Disusun oleh :
Vania Ramadhanty (3335160091)
Kelas A
Teknik kimia
Fakultas Teknik
Universitas Sultan Ageng Tritayasa
2017/2018
Komposting Sampah Kota dengan proses Aerobik Sistem
Open windrow
Sampah
Sampah (refuse) adalah sebagian dari sesuatu yang tidak dipakai, tidak
disenangi atau sesuatu yang harus dibuang, yang umumnya berasal dari kegiatan
yang dilakukan oleh manusia (termasuk kegiatan industri), tetapi bukan biologis
(karena human waste tidak termasuk didalamnya) dan umumnya bersifat padat
(Azwar, 1990). Sumber sampah bisa bermacam-macam, diantaranya dari rumah
tangga, pasar, warung, kantor, bangunan umum, industri, dan jalan.
Perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang pesat di daerah perkotaan
mengakibatkan daerah pemukiman semakin luas dan padat. Peningkatan aktivitas
manusia, lebih lanjut menyebabkan bertambahnya sampah. Faktor yang
mempengaruhi jumlah sampah selain aktivitas penduduk antara lain adalah:
jumlah atau kepadatan penduduk, sistem pengelolaan sampah, keadaan geografi,
musim dan waktu, kebiasaan penduduk, teknologi serta tingkat sosial ekonomi
(Depkes RI., 1987).
Krisis pangan yang terjadi di negara kita telah memacu pemerintah untuk
mengeluarkan kebijaksanaan pengembangan perekonomian yang berbasis pada
pertanian termasuk didalamya intensifikas/ekstensifikasi pertanian dan
pemanfaatan lahan-lahan tidur, untuk mengejar peningkatan produksi pangan.
Kenyataan tersebut mengakibatkan peningkatan kebutuhan pupuk, sehingga
keberadaan pupuk di pasaran menjadi langka. Kebijakan lain untuk
menghapuskan subsidi terhadap pupuk anorganik telah mengakibatkan pula
melambungnya harga pupuk tersebut, sehingga sulit terjangkau oleh para petani.
Komposting
Pengkomposan merupakan suatu proses biologis oleh mikroorganisme
yang mengubah sampah padat organik menjadi bahan yang stabil menyerupai
humus. Proses dekomposisi (penguraian) sampah padat organik dapat berlangsung
secara aerobik ataupun anaerobik, tergantung dari tersedianya oksigen. Proses
anaerobik berlangsung lambat dan mengeluarkan bau busuk yang sulit
dikendalikan, sehingga hampir semua proses pembuatan kompos secara modern
dilakukan secara aerobik dengan mengkombinasi suhu mesofilik dan termofilik.
Sampah Kompos
Sampah Organik
terdegradasi matang
Karbon, Nitrogen, Fosfor, C/N ratio ideal 30
Karbon, Nitrogen, Fosfor, Kalium C/N ratio 10-20, pH 6-8.5
Kalium
Karbon, Nitrogen, Fosfor, Kalium
MIKROORGANISME MIKROORGANISME
MIKROORGANISME MIKROORGANISME
DALAM SAMPAH BEKERJA
DALAM SAMPAH MATI
Air dan Energi panas
Suhu Puncak
TAHAP PENGHANGATAN TAHAP PENDINGINAN DAN PEMATANGAN
Secara umum proses yang dilakukan dalam pembuatan pupuk organik dari
sampah kota dapat digambarkan seperti diagram alir proses pengkomposan di
bawah ini.
LAPAK
- STARTER
- NITROGEN AIR KANTUNG
- AIR
PRA PASCA
MASUKAN KELUARAN
PENGKOMPOSAN PENGKOMPOSAN
PROSES PENGKOMPOSAN
TEKNOLOGI PENANGANAN LIMBAH PADAT SECARA BIOLOGIS – DIT. TEKNOLOGI LINGKUNGAN – BPPT
Diagram alir proses pengkomposan sampah kota menunjukkan tahapan
kegiatan yang dikerjakan dalam pembuatan pupuk organik dari sampah kota,
khususnya pada plant pengkomposan Mranggen, proses produksi pupuk organik
(kompos) mencakup tahapan-tahapan :
Sortasi sampah
Pembuatan tumpukan
Perlakuan
Pengayakan
Pengemasan
Sortasi sampah
Sampah yang berasal dari pemukiman atau perkotaan terdiri dari campuran
sampah organik dan anorganik. Proses sortasi dilakukan dengan tujuan untuk
memisahkan sampah-sampah organik - yang merupakan bahan baku dalam proses
pengkomposan, dari sampah anorganik dan bahan-bahan lain yang tidak dapat
dikomposkan. Sampah yang datang di lokasi plant pengkomposan langsung
dibawa ke pelataran sortir untuk pemisahan secara manual. Sortasi dilakukan
sesegera mungkin agar tidak terjadi penumpukan sampah yang menimbulkan bau.
