wahana, P. 2016. Filsafat Ilmu Pengetahuan Alam. Yogyakarta : Pustaka Diamond.

Anda mungkin juga menyukai