Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tindakan sectio caesarea (sc) merupakan pilihan utama bagi tenaga medis untuk
menyelamatkan ibu dan janin. WHO menetapkan standar rata-rata secto caesarea
disebuah negara adalah sekitar 5-15% per 1000 kelahiran didunia. Di indonesia
angka kejadian sectio caesarea mengalami peningkatan pada tahun 2000 jumlah ibu
bersalin dengan sectio caesarea 47,22%, tahun 2001 sebesar 45,19%, tahun 2005
sebesar 51,59% dan pada tahun 2006 sebesar 53,68%.
Survei nasional pada tahun 2009, 921.000 persalinan dengan sectio caesarea dari
4.039.000 persalinan atau sekitar 22,8% dari seluruh persalinan. Berdasarkan data
RIKESDAS tahun 2010 tingkat persalinan sectio caesarea di indonesia 15,3% sampel
dari 20,591 ibu yang melahirkan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir (Sumelung,
veibymiaty,dkk., 2014)
Sectio caesarea umumnya dilakukan bila ada induksi medis tertentu sebagai
tindakan mengakhiri kehamilan dengan komplikasi, salah satunya adalah komplikasi
chepalopelvic disproportion (CPD) atau Dkp (kasdu dalam anonim, 2013). Hasil
penelitian di dunia pada tahun 2008 didapatkan sectio caesarea dengan indikasi
sebanyak 58,17% sedangkansectio caesarea non indikasi sebanyak 41,83% (Depkes
RI : nurak, 2013 dalam setyowati 2013).
Cephalopelvic Disproportion (CPD) merupakan 50% penyebab Arrest of descent
pada nulipara dan pada multipara hanya 29,7%. Berdasarkan penelitian Friedman
dkk 30,4% pasien dengan Arrest of descent memerlukan Seksio saesarea, 37.6%
dilakukan persalinan dengan midforsep dan 5,1% mengalami forsep gagal. Tanpa
adanya intervensi pembedahan maka untuk terjadinya fetal distress sebanyak 12,5%
kasus dan sering didapati apgar score yang rendah sebanyak 21,9% dan didapat
distosia bahu sebanyak 14,1%.
Di jawa tengah tercatat dari 17.665 angka kelahiran terdapat 35,7%-55,3% ibu
melahirkan dengan proses sectio caesarea (Yudoyono : nurak 2013 dalam setyowati
2013).

1
Hasil observasi kelompok 5 di RSUD Wates di ruangan Kenanga selama 1
minggu terakhir terdapat sekitar 55 orang melakukan persalinan dengan
menggunakan tindakan sectio caesarea, dan yang melakukan persalinan dengan
sectio caesarea (sc) atas indikasi CPD/DKP (distosia kepala panggul) sebanyak 23
orang. Berdasarkan dari data tersebut kelompok 5 mengambil kasus tentang Sectio
caesarea di RSUD Wates di ruangan Kenanga.

B. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus


1. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan dengan post sectio caesarea
(sc) atas indikasi Distorsi kepala panggul (DKP)

2. Tujuan khusus
a. Mengetahui pengertian sectio caesarea dan Dkp
b. Mengetahui etiologi Dkp
c. Mengetahui manifestasi klinis Dkp
d. Mengetahui patofisiologi dan perubahan fisiologis Nifas
e. Mengetahui pathway Sc a,i Dkp
f. Mengetahui pemeriksaan penunjang sc a.i dkp
g. Mengetahui komplikasi sc a.i dkp
h. Mengetahui penatalaksannan medis dan keperawatan post sc
i. Mengetahui pengkajian keperawatan
j. Mengetahui diagnosa keperawatan
k. Mengetahui rencana keperawatan
l. Mengetahui implementasi keperawatan
m. Mengetahui evaluasi keperawatan

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak
sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami (Sarwono, 2009).
Disproporsi kepala panggul yaitu suatu keadan yang timbul karena tidak adanya
keseimbangan antara panggul ibu dengan kepala janin (Ashar, 2009). Tulang-tulang
panggul merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang
merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk
panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan
kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi
(Putri, 2013).
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka
dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio Caesaria ialah tindakan
untuk melahirkan janin dengan berat badan diatas 500 gram melalui sayatan
pada dinding uterus yang utuh (prawiroharjo, 2010).
Masa nifas (puerperium) di mulai setelah kelahiran dan berakhir ketiak alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selam
kira-kira 6 minggu (Prawirohardjo, 2006). Kala puerperium berlangsung selama 6
minggu atau 42 hari, merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat
kandungan pada keadaan yang normal. Di mulai dua kejadian penting pada
puerperium, yaitu involusi uterus dan proses laktasi (Manuaba, 2007).
Masa puerpenium (nipas) adalah masa setelah partus selesai dan berakhir kira-
kira 6-8 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetal baru pulih kembali seperti
sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Saifuddin, 2006). Masa nifas
(peurpenium) adalah masa pulih kembali mulai dari persalin selesai samapi alat
kandung kembali seperti semula/pra hamil dan lamanya berlangsung yaitu 6 minggu.
(Nugroho, 2011).

3
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa seksio sesaria adalah
suatu tindakan pembedahan obstetric yang merupakan alternatif dari kelahiran vagina
jika keadaan ibu atau janin terganggu, salah satunya seperti disproporsi kepala
panggul (DKP/CPD) dimana ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai dengan bentuk
kepala janin. Masa nifas adalah masa setelah melahirkan sampai alat kandungan
kembali seperti semula/seperti sebelum hamil.

Indikasi Dilakukan SC
1. Indikasi yang berasal dari Ibu
a. Primigravida dengan kelainan letak.
b. Primi para tua disertai kelaianan letak.
c. Disproporsi sefalo pelvic (disproporsi janin/panggul).
d. Sejarah kehamilan dan persalinan buruk.
e. Terdapat kesempitan paggul.
f. Plasenta previa terutama pada primigravida, solutsio plasenta tingkat I-II.
g. Komplikasi kehamilan yaitu preeklamsia-eklamsia.
h. SC atas permintaan Ibu.
i. Kehamilan yang disertai dengan penyakit (Jantung, DM).
j. Gangguan perjalanan persalinan (kista ovarium, mioma uteri, dsb).
2. Indikasi yang berasal dari Janin
a. Fetal distress/gawat janin.
b. Mal presentasi dan ma posisi kedudukan janin.
c. Prolaps tali pusat dengan pembukaan kecil.
d. Kegagalan persalinan vakum atau forceps ekstrasi.

B. Etiologi berupa Faktor-Faktor Disproporsi Kepala Panggul


1. Faktor panggul ibu
Terdapat pangul-panggul sempit yang umumnya disertai perubahan dalam
bentuknya. Menurut klasifikasi yang dianjurkan Munro Kerr yang diubah sedikit,
panggul-pangul yang terakhir dapat digolongkan sebagai berkut:
1) Perubahan bentuk karena kelainan perubahan intrauterine: a). Panggul Naegele
b). Panggul Robert c). Split pelvis d). Panggul asimilasi

4
2) Perubahan bentuk karena penykit pada tulng-tulang panggul dan/atau sendi
panggul: a). Rakitis b). Neoplasma c). Fraktur d). Atrofi, karies, nekrosis
3) Perubahan bentuk karena penyakit kaki: a). Koksitis b). Luksasio koksa c).
Atrofi atau kelumpuhan satu kaki
4) Perubahan bentuk karena penyakit tulang belakang: a). Kifosis b). Skoliosis c).
Spondilolistesis.

