Anda di halaman 1dari 63

USULAN PENELITIAN

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN MENDISKUSIKAN


HAL – HAL PENTING YANG BERMAKNA DALAM HIDUP
UNTUK MENGATASI DISTRESS SPIRITUAL
PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

(Study Kasus Ini Dilakukan Di UPT Puskesmas Kintamani IV tahun 2018)

Oleh:
I PUTU SUDARSA
NIM: P07120017251

KEMENTERIAN KESEHATAN R.I.


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
DENPASAR
2018

i
USULAN PENELITIAN

HAMAN JUDUL
GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN MENDISKUSIKAN
HAL – HAL PENTING YANG BERMAKNA DALAM HIDUP
UNTUK MENGATASI DISTRESS SPIRITUAL
PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

(Study Kasus Ini Dilakukan Di UPT Puskesmas Kintamani IV tahun 2018)

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan


Pendidikan Diploma III Jurusan Keperawatan
Program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL)

Oleh :
I PUTU SUDARSA
NIM. P07120017251

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2018

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

USULAN PENELITIAN

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN MENDISKUSIKAN


HAL – HAL PENTING YANG BERMAKNA DALAM HIDUP
UNTUK MENGATASI DISTRESS SPIRITUAL
PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

(Study Kasus Ini Dilakukan Di UPT Puskesmas Kintamani IV tahun 2018)

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN

(Study Kasus Ini Dilakukan Di UPT Puskesmas Kintamani IV tahun 2018)

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

( I Nengah Sumirta.,SST,S.Kep.,Ns.,M.Kes) (I Gede Widjanegara, SKM.,M.Fis)


NIP.19650225 198603 1 002 NIP. 19580520 197910 1 001

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

V.M. Endang S.P. Rahayu, SKp.,M.Pd.


NIP. 195812191985032005

iii
LEMBAR PENGESAHAN

USULAN PENELITIAN

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN MENDISKUSIKAN


HAL – HAL PENTING YANG BERMAKNA DALAM HIDUP
UNTUK MENGATASI DISTRESS SPIRITUAL
PADA PASIEN DIABETES MELLITUS

(Study Kasus Ini Dilakukan Di UPT Puskesmas Kintamani IV tahun 2018)

TELAH DIUJI DI HADAPAN TIM PENGUJI


PADA HARI : ……………………
TANGGAL : …………………….

TIM PENGUJI :

1. I Nengah Sumirta.,SST,S.Kep.,Ns.,M.Kes ( Ketua) …………………..


NIP.19650225 198603 1 002

2. I Gede Widjanegara, SKM.,M.Fis (Anggota) ……………………


NIP. 19580520 197910 1 001

3. I Wayan Candra, S.Pd.,S.Kep.,Ns.,M.Si (Anggota) ……………………


NIP. 19651008 198603 1 001

MENGETAHUI
KETUA JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

V.M. Endang S.P. Rahayu, SKp.,M.Pd.


NIP. 195812191985032005

iv
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama : I Putu Sudarsa
NIM : P07120017251
Program Studi : DIII (RPL)
Jurusan : Keperawatan
Tahun Akademik : 2017/2018
Alamat : Mess UPT Puskesmas Kintamani IV, Desa Kedisan, Kecamatan
Kintamani, Kabupaten

Dengan ini menyatakan bahwa :


1. Tugas Akhir dengan judul " GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN
MENDISKUSIKAN HAL – HAL PENTING YANG BERMAKNA DALAM
HIDUP UNTUK MENGATASI DISTRESS SPIRITUAL PADA PASIEN
DIABETES MELLITUS DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI IV TAHUN
2018” adalah benar karya saya sendiri atau bukan plagiat hasil karya orang
lain.
2. Apabila di kemudian hari terbukti bahwa Tugas Akhir ini bukan karya saya
sendiri atau plagiat hasil karya orang lain, maka saya sendiri bersedia menerima
sanksi sesuai Peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

Demikian surat pernyataan ini saya buat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Denpasar, Maret 2018


Yang membuat pernyataan

I Putu Sudarsa
NIM. P07120017251

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan usulan penelitian ini dengan judul

"Gambaran Asuhan Keperawatan Mendiskusikan Hal – Hal Penting Yang

Bermakna dalam Hidup Untuk Mengatasi Distress Spiritual Pada Pasien Diabetes

Mellitus di UPT Puskesmas Kintamani IV tahun 2018”. Usulan penelitian ini

disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Diploma III

Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar Jurusan Keperawatan Program Rekognisi

Pembelajaran Lampau (RPL).

Usulan penelitian ini dapat diselesaikan bukanlah semata-mata atas usaha sendiri

melainkan berkat dorongan dan dukungan serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu,

melalui kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Anak Agung Ngurah Kusumajaya, SP., MPH. selaku Direktur Poltekkes

Kemenkes Denpasar yang telah memberikan kesempatan dalam menyelesaikan

usulan penelitian untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III di Jurusan

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Denpasar Program Rekognisi Pembelajaran

Lanpau (RPL).

2. Ibu V.M. Endang S.P. Rahayu, SKp., M.Pd. selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Poltekkes Kemenkes Denpasar yang telah memberikan kesempatan dalam

menyelesaikan usulan penelitian untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III di

Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Denpasar Program Rekognisi

Pembelajaran Lampau (RPL).

vi
3. Bapak I Nengah Sumirta.,SST,S.Kep.,Ns.,M.Kes selaku pembimbing utama yang

telah banyak memberikan masukan, pengetahuan, dan bimbingan selama proses

penyusunan usulan penelitian ini.

4. Bapak I Gede Widjanegara, SKM.,M.Fis selaku pembimbing pendamping yang telah

banyak memberikan masukan, pengetahuan, dan bimbingan selama proses

penyusunan usulan penelitian ini.

5. Bapak dan Ibu pengajar Mata Kuliah Metodologi Penelitian yang telah memberikan

ilmu yang dapat digunakan dalam penyusunan usulan penelitian ini.

6. Istri, Anak dan orang tua yang telah membantu memberikan dukungan semangat dan

financial dalam penyusunan usulan penelitian ini.

7. Teman – teman RPL dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung

sehingga penyusunan usulan penelitian ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Saran dan kritik sangat diharapkan untuk penyempurnaan Proposal Penelitian ini.

Denpasar, Maret 2018

Peneliti

vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .........................................................................................................i
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. iii

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ..................................................................v

KATA PENGANTAR .....................................................................................................vi

DAFTAR ISI ................................................................................................................. viii


BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
A. Latar Belakang .........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................3
C. Tujuan ......................................................................................................................3
1. Tujuan Umum......................................................................................................3
2. Tujuan Khusus .....................................................................................................2
D. Manfaat ...................................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................5
A. Distress Spiritual ......................................................................................................5
1. Konsep Dasar Spiritual ........................................................................................ 5
2. Distress Spiritual .................................................................................................7
B. Diabetes Mellitus ...................................................................................................11
1. Pengertian Diabetes Mellitus.............................................................................11
2. Penyebab Diabetes Mellitus ..............................................................................12
3. Macam – macam Diabetes Mellitus ..................................................................13
4. Gejala Diabetes Mellitus ...................................................................................14
5. Komplikasi Diabetes Mellitus ...........................................................................16

C. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Mellitus Dengan Distress Spiritual ..18
1. Pengkajian .........................................................................................................18
2. Diagnose Keperawatan ...................................................................................... 21
3. Rencana Keperawatan ....................................................................................... 22
4. Implementasi .....................................................................................................27

viii
5. Evaluasi .............................................................................................................30
BAB III KERANGKA KONSEP ....................................................................................32
A. Kerangka Konsep ...................................................................................................32
B. Definisi Operasional............................................................................................... 33
BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................................36
A. Jenis Penelitian ....................................................................................................36
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................................................36
C. Subyek Studi Kasus ............................................................................................. 36
D. Besar Sampel .......................................................................................................37
E. Fokus Studi Penelitian ......................................................................................... 37
F. Jenis Dan Teknik Pengumpulan Data ..................................................................37
G. Metode Analisis Data .......................................................................................... 40
H. Etika Studi Kasus ................................................................................................ 41
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................43
LAMPIRAN ....................................................................................................................45

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diabetes mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit kronis dengan angka kejadian

tinggi dimana WHO memperkirakan penyakit DM akan menjadi epidemi global pada

abad 21 dan 70% kasus DM ada di negara-negara berkembang (Tol et al., 2013)

termasuk diantaranya adalah negara Indonesia. Diagnosa DM tipe 2 serta banyaknya

perawatan yang dilakukan akan menimbulkan perubahan atau ketidakseimbangan yang

meliputi biologi, psikologi, sosial dan spiritual pasien serta memberikan dampak pada

kehidupan keluarga pasien (WHO, 2014).

Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001, menghasilkan prevalensi diabetes

mellitus di Jawa dan Bali pada usia penduduk 25 – 64 tahun sebesar 7,5 %, sedangkan

Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2007 dan 2013, telah melakukan wawancara

pada penduduk usia 15 tahun keatas, dimana data yang dihasilkan pada tahun 2013

sebesar 2 kali lipat dari tahun 2007 yaitu dihitung jika jumlah estimasi penduduk

indonesia yang berusia 15 tahun ke atas adalah 176.689.336 jiwa maka jumlah Pasien

DM sebesar 12.191.564 jiwa..(Kemenkes RI 2014).

