“ASFIKSIA”
FASILITATOR
Ns. Iis Fatimawati, S.Kep., M.Kes
Disusun oleh:
1. Aida Berlian 151.0002
2. Yurista Prahesti N. 151.0059
Alhamdulillah, Puji Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah,
kekuatan, dan karunia Allah yang telah diberikan sehingga, saya dapat menyelesaikan makalah
dengan judul :“ Asfiksia”
Penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Sistem Respirasi
yang diberikan oleh Ns. Iis Fatimawati, S.Kep., M.Kes
Saya menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak makalah ini tidak
akan terselesaikan, untuk itu saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Allah SWT yang telah berkenan memberikan kekuatan baik lahir maupun batin dan
2. Ibu Iis Fatimawati, S.Kep., M.Kes selaku Dosen pembimbing mata kuliah Sistem Respirasi.
3. Rekan-Rekan mahasiswa Prodi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Hang Tuah Surabaya.
Akhirnya saya menyadari akan kekurangan, keterbatasan serta kemampuan sehingga masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Kritik dan saran pembaca sangat saya harapkan untuk
koreksi dan perbaikan di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya pada
khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
COVER ................................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..........................................................................................................1
1.2 Tujuan .......................................................................................................................1
1.3 Manfaat .....................................................................................................................1
BAB 3 PEMBAHASAN
3.1 Karakteristik Essensial……………………………………………………………..4
3.2 Etiologi……………………………………………………………………………..4
3.3 Patofisiologi………………………………………………………………………..5
3.4 Klasifikasi………………………………………………………………………….5
3.5 ManifestasiKlinis…………………………………………………………………..6
3.6 Mekanisme Asfiksia Selama Periode Partus dan Post-Partum…………………….6
3.7 Pemeriksaan Fisik………………………………………………………………….7
3.8 Pemeriksaan Penunjang……………………………………………………………8
3.9 Terapi atau tindakan penanganan…………………………………………………..9
3.10 Pencegahan…………………………………………………….………………...11
BAB 4 PENUTUP
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………………12
4.2 Saran……………………………………………………………………………..12
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi asfiksia
2. Untuk mengetahui etiologi asfiksia
3. Untuk mengetahui patofisiologi asfiksia
4. Untuk mengetahui klasifikasi asfiksa
1.4 Manfaat
Agar mahasiswa mampu memahami penyakit asfiksia pada bayi baru lahir
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
1. Asfiksia Neonatus adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang tidak segera bernafas secara
spontan dan teratur setelah dilahirkan. (Mochtar, 1989)
2. Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur,
sehingga dapat meurunkan O2 dan makin meningkatkan CO2 yang menimbulkan akibat
buruk dalam kehidupan lebih lanjut. (Manuaba, 1998)
3. Asfiksia neonatus adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara
spontan dan teratur dalam satu menit setelah lahir (Mansjoer, 2000)
4. Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini
berlangsung terlalu jauh dapat mengakibatkan kerusakan otak atau kematian. Asfiksia
juga dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. (Saiffudin, 2001)
5. Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia (penurunan PaO2), hiperkarbia (peningkatan
PaCO2), dan asidosis (penurunan PH).
2.2 Epidemiologi
Angka kejadian akibat asfiksia di rumah sakit di Jawa Barat adalah 25,2% dan angka
kematian di rumah sakit rujukan provinsi di Indonesia mencapai 41,94%. Data
mengungkapkan bahwa sekitar 10% bayi baru lahir di rumah sakit membutuhkan bantuan
bernapas, dari yang ringan hingga resusitasi ekstensif.
2.3 Prognosis
1. Asfiksia ringan/normal: Baik
2. Asfiksia Sedang: Tergantung kescepatan penatalaksanaan bila cepatprognosa baik.
3. Asfiksia berat: Dapat menimbulkan kematian pada hari-hari pertama, atau kelainan syaraf
permanen.