2. Berdasarkan pintu masuk panggul


1) Kesempitan pada pintu atas panggul : Pintu atas panggul dianggap sempit bila
diameter anteroposterior terpendeknya kurang dari 10 cm, atau diameter
taransversa kurang dari 12 cm. oleh karena pada pangul sempit kemungkinan
besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas panggul, menyebabkan serviks
uteri kurang mengaami tekanan kepala sehingga dapat menyebabkan inersia
uteri dan lambatnya pembukaan serviks.
2) Kesempitan panggul tengah Apabila ukurannya distansia interpinarum kurang
dari 9,5 cm diwaspadai akan kemungkinan kesukaran dalam persalinan,
ditambah agi bila ukuran diameter sagitalis juga pendek.
3) Kesempitan pintu bawah panggul Pintu bawah pangul terdiri atas segitiga
depan dan segitiga belakang yang mempunyai dasar yang sama, yakni distansia
tuberum. Bila distansia tuberum dengan diameter sagitalis posterior kurangdari
15 cm, maka dapat timbul kemacetan pada kelahiran ukuran normal.

3. Kelainan bentuk janin


1) Pertumbuhan yang berlebihan
Berat neonates normal pada kehamilan aterm berkisar 2500-4000 gram. Yang
dinamakan bayi besar jika berat lahirnya melebihi 4000 gram. Pada janin besar,
faktor keturunan memegang peranan penting. Pada wanita hamil dengan
diabetes mellitus, pada postmaturitas dan pada grandemultipara juga dapat
mengakibatkan janin besar. Menentukan besarnya janin secara klinis memang
sulit dilakukan. Kadang-kadang baru diketahui adanya janin besar setelah tidak
adanya kemajuan dalam persalinan pada panggul normal dan his yang kuat.
Walaupun panggul ibu luas dan dapat dilewati janin lebih dari 4000 gram

5
sebaiknya dilakukan persalinan perabdominal dengan pertimbangan jalan lahir
lunak ibu. Disebut makrosomia bila lingkar kepala janin 37-40 cm, dan untuk
persalinan pervaginam dilakukan paa janin engan lingkar kepala <37 cm.
2) Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah penimbunan cairan serebrospinal dalam ventrikel otak,
sehingga kepala menjadi besar serta terjadi pelebaran-pelebaran sutura-sutura
dan ubun-ubun. Cairan yang tertimbun di ventrikel biasanya antara 500-1500
ml, akan tetapi kadang-kadang dapat mencapai 5 liter. Karena kepala janin
terlalu besar dan tidak dapat berakomodasi di bagia bawah uterus, maka sering
ditemukan dalam letak sungsang. Pada presentasi kepala, hidrosefalus dapat
ditegakkan dengan pemeriksaan dala teraba sutura-sutura dan ubun-ubun yang
melebar dan tegang, sedangkan tulang kepala sanga tipis dan mudah ditekan.
Pemeriksaan rontgenologik menunjukka kepala janin angat besar dengan
tulang-tulang yang sangat tipis.

4. Mal presentasi kepala


Pada persalinan normal, kepala janin pada waktu melewati pintu jalan lahir berada
dalam keadaan fleksi dengan presentasi belakang kepala. Dengan adanya
malpresentasi kepala seperti presentasi puncak kepala, presentasi dahi dan
presentasi muka maka dapat menimbulkan kemacetan dalam persalinan. Hal ini
dimungkinkan karena kepala tidak dapat masuk PAP karena diameter kepala pada
malpresentasi lebih besar disbanding ukuran panggul khususnya panjang diameter
anteroposterior panggul.

C. Manifestasi Klinis
1. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu
sering merasa benda keras (kepala) mendesak tulang iga.
2. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
3. Punggung anak dapat teraba pada salat satu sisi perut dan bagian-bagian kecil
pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang budar
dan lunak.
4. Bunyi jantung janin terdengar pada punggung anak setinggi pusat.

6
D. Patofisiologi dan Perubahan Fisiologi
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan panggul sempit dengan
sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu
distorsi kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll,
untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang
setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik dari aspek
kognitif berupa kurang pengetahuan.
Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk oxsitosin yang
tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi
akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan antibiotik
dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah utama karena insisi
yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa bersifat regional
dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya terhadap janin maupun
ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan upnoe yang
tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan
pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri
sehingga darah banyak yang keluar. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran
pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan terjadi proses
penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme
sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun maka
peristaltik juga menurun. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada
perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi
Setelah menjalani proses persalinan setiap ibu akan mengalami proses
perubahan baik fisik maupun psikologi. Hal ini adalah normal terjadi pada setiap ibu
post partum. Perubahan fisiologis yang terjadi adalah sebagai berikut:
1. Uterus.
Uterus akan kembali kekeadaan sebelum lahir (involusi), proses ini dimulai segera
setelah plasenta keluar, pada akhir tahap ketiga persalinan, garis tengah uterus
kira-kira berada 2 cm di bawah umbilicus, pada saat ini berat uterus kira kira 1000
gr, dalam waktu 12 jam tinggi fundus uteri kurang lebih 1 cm di atas umbilicus,

7
selanjutnya fundus uteri akan turun kira-kira 1 sampai 2cm setiap 24 jam, pada
hari ke 6 post partum tinggi fundus uteri berada di pertengahan umbilicus dan
simpisis pubis, pada hari ke 9 post partum uterus tidak bisa dipalpasi. Berat uterus
menjadi 500 gr pada minggu pertama kemudian turun menjadi 350 gr pada
minggu ke dua, dan pada minggu ke enam beratnya menjadi 50-60 gr, konteraksi
uterus akan meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir dan akan
menimbulkan rasa nyeri pada daerah abdomen, atau yang biasa disebut after pain.
2. Lokhea
Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir sering disebut lokhea, mula-mula
berwarna merah kemudian berubah menjadi merah tua dan coklat.
Macam-macam lokhea
a. Lokhea rubra : warna merah muda, aliran menyembur, berlangsung 3 sampai
4 hari post partum.
b. Lokhea serosa : terdiri dari darah lama berwarna merah tua atau coklat,
biasanya berlangsung dari hari ke 3 sampai hari ke 10 setelah bayi lahir.
c. Lokhea alba : warna cairan putih atau kuning terjadi selama dua sampai enam
minggu setelah bayi lahir.
3. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan, 18 jam pasca partum serviks
memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula.
4. Vagina dan perineum.
Mukosa pada vagina akan menipis dan rugae akan menghilang, vagina yang
terenggang akan kembali ke ukuran semula secara bertahap dalam 6 sampai 8
minggu post partum, rugae akan kembali terlihat pada minggu ke-4. Perineum
tampak oedem setelah melahirkan, umumnya akan terlihat hemoroid, bisa
ditemukan episotomi atau laserasi.
5. Sistem endokrin.
Penurunan signifikan hormone placental laktogen, estrogen dan kortisol akan
memberikan efek penurunan gula darah secara bermakna, kadar estrogen dan
progesterone akan mengakibatkan pembengkakan payudara dan diuresis cairan
ekstrasel yang terakumulasi pada masa kehamilan.