Diabetes adalah salah satu gangguan kesehatan yang bersifat kronis dan paling

berdampak psikologis pada pasien dan sering dikaitkan dengan dengan beberapa

gangguan kejiwaan. Pasien dengan diabetes dua kali lebih beresiko memiliki status

kecemasan,depresi dan masalah psikologis yang serius. Tekanan emosional pasien

secara langsung dapat mempengaruhi hasil pengobatan mencakup kontrol glikemi dan

1
komplikasi yang timbul. Kepatuhan terhadap pengobatan, tingginya biaya pengobatan

juga menjadi faktor yang menjadikan tekanan psikologis pasien. (Najmeh, 2014)

Penatalaksanaan penyakit kronis tidak dapat dipisahkan dengan aspek spiritualitas.

Aspek spiritualitas dapat membantu dalam mengatasi penyakit kronis dengan

memberikan dukungan, kepercayaan dan harapan . Spiritualitas atau keyakinan dalam

beragama membantu dalam mencapai koping yang sehat. Spiritual juga efektif dalam

membantu merubah kebiasaan negatif seseorang(Astuti 2017).

Tekanan psikologis pasien yang mengalami diabetes militus sering dikaitkan dengan

kesejahteraan spiritual dan kepatuhan religus. Penelitian yang dilakukan oleh

Najmeh,2014 yang berjudul Spiritual Well-Being and Quality of Life of Iranian Adults

with Type 2 Diabetes, menyebutkan bahwa kualitas kesejahteraan spiritual yang buruk

paling banyak menyebabkan pasien jatuh pada kondisi depresi. Kondisi gangguan ini

pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas hidup pasien. Sangat penting perhatian kita

pada penanganan spiritualitas dan religiusitas dalam manajemen diabetes militus.

Beberapa penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan yang positif antara

kesejahteraan spiritual dengan manajemen diabetes seperti kontrol glikemi dan

manajemen diri(Jafari dkk 2014).

Edvin Bru (2011), melakukan penelitian berkaitan Pasienan yang dialami pasien

dewasa diabetes militus tipe-2 yang dihubungkan dengan beberapa variabel internal

pasien yang berkaitan dengan spiritualitas antara lain gaya koping dan perasaan akan

dukungan dibandingkan dengan indikator klinis, menunjukan bahwa faktor yang

terbesar mempengaruhi Pasienan pasien diabetes millitus tipe-2 adalah kondisi internal

2
pasien sebesar (40%), dibanding dengan indikator klinis hanya (5,8%). Penelitian ini

membuktikan bahwa spiritualitas seseorang sangat menentukan keberhasilan

penatalaksanaan penyakit - penyakit kronis (Karlsen & Bru, 2012).

Berdasarkan data diatas penulis mempunyai ketertarikan mengangkat laporan kasus

Asuhan Keperawatan Distress Spiritual pada Pasien Diabetes Mellitus di UPT

Puskesmas Kintamani IV tahun 2018. Mengingat kondisi ini apabila tidak ditanggulagi

akan berakibat fatal bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Untuk mencegah masalah

diatas dibutuhkan asuhan keperawatan yang komprehensif, salah satunya adalah aspek

spiritual.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data diatas penulis merumuskan suatu masalah dalam penelitian ini

yaitu Bagaimanakah Gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Mellitus

dengan Distress Spiritual di UPT Puskesmas Kintamani IV tahun 2018.

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mengetahui Gambaran Asuhan Keperawatan Mendiskusikan Hal – Hal

Penting Yang Bermakna dalam Hidup Untuk Mengatasi Distress Spiritual Pada

Pasien Diabetes Mellitus di UPT Puskesmas Kintamani IV tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk :

3
a. Mendeskripsikan pengkajian keperawatan mendiskusikan hal – hal penting

yang bermakna dalam hidup untuk mengatasi distress spiritual pada pasien

diabetes mellitus di UPT Puskesmas Kintamani IV tahun 2018.

b. Mendeskripsikan diagnose keperawatan yang tepat pada mendiskusikan hal –

hal penting yang bermakna dalam hidup untuk mengatasi distress spiritual

pada pasien diabetes mellitus di UPT Puskesmas Kintamani IV tahun 2018.

c. Mendeskripsikan perencanaan keperawatan mendiskusikan hal – hal penting

yang bermakna dalam hidup untuk mengatasi distress spiritual pada pasien

diabetes mellitus di UPT Puskesmas Kintamani IV tahun 2018.

d. Mendeskripsikan Implementasi keperawatan mendiskusikan hal – hal penting

yang bermakna dalam hidup untuk mengatasi distress spiritual pada pasien

diabetes mellitus di UPT Puskesmas Kintamani IV tahun 2018.

e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan mendiskusikan hal – hal penting yang

bermakna dalam hidup untuk mengatasi distress spiritual pada pasien diabetes

mellitus di UPT Puskesmas Kintamani IV tahun 2018.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi atau pedoman dalam ilmu

keperawatan jiwa dengan mengangkat tema Asuhan Keperawatan Mendiskusikan Hal –

Hal Penting Yang Bermakna dalam Hidup Untuk Mengatasi Distress Spiritual Pada

Pasien Diabetes Mellitus yang mana bisa menjadi dasar acuan bagi peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

4
a. Sebagai pengalaman bagi peneliti dalam melakukan penelitian sehingga dapat

meningkatkan kompetensi dan pengetahuan dalam melakukan penelitian.

b. Sebagai bahan informasi bagi institusi, mahasiswa keperawatan dan pasien

Diabetes Mellitus di UPT Puskesmas Kintamani IV mengenai distress spiritual.

5
BAB II

TINJUAN PUSTAKA

A. Distress Spiritual

1. Konsep Dasar Spiritual

a. Pengertian Spiritual

Konsep spiritual memiliki delapan batas tetapi saling tumpang tindih antara lain

energi, transendensi diri, keterhubungan, kepercayaan, realitas eksistensial,

keyakinan dan nilai, kekuatan batiniah, harmoni dan batin nurani.

1) Spiritualitas memberikan individu energi yang dibutuhkan untuk menemukan diri

mereka, untuk beradaptasi dengan situasi yang sulit dan untuk memelihara

kesehatan.

2) Transedensi diri (self transedence) adalah kepercayaan yang merupakan dorongan

dari luar yang lebih besar dari individu.

3) Spiritualitas memberikan pengertian keterhubungan intrapersonal (dengan diri

sendiri), interpersonal (dengan orang lain) dan transpersonal ( dengan yang tidak

terlihat, Tuhan atau yang tertinggi) (Miner –william, 2006 cite Potter & Perry,

2009).

4) Spiritual memberikan kepercayaan setelah berhubungan dengan Tuhan.

Kepercayaan selalu identik dengan agama sekalipun ada kepercayaan tanpa

agama.

5) Spiritualitas melibatkan realitas eksistensi (arti dan tujuan hidup).

6) Keyakinan dan nilai menjadi dasar spiritualitas. Nilai membantu individu

menentukan apa yang penting bagi mereka dan membantu individu menghargai

6
keindahan dan harga pemikiran, obyek dan prilaku.(Holins, 2005; vilagomenza,

2005).

7) Spiritual memberikan individu kemampuan untuk menemukan pengertian

kekuatan batiniah yang dinamis dan kreatif yang dibutuhkan saat membuat

keputusan sulit (Braks-wallance dan Park, 2004).

8) Spiritual memberikan kedamaian dalam menghadapi penyakit terminal maupun

menjelang ajal (Potter & Perry, 2009).

Ada individu yang tidak mempercayai adanya Tuhan (atheis) atau percaya bahwa

tidak ada kenyataan akhir yang diketahui (Agnostik). Ini bukan berati bahwa spiritual

bukan merupakan konsep penting bagi atheis dan agnostik, Atheis mencari arti

kehidupan melalui pekerjaan mereka dan hubungan mereka dengan orang lain.

Agnostik menemukan arti hidup dalam pekerjaan mereka karena mereka percaya

bahwa tidak adanya akhir bagi jalan hidup mereka.

b. Dimensi Spiritual

Menurut Kozier, Erb, Blais & Wilkinson, 1995; Murray & Zentner, 1993,

dimensi spiritual dapat dilihat sebagai berikut:

1) Mempertahankan keharmonisan / keselarasan dengan dunia luar.

2) Berjuang untuk menjawab / mendapatkan kekuatan

3) Untuk menghadapi : Stres emosional, penyakit fisik, dan menghadapi kematian.

c. Konsep kesejahteraan spiritual

Konsep Kesejahteraan Sipritual (spiritual well-being) menurut (Gray,2006; Smith,

2006):

7
1) Dimensi vertical

Hubungan positif individu dengan Tuhan atau beberapa kekuasaan tertinggi

2) Dimensi horizontal

Hubungan positif individu dengan orang lain

2. Distress Spiritual

a. Pengertian Distress Spiritual

Distress spiritual adalah suatu gangguan yang berkaitan dengan prinsip-prinsip

kehidupan, keyakinan, atau kegamaan dari pasien yang menyebabkan gangguan pada

aktivitas spiritual, yang merubuan akibat dari masalah - masalah fisik atau

psikososial yang dialami. (Dochterman, 2004: 120).

