Anda di halaman 1dari 2

Rubrik: Tokoh (1 hal)

FOTO: HUSEIN THALIB

Judul: HUSEIN THALIB, Ketua PC Al-Irsyad Karawang

Karawang, kota yang kini dijuluki sebagai 'Kota Industri' ini ternyata punya sebuah ikon yang menjadi
kebanggaan warganya. Ikon kebanggaan Muslim Karawang itu adalah Masjid Aliyah, sebuah bangunan
masjid megah dengan arsitektur bergaya Arabia yang terletak di dalam lingkungan rest area satu-satunya
yang berada di luar ruas jalan setelah pintu tol, tak jauh dari akses masuk dan keluar dari pintu tol
Karawang Barat. Posisinya yang strategis itu membuat masjid ini kian menarik. Bentuk kubah dan
payung yang meniru gaya arsitektur Masjid Nabawi di Madinah yang khas itu mengundang decak kagum
siapapun yang melihatnya.

Nama Aliyah diambil dari nama ibunda Husein Saleh Thalib, pemilik rest area yang membangun masjid
tersebut. Figur ibunda memang sangat berpengaruh pada diri seorang Husein, karena ia lah yang
membesarkan anak-anaknya seorang diri, yang kebanyakan masih berusia remaja dan anak-anak, saat
suaminya (ayah Husein) wafat. Dari rahimnya yang mulia itu lahir seorang Husein bin Saleh Thalib,
pengusaha mebel yang kini juga menjadi orang nomor satu dalam jajaran organisasi Al-Irsyad Al-
Islamiyyah di cabang Karawang.

Husen sekolah hanya sampai SMP. Ia sempat menempuh pendidikan di jenjang SMA, tapi hanya
sampai kelas satu karena harus berhenti setelah ayahnya wafat. Sebab, ia harus meneruskan
usaha ayahnya (toko mebel) sebagai sumber nafkah keluarga besarnya. Ia anak keenam dari
enam belas bersaudara. Sejak itulah Husen muda menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Ini
karena ia laki-laki tertua yang masih di Karawang karena semua kakak laki-lakinya dikirim
ayahnya ke Hadramaut. Husein adalah anak keenam dari 16 bersaudara.

“Jadi, saya ini bisa dikatakan alumni universitas penderitaan,” kata Husein sambil tertawa.

Husen nampaknya memang disiapkan sejak kecil oleh ayahnya untuk meneruskan usaha
bisnisnya. Sedari kecil ia sudah dididik oleh sang ayah untuk bergaul dengan orang-orang dari
berbagai usia. Ia sering diajak keliling menemui kolega bisnis dan sahabat-sahabat ayahnya yang
tersebar di berbagai daerah.

Husen bisa menyadari dan memahami keinginan ayahnya untuk bergaul dengan orang-orang
yang usianya jauh lebih tua dan bahkan seusia abahnya, karena hal itu menjadikan dirinya
berfikiran dewasa dan matang dalam hidup.

Pengalaman pertama berorganisasi ia peroleh di Pelajar Islam Indonesia cabang Karawang pada
1966, khususnya dalam training perkaderan organisasi ini. Di tahun-tahun itu, Husen ikut aktif
terlibat dalam KAPPI dan KAMI di Karawang menuntut pembubaran PKI, yang berbuntut tumbangnya
Orde Lama.

Wiraswastawan yang cukup berhasil ini terjun aktif di organisasi Al-Irsyad sejak pembentukan
cabang Karawang pada tahun 1980-an. Saat itu cabang Karawang belum memiliki lahan sendiri
untuk mendirikan sekolah, hanya bisa menyewa sebuah rumah untuk kegiatan belar Taman
Kanak-Kanak.
Usaha untuk memiliki lahan sendiri dan mengembangkan kegiatan pendidikan terus dirintis
cabang Karawang saat itu, hingga berhasil membeli dan memiliki lahan sendiri 2610 m2 yang
diperoleh dari potensi internal Irsyadien di Karawang. Menurut Haji Husen –begitu ia biasa
dipanggil masyarakat, perolehan lahan yang itu tidak terlepas dari peran Pimpinan Pusat Al-
Irsyad. Di atas lahan itu kemudian untuk pertama kalinya didirikan masjid atas bantuan dari
seorang donatur yang diperkenalkan oleh PP.

Anda mungkin juga menyukai