8
6. Abdomen.
Abdomen tampak lunak dan mengendur selama beberapa waktu setelah
melahirkan.Diperlukan waktu sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali
kekeadaan sebelum hamil.
7. Sistem urinarius.
Kadar steroid yang tinggi pada saat hamil akan menurun setelah melahirkan akan
menyebabkan penurunan fungs ginjal, fungsi ginjal kembali normal dalam waktu
satu bulan.
8. Sistem pencernaan.
Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, buang air besar secara spontan akan
tertunda selama 3 hari setelah melahirkan hal ini di sebabkan karena tonus otot
menurun.
9. Payudara
Pada hari ketiga postpartum akan terjadi pembengkakan. payudara akan tegang
keras, hangat, dan nyeri bila ditekan setelah laktasi di mulai, rasa nyer akan
menetap selama 48 jam.
10. Sistem kardiovaskular
Volume darah biasanya turun sampai mencapai volume sebelum lahir, segera
setelah lahir denyut jantung akan meningkat selama 30 sampai 60 menit karena
darah yang biasa melintasi sirkuit uteroplasma tiba-tiba kembali ke sirkulasi
umum. Peningkatan kecil sementara baik peningkatan systole maupun diastole.
11. Sistem neurologi.
Rasa tidak nyaman neurologis yang diinduksi kehamilan akan menghilang setelah
wanita melahirkan.
12. Sistem musculoskeletal
Stabilisasi sendi lengkap pada minggu keenam sampai kedelapan setelah wanita
melahirkan.
13. Sistem integumen
Hiperpigmentasi pada areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah
bayi lahir, kulit yang merenggang di daerah payudara, abdomen, paha, dan pangul
mungkin memudar namun tidak hilang seluruhnya.
14. Sistem kekebalan

9
Kekebalan ibu untuk mendapat vaksinasi rubella atau untuk mencegah
isoimunisasi Rh ditetapkan.

E. Pathway
Terlampir

F. Pemeriksaan Penunjang
1 Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari kadar pra
operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2 Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3 Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4 Urinalisis : Menentukam kadar Albumin dan Glukosa
Pemeriksaan Disproporsi Kepala Panggul
1. Pelvimetri rontgen, untuk mengukur ukuran panggul
2. Magnetik Resonance Imaging (MRI)
3. Vaginal toucher
4. Tinggi badan ibu <150 cm.

G. Komplikasi
a. Pada Ibu
1) Terjadi pelepasan plasenta
2) Perlukaan vagina dan serviks
3) Endometritis
b. Pada Anak
1) Prolaps tali pusat
2) Trauma pada bayi
3) Asfiksia karena prolaps/kompresi tali pusat, pelepasan plasenta, kepala macet.
4) Perlukaan/trauma pada organ abdomen dan Patah tulang leher.
Komplikasi dari tindakan SC
a. Pada ibu
Komplikasi-komplikasi yang biasa timbul ialah sebagai berikut:
1) Infeksi puerperal.

10
Kompikasi ini bisa bersifat ringan, seperti kenaikan suhu selama beberapa
hari dalam masa nifas, atau bersifat berat apabila peritonitis, sepsis dan
sebagainya.Infeksi postoperative terjadi apabila sebelum pembedahan sudah
ada gejala-gejala infeksi intrapartum atau ada faktor-faktor yang merupakan
predisposisi terhadap kelainan itu. (partus lama khususnya setelah ketuban
pecah dini, tindakan vaginal sebelumnya).
2) Perdarahan. Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika
cabang arteri uterine ikut terbuka, atau karena atonia uteri.
3) Kemungkinan rupture tinggi spotan pada kehamilan berikutnya.
4) Luka kandung kemih, emboli paru, dan keluhan kandung kemih bila
peritonialisasi terlalu tinggi.
b. Pada anak.
Seperti halnya dengan ibunya, nasib anak yang dilahirkan dengan seksio cesaria
banyak tergantung dari keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan seksio
cesaria.Menurut statistic di negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal
yang baik, kematian perinatal pasca seksio cesaria berkisar antara 4% sampai 7%.

H. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan


a. Pre Operasi
1) Persiapan Klien :
a. Persetujuan atau informed consent.
b. Pemeriksaan VS klien.
c. Pemberian cairan intravena sesuai indikasi (infuse).
d. Tes laboratorium : darah dan urin.
e. Tes diagnostic sesuai dengan indikasi seperti pemeriksaan denyut jantung
janin dan pemeriksaan USG.
f. Pemberian oksitosin sesuai dengan indikasi.
g. Persiapan kulit pembedahan abdomen (pembersihan pada area pubis).
h. Pemasangan kateter.
i. Klien dipuasakan 6 jam sebelum dilakukan operasi.

11
b. Post Operasi
Perawatan post operasi seksio sesaria dimulai sejak kala III dengan menghindari
adanya kemungkinan perdarahan post operasi seksio cesaria dan infeksi yaitu :
a. Kaji/periksa VS klien.
b. Observasi adanya perdarahan pervagina 1-2 jam post operasi seksio sesaria.
c. Setelah post operasi tidur terlentang lamanya 6 jam, untuk mencegah
perdarahan.
d. Sesudah 6 jam mobilisasi miring kanan dan kiri untuk mempercepat fasilitas
usus.
e. Perawatan kateter. Kateter dapat dilepaskan setelah 12 jam post operasi.
f. Perawatan luka. Luka insisi di inspeksi setiap hari,sehingga pembalut luka
yang alternative ringan tanpa banyak plester sangan mennguntungkan, secara
normal jahitan kulit dapat diangkat setelah hari ke empat setelah pembedahan.
Usahakan luka agar tetap kering dan bersih untuk mengurangi/mencegah
terjadinya infeksi pada luka SC.
g. Bila ada nyeri diberi analgesik sesuai program.
h. Sebelum klien pulang diberi penyuluhan tentang :
1) Cara perawatan bayi diantaranya memandikan, cara meawat tali pusat dan
cara menyusui yang baik dan benar.
2) Keluarga berencana.
3) Kontrol satu minggu setelah pulang untuk perawatan luka operasinya.
4) Hindari koitus duektus selama 4-6 minggu atau sesuai petunjuk dokter.
5) Hindari mengangkat apapun yang lebih berat dari pada bayi selama 4-6
minggu post operasi.

I. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan post operasi seksio cesaria menurut Doenges (2002)
adalah sebagai berikut :
1. Kaji/pemeriksaan fisik secara head to toe
2. Kaji sirkulasi. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800
ml.

12
3. Kaji integritas ego : dapat menunjukan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda
kegagalan dan/atau refleksi negative pada kemampuan sebagai wanita.Dapat
menunjukan labilitas emosional dan kegembiraan sampai ketakutan, marah, atau
menarik diri. Klien/pasangan dapat memiliki pertanyaan atau salah terima peran
dalam pengalaman kelahiran. Mungkin mengekspresikan ketidakmampuan untuk
menghadapi situasi baru.
4. Kaji eliminasi. Kateter urinarius indwelling mungkin terpasang : urin jernih
pucat. Bising usus tidak ada, samar atau jelas.
5. Makanan/cairan. Abdomen lunak.
6. Neurosensori.
a. Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
b. Nyeri atau ketidaknyamanan, mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari
berbagai sumber, misal : trauma bedah/insisi, nyeri tekan penyerta, distensi
kandung kemih/abdomen, efek-efek anastesia.
7. Pernafasan. Bunyi paru jelas dan vaskuler
8. Keamanan : Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda atau kering dan utuh
9. Seksualitas :Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus. Aliran lokhea
sedang dan bebas bekuan berlebihan/banyak.
10. Pemeriksaan diagnostic : Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit
(HB/HT) : mengkaji perubahan kadar praoperasi dan mengevaluasi efek
kehilangan darah pada pembedahan, urinalisis : kultur urin, darah, vaginal dan
lokhea : pemeriksaan tambahan didasarkan pada kebutuhan individual.
11. Untuk bayi kaji BAB dan BAK bayi, kaji reflek menghisap (ASI) bayi, kaji suhu
bayi setiap shift kerja.