Distress spiritual adalah kerusakan kemampuan dalam mengalami dan

mengintegrasikan arti dan tujuan hidup seseorang dengan diri, orang lain, seni,

musik, literatur, alam dan kekuatan yang lebih besar dari dirinya (Nanda, 2005).

Distress spiritual adalah gangguan pada prinsip hidup yang meliputi aspek dari

seseorang yang menggabungkan aspek psikososial dan biologis seseorang.

(Wilkinson, Judith M., 2007: 490).

Ketika penyakit, kehilangan atau nyeri menyerang seseorang, kekuatan spiritual

dapat membantu seseorang ke arah penyembuhan atau pada perkembangan

kebutuhan dan perhatian spiritual. Selama penyakit atau kehilangan, misalnya saja,

individu sering menjadi kurang mampu untuk merawat diri sendiri dan lebih

bergantung pada orang lain untuk perawatan dan dukungan (Potter ,2005).

8
Distres spiritual dapat berkembang sejalan dengan seseorang mencari makna

tentang apa yang sedang terjadi, yang mungkin dapat mengakibatkan sesorang

merasa sendiri dan terisolasi dari orang lain. individu mungkin mempertanyakan nilai

spiritual mereka, mengajukan pertanyaan tentang jalan hidup seluruhnya, tujuan

hidup, dan sumber dari makna hidup (Potter ,2005). Dengan kata lain kita dapat

katakan bahwa distres spiritual adalah kegagalan individu dalam menemukan arti

kehidupannya

b. Penyebab Distress Spiritual

Menurut Budi anna keliat (2011) penyebab distres spiritual adalah sebagai

berikut:

1. Pada pengkajian fisik terdapat Abuse ( Kekerasan, penyakit fisik dan kematian).

2. Pada pengkajian psikologis mengenai status mental, mungkin adanya depresi,

marah, kecemasan, ketakutan, makna nyeri, kehilangan kontrol, harga diri rendah,

dan pemikiran yang bertentangan (Otis-Green, 2002).

3. Pada pengkajian sosial budaya titik berat pada dukungan sosial dalam memahami

keyakinan klien (Spencer, 1998).

c. Patofisiologi

Patofisiologi distress spiritual tidak bisa dilepaskan dari stress dan struktur serta

fungsi otak. Stress adalah realitas kehidupan manusia sehari-hari. Setiap orang tidak

dapat dapat menghindari stres, namun setiap orang diharpakan melakukan

penyesuaian terhadap perubahan akibat stres. Ketika kita mengalami stres, otak kita

akan berespon untuk terjadi. Konsep ini sesuai dengan yang disampaikan oleh

Cannon, W.B. dalam Davis M, dan kawan-kawan (1988) yang menguraikan respon

9
“melawan atau melarikan diri” sebagai suatu rangkaian perubahan biokimia didalam

otak yang menyiapkan seseorang menghadapi ancaman yaitu stres.

Stres akan menyebabkan korteks serebri mengirimkan tanda bahaya ke

hipotalamus. Hipotalamus kemudian akan menstimuli saraf simpatis untuk

melakukan perubahan. Sinyal dari hipotalamus ini kemudian ditangkap oleh sistem

limbik dimana salah satu bagian pentingnya adalah amigdala yang bertanggung

jawab terhadap status emosional seseorang. Gangguan pada sistem limbik

menyebabkan perubahan emosional, perilaku dan kepribadian. Gejalanya adalah

perubahan status mental, masalah ingatan, kecemasan dan perubahan kepribadian

termasuk halusinasi (Kaplan et all, 1996), depresi, nyeri dan lama gagguan (Blesch et

al, 1991).

Kegagalan otak untuk melakukan fungsi kompensasi terhadap stresor akan

menyebabkan seseorang mengalami perilaku maladaptif dan sering dihubungkan

dengan munculnya gangguan jiwa. Kegagalan fungsi kompensasi dapat ditandai

dengan munculnya gangguan pada perilaku sehari-hari baik secara fisik, psikologis,

sosial termasuk spiritual.

Gangguan pada dimensi spritual atau distres spritual dapat dihubungkan dengan

timbulnya depresi. Tidak diketahui secara pasti bagaimana mekanisme patofisiologi

terjadinya depresi. Namun ada beberapa faktor yang berperan terhadap terjadinya

depresi antara lain faktor genetik, lingkungan dan neurobiologi.

Perilaku ini yang diperkirakan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam

memenuhi kebutuhan spiritualnya sehingga terjadi distres spritiual karena pada kasus

10
depresi seseorang telah kehilangan motivasi dalam memenuhi kebutuhannya

termasuk kebutuhan spiritual.

d. Tanda dan gejala distress spiritual

Tanda dan gejala Distress Spiritual menurut Standar Diagnosis Keperawatan

Indonesia, 2016 adalah sebagai berikut :

1) Gejala Mayor

a) Mempertanyakan makna dan tujuan hidup

b) Menyatakan hidup terasa kurang dan tidak bermakna.

c) Merasa menderita dan tidak berdaya

d) Tidak mampu beribadah

e) Marah pada Tuhan

2) Gejala Minor

a) Menyatakan hidupnya terasa tidak/ kurang tenang.

b) Mengeluh tidak dapat menerima (kurang pasrah)

c) Merasa bersalah

d) Merasa terasing

e) Merasa telah diabaikan

f) Menolak berinteraksidengan orang terdekat dan atau pemimpin spiritual

g) Tidak mampu berkreativitas

h) Koping yang tidak efektif

i) Tidak berminat pada alam

j) Tidak suka membaca literatur spiritual

11
e. Penatalaksanaan

Menurut Wilber (2002), peningkatan kesadaran ke tingkat eksistensial dapat

dicapai secara sederhana dengan duduk di tempat yang sepi (tenang), menghentikan

semua konsep mental tentang diri sendiri, dan merasakan eksistensi dasar seseorang.

Untuk menguatkan identitas seseorang agar lebih permanen pada level ini, biasanya

diperlukan bentuk-bentuk terapi eksistensial semacam meditasi, hatha yoga, terapi

Gestalt, psikolog dan humanistic(Effendy 2009).

Menurut Safarino (2002) terdapat lima tipe dasar dukungan spiritual :

1. Dukungan emosi yang terdiri atas rasa empati, caring, memfokuskan pada

kepentingan orang lain.

2. Tipe yang kedua adalah dukungan esteem yang terdiri atas ekspresi positif

thinking, mendorong atau setuju dengan pendapat orang lain.

3. Dukungan yang ketiga adalah dukungan instrumental yaitu menyediakan

pelayanan langsung yang berkaitan dengan dimensi spiritual.

4. Tipe keempat adalah dukungan informasi yaitu memberikan nasehat, petunjuk dan

umpan balik bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan keyakinan

spiritualnya.

5. Tipe terakhir atau kelima adalah dukungan network menyediakan dukungan

kelompok untuk berbagai tentang aktifitas spiritual. Taylor, dkk (2003)

menambahkan dukungan apprasial yang membantu seseorang untuk

meningkatkan pemahaman terhadap stresor spiritual dalam mencapai

keterampilan koping yang efektif.

12
B. Diabetes Mellitus

1. Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes melitus adalah penyakit dengan tingginya kadar gula dalam tubuh

(hyperglikemia) yang ditandai dengan yang ditandai oleh tidak adanya insulin secara

nyata atau insensitivitas sel terhadap insulin. (Corwin, 2001). Diabetes melitus

adalah suatu penyakit, dimana tubuh tidak mempunyai kemampuan untuk

mengendalikan kadar gula (glukosa) dalam darahnya (Yunia, 2007)

Menurut Smeltzer et al, 2010; ADA, 2013, Diabetes melitus (DM) adalah

penyakit metabolik yang bersifat kronik, ditandai dengan meningkatnya kadar

glukosa darah sebagai akibat dari adanya gangguan penggunaan insulin, Pengeluaran

insulin, atau keduanya.

Insulin adalah hormon yang disekresi dari pankreas dan dibutuhkan dalam proses

metabolisme glukosa. Saat insulin tidak bekerja sebagaimana fungsinya maka terjadi

penumpukan glukosa di sirkulasi darah atau hiperglikemia.(Price & Wilson, 2006)

2. Penyebab Diabetes Mellitus

Penyebab diabetes melitus (Yunia, 2007) adalah:

a. Kelainan Genetika

Diabetes merupakan penyakit keturunan dikarenakan kelainan gen yang

mengakibatkan tubuh tak dapat menghasilkan insulin dengan baik, dimana gen

tersebut dapat menurun dari silsilah keluarga yang mengidap Diabetes Mellitus.

b. Usia

13
Memasuki usia 40 tahun manusia pada umumnya mengalami perubahan fisiologi

yang secara drastis menurun dengan cepat. Terutama setelah memasuki usia 45 tahun

Diabetes sering muncul terutama pada mereka yang berat badannya berlebih

sehingga tubuhnya tidak peka terhadap insulin.

c. Gaya hidup stres

Stres yang berkepanjangan yang cenderung membuat seseorang mencari makanan

yang manis-manis dan berlemak tinggi untuk meningkatkan kadar lemak seretonin

otak. Seretonin ini mempunyai efek penenang sementara untuk meredakan stresnya.

