Anda di halaman 1dari 7

ANALISIS FAKTOR RESIKO TERJADINYA ISPA PADA ANAK

JALANAN DI PASAR GADANG KABUPATEN MALANG

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh :
Robinson Umbu Lele
2014610131

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TRIBHUWANA TUNGGADEWI
MALANG
2018
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah radang akut saluran

pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus,

maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru (Juwarni, 2012).

Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko seseorang terkena ISPA, yaitu faktor

lingkungan, karakteristik individu dan prilaku pekerja misalnya makan saat

sedang bekerja dan tidak mencuci tangan, tidak menggunakan masker saat kera.

Faktor lingkungan meliputi pencemaran udara (asap rokok, polusi udara akibat

hasil industri dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan

konsentrasi yang tinggi). Faktor individu seperti umur, jenis kelamin dan tingkat

pendidikan juga dapat mempengaruhi risiko kerentana terkena ISPA (Sormin,

2012). Paparan debu dapat menyebabkan gangguan pernapasan akut maupun

kronis. Partikel debu yang dapat mengakibatkan gangguan pernapasan akut salah

satunya adalah hasil industri yang dapat mencemari udara seperti debu batu bara,

semen, kapas, asbes, zat-zat kimia, gas beracun, debu pada penggilingan padi

(debu organik) dan lain-lain. Berbagai faktor yang berpengaruh terhadap

timbulnya penyakit atau gangguan pada saluran napas akibat debu antara lain

partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut dan sifat kimiawi serta lama paparan.

Faktor individual meliputi mekanisme pertahanan paru, anatomi dan fisiologi

saluran pernapasan (Cahyana et al., 2012).

1
2

ISPA merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit

menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat ISPA setiap tahun,

98%-nya disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan bawah. Tingkat mortalitas

akibat ISPA pada bayi, anak dan orang lanjut usia tergolong tinggi terutama di

negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah dan menengah. ISPA juga

merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau rawat inap di sarana

pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2007 dalam

namira S. 2013). ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di

sarana pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 40-60% kunjungan berobat di

Puskesmas dan 15- 30% kunjungan berobat di rawat jalan dan rawat inap rumah

sakit (Depkes RI, 2009 dalam Hasan, 2012)

Berdasarkan data Dinkes, (2005) dalam Hasan (2012), anak jalanan sangat

rentan terhadap kejadia ISPA hal tersebut karena anak jalanan lebih sering

terpapar dengan debu asap dan polusi lainya. Faktor utama kasus ISPA adalah

karena adanya polusi, sanitasi lingkungan yang buruk, kurangnya imunisasi dan

lainnya Departemen Sosial RI sebagaimana dikutip oleh Zulfadli (2013)

menjelaskan bahwa anak jalanan adalah anak yang sebagian besar waktunya

dihabiskan di jalanan atau di tempat-tempat umum, berusia antara 6 - 21 tahun,

melakukan kegiatan di jalan atau di tempat umum, seperti: pedagang asongan,

pengamen, peminta-minta, dan lain sebagainya.

Menurut data Kementerian Sosial RI. (2016), saat ini ada 4,1 juta anak

jalanan yang tersebar di kota-kota besar di seluruh Indonesia. Sebagian dari

mereka tersebar di wilayah Jakarta, dan sisanya tersebar di kota-kota besar


3

lainnya. BPS Kota Malang (2016) jumlah penyandang masalah kesejahteraan

sosial (PMKS) menurut jenis kelamin di Kota Malang menunjukkan bahwa

jumlah anak jalanan adalah sebanyak 104 yang terdiri dari 56 orang berjenis

kelamin laki-laki dan 48 orang berjenis kelamin perempuan.

Data yang dikutip dari Yunita, (2016) tentang Problematika Kesehatan

Anak Jalanan, diketahui bahwa anak jalanan juga rentan terkena penyakit infeksi,

seperti ISPA, diare, tifus, hepatitis, dan kulit maupun masalah kesehatan lainnya.