J. Diagnosa Keperawatan
Pre Operasi
1. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang pemajanan/mengingat
kesalahan interpretasi, tidak mengenal sumber-sumber.
2. Ansietas berhubungan dengan konsistensi ancaman pada konsep diri, kebutuhan
tidak terpenuhi.

13
Post Operasi
1. Nyeri (akut) berhubungan dengan agen injuri fisik
2. Hambatan Mobilitas Fisik b.d Nyeri, Program Pembatasan Gerak, Fisik Tidak
Bugar.
3. Resiko infeksi.
4. Defisit Self Care berhubungan dengan penurunan kelemahan dan ketahanan
ketidaknyamanan fisik.
5. Resiko terhadap cidera berhubungan dengan trauma jaringan.

K. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa
Tujuan Intervensi
Keperawatan
1 Nyeri akut NOC: NIC : Manajemen nyeri
berhubungan - Tingkat nyeri 1. Lakukan pengkajian PQRST.
dengan agen - Nyeri terkontrol 2. Lakukan penangan nyeri secara
injuri fisik - Tingkat kenyamanan nonfarmakologis : teknik relaksasi nafas
Setelah dilakukan asuhan dalam atau guided imagery
keperawatan selama 3 x 24 jam, 3. Kontrol lingkungan yang dapat
klien dapat : mempengaruhi nyeri (suhu,
1. Mengontrol nyeri, dengan pencahayaan dan kebisingan).
indikator : 4. Kolaborasi dalam pemberian analgesic.
 Mengenal faktor-faktor
penyebab
 Tindakan pertolongan non
farmakologi
 Melaporkan gejala-gejala
nyeri kepada tim kesehatan.
 Nyeri terkontrol
2. Menunjukkan tingkat nyeri,
dengan indikator:
 Melaporkan nyeri
 Frekuensi nyeri
 Lamanya episode nyeri
 Ekspresi nyeri; wajah
 Perubahan respirasi rate
 Perubahan tekanan darah
 Kehilangan nafsu makan
2 Defisit self NOC : 1. Membantu pasien melakukan aktivitas
care: - Activity intolerance toileting.
kelemahan - Mobility : pysical impaired 2. Pertimbangan respon pasien terhadap
- Fatique level privasi dan menyediakan privasi selama
- Anxiety self control eliminasi.
- Self care deficit toileting 3. Memfasilitasi kebersihan klien setelah
selesai eliminasi.
KriteriaHasil : 4. Ganti pakaian pasien setela eliminasi jika

14
- Perawatan diri : aktivitas perlu.
kehidupan sehari – hari 5. Memantau intergritas kulit pasien
(ADLs) mampu untuk
melakukan aktivitas
perawatan fisik dan pribadi
secara mandiri atau dengan
alat bantu
- Perawatan diri hygiene :
mampu untuk
mempertahankan kebersian
dan penampilan yang rapi
secara mandiri dengan atau
tanpa alat bantu
3 Risiko NOC : NIC : Kontrol Infeksi
infeksi b.d. - Immune Status 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai
prosedur - Knowledge : Infection klien lain
invansif, Control 2. Batasi pengunjung bila perlu
tidak - Risk Control 3. Instruksikan pada pengunjung untuk
adekuatnya Setelah dilakukan tindakan mencuci tangan saat berkunjung dan
pertahanan keperawatan selama 3X 24 jam setelah berkunjung meninggalkan klien
tubuh klien tidak mengalami infeksi, 4. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci
sekunder dengan kriteria : tangan
Immune Status 5. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
- Tak ada tanda infeksi melakukan tindakan ke-perawatan
berulang (rubor, kalor, tumor, 6. Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
dolor, fungsiolesa) pelindung
- Status respirasi dalam batas 7. Pertahankan lingkungan aseptic selama
normal tindakan.
- Suhu tubuh dalam batas 8. Tingkatkan intake nutrisi
normal 9. Kelola terapi antibiotic bila perlu
Knowledge : Infection Control
- Menerangkan cara-cara Proteksi Infeksi
penyebaran infeksi dan factor 1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
yang berkontribusi dan local
- Menjelaskan tanda dan gejala 2. Monitor hasil laboratorium seperti :
infeksi hitung granulosit, WBC
- Menjelaskan aktifitas yang 3. Monitor kerentanan terhadap infeksi
dapat meningkatkan resistensi 4. Batasi pengunjug
terhadap infeksi 5. Inspeksi kulit dan membran mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
Risk Control 6. Ajarkan klien dan keluarga tanda dan
- Mengakui adanya resiko gejala infeksi
- Monitor factor resiko 7. Ajarkan cara menghindari infeksi.
lingkungan 8. Jelaskan mengapa sakit dan peng-obatan
- Mengembangkan strategi meningkatkan resiko infeksi
control risiko yang efektif 9. Anjurkan klien untuk menjaga ke-
- Menghindari eksposur yang sehatan personal untuk melindungi dari
mengancam kesehatan infeksi
- Mengenali perubahan status 10. Anjurkan untuk lapor perawat / dokter
kesehatan bila dirasakan muncul tanda-tanda
infeksi.

15
4 Hambatan Noc : Noc : exercise therapy : ambulation
mobilitas Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji rom klien
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 2. Bantu klien dalam melakukan
dengan pada Ny.S, maka diharapkan kegiatan/pemenuhan ADLs
gangguan klien mampu mencapai 3. Ajarkan klien untuk melakukan latihan
rasa nyaman kemampuan fisik yang maksimal, gerak
(nyeri) dengan kriteria hasil . Sebagai 4. Anjurkan dan motivasi klien untuk
berikut : mobilitas secara bertahap
1. Klien mampu melakukan Berikan reinforcment/penguatan positif serta
ADLs dengan mandiri pujian kepada klien atas usahanya.
2. Klien mampu
bergerak/beraktivitas seperti
biasa dengan mandiri.

16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.S (23 Thn)
Post partum Sc a.i DKP H0

Tanggal masuk : 15 Desember 2014 Jam masuk : 10:44 wib

Ruang/kelas : Ruang Nifas Kamar No : U6

Pengkajian tanggal : 16 desember 2014 Jam : 13.00 wib

A. IDENTITAS
1. Nama pasien : Ny.S Nama Suami : Tn. Y
2. Umur : 23 thn Umur : 26 th
3. Suku/ bangsa : Jawa Suku/ bangsa : Jawa
4. Agama : Islam Agama : Islam
5. Pendidikan : D III Pendidikan : S1
6. Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
7. Status : Menikah Alamat : Wonorota,tuksono, sentolo
8. Alamat : Wonorota, 15/08, tuksono, sentolo

B. STATUS KESEHATAN SAAT INI


1. Alasan kunjungan ke rumah sakit : Klien mengatakan waktu memeriksakan
kehamilannya yang berusia 40+4 dipuskesmas klien didiagnosa janin DKP
(disporporsi kepala panggul), kemudian klien disarankan untuk ke RSUD
Wates untuk dapat melakukan operasi Sectio Caesarea (Sc). G1P0A0.