Tetapi gula dan lemak itulah yang berbahaya bagi mereka yang berisiko kena

diabetes.

d. Pola makan yang salah

Kekurangan gizi dan kelebihan kelebihan berat badan dapat meningkatkan risiko

kena diabetes. Kurang gizi (malnutrisi) dapat merusak pankreas, sedangkan obesitas

(gemuk berlebih) mengakibatkan gangguan kerja insulin (retensi insulin).

Pada masa kehamilan, masa anak-anak, dan pada usia dewasa pada keadaan

kurang gizi akibat diet ketat berlebih. Sedangkan kurang gizi pada janin

kemungkinan terjadi karena ibunya merokok atau konsumsi alkohol selama

hamilnya.

3. Macam –Macam Diabetes Mellitus

a. Insulin dependent diabetes mellitus (Diabetes tipe I)

Ciri-cirinya antara lain:

1) Terjadi pada segala usia, tetapi biasanya usia muda (< 30 tahun)

14
2) Biasanya bertubuh kurus saat didiagnosis dengan penurunan berat badan yang

baru saja terjadi

3) Memerlukan insulin untuk mempertahankan kelangsungan hidup

4) Cenderung mengalami ketosis jika tidak memiliki insulin

5) Komplikasi akut hiperglikemia: ketoasidosis diabetik (Smeltzer dan Bare, 2001)

b. Non insulin dependent diabetes mellitus (Diabetes tipe II)

Ciri-cirinya antara lain:

1) Terjadi disegala usia, biasanya diatas 30 tahun

2) Biasanya bertubuh gemuk pada saat didiagnosis

3) Penurunan produksi insulin endogen atau peningkatan resistensi insulin

4) Mayoritas Pasien obesitas dapat mengendalikan kadar glukosa darahnya melalui

penurunan berat badan

5) Komplikasi akut: sindrom osmolar nonketotik (Smeltzer dan Bare, 2001)

c. Diabetes Gestational

Gestational diabetes mellitus (GDM) adalah diabetes yang terjadi pada masa

kehamilan (ADA, 2014) dengan ditandai dengan hiperglikemia (kadar glukosa darah

di atas normal) (CDA, 2013 dan WHO, 2014). Wanita dengan diabetes memiliki

peningkatan risiko komplikasi selama kehamilan dan saat melahirkan, serta memiliki

risiko diabetes tipe 2 yang lebih tinggi di masa depan.(Idf 2014)

d. Tipe diabetes lainnya

Diabetes mellitus tipe khusus merupakan diabetes yang terjadi karena adanya

kerusakan pada pankreas yang memproduksi insulin dan mutasi gen serta

mengganggu sel beta pankreas, sehingga mengakibatkan kegagalan dalam

15
menghasilkan insulin secara teratur sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sindrom

hormonal yang 14 dapat mengganggu sekresi dan menghambat kerja insulin yaitu

sindrom chusing, akromegali dan sindrom genetik.(ADA 2015)

4. Gejala Diabetes Melitus

Menurut Mansjoer (2001) manifestasi klinis dengan adanya gejala :

a. Poliuri (sering kencing dalam jumlah banyak)

b. Polidipsi (minum banyak)

c. Polifagi (rasa lapar yanmg semakin besar)

d. Lemas

e. Kesemutan

f. Berat badan menurun

g. Mata kabur

h. Impotensi pada pria

i. Pruritis (gatal ) pada vulva

j. Mengantuk (somnolen) yang terjadi beberapa hari atau minggu

5. Komplikasi Diabetes Melitus

Penyakit Diabetes Mellitus bila tidak ditangani secara cepat dan tepat maka akan

menimbulkan berbagai penyakit lain yang dapat menyerang Pasien itu sendiri (

komplikasi ) Komplikasi diabetes mellitus terbagi menjadi 2 yaitu komplikasi akut

dan komplikasi kronik (Carpenito, 2004).

a. Komplikasi akut yaitu komplikasi yang terjadi secara bersamaan dengan

terjadinya penyakit DM tersebut, komplikasi akut yang dapat terjadi diantaranya

16
ada 3 yang penting dan berhubungan dengan keseimbangan kadar glukosa darah

dalam jangka pendek, ketiga komplikasi tersebut adalah

1) Diabetik Ketoasedosis (DKA)

Ketoasedosis diabetik merupakan defisiensi insulin berat dan akut dari suatu

perjalanan penyakit diabetes mellitus. Diabetik ketoasedosis disebabkan oleh tidak

adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata ( Smeltzer, 2002 :

1258 ).

2) Koma Hiperosmolar Nonketotik (KHHN)

Koma Hiperosmolar Nonketotik merupakan keadaan yang didominasi oleh

hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai perubahan tingkat kesadaran. Salah

satu perbedaan utama KHHN dengan DKA adalah tidak terdapatnya ketosis dan

asidosis pada KHHN (Smetzer, 2002 : 1262).

3) Hypoglikemia

Hypoglikemia (Kadar gula darah yang abnormal yang rendah) terjadi kalau kadar

glukoda dalam darah turun dibawah 50 hingga 60 mg/dl. Keadaan ini dapat terjadi

akibat pemberian preparat insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi

makanan yang terlalu sedikit (Smeltzer, 2002 : 1256)

b. Komplikasi kronik Diabetes Melitus pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh

darah diseluruh bagian tubuh (Angiopati Diabetik). Angiopati Diabetik dibagi

menjadi 2 yaitu :

1) Mikrovaskuler (Peredaran darah di perifer)

a) Penyakit Ginjal

17
Kebocoran protein darah pada urine disebabkan oleh mekanisme filtrasi ginjal

yang mengalami stres akibat dari perubahan struktur dan fungsi (Smeltzer, 2002 :

1272).

b) Penyakit Mata (Katarak)

Pasien Diabetes melitus akan mengalami gejala penglihatan sampai kebutaan. Hal

ini disebabkan karena adanya pembengkakan lensa ketika kadar glukosa dalam darah

naik ( Brunner & Suddarth (2002) P.1271)

c) Neuropati

Adanya penebalan membran basis kapiler, terdapat pula adanya demielinisasi

saraf yang berhubungan dengan hiperglikemia menyebabkan kemudahn sekelompok

penyakit yang menyerang semua saraf termasuk saraf perifer (sensorimotor ), saraf

otonom dan spinal. (Brunner & Suddarth (2002) p.1274)

2) Makrovaskuler ( Pembuluh darah besar )

a) Penyakit Jantung Koroner

Lemak yang menumpuk dalam pembuluh darah menyebabkan mengerasnya arteri

(arteriosclerosis), dengan resiko Pasien penyakit jantung koroner atau stroke.

Penurunan kinerja jantung dan perubahan struktur jantung merupakan efek dari

penyakit Diabetes Mellitus.

b) Penyakit Vaskuler Perifer

Perubahan aterosklerosis dalam pembuluh darah besar pada ekstermitas bawah.

Tanda dan gejala penyakit ini adalah nyeri pada pantat atau betis ketka berjalan.

c) Penyakit Serebrovaskuler

18
Perubahan pembuluh darah serebral atau pembentukan embolus ditempat lain

dalam sistem pembuluh darah yang kemudian terbawa aliran darah sehingga terjepit

dalam pembuluh darah serebral dapat menimbulkan serangan iskemia sepintas dan

stroke.(Brunner & Suddarth,(2002) p.1268)

6. Penata Laksanaan Diabetes Melitus

Ada lima komponen dalam penatalaksanaan diabetes Mellitus menurut Smeltzer

dan Bare (2002:1226) :

a. Diet

Pemberian dan diet nutrisi pada Pasien diabetes ditujukan:

1) Memberikan semua unsur makanan penting (misalnya vitamin, mineral)

2) Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai

3) Memenuhi kebutuhan energi

4) Mengupayakan kadar glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang

aman dan praktis

5) Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat

b. Latihan

Latihan termasuk olah raga sangat penting dilakukan dalam penatalaksanaan

diabetes karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi

faktor resiko kardiovaskuler.

c. Pemantauan Glukosa dan keton

Pasien dapat mengatur terapinya sendiri dengan melakukan pemantauan kadar

glukosa dalam darah untuk mengendalikan glukosa darah secara optimal.

d. Terapi insulin

19
Terapi insulin dilakukan dengan penyuntikan insulin ke dalam jaringan subkutan

dengan spuit khusus insulin dengan sudut penyuntikan 45 atau 90 derajat.

e. Pendidikan

Informasi yang di berikan mencakup patofisiologi sederhana, cara-cara terapi,

pencegahan komplikasi dan informasi lainnya seputar Diabetes Mellitus.

C. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Mellitus dengan Distress

Spiritual

1. Pengkajian

Distress Spiritual merupakan gangguan pada keyakinan atau sitem nilai berupa

kesulitan merasakan makna dan tujuan hidup melaui hubungan dengan diri, oral lain,

lingkungan dan Tuhan(Tim Pokja SDKI DPP PPNI 2016)

Adapun pengkajian pada Distress Spiritual adalah :

a. Gejala dan Tanda Mayor

1) Data Subjektif

a) Mempertanyakan makna dan tujuan hidup

b) Menyatakan hidup terasa kurang dan tidak bermakna.

c) Merasa menderita dan tidak berdaya

2) Data Objektif

a) Tidak mampu beribadah

b) Marah pada Tuhan

b. Gejala dan Tanda Minor

1) Data Subjektif

a) Menyatakan hidupnya terasa tidak/ kurang tenang.