Anak jalanan juga rawan terhadap perilaku berisiko di antara anak jalanan yang

dapat menyebabkan penyakit menular seksual, seperti gonore (GO) atau kencing

nanah, sifilis, dan HIV/AIDS sebagai akibat perilaku seks bebas maupun sebagai

akibat dari kasus perkosaan, sodomi, dan pelecehan seksual lain. Pengaruh dan

tekanan kelompok yang mengakibatkan anak jalanan minum alkohol, merokok,

dan menyalahgunakan narkoba terutama dari lem yang berdampak bagi kesehatan.

Akibat stres, anak jalanan mudah berperilaku antisosial, seperti berkelahi,

mencuri, merampas, dan memeras. Problematika kesehatan anak jalanan seperti

yang di sampaikan Yunita, (2016) melalui riaupos.co mengatakan bahwa salah

satu masalah kesehatan pada anak jalanan adalah ISPA sehingga perlu adanya

upaya untuk menangani masalah tersebut

Menurut Rajawana, (2010) Kolaps alveoli akan mengakibatkan

penyempitan jalan nafas, sesak nafas dan nafas ronchi, fibrosis bisa menyebabkan

penurunan fungsi paru dan penurunan produksi surfaktan sebagai pelumas yang

berfungsi untuk melembabkan rongga pleura. Emfisema (tertimbunnya cairan atau

pus dalam rongga paru) adalah tindak lanjut dari pembedahan, atelektasis
4

mengakibatkan peningkatan frekuensi nafas, hipoksemia, asidosis respiratori,

pada klien terjadi sianosis, dispnea dan kelelahan yang akan mengakibatkan

terjadinya gagal nafas atau kematian.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 7 April 2018

pada 12 anak jalanan, diperoleh informasi bahwa diantara anak jalanan sering

mengalami batuk pilek, bersin, suara serak, pusing kadang disertai demam bila

termasuk 7 dari 12 anak yang ditemui termasuk mengalami keadaan yang sama.

Anak-anak jalanan tersebut mengatakan bahwa kondisi kesehatan yang dialami

dalam hal ini batuk pilek, bersin, pusing kadang-kadang demam dialami kurang

lebih tiga bulan terakhir, dengan rentang waktu sembuh satu sampai dua minggu.

Dampak yang timbul bila penyakit ISPA tidak segera di tangani atau di atasi yaitu

panas tinggi, bbatuk-batuk berkepanjangan, sulit bernapas, dapat menular ke

orang disekitar, pusing atau sakit kepala, mengganggu aktivitas dan bisa

mengakibatkan kematian.

Berdasarkan paparan data baik teori maupun data-data riset dan penelitian

serta studi pendahuluan yang di lakukan menunjukan bahwa perlu adanya analisa

tentang kejadian ISPA pada anak jalanan, karenanya peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang analisis faktor resiko terjadinya ISPA pada Anak

Jalanan di pasar Gadang Kabupaten Malang.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa saja yang menjadi

faktor resiko terjadinya ISPA pada Anak Jalanan di pasar Gadang

Kabupaten Malang?
5

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dalam penelitian ini adalah Mengetahui faktor resiko

terjadinya ISPA pada Anak Jalanan di pasar Gadang Kabupaten Malang.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi faktor lingkungan terhadap kejadian ISPA pada Anak

Jalanan di pasar Gadang Kabupaten Malang

2. Mengidentifikasi faktor karakteristik individu terhadap kejadian ISPA

pada Anak Jalanan di pasar Gadang Kabupaten Malang

3. mengidentifikasi faktor perilaku kerja terhadap kejadian ISPA pada

Anak Jalanan di pasar Gadang Kabupaten Malang

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat menjadi tambahan pengetahuan serta wawasan tentang

analisis faktor resiko terjadinya ispa pada Anak Jalanan.

1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Profesi Keperawatn

Sebagai bahan tambahan pengetahuan kepada perawat tentang faktor

resiko terjadinya ISPA pada Anak Jalanan di pasar Gadang Kabupaten

Malang
6

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi tambahan bagi mahasiswa selanjutnya dalam melakukan

penelitian yang berkaitan dengan kesehatan faktor resiko terjadinya ISPA

3. Bagi Masyarakat

Dapat di gunakan sebagai referensi dalam membina anak jalanan

khususnya tentang faktor resiko terjadinya ISPA

Anda mungkin juga menyukai