2. Keluhan utama saat ini :


klien mengeluh nyeri pada daerah luka post Sc Ho

3. Timbulnya keluhan : ( √ ) bertahap, ( ) mendadak

4. Faktor yang memperberat :


faktor yang memperberat nyeri ketika bangun dari tempat tidur

17
5. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi :
belum ada upaya yang dilakukan untuk mengurangi nyeri

6. Diagnosa medic : Post partum Sectio Caesarea atas indikasi Distorsi Kepala
Panggul (DKP). P1A0

C. RIWAYAT KEPERAWATAN
1. RIWAYAT OBSTETRI :
a. Riwayat menstruasi :
a. Menarche umur: 12 tahun
b. Siklus : teratur (√ ) tidak ( )
c. Banyaknya :-
d. Lamanya : 7 hari
e. HPHT : 5 maret 2014
f. Keluhan : tidak ada keluhan

18
Anak ke Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak
Umur
Perdarah
No Tahun kehamila Penyulit Jenis Penolong Penyulit Laserasi Infeksi Jenis BB pj
an
n

1 2014 Hamil ini Hiperemi Sectio Tim Dkp - Tidak - Laki-laki 3310
umur s caesarea dokter terdapat gram
kehamila gravidaru (sc) infeksi
n 40 +4 m
minggu

Genogram :

keterangan :

: laki-laki

: perempuan

:garis keturunan

: garis hubungan

---- : tinggal 1 atap


2. RIWAYAT KELUARGA BERENCANA :
a. Melaksanakan KB : ( ) ya ( √ ) tidak
b. Bila ya jenis kontrasepsi apa yang digunakan : klien tidak
menggunakan alat kontrasepsi apapun
c. Sejak kapan menggunakan kontrasepsi : -
d. Masalah yang terjadi : tidak ada masalah yang terjadi

3. RIWAYAT KESEHATAN :
a. Penyakit yang pernah dialami ibu : klien mengatakan sebelumnya
tidak pernah mengalami penyakit kronis.
b. Pengobatan yang didapat : tidak ada pengobatan yang didapat
sebelumnya, namun semenjak hamil klien minum vitamin
c. Riwayat penyakit keluarga
(-) Penyakit Diabetes Mellitus

(-) Penyakit jantung

(-) Penyakit hipertensi

(-) Penyakit lainnya

4. RIWAYAT LINGKUNGAN :
a. Kebersihan: klien mengatakan lingkungan disekitar nya bersih
b. Bahaya : klien mengatkan lingkungan disekitar-nya tidak ada yang
membahayakan klien
c. Lainnya sebutkan : -

5. ASPEK PSIKOSOSIAL :
a. Persepsi ibu tentang keluhan/ penyakit : persepsi klien baik, karena
klien menganggap memiliki seorang anak adalah karunia dan anugerah
dari ALLAH SWT yang diberikan untuk keluarga terutama untuk ia
dan suaminya.
b. Apakah keadaan ini menimbulkan perubahan terhadap kehidupan
sehari-hari ? iya

20
Bila ya bagaimana : klien menganggap adanya anggota keluarga yang
baru dalam kehidupan ia dan suaminya membuat ia dan suami sangat
senang , terasa ada yang baru sekarang didalam rumah tangganya yang
patut ia syukuri.

c. Harapan yang ibu inginkan : klien ingin bisa merawat bayinya dengan
sendri hingga dewasa.

d. Ibu tinggal dengan siapa : klien tinggal dengan anak dan suaminya.
e. Siapakah orang yang terpenting bagi ibu : keluarga terutama suami dan
anak
f. Sikap anggota keluarga terhadap keadaan saat ini : baik dan perhatian.
g. Kesiapan mental untuk menjadi ibu : ( √ ) ya, ( ) tidak

6. KEBUTUHAN DASAR KHUSUS :


a. Pola Nutrisi
a. Frekwensi makan : 3 x sehari
b. Nafsu makan : (√) baik, ( ) tidak nafsu,
c. Jenis makanan rumah : nasi, sayur-mayur, dan lauk-pauk.
d. Makanan yang tidak disukai/ alergi/ pantangan : tidak ada makanan
pantangan.

b. Pola eliminasi :
a) B A K
1) Frekwensi : sering (5-6 kali)
2) Warna : kuning jernih
3) Keluhan saat BAK : tidak ada keluhan saat bak, seperti nyeri
saat bak
b) B A B
1) Frekwensi : 1kali
2) Warna : kuning kecoklatan
3) Bau : khas

21
4) Konsistensi : lembek
5) Keluhan : tidak ada keluhan saat BAB.

c. Pola personal hygiene


1) Mandi
b) Frekwensi : 2 x /hari
c) Sabun : ( √) ya, ( ) tidak
2) Oral hygiene
a) Frekwensi : 2 x /hari
b) Waktu : ( √) ya, ( ) tidak
3). Cuci rambut
a. Frekwensi :1 x /hari
b. Shampo : ( √ ) ya, ( ) tidak

d. Pola istirahat dan tidur


a. Lama tidur : 7-8jam/hari
b. Kebiasaan sebelum tidur : berdoa
c. Keluhan : tidak ada keluhan menjelang tidur maupun bangun tidur.

e. Pola aktifitas dan latihan


a. Kegiatan dalam pekerjaan : klien mengurus pekerjaan rumah
b. Waktu bekerja : (√) Pagi, ( √) Sore, ( ) Malam
c. Olah raga : ( √ ) ya, ( ) tidak
- Jenisnya : jalan-jalan pagi
d. Frekwensi : 30-40 menit
e. Kegiatan waktu luang : bersantai dan beristirahat
f. Keluhan dalam beraktifitas : tidak ada keluhan dalam beraktivitas.

f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan


a. Merokok : klien tidak merokok
b. Minuman keras : klien tidak pernah mengkonsumsi minuman keras

22
c. Ketergantungan obat: klien tidak sedang dalam ketergantunganobat

7. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan umum : baik
a. Kesadaran : compos mentis
b. Tekanan darah : 120/80 mmHg
c. Nadi : 80x/menit
d. Respirasi : 22x/menit
e. Suhu : 36 6C
f. Tinggi badan : 150 cm

2) Kepala
a. Kepala : Bentuk mesochepal
b. Keluhan : tidak ada keluhan di bagian kepala

3) Mata :
a. Kelopak mata : tidak ada edema, lesi maupun hematom.
b. Gerakan mata : gerakan mata kanan dan kiri positif (+)
c. Konjungtiva : tidak anemis
d. Sklera : an ikterik
e. Pupil : isokhor
f. Lainnya sebutkan : -

4) Hidung :
a. Hidung bersih, tidak ada secret, tidak ada gangguan penghidu.
b. Reaksi alergi : tidak ada reaksi alergi
c. Sinus :-
d. Lainnya sebutkan : -

5) Mulut dan Tenggorokan :


a. Gigi geligi : utuh

23
b. Kesulitan menelan : tidak ada kesulitan menelan
c. Lainnya sebutkan : -

6) Dada dan Axilla


a. Bentuk : dada simetris, tidak ada lesi, hematoma. Axilla bersih.
b. Mammae : membesar ( √ ) ya ( ) tidak
c. Areolla mammae: hiperpigmentasi
d. Colostrum : keluar
e. Engorment : tidak ada
f. Kebersihan : mammae tampak bersih
g. Lainnya : puting susu tidak inverted