20
b) Mengeluh tidak dapat menerima (kurang pasrah)

c) Merasa bersalah

d) Merasa terasing

e) Merasa telah diabaikan

2) Data Objektif

a) Menolak berinteraksi dengan orang terdekat dan atau pemimpin spiritual

b) Tidak mampu berkreativitas

c) Koping yang tidak efektif

d) Tidak berminat pada alam

e) Tidak suka membaca literatur spiritual

2. Diagnosa Keperawatan

Ketika meninjau pengkajian spiritual dan mengintegrasikan informasi kedalam

diagnosa keperawatan yang sesuai, perawat harus mempertimbangkan status

kesehatan klien terakhir dari perspektif holistik, dengan spiritualitas sebagai prinsip

kesatuan (Farran, 1989). Setiap diagnosa harus mempunyai faktor yang berhubungan

dengan akurat sehingga intervensi yang dihasilkan dapat bermakna dan berlangsung

(Potter and Perry, 1997).

Diagnosa keperawatan yang berkaitan dengan masalah spiritual menurut

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, (2016) adalah distres spiritual dengan

rumusan :

P : Distress Spiritual

21
E : Gangguan Psikiatrik

S : Gejala dan tanda mayor, subjektif : Mempertanyakan makna dan tujuan hidup,

menyatakan hidup terasa kurang dan tidak bermakna, merasa menderita dan tidak

berdaya. Objektif : Tidak mampu beribadah, marah pada Tuhan.

Gejala dan tanda minor, subjektif : Menyatakan hidupnya terasa tidak/ kurang

tenang, mengeluh tidak dapat menerima (kurang pasrah), merasa bersalah, merasa

terasing, merasa telah diabaikan. Objektif : menolak berinteraksi dengan orang

terdekat dan atau pemimpin spiritual, tidak mampu berkreativitas, koping yang tidak

efektif, tidak berminat pada alam, tidak suka membaca literatur spiritual

3. Rencana Keperawatan

Dengan menetapkan rencana perawatan, tujuan ditetapkan secara individual,

dengan mempertimbangkan riwayat klien, area beresiko, dan tanda-tanda disfungsi

serta data obyektif yang relevan (Hamid, 2000).

NO Diagnosis Perancanaan Intervensi


Keperawatan
Tujuan Kriteria
Evaluasi

Distres TUM : 1. Ekspresi wajah 1. Bina hubungan


Spiritual Klien mampu bersahabat, saling percaya
menyatakan menunjukkan dengan
mencapai rasa senang ada menggunakan
kenyamanan kontak mata, prinsip dan teknik
dari mau berjabat komunikasi
pelaksanaan tangan, mau terapeutik :
praktik menyebutkan a. Sapa klien
spiritual nama, mau dengan ramah
sebelumnnya menjawab baik verbal
dan merasa salam, mau maupun non
kehidupanny duduk verbal

22
a berdampingan b. Perkenalkan
berarti/berma dengan diri dengan
kna perawat, mau sopan
TUK I : mengutarakan c. Tanyakan
Setelah dua masalah yang nama lengkap
kali dihadapi. klien dan
pertemuan nama
Klien dapat panggilan
membina yang disukai
hubungan klien
saling d. Jelaskan
percaya. tujuan
pertemuan
e. Jujur dan
menepati janji
f. Tunjukkan
sikap empati
dan menerima
klien apa
adanya
g. Beri perhatian
kepada klien
dan perhatikan
kebutuhan
dasar klien

TUK 2 : 1. Klien mampu 1. Gunakan


Setelah satu a. Mengung komunikasi
kali kapkan terapeutik untuk
pertemuan harapan membina
klien dapat masa hubungan saling
mengatakan depan percaya dan
kepada yang menunjukkan
perawat atau positif. empati.
pemimpin b. Mengung 2. Menggunakan alat
spiritual kapkan untuk memonitor
tentang arti hidup dan mengevaluasi
konflik c. Mengung spiritual well-being
spiritual dan kapkan sebagai pendekatan
kegelisahann optimis 3. Mendorong
ya. d. Mengung individu untuk
kapkan melihat kembali
keyakinan masa lalu dan

23
dalam diri memfokuskan pada
e. Mengung kejadian dan
kapkan hubungan yang
keyakinan memberikan
kepada kekuatan dan
orang lain dukungan spiritual
f. Menentuk 4. Rawat klien
an tujuan dengan
hidup bermartabat dan
hormat dengan
cara menghargai
pendapat dan
keyakinan klien.
5. Dorong partisipasi
dalam hubungan
dengan anggota
keluarga, teman
dan orang lain.
6. Jaga privacy dan
ketenangan untuk
kegiatan spiritual
7. Dorong partisipasi
dalam kelompok
spiritual sesuai
dengan keyakinan
yang dianut.

TUK 3 : 1. Klien mampu 1. Berbagai


Setelah atau a. Mencintai keyakinan tentang
kali diri sendiri arti dan tujuan
pertemuan dan orang dengan perawat
kali dapat lain dengan 2. Diskusikan
mendiskusika mengungkapk manfaat spiritual
n dengan an 3. Beri kesempatan
perawat hal penerimaan untuk
penting yang terhadap mendiskusikan
memberikan dirinya berbagai hambatan
makna dalam sendiri yang dirasakan
kehidupanny maupun dalam menjalankan
a dimasa orang lain keyakinan
yang lalu. b. Berdoa 4. Bersikap terbuka
menurut dan menjadi
keyakinannya pendengar yang
masing- baik terhadap apa

24
masing yang dikatakan
c. Melakukan individu
ibadah 5. Dorong klien
d. Berpartisipasi berdoa secara
dalam upcara individu
keagamaan
e. Berpartisipasi
dalam
pengobatan
f. Berinteraksi
dengan tokoh
agama
g. Berhubungan
dengan diri
sendiri orang
lain yang
h. Berhubungan
dengan orang
lain
i. Berinteraksi
dengan orang
lain untuk
berbagi
perasaan dan
keyakinan

TUK 4 : 1. Klien mampu 1. Mendorong klien


Setelah tiga a. Melakuka untuk menulis
kali n ADL dalam daftar
pertemuan b. Melaksan kegiatan hariannya
klien dapat akan setiap hari untuk
mempertahan keyakinan mengekpresikan
kan nya sesuai pemikiran dan
pemikiran dengan saran refleksi.
dan perannya 2. Menyediakan
perasaannya c. Mengung musik, literatur,
tentang kapkan radio atau program
spiritual perasaann TV spritual secara
ya terkait individu
dengan 3. Terbuka terhadap
keyakinan pernyataan
nya individu terhadap
d. Mengontr kesepian dan

25
ol kekuatannya
aktifitas 4. Dorong
spiritualn menggunakan
ya sumber-sumber
e. Memilih spiritual seperti
pelayanan tokoh-tokoh
spiritual agama, literatur-
yang literatur atau buku
diperluka yang sesuai dengan
n keyakinan,
tersedianya
tempat-tempat
beribadah dan alat-
alat dalam
menjalankan ritual
keyakinannya.
5. Menyerahkan ke
tokoh agama yang
pilih
6. Gunakan teknik
klarifikasi untuk
membantu individu
mengklarifikasi
keyakinan dan
nilai
7. Mendengarkan
perasaan individu
8. Menunjukkan
empati
9. Fasilitas individu
untuk meditasi,
berdoa, tradisi
religius lainnya
dan ritual
10. Dengarkan
dengan hati-hati
komunikasi
individu dan
mengembangkan
waktu untuk
berdoa atau ritual
keagamaan
11. Yakinkan
individu bahwa
perawat akan

26
mendukung
individu pada saat
menderita/masa
kulit
12. Terbuka
kepada individu
tentang sakit dan
kematian
13. Bantu individu
untuk
mengungkapkan
dan mengurangi
kemaharan.

1) Implementasi

Pada tahap implementasi, perawat menerapkan rencana intervensi dengan

melakukan prinsip - prinsip kegiatan asuhan keperawatan sebagai berikut (Hamid,

2000) :

a) Periksa keyakinan spiritual ibadah

b) Fokuskan perhatian pada persepsi klien terhadap kebutuhan spritualnya.

c) Jangan mengasumsi klien tidak mempunyai kebutuhan spiritual

d) Mengetahui pesan non verbal tentang kebutuhan spiritual pasien

e) Berespon secara singkat, spesifik dan factual

f) Mendengarkan secara aktif dan menunjukkan empati yang berarti menghayati

masalah klien

g) Menerapkan tehnik komunikasi terapeutik dengan tehnik mendukung menerima,

bertanya, memberi infomasi, refleksi, menggali perasaan dan kekuatan yang

dimiliki klien

h) Meningkatkan kesadaran dengan kepekaan pada ucapan atau pesan verbal klien

27
i) Memahami masalah klien tanpa menghukum walaupun tidak berarti menyetujui

klien

j) Menentukan arti dari situasi klien, bagaimana klien berespon terhadap penyakit.