Sampah organik yang masih berbentuk memanjang seperti ranting dan batang
pohon, terlebih dahulu dipotong-potong secara manual hingga mencapai ukuran +
5 cm sehingga mudah dikomposkan. Sampah pertanian seperti cabang pohon dan
ranting dipisahkan dari daun-daunnya. Sampah-sampah organik yang berhasil
dikumpulkan dari kegiatan sortasi dibawa ke tempat penumpukan untuk proses
lebih lanjut, barang-barang lapak dikumpulkan pada tempat yang telah disediakan,
dan residu dari kegiatan lapak / sortasi sampah organik dikumpulkan dalam
gerobak-gerobak sampah untuk memudahkan pengangkutan ke atas truk melalui
depo transfer sampah.
SORTASI-1
Besi TIDAK MEMILIKI
Lapak
Plastik NILAI JUAL
Kaca
DIJUAL
sebagai,
- Barang bekas SORTASI-2
- Bahan baku daur
ulang ANORGANIK ORGANIK
Pembuatan tumpukan
Perlakuan
1. Pembalikan.
2. Penyiraman.
3. Pemantauan Suhu.
Pengayakan
Kompos dapat disaring dengan berbagai jenis ayakan seperti ayakan pasir,
ayakan goyang, ayakan drum berputar dan ayakan getar. Besarnya lubang ayakan
dapat bervariasi tergantung dari ukuran kompos yang diinginkan. Ukuran kompos
dapat dibagi menjadi :
Pengemasan
Kompos yang telah diayak dikemas ke dalam kantung plastik kedap air atau
karung. Telah dipersiapkan sebanyak 2000 buah kantung plastik berukuran 35 cm
x 45 cm untuk menampung kompos halus seberat 5 kg. Kantung-kantung plastik
tersebut telah diberi label dengan nama pemilik atau sebagai pembuatnya.
Terlalu banyak
kandungan
Banyak
Anorganiknya Depo Transfer
kandungan
Sampah
PEMASARAN
Sumur
Kantor
Tower air
Gudang
Residu
SORTASI
Sistem Bak Aerasi
Bahan
5 4
Kompos Lapak
6 3
SARING &
PERLAKUAN
7 2
KEMAS
Bahan Kompos
8 1
PENUMPUKAN Open Windrow
Sungai
8 5 4 1
KEMAS 7 6 3 2
Manfaat pupuk kompos
Kompos sebagai produk dari proses penguraian bahan organik memiliki
sifat-sifat yang baik untuk menyuburkan tanah dan menyediakan unsur hara bagi
tanaman. Pupuk kompos dapat memperbaiki daya ikat tanah berpasir dan
memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga tidak terlalu berderai atau
terlalu lekat. Kompos juga dapat meningkatkan daya ikat tanah terhadap air
sehingga meningkatkan persediaan air untuk tanaman. Selain itu kompos juga
dapat memperbaiki tata udara tanah dan mempertinggi daya ikat tanah terhadap
zat hara dari pupuk mineral sehingga tidak mudah larut oleh air penghujan
sehingga penggunaan pupuk menjadi lebih efisien. Untuk tanaman, tentu saja
kompos menyediakan unsur makro maupun mikronutrien yang penting untuk
perkembangan pertumbuhannya. Jika dicermati, maka tak dapat dielakkan bahwa
deretan kemampuan pupuk kompos seperti tersebut di atas dalam memperbaiki
sifat tanah dan kemampuannya dalam menyediakan unsur mikronutrien untuk
tanaman, tidak dimiliki oleh pupuk mineral.
Samudro, Ganjar, dkk. 2017. Pengaruh kadar air terhadap hasil pengomposan
sampah organic dengan metode open