7) Pernafasan
a. Jalan nafas : paten, (tidak ada sumbatan jalan napas)
b. Suara nafas : vesikuler (bersih, tak tampak adanya sesak napas)
c. Menggunakan otot-otot bantu pernafasan : klien bernapas dengan
normal, tak tampak adanya penggunaan otot bantu pernapasan.
d. Lainnya sebutkan : -

8) Sirkulasi jantung
a. Kecepatan denyut apical : 80 x/menit
b. Irama : reguler
c. Kelainan bunyi jantung : tidak ada kelainan bunyi jantung
d. Sakit dada : klien tidak mengalami sakit dada
e. Timbul :-
f. Lainnya sebutkan :-

9) Abdomen
a. Kondisi umum : abdomen bersih, terdapat luka post sc dengan
panjang ± 15 cm.
b. Linea dan striae : tampak adanya linea

24
c. Luka bekas operasi : luka post sc dengan panjang ± 15 cm, bersih,
tidak berbau, daerah sekitar luka tak tampak kemerahan.
d. Diastasis rectus abdominis : tidak ada
e. Fundus uteri : 3 jari dibawah umbiilikus
f. Kontraksi : positif (+), keras.
g. Lainnya sebutkan : -

10) Genitourinary
a. Vesika Urinaria : klien terpasang kateter
b. Lainnya sebutkan : -
c.
11) Lokhea
a. Jenis : lokhea rubra
b. Jumlah : dalam 24 jam 3kali ganti pembalut
c. Warna : merah muda
d. Konsistensi : cair
e. Bau : khas

12) Perineum
a. Keutuhan : perineum utuh
b. Luka episiotomy : tidak ada luka episiotomi
c. REEDA : -
d. Kebersihan : tampak bersih
e. Hemoroid : tidak ada hemoroid/ambaien.

13) Ekstrimitas (integumen/muskuloskeletal)


a. Turgor kulit : kulit elastis
b. Warna kulit : kuning kecoklatan
c. Kontraktur pada persendian ekstrimitas : tidak ada kontraktur pada

25
persendian
d. Kesulitan dalam pergeraka : masih sulih sulit bergerak karena nyeri
e. Varises : tidak ada varises
f. Lainnya sebutkan : -

D. DATA PENUNJANG
1. Laboratorium : hasil laboratorium tanggal 15 desember 2014, jam
11:46:34). Terlampir
2. USG : -.
3. Rontgen :-
4. Terapi yang didapat: cefotaxim 1 gr, ketorolak 30 mg, Rl 20 tpm.

E. DATA TAMBAHAN
Bayi Ny.S lahir tanggal 16 desember 2014. Jam 07:43 menit. Jenis kelamin
laki-laki. Setelah lahir bayi langsung rawat gabung. Asi ekslusif. Apgar skor
8/9. Anus berlubang. Tanda-tanda vital bayi Hr 108 x/menit, Rr 38x/menit.
Hpl tanggal 12 desember 2014.

No Berat Panjang Lingkar Lingkar Lingkar Lingkar


badan badan kepala dada perut lengan
1 3310 50 cm 33 cm 34 cm 30 cm 11 cm
gram

No Apgar scor I menit 5 menit


1 Frekuensi jantung 2 2
2 Usaha napas 2 2
3 Tonus otot 1 2

26
4 Iritabilitas reflek 2 2
5 Warna kulit 1 1
Jumlah 8 9

Yogyakarta,16 Desember 2014

Pemeriksa

Kelompok 5

27
Jenis hasil Nilai rujukan Satuan interpretasi
pemeriksaan
Hemoglobin 10,3 12,00-16,00 g/dl Normal
Hematokrit 30,9 37,00-47,00 % Low
Leukosit 5,91 4,0-10,5 10^3/µL Normal
Trombosit 234 150-450 10^3/µL Normal
Eritrosit 3,92 3.90-5.50 10^3/µL Normal
Mpv 8.3 5.5-12.00 Fl Normal
Pdw 16,2 9.0-17.0 Normal
Pct 0,2 0.108-0.282 % Normal
INDEX
Mcv 28,9 80.0-97.0 Fl
Mch 26,3 27.0-32.0 pg Normal
Mchc 33,3 32,0 – 38,0 g/dl Normal
Hitung jenis
Neutrofil % 61,9 50,0 – 70,00 % Normal
Limfosit % 33,3 25,0-40.0 % Normal
Monosit % 2,6 3.0-9.0 % Normal
Eusinofil % 1,9 0.5-5.0 % Normal
Basofil % 0,3 0.0-1.0 % Normal
Neutrofil # 3,66 2.00-7.00 10^3/µL Normal
Limfosit # 1,97 1.25-4.0 10^3/µL Normal
Monosit # 0,15 0.30-1.00 10^3/µL Low
Eusinofil # 0,11 0.02-0.50 10^3/µL Normal
Basofil # 0,02 0.0-10.0 10^3/µL Normal
Golongan darah 0
Masa pembekuan 7,10 Menit
(ct)
Masa perdarahan 2,30
(Bt)
Hbsag Negatif

28
ANALISA DATA

Nama klien : Ny.S No Rm :


Umur : 23 thn Dx medis : Sc a..i DKP
Ruang rawat : Ruang Nifas Alamat : Wonorota, 15/08, tuksono, sentolo

Tanggal/jam Data fokus Etiologi Problem

16 Desember Ds : klien mengeluh Agen injuri fisik Nyeri akut


2014. - P : nyeri dirasakan saat terlalu
10 :00 wib banyak bergerak
- Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk,
terus menerus
- R : nyeri didaerah luka post Sc
- S : skala nyeri 5
- T : nyeri dirasakan 2-3 menit

Do :
- Klien tampak lemes
- Klien tampak menahan nyeri
- Klien kooperatif
- Kesadaran CM, k.u baik
- Terdapat luka post sc di abdomen,
± 15cm. Tertutup kassa, plester,
bersih, tak tampak kemerahan
didaerh sekitar luka.
- Ttv klien. Td : 120/80 mmHg. N :
80x/menit. Rr : 22x/menit. S : 36,6
c.

29
16 desember Ds : klien mengatakan nyeri didaerah Prosedur invasif Resiko infeksi
2014. luka post sc.
10:00 wib Do :
- Terdapat luka post sc di abdomen,
± 15cm. Tertutup kassa, plester,
bersih, tak tampak kemerahan
didaerh sekitar luka.
- Ttv klien. Td : 120/80 mmHg. N :
80x/menit. Rr : 22x/menit. S : 36,6
c.
- Klien terpasang infus dilengan
sebelah kiri.
- Klien terpasang kateter
- Hasil lab : Hb 10,3 g/dl.
Leukosit : 5,91 . Neut% : 61,9
16/12/2014 Ds : klien mengatakan ingin Kesiapan
memberikan asi secara eksklusif pada meningkatkan
bayinya. pemberian asi
Do : klien tampak sedang
memberikan asi pada bayinya.
- Saat di lakukan observasi
klien tampak menyusui
anaknya dengan posisi yg
kurang tepat.