Apakah klien menganggap penyakit yang dideritanya merupakan hukuman,

cobaan atau anugrah dari Tuhan ?

k) Membantu memfasilitasi klien agar dapat memenuhi kewajiban agamanya

Menurut Amenta dan Bohnet (1986) cit Govier (2000) ada empat alat / cara untuk

membantu perawat dalam menerapkan perawatan spiritual yaitu :

a) Menyimak dengan perilaku wajar

b) Selalu ada

c) Menyetujui apa yang dikatakan klien

d) Menggunakan pembukaan diri

Perawat berperan sebagai komunikator bila pasien menginginkan untuk bertemu

dengan petugas rohaniawan atau bila menurut perawat memerlukan bantuan

rohaniawan dalam mengatasi masalah spiritualnya.

Menurut McCloskey dan Bulechek (2006) dalam Nursing Interventions

Classification (NIC), intervensi dan diagnosa distres spiritual salah satunya adalah

support spiritual. Definisi support spiritual adalah membantu pasien untuk merasa

seimbang dan berhubungan dengan kekuatan Maha Besar. Adapun aktivitasnya

meliputi :

a) Buka ekspresi pasien terhadap kesendirian dan ketidakberdayaan

b) Beri semangat untuk menggunakan sumber – sumber spiritual

28
c) Siapkan artikel tentang spiritual, sesuai pilihan pasien

d) Tunjuk penasihat spiritual pilihan pasien

e) Gunakan teknik klarifikasi nilai untuk membantu pasien mengklarifikasi

kepercayaan dan nilai, jika diperlukan

f) Mampu untuk mendengar perasaan pasien

g) Fasilitasi pasien dalam meditasi, berdoa atau ritual keagamaan

h) Dengarkan dengan baik komunikasi pasien dan kembangkan rasa pemanfaatan

waktu untuk berdoa atau ritual keagamaan

i) Yakinkan kepada pasien bahwa perawat dapat mensupport pasien ketika sedang

menderita.

j) Buka perasaan pasien terhadap rasa sakit dan kematian

k) Bantu pasien untuk berekpresi yang sesuai dan bantu mengungkapkan rasa marah

dengan cara yang baik.

2) Evaluasi

Perawat mengevaluasi apakah intervensi keperawatan membantu menguatkan

spiritualitas klien. Perawat membandingkan tingkat spiritualitas klien dengan

perilaku dan kebutuhan yang tercatat dalam pengkajian keperawatan. Klien harus

mengalami emosi sesuai dengan situasi, mengembangkan citra diri yang kuat dan

realistis, dan mengalami hubungan interpersonal yang terbuka dan hangat. Keluarga

dan teman, dengan siapa klien telah membentuk persahabatan dapat dijadikan

sumber informasi evaluatif. Klien harus juga mempertahankan misi dalam hidup dan

sebagian individu percaya dan yakin dengan Tuhan Yang Maha Kuasa atau Maha

Tinggi. Bagi klien dengan penyakit terminal serius, evaluasi difokuskan pada

29
keberhasilan membantu klien meraih kembali harapan hidup (Potter and Perry,

1997).

Untuk mengatahui apakah pasien telah mencapai kriteria hasil yang ditetapkan

pada fase perencanaan, perawat perlu mengumpulkan data terkait dengan pencapaian

tujuan asuhan keperawatan.

Tujuan asuhan keperawatan tercapai apabila secara umum pasien mampu:

a) Mampu beristirahat dengan tenang

b) Menyatakan penerimaan keputusan moral / etika

c) Mengekspresikan rasa damai berhubungan dengan Tuhan

d) Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka dengan pemuka agama

e) Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya

f) Menunjukkan afek positif tanpa perasaan marah, rasa bersalah dan ansietas

g) Menunjukkan perilaku lebih positif

h) Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan keberadaannya.

30
BAB III

KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang

ingin diamati atau diukur melalui penelitian (Setiadi, 2013). Adapun kerangka

konsep dari penelitian ini dapat diterangkan dengan skema pada gambar di bawah

ini :

1. Depresi
2. Resiko Merusak Diri
3. Harga Diri Rendah
4. Resiko Bunuh Diri
5. Koping Tidak Efektif

Distress Spiritual

1. Kekerasan, penyakit fisik


dan kematian
2. Depresi, marah, kecemasan,
ketakutan, makna nyeri,
kehilangan kontrol, harga
diri rendah, dan pemikiran
yang bertentangan
3. Dukungan sosial

Keterangan : : Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Alur pikir

Gambar 1.
Kerangka Konsep Gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien Diabetes Mellitus
dengan Distress Spiritual di UPT Puskesmas Kintamani IV Tahun 2018

31
B. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variable dan istilah yang

akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi, 2013).

Untuk menghindari perbedaan persepsi, maka perlu disusun definisi yang

merupakan penjelasan yang lebih lanjut.

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau

ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian (Notoatmodjo 2010).

Variabel dalam penelitian ini adalah Gambaran Asuhan Keperawatan pada Pasien

Diabetes Melittus dengan Distress Spiritual.

2. Definisi Operasional

Menurut (Notoatmodjo 2010)., untuk membatasi ruang lingkup atau

pengertian variabel-variabel yang diamati atau yang diteliti, perlu diberikan

batasan antar variabel, sehingga memiliki penjelasan semua variabel dan istilah

yang akan digunakan akhirnya mempermudah pembaca dalam mengartikan

makna penelitian. Untuk menghindari perbedaan persepsi, maka perlu disusun

definisi operasional yang merupakan penjelasan tentang bagaimana cara

menentukan variabel dan mengukur suatu variabel. Berikut tabel definisi

operasional pada penelitian ini :

32
Tabel 1

Definisi Operasional Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes

Mellitus dengan Distress Sipritual di UPT Puskesmas Kintamani IV Tahun 2018

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Data


1 2 3 4
Distress gangguan yang Spiritual Well Ordinal

Spiritual berkaitan dengan Being Scale

prinsip-prinsip

kehidupan, keyakinan,

atau kegamaan dari

pasien yang

menyebabkan

gangguan pada

aktivitas spiritual,

yang merubuan akibat

dari masalah -

masalah fisik atau

psikososial yang

dialam

33
Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala Data
1 2 3 4
Asuhan Proses atau rangkaian Lembar

Keperawatan kegiatan pada praktik Observasi

keperawatan yang

diberikan secara

langsung kepada

klien/ pasien di

berbagai tatanan

pelayanan kesehatan.

Dilaksanakan

berdasarkan kaidah-

kaidah Keperawatan

sebagai suatu profesi

yang berdasarkan ilmu

dan kiat keperawatan,

bersifat

humanistic,dan

berdasarkan pada

kebutuhan objektif

klien untuk mengatasi

masalah yang

dihadapi klien.

34
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap sekumpulan objek yang

bertujuan untuk melihat gambaran fenomena (termasuk kesehatan) yang terjadi di

dalam suatu populasi tertentu (Notoatmodjo 2010). Metode pendekatan yang

digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan Cross sectional yaitu penelitian

dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada waktu

yang sama (Notoatmodjo 2010)..

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di UPT Puskesmas Kintamani IV pada

bulan Pebruari 2018 sampai bulan Mei 2018

C. Subyek Studi Kasus

Subyek studi kasus pada penelitian ini melibatkan dua orang klien dan

seorang dokter sebagai pemberi informasi tambahan dari klien. Sebelum

pengambilan subyek studi kasus perlu ditentukan kriteria inklusi dan kriteria

eksklusi agar karakteristik sampel tidak menyimpang dari populasinya. Adapun

dua karakteristik subyek studi kasus yaitu :

a. Kriteria inklusi merupakan kriteria subyek studi kasus yang layak untuk

diteliti, yaitu :

35
1) Pasien Diabetes Mellitus yang berobat di UPT Puskesmas Kintamani IV

sesuai dengan catatan medis pasien dan dirawat dirumah.

2) Subyek yang komunikatif, mampu membaca dan menulis.

3) Bersedia menjadi responden dan telah menandatangani persetujuan menjadi

responden.

b. Kriteria eksklusi merupakan kriteria subyek studi kasus yang tidak layak untuk

diteliti, yaitu :

1) Pasien selama proses asuhan keperawatan berhenti menjadi responden

D. Besar Sampel

Pengambilan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara

kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila orang

yang ditemui tersebut dipandang sebagai sumber data (Notoatmodjo

2010).Sampel yang dipilih sebanyak 2 orang.

E. Fokus Studi Penelitian

Pada penelitian ini, masalah yang menjadi fokus dalam studi kasus ini yaitu

asuhan keperawatan pada Pasien Diabetes Melittus dengan Distress Spiritual.

F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer yaitu

data yang diperoleh secara langsung dari responden dengan cara menjawab

pertanyaan atau pemeriksaan yang dilakukan oleh peneliti (Setiawan A. 2010).

36
Dalam penelitian ini data primer diperoleh langsung dari responden, dan keluarga

dengan teknik wawancara serta pemeriksaan untuk mendapatkan data subyektif

dan obyektif di UPT Puskesmas Kintamani IV.

Data sekunder adalah data yang didapatkan secara tidak langsung biasanya

berupa data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia (Setiawan A.

2010). Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari register/rekam medik

pasien di UPT Puskesmas Kintamani IV. Pada register/rekam medik dapat dilihat

diagnosa psien dan terapi yang telah diberikan.

2. Teknik pengumpulan data

Pada penelitian ini menggunakan teknik triangulasi yang bertujuan untuk

mengumpulkan data yang berbeda pada sumber data yang sama. Perolehan data

tersebut dilakukan dengan memadukan wawancara, observasi dan pengukuran.

Beberapa cara pengumpulan data yang digunakan yaitu:

a. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara

mewawancarai langsung responden yang teliti, metode ini memberikan hasil

secara langsung. Metode dapat dilakukan apabila penulis ingin mengetahui hal-hal

dari responden secara mendalam serta jumlah responden sedikit (Hidayat 2010).

Dalam penelitian ini penulis melakukan tanya jawab dengan responden

dan keluarga responden untuk mendapatkan data subjektif khususnya tentang

Diabetes Melittus dengan Distress Spiritual di UPT Puskesmas Kintamani IV.

b. Pemeriksaan

37
Pemeriksaan adalah melihat apakah kondisi yang ada sesuai dengan apa

yang diharapkan (Saryono 2011). Adapun pemeriksaan yang dilakukan yaitu

pemeriksaan umum, pemeriksan fisik dan pemeriksaan penunjang. Tujuannya

adalah untuk menentukan status kesehatan klien, mengindentifikasi masalah

kesehatan dan memperoleh data dasar (Notoatmodjo 2012). Pemeriksaan umum

yang dilakukan pada penelitian ini yaitu keadaan umum, kesadaran, keadaan

psikologis, tekanan darah, nadi, suhu, dan respirasi. Pemeriksaan fisik yang

dilakukan yaitu pemeriksaan dari ujung rambut sampai ujung kaki (head to toe)

yang meliputi inspeksi, palpasi, auskutasi dan pertusi

c. Observasi (pengamatan)

Observasi merupakan metode mengumpulkan data dengan mengamati

langsung di lapangan. Proses ini berlangsung dengan pengamatan yang meliputi

melihat, merekam, menghitung dan mencatat kejadian (Saryono 2011). Dalam

penelitian ini hal-hal yang diobservasi yaitu data subyektif dan data obyektif.

3. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar observasi

dan lembar asuhan keperawatan.

a. Lembar observasi digunakan untuk mendapatkan data subjektif dan objektif

Diabetes Melittus terhadap para responden yang saat itu ditemui oleh peneliti

dan bersedia menjadi responden.

b. Lembar asuhan keperawatan yang digunakan untuk memperoleh data Distress

Spiritual diperoleh dengan melakukan wawancara, observasi, dan pengukuran

terhadap 2 orang sampel responden yang telah dipilih sesuai dengan data yang

dibutuhkan, kemudian mengidentifikasi asuhan yang diberikan.

38
4. Alat dan Bahan

Alat yang diperlukan dan dibutuhkan dalam penelitian ini adalah tensimeter,

stethoscope, termometer, jam, dan angket Spiritual Well Being Scale

G. Metode Analisis Data

1. Teknik Pengolahan Data

a. Editing

Mengkaji dan meneliti data yang telah terkumpul, memeriksa apakah data

sudah baik atau tidak, sehingga dapat dipersiapkan untuk proses selanjutnya.

b. Data Entry

Memasukkan data ke dalam program atau “software” komputer untuk dihitung

menggunakan bantuan komputer.

c. Tabulating

Melakukan pengecekan ulang pada data untuk mengetahui adanya

kemungkinan kesalahan kode atau ketidaklengkapan pada data sehingga dapat

dilakukan pembenaran atau koreksi.

2. Teknik Analisa Data

a. Reduksi data

Penulis menggunakan reduksi data untuk melakukan pemilihan 2 responden

yang memenuhi kriteria penelitian dari data catatan yang didapat di UPT

Puskesmas Kintamani IV seperti rekam medis untuk diteliti pada lembar asuhan

keperawatan.

39
b. Penyajian data

Penulis akan menguraikan data responden pada lembar asuhan keperawatan

serta hasil dari wawancara secara langsung dengan responden tentang sikap dan

pemikirannya yang telah dilakukan di UPT Puskesmas Kintamani IV dalam

bentuk narasi. Dalam penyajian data ini, peneliti juga akan menampilkan

dokumen, surat, atau rekaman hasil wawancara dnegan responden sebagai data

bukti penelitian.

c. Verifikasi dan penarikan kesimpulan.

Penulis akan menarik kesimpulan sementara tentang gambaran asuhan

keperawatan pada Pasien Diabetes Mellitus dengan Distress Spiritual berdasarkan

data yang telah didapat dan diproses, untuk selanjutnya akan diverifikasi untuk

mendapatkan kesimpulan akhir.

H. Etika Studi Kasus

Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang terlibat antara pihak peneliti, pihak yang diteliti (subjek

penelitian) dan masyarakat yang akna memperoleh dampak hasil penelitian

tersebut (Notoatmodjo 2012). Sebelum melakukan penelitian peneliti terlebih

dahulu mendapatkan rekomendasi dari institusi untuk mengajukan permohonan

ijin kepada institusi/lembaga tempat penelitian. Menurut (Hidayat 2010) dalam

melaksanakan penelitian ini penulis menekankan masalah etika yaitu:

1. Lembar Persetujuan (Informed Consent)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara Peneliti dan responden

peneitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed consent tersebut

40
diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan

untuk menjadi responden. Jika subjek bersedia maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak bersedia maka penulis

harus menghormati hak pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam

informed consent tersebut antara lain: partisipasi responden, tujuan dilakukan

tindakan, jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial

yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi dan

lain-lain (Hidayat 2010).

2. Tanpa nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menulis kode

pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. Untuk

menjaga kerahasiaan pada lembar yang telah diisi oleh responden, penulis tidak

mencantumkan nama secara lengkap, responden cukup mencantumkan inisial saja

3. Kerahasiaan (Cofidentiality)

Kerahasiaan merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaanya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset. Peneliti

menjelaskan bahwa data yang diperoleh dari responden akan dijaga kerahasiaanya

oleh peneliti.

41
DAFTAR PUSTAKA

ADA. 2015. “Goals of Care – ADA 2015 ADA Standards of Care 2015
Objectives Diabetes Education Services © 1998-2015 1 . Strategies for
Improving Care 1 . Keep It Patient Centered Diabetes Education Services ©
1998-2015,” 1–24.
Astuti, Arifka D W I. 2017. “Hubungan Tingkat Spiritualitas Dengan Self
Efficacy Pada Pasien Diabetes Melitus Di Wilayah Kerja Puskesmas Mlati I
Yogyakarta.”
Effendy, Nurlaila. 2009. “Perkembangan Psikologi : Kelahiran Integral?”
Hidayat, Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan Dan Tehnik Analisis
Data. Surabaya: Salemba Medika.
Idf. 2014. “Introduction.” Diabetes Care 38 (January):S1–2.
https://doi.org/10.2337/dc15-S001.
Jafari dkk. 2014. “Spiritual Well-Being and Quality of Life of Iranian Adults with
Type 2 Diabetes.” Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine
2014:1–8. https://doi.org/10.1155/2014/619028.
Kemenkes RI. 2014. “Situasi Dan Analisis Diabetes.” Pusat Data Dan Informasi
Kementerian Kesehatan RI. https://doi.org/24427659.
Notoatmodjo. 2012. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.
Saryono. 2011. Metode Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.
Setiawan A., dan Saryono. 2010. Metodologi Penelitian Kebidanan. Jakarta: Nuha
Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. “Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia”
1.

42
Lampiran 1
RENCANA JADWAL PENELITIAN
GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN DISTRES SPIRITUAL DI UPT
PUSKESMAS KINTAMANI IV TAHUN 2018

Bulan
No Kegiatan Februari Maret April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan Penyusunan Usulan
Penelitian
2 Penyusunan Usulan Penelitian
3 Ujian Usulan Penelitian
4 Revisi Usulan Penelitian
5 Persiapan Pengumpulan Data
6 Pengumpulan Data
7 Penyusunan KaryaTulis Ilmiah
8 Seminar KaryaTulisIlmiah
9 Revisidan Penyelesaian
KaryaTulisIlmiah

45
Lampiran 2

RENCANA ANGGARAN BIAYA PENELITIAN GAMBARAN ASUHAN


KEPERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN DISTRES
SPIRITUAL DI UPT PUSKESMAS KINTAMANI IV
TAHUN 2018

NO KETERANGAN BIAYA
A Tahap Persiapan
Penyusunan proposal Rp. 350.000,00
Penggandaan proposal Rp. 250.000,00
Revisi proposal Rp. 100.000,00
B Tahap Pelaksanaan
Penggandaan lembar pengumpulan data Rp. 200.000,00
Transportasi dan akomodasi penulis Rp. 250.000,00
C Tahap Akhir
Penyusunan laporan Rp. 350.000,00
Penggandaan laporan Rp. 250.000,00
Revisi laporan Rp. 250.000,00
Biaya Tidak Terduga Rp. 300.000,00
Total Biaya Rp. 2.300.000,00

46
Lampiran 3

LEMBAR PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada

Yth. Bapak/ Ibu Responden

Di UPT Puskesmas Kintamani IV

Dengan hormat,

Saya selaku Mahasiswa Diploma III Program Rekognisi Pembelajaran Lampau

(RPL), akan mengadakan penelitian mengenai “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Diabetes Mellitus dengan Distress Spiritual di UPT Puskesmas Kintamani IV

Tahun 2018”.