30
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Nama klien : Ny.S No.Rm :
Umur : 23 thn Diagnosa medik : Sc a.i Dkp
Ruang : ruang nifas Alamat : Wonorota, 15/08, tuksono, sentolo
No Diagnosa keperawatan Tujuan & kriteria hasil Intervensi Nama
/ttd
1 Nyeri akut berhubungan Noc : pain control & comfort level Nic : pain management & analgesic Kel 5
dengan agen injuri fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama administration.
3x24 jam pada Ny.S, maka diharapkan nyeri akan 1 Ukur tanda-tanda vital klien
berkurang dengan kriteria hasil . sebagai berikut : 2. Berikan posisi nyaman
1. Klien mengatakan skala nyeri berkurang dari 5 3. Tingkatkan istirahat
menjadi 3. 4. Kaji nyeri secara komprehensif (PQRST)
2. Klien mampu mengontrol nyeri dengan 5. Ajarkan klien teknik relaksasi napas dalam
tekhnik relaksasi napas dalam 6. Mengelola terapi analgesic
3. Tanda-tanda vital dalam rentang normal td
120/80 mmHg. Rr 16-24x/mnt. S : 36-37,5 C.
N : 60-80x/mnt.
4. Klien tampak rileks

3 Resiko infeksi Noc : risk control Nic : infection control Kel 5


Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Pantau tanda dan gejala infeksi (suhu tubuh,
3x24 jam pada Ny.S, maka diharapkan tanda- lesi kulit,keletihan, malaise)

31
tanda infeksi tidak terjadi, dengan kriteria hasil . 2. Kaji kondisi dan penampilan luka
Sebagai berikut : 3. Lakukan pencucian tangan sebelum dan
1. Klien tidak menunjukan tanda-tanda infeksi sesudah tindakan keperawatan
2. Tidak terjadi kenaikan suhu diatas 37,5 c 4. Instruksikan klien dan keluarga untuk
3. Klien menunjukan hygiene yang adekuat menjaga personal hygiene
5. Lakukan perawatan luka jika perlu
6. Anjurkan untuk meningkatkan asupan
makanan TKTP
4 Kesiapan meningkatkan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1. Kaji kesiapan dan keterampilan ibu dalam Kel 5
pemberian asi 3x24 jam pada Ny.S, maka klien dapat memberikan asi setelah melahirkan
meningkatkan pemberian asi pada bayinya, 2. Ajarkan ibu langkah-langkah dalam
dengan kriteria hasil sebagai berikut : mengoptimalkan posisi dalam menyusui
1. Asi dapat keluar 3. Bantu ibu untuk menggunakan posisi side
2. Tidak ada bendungan asi lying (ibu dan bayi berbaring, wajah
3. Bayi menghisap kuat berhadapan)
4. Bayi dapat mencapai puting 4. Ajarkan ibu cara membantu bayi memasukan
seluruh puting kedalam mulut bayi

32
CATATAN PERKEMBANGAN 1

Nama klien : Ny.S No.Rm :

Umur : 23 thn Diagnosa medik : Sc a.i Dkp

Ruang : Ruang Nifas Alamat : Wonorota, 15/08, tuksono, sentolo

No Tanggal Implementasi Evaluasi Nama


diagno /jam /ttd
sa
1. Melakukan verbedeen
1 16/12/2 S:- Tanggal 16/12/2014 Kel 5
014 O : tempat tidur tampak rapi dan bersih.
2. mengukur tanda-tanda vital klien S : Klien mengatakan masih merasa nyeri dengan
S:- skala 5, nyeri belum berkurang.
O : Td : 120/80, N : 80x/mnt, RR 22x/mnt, T =36 5
O:
3. memberikan posisi nyaman
S : klien meminta untuk menggeser badannya ke
- Klien kooperatif
bagian kanan.
- Tampak berbaring ditempat tidur
O : klien tampak terbaring lemas.
- Kesadaran CM
4. menganjurkan untuk meningkatkan istirahat
- KU baik
S : klien mengatakan istirahat cukup
- Wajah masih tampak menahan nyeri
O : klien tampak berbaring ditempat tidur, Tampak
- TD : 120/70 mmHg
lemas.
- N: 85 x/mnt
5. mengkaji nyeri secara komprehensif (PQRST)
- RR : 21 x/mnt
S : klien mengatakan nyeri dibagian abdomen luka
- S : 37 c
post SC H0, nyeri dirasakan terus menerus, nyeri

33
seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 5. - Tidak ada alergi
O : klien tampak meringis menahan nyeri.
6. mengajarkan klien teknik relaksasi napas dalam A : tujuan belum tercapai
S : klien mengatakan belum menggunakan teknik
nafas dalam P : lanjutkan intervensi
O : klien kooperatif, tampak mempraktekkan dengan
bimbingan perawat.
7. mengengelola terapi analgesic
S:-
O : ketorolax 30 ml drip. Masuk perIV
1. memantau tanda dan gejala infeksi (suhu tubuh, lesi
2 16/12/2 kulit,keletihan, malaise). Tanggal 16/12/2014 Kel 5
014 S : klien mengatakan nyeri pada luka post OP nya
O : daerah sekitar balutan luka tidak kemerahan, tidak S : klien mengatakan lukanya masih terasa sakit dan
bengkak, tidak bau, tidak tembus. nyeri nyut-nyutan, badannya tidak panas, masih lemes
2. mengkaji kondisi dan penampilan luka makanan dimakan sedikit.
S : klien mengatakan luka post op masih nyeri
O:
O : luka tampak bersih, tampak tertutup rapi.
3. melakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah - klien kooperatif T= 37 c
tindakan keperawatan - Tidak ada alergi obat
S:- - Klien tampak bersih
O : perawat sudah mencuci tangan sebelum dan - Makanan tersisa ½ porsi
sesudah kontak dengan pasien. - Daerah luka bersih tidak tembus, tidak ada
4. menginstruksikan klien dan keluarga untuk menjaga kemerahan.
personal hygiene.
S : klien mengatakan sudah disibin dengan waslap. A : tujuan teratasi sebagian
O : klien tampak bersih, rapi.

34
5. menganjurkan untuk meningkatkan asupan makanan
TKTP P : lanjutkan intervensi
S : ibu klien mengatakan sudah makan tetapi sedikit
saja
O : diet RS masih tersisa ½ porsi, klien tampak lemas
6. mengelola terapi antibiotik
S:-
O: Inj. Cefotaxim 1 mg . masuk per iv
1. mengkaji kesiapan dan keterampilan ibu dalam
3 16/12/2 memberikan asi setelah melahirkan 16/12/2014 Kel 5
014 2. mengajarkan ibu langkah-langkah dalam
S : klien mengatakan siap dan akan memberikan asi
mengoptimalkan posisi dalam menyusui
ekslusif kepada bayinya.
3. membantu ibu untuk menggunakan posisi side lying
(ibu dan bayi berbaring, wajah berhadapan) O:
4. mengajarkan ibu cara membantu bayi memasukan
seluruh puting kedalam mulut bayi - asi keluar
- klien tampak sedang menyusui bayinya
- klien kooperatif dalam perawatan
- bayi menghisap kuat
- mulut bayi sering terlepas dari puting ibu
- klien tampak agak kesulitan dalam menentukan
posisi untuk menyusui bayi

A : tujuan teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

35
CATATAN PERKEMBANGAN 2

Nama klien : Ny.S No.Rm :

Umur : 23 thn Diagnosa medik : Sc a.i Dkp

Ruang : Ruang Nifas Alamat : Wonorota, 15/08, tuksono, sentolo

No Tanggal Implementasi Evaluasi Nama


diag /jam /ttd
nosa
1. Melakukan verbedeen
1 17/12/2 S:- Tanggal 17/12/2014 Kel 5
014 O : tempat tidur tampak rapi dan bersih.
2. mengukur tanda-tanda vital klien : Klien mengatakan masih merasa nyeri dengan skala
S:- 4, nyeri sedikit berkurang.
O : Td : 110/80, N : 83x/mnt, RR 20x/mnt, T =36
O:
3. menanyakan dan memberikan posisi nyaman
S : klien mengatakan sudah nyaman dengan posisinya
- Klien kooperatif
O : klien tampak terbaring lemas, dengan posisi supinasi.
- Tampak sedang duduk
4. menganjurkan untuk meningkatkan istirahat
- Kesadaran CM
S : klien mengatakan istirahat cukup
- KU baik
O : klien tampak berbaring ditempat tidur, Tampak lemas.
- Wajah masih tampak menahan nyeri
5. mengkaji nyeri secara komprehensif (PQRST)
- Tidak ada tanda-tanda alergi
S : klien mengatakan nyeri dibagian abdomen luka post
- TD : 120/70 mmHg
SC H2, nyeri dirasakan terus menerus, nyeri seperti
- N: 80 x/mnt
ditusuk-tusuk, skala nyeri 5.
- RR : 20 x/mnt
O : klien tampak meringis menahan nyeri.

36
6. mevalidasi klien teknik relaksasi napas dalam - S : 36,8 c
S : klien mengatakan masih ingat caranya.
O : klien kooperatif, tampak mempraktekkan. A : tujuan teratasi sebagian
7. mengengelola terapi analgesic
S:- P : lanjutkan intervensi
O : ketorolax 30 ml drip. Masuk per IV

1. memantau tanda dan gejala infeksi (suhu tubuh, lesi


2 17/12/2 kulit,keletihan, malaise). Tanggal 17/12/2014 Kel 5
014 S : klien mengatakan nyeri pada luka post OP nya
O : daerah sekitar balutan luka tidak kemerahan, tidak S : klien mengatakan lukanya masih terasa sakit dan
bengkak, tidak bau, tidak tembus. nyeri nyut-nyutan, badannya tidak panas, makanan
2. mengkaji kondisi dan penampilan luka dimakan habis
S : klien mengatakan luka post op masih nyeri
O : klien kooperatif
O : luka tampak bersih, tampak tertutup rapi.
3. melakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah - T= 37,3 c
tindakan keperawatan - Tidak ada alergi obat
S:- - Klien tampak bersih
O : perawat sudah mencuci tangan sebelum dan sesudah - Makanan habis dimakan
kontak dengan pasien. - Daerah luka bersih tidak tembus, tidak ada
4. menginstruksikan klien dan keluarga untuk menjaga kemerahan.
personal hygiene. - Klien terpasang infus dan kateter
S : klien mengatakan sudah disibin dengan waslap.
O : klien tampak bersih, rapi. A : tujuan teratasi sebagian
5. menganjurkan untuk meningkatkan asupan makanan

37
TKTP
S : ibu klien mengatakan sudah makan P : lanjutkan intervensi
O : diet RS masih tersisa sedikit.
6. mengelola terapi antibiotik
S:-
O: Inj. Cefotaxim 1 mg
Masuk per. IV line.
1. memvalidasi dan membantu mengajarkan ibu langkah-
3 17/12/2 langkah dalam mengoptimalkan posisi dalam menyusui Tanggal 17/12/2014 Kel 5
014 2. memvalidasi dan membantu ibu untuk menggunakan
S:-
posisi side lying (ibu dan bayi berbaring, wajah
berhadapan) O:
3. memvalidasi dan mengajarkan ibu cara membantu bayi
memasukan seluruh puting kedalam mulut bayi - asi keluar
- klien tampak sedang menyusui bayinya dengan
posisi side lying
- klien kooperatif dalam perawatan
- bayi menghisap kuat
- mulut bayi mencapai seluruh puting

A : tujuan teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

38
CATATAN PERKEMBANGAN 3

Nama klien : Ny.S No.Rm :

Umur : 23 thn Diagnosa medik : Sc a.i Dkp

Ruang : Ruang Nifas Alamat : Wonorota, 15/08, tuksono, sentolo

No Tangg Implementasi Evaluasi Nama


diag al/jam /ttd
nosa
1. Melakukan verbedeen
1 18/12/ S:- Tanggal 18/12/2014 Kel 5
2014 O : tempat tidur tampak rapi dan bersih.
2. mengukur tanda-tanda vital klien S : Klien mengatakan nyeri sudah berkurang dengan
S:- skala 3.
O : Td : 120/80, N : 85x/mnt, RR 20x/mnt, T =36 7
O:
3. mengkaji nyeri secara komprehensif (PQRST)
S : klien mengatakan nyeri dibagian abdomen luka post - Klien kooperatif
SC H2, nyeri dirasakan terus menerus, nyeri seperti - Tampak sedang berdiri
ditusuk-tusuk, skala nyeri 4. - Kesadaran CM
O : klien tampak sedikit tersenyum menyeringai - KU baik
4. memvalidasi klien teknik relaksasi napas dalam - Klien tampak tersenyum
S : klien mengatakan sudah diterapkan saat ia merasakan - TD : 120/80 mmHg
nyeri. - N: 87 x/mnt
O : klien kooperatif. - RR : 20 x/mnt

39
5. mengengelola terapi analgesic - S : 37
S:-
O : ketorolax 30 ml drip. Masuk perIV A : tujuan teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi
1. memantau tanda dan gejala infeksi (suhu tubuh, lesi
2 18/12/ kulit,keletihan, malaise). Tanggal 16/12/2014 Kel 5
2014 S : klien mengatakan nyeri pada luka post OP nya sudah
berkurang S : klien mengatakan lukanya sudah berkurang
O : daerah sekitar balutan luka tidak kemerahan, tidak sakitnya. badannya tidak panas,
bengkak, tidak bau, tidak tembus. Tertutup kassa, plester.
O : klien kooperatif T= 37
2. melakukan pencucian tangan sebelum dan sesudah
tindakan keperawatan - Tidak ada alergi obat
S:- - Klien tampak bersih
O : perawat sudah mencuci tangan sebelum dan sesudah - Daerah luka bersih tidak tembus, tidak ada
kontak dengan pasien. kemerahan. Tidak ada tanda-tanda alergi
3. menginstruksikan klien dan keluarga untuk menjaga
personal hygiene. A : tujuan teratasi sebagian
S : klien mengatakan akan selalu menjaga kebersihannya.
O : klien tampak bersih, tampak segar. P :lanjutkan intervensi.
4. menganjurkan untuk meningkatkan asupan makanan
TKTP
S : ibu klien mengatakan sudah makan
O : diet RS tampak dihabiskan.
5. mengelola terapi antibiotik
S:-
O: Inj. Cefotaxim 1 mg . Masuk per. IV line.

40
1. memvalidasi ibu langkah-langkah dalam mengoptimalkan
3 18/12/ posisi dalam menyusui S : klien mengatakan masih ingat caranya dan akan Kel 5
2014 2. memvalidasi ibu untuk menggunakan posisi side lying menggunakan cara yang telah diajarkan.
(ibu dan bayi berbaring, wajah berhadapan)
O : asi keluar, klien tampak sedang menyusui bayinya
3. memvalidasi ibu cara membantu bayi memasukan dengan posisi duduk, klien kooperatif dalam
seluruh puting kedalam mulut bayi perawatan, bayi menghisap kuat, mulut bayi mencapai
seluruh puting

A : tujuan teratasi sebagian

P : lanjutkan intervensi

41

Anda mungkin juga menyukai