Oleh karena itu, mohon kesediaan bapak atau ibu untuk menjawab pertanyaan yang

akan diajukan oleh penulis secara lisan melalui wawancara secara jelas. Penulis akan

menjamin kerahasiaan identitas bapak atau ibu dan informasi yang diberikan hanya

akan digunakan sebagai data untuk penelitian dan masukan bagi petugas untuk

mengatasi masalah Distres Sipritual pada pasien Diabetes Mellitus. Penulis

mengucapkan terima kasih atas kesediaan dan partisipasi bapak atau ibu.

Bangli, April 2018

Hormat saya,

I Putu Sudarsa

NIM. P07120017251

47
Lampiran 4

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan turut berpartisipasi menjadi

responden dalam penelitian yang berjudul “Gambaran Asuhan Keperawatan Pada

Pasien Diabetes Mellitus dengan Distress Sipritual di UPT Puskesmas Kintamani IV

Tahun 2018” yang dilaksanakan oleh I Putu Sudarsa. Sebelumnya saya telah diberikan

penjelasan tentang penelitian ini dan data saya akan dirahasiakan. Apabila saya merasa

kurang nyaman, peneliti akan menghentikan pengumpulan data dan saya berhak

mengundurkan diri.

Dengan ini saya menyatakan bersedia untuk mengikuti penelitian ini secara sukarela

dan tanpa paksaan dari siapapun.

Denpasar, April 2018

(Responden)

48
Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI ASUHAN KEPERAWATAN

FORMAT PENGUMPULAN DATA

Judul Penelitian : Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Diabetes Mellitus

dengan Distress Sipritual di UPT Puskesmas Kintamani IV

Tahun 2018

Tanggal Penelitian : / /

Petunjuk pengisian :

1. Bacalah setiap pertanyaan lembar observasi dengan teliti dan benar.

2. Jawablah pada kolom yang tersedia, dengan cara member tanda √ pada kolom

yang sesuai dengan keadaan pasien dan perawat.

3. Pertanyaan yang tidak sesuai dengan keadaan klien atau perawat diberi tanda X

pada kolom tidak.

A. PENGKAJIAN DISTRESS SPIRITUAL

Observasi
No Pengkajian
Ya Tidak

1 Riwayat Keperawatan

2 Pengkajian Klinis

3 Faktor Predisposisi

a. Faktor Keyakinan

b. Faktor Psikologis

c. Faktor Biologis

49
d. Faktor Sosial Budaya

e. Faktor Genetik

f. Perilaku

g. Latar Belakang Budaya

h. Posisi Sosial

i. Status Emosional

j. Status Pendidikan / Intelektual

k. Status

l. Fisik

m. Fungsi Sistem Tubuh

4 Faktor Presipitasi

a. Kejadian Stresfull

b. Ketegangan Hidup

5 Penilaian Terhadap Stresor

a. Respon Kognitif

b. Respon Afektif

c. Respon Fisiologi

d. Respon Sosial

e. Respon Perilaku

6 Sumber Koping

7 Obat - Obatan

50
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Observasi
No Diagnosa Keperawatan (PES)
Ya Tidak

1 Problem

Distress Spiritual

2 Etiology

Kondisi Penyakit Kronis

3 Sign and Symptom

a Gejala dan tanda Mayor

1) Mempertanyakan makna dan tujuan hidup

2) Menyatakan hidup terasa kurang dan tidak bermakna.

3) Merasa menderita dan tidak berdaya

4) Tidak mampu beribadah

5) Marah pada Tuhan

b. Gejala dan Tanda Minor

3) Merasa hidupnya kurang atau tidak bermakna.

4) Mengeluh tidak dapat menerima (kurang pasrah)

5) Merasa bersalah

6) Merasa terasing

7) Merasa telah diabaikan

2) Menolak berinteraksidengan orang terdekat dan atau


pemimpin spiritual
3) Tidak mampu berkreativitas

51
4) Koping yang tidak efektif

5) Tidak berminat pada alam

6) Tidak suka membaca literatur spiritual

C. PERENCANAA KEPERAWATAN

Observasi
No Rencana Tindakan Keperawatan
Ya Tidak

1 TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya.

a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non


verbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang


disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Jujur dan menepati janji

f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya

g. Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan


dasar klien
2 TUK 2 : klien dapat mengatakan kepada perawat atau
pemimpin spiritual tentang konflik spiritual dan
kegelisahannya.
a. Gunakan komunikasi terapeutik untuk membina
hubungan saling percaya dan menunjukkan empati.
b. Menggunakan alat untuk memonitor dan mengevaluasi
spiritual well-being sebagai pendekatan
c. Mendorong individu untuk melihat kembali masa lalu

52
dan memfokuskan pada kejadian dan hubungan yang
memberikan kekuatan dan dukungan spiritual
d. Rawat klien dengan bermartabat dan hormat dengan cara
menghargai pendapat dan keyakinan klien.
e. Dorong partisipasi dalam hubungan dengan anggota
keluarga, teman dan orang lain.
f. Jaga privacy dan ketenangan untuk kegiatan spiritual

g. Dorong partisipasi dalam kelompok spiritual sesuai


dengan keyakinan yang dianut.
3 TUK 3 : Klien dapat mendiskusikan dengan perawat hal
penting yang memberikan makna dalam kehidupannya
dimasa yang lalu
a. Berbagai keyakinan tentang arti dan tujuan dengan
perawat
b. Diskusikan manfaat spiritual

c. Beri kesempatan untuk mendiskusikan berbagai


hambatan yang dirasakan dalam menjalankan keyakinan
d. Bersikap terbuka dan menjadi pendengar yang baik
terhadap apa yang dikatakan individu
e. Dorong klien berdoa secara individu

4 TUK 4 : Klien dapat mempertahankan pemikiran dan


perasaannya tentang spiritual
a. Mendorong klien untuk menulis dalam daftar kegiatan
hariannya setiap hari untuk mengekpresikan pemikiran
dan saran refleksi.
b. Menyediakan musik, literatur, radio atau program TV
spritual secara individu
c. Terbuka terhadap pernyataan individu terhadap kesepian
dan kekuatannya

53
d. Dorong menggunakan sumber-sumber spiritual seperti
tokoh-tokoh agama, literatur-literatur atau buku yang
sesuai dengan keyakinan, tersedianya tempat-tempat
beribadah dan alat-alat dalam menjalankan ritual
keyakinannya.
e. Menyerahkan ke tokoh agama yang pilih

f. teknik klarifikasi untuk membantu individu


mengklarifikasi keyakinan dan nilai
g. Mendengarkan perasaan individu

h. Menunjukkan empati

i. Fasilitas individu untuk meditasi, berdoa, tradisi religius


lainnya dan ritual
j. Dengarkan dengan hati-hati komunikasi individu dan
mengembangkan waktu untuk berdoa atau ritual
keagamaan
k. akinkan individu bahwa perawat akan mendukung
individu pada saat menderita/masa kulit
i. Terbuka kepada individu tentang sakit dan kematian

l. Bantu individu untuk mengungkapkan dan mengurangi


kemaharan.

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Observasi
No Implementasi Keperawatan
Ya Tidak

a. Periksa keyakinan spiritual ibadah

b. Fokuskan perhatian pada persepsi klien terhadap


kebutuhan spritualnya.

54
c. Jangan mengasumsi klien tidak mempunyai kebutuhan
spiritual
d. Mengetahui pesan non verbal tentang kebutuhan
spiritual pasien
e. Berespon secara singkat, spesifik dan factual

f. Mendengarkan secara aktif dan menunjukkan empati


yang berarti menghayati masalah klien
g. Menerapkan tehnik komunikasi terapeutik dengan
tehnik mendukung menerima, bertanya, memberi
infomasi, refleksi, menggali perasaan dan kekuatan
yang dimiliki klien
h. Meningkatkan kesadaran dengan kepekaan pada ucapan
atau pesan verbal klien
i. Memahami masalah klien tanpa menghukum walaupun
tidak berarti menyetujui klien
j. Menentukan arti dari situasi klien, bagaimana klien
berespon terhadap penyakit. Apakah klien menganggap
penyakit yang dideritanya merupakan hukuman, cobaan
atau anugrah dari Tuhan ?
k. Membantu memfasilitasi klien agar dapat memenuhi
kewajiban agamanya

E. EVALUASI KEPERAWATAN

Observasi
No Kriteria Tujuan Keparawatan
Ya Tidak

1 Subjektif : Pasien menyatakan mencapai kenyamanan dari


pelaksanaan praktik spiritual sebelumnnya dan

55
merasa kehidupannya berarti/bermakna
2 Objektif : Pasien Mampu beristirahat dengan tenang,
Menerima keputusan moral / etika,
mengekspresikan rasa damai berhubungan
dengan Tuhan, Menunjukkan hubungan yang
hangat dan terbuka dengan pemuka agama,
Mengekspresikan arti positif terhadap situasi
dan keberadaannya, Menunjukkan afek positif
tanpa perasaan marah, rasa bersalah dan
ansietas, menunjukkan perilaku lebih positif,
Mengekspresikan arti positif terhadap situasi
dan keberadaannya
3 Assesment : Tujuan tercapai apabila respon pasien sesuai
dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditentukan, tujuan belum tercapai apabila respon
pasien tidak sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan
4 Planning : Pertahankan kondisi pasien apabila tujuna
tercapai, lanjutkan perencanaan apabila terdapat
tujuan yang belum mampu dicapai oleh pasien

56

Anda mungkin juga menyukai