4. Asfiksia dengan pH 6,9 dapat menyebabkan kejang sampai koma dankelainanneurologis
yang permanen misalnya cerebral palsy, mental retardation (wirjoatmodjo, 1994 : 68).
2.4 Klasifikasi Asfiksia Menurut Mochtar (2008)
Klasifikasi klinis asfiksia dibagi dalam 2 macam, yaitu sebagai berikut :
a. Asfiksia Livida yaitu asfiksia yang memiliki ciri meliputi warna kulit kebiru-biruan, tonus
otot masih baik, reaksi rangsangan masih positif, bunyi jantung reguler, prognosis lebih
baik.
b. Asfiksia Pallida yakni asfiksia dengan ciri meliputi warna kulit pucat, tonus otot sudah
kurang, tidak ada reaksi rangsangan, bunyi jantung irreguler, prognosis jelek.
BAB 3
PEMBAHASAN
3.2 Penyebab/etiologi
1 Faktor ibu
a. Hipoksia ibu
b. Keracunan CO
c. Hipotensi akibat perdarahan
d. Gangguan kontraksi uterus
e. Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
f. Hipertensi pada penyakit eklampsia
2 Faktor plasenta
a. Plasenta tipis
b. Plasenta kecil
c. Plasenta tidak menempel
d. Solusio plasenta
e. Perdarahan plasenta
3. Faktor fetus
a. Kompresi umbilikus
b. Tali pusat menumbung
c. Tali pusat melilit leher
d. Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir
4. Faktor neonatus
a. Prematur
b. Kelainan kongential
c. Pemakaian obat anestesi
d. Trauma yang terjadi akibat persalinan
3.3 Patofisiologi
Bila janin kekurangan O2 dan kadar CO2 bertambah, timbulah rangsangan terhadap
nervus vagus sehingga DJJ (denyut jantung janin) menjadi lambat. Jika kekurangan O2
terus berlangsung maka nervus vagus tidak dapat dipengaruhi lagi. Timbulah kini
rangsangan dari nervus simpatikus sehingga DJJ menjadi lebih cepat akhirnya ireguler dan
menghilang. Janin akan mengadakan pernafasan intrauterin dan bila kita periksa kemudian
terdapat banyak air ketuban dan mekonium dalam paru, bronkus tersumbat dan terjadi
atelektasis. Bila janin lahir, alveoli tidak berkembang.
Apabila asfiksia berlanjut, gerakan pernafasan akan ganti, denyut jantung mulai menurun
sedangkan tonus neuromuskuler berkurang secara berangsur-angsur dan bayi memasuki
periode apneu primer.
Jika berlanjut, bayi akan menunjukkan pernafasan yang dalam, denyut jantung terus
menurun , tekanan darah bayi juga mulai menurun dan bayi akan terluhat lemas (flascid).
Pernafasan makin lama makin lemah sampai bayi memasuki periode apneu sekunder.
Selama apneu sekunder, denyut jantung, tekanan darah dan kadar O2 dalam darah (PaO2)
terus menurun. Bayi sekarang tidak bereaksi terhadap rangsangan dan tidak akan
menunjukkan upaya pernafasan secara spontan. Kematian akan terjadi jika resusitasi dengan
pernafasan buatan dan pemberian tidak dimulai segera.
3.4 Klasifikasi
1 Ada dua macam jenis asfiksia, yaitu :
a. Asfiksia livida (biru)
b. Asfiksia pallida (putih)
2 Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR
a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3
b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-6
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai APGAR 7-9
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
3.10 Pencegahan
1. Trauma sebisa mungkin dihindari. Partus lama dan pembedahan vaginal yang sulit
kalau mungkin harus dihindari.
2. Oksigen diberikan kepada ibu sedikitnya selama 5 menit sebelum dan selama kelahiran
yang sukar.
3. Tidak boleh digunakan narkosis yang berlebihan dan inhalasi anesthesi yang dalam
serta lama. Sebaiknya anastesi dilakukan secara lokal atau konduksi. Jika harus
digunakan anastesi inhalasi, maka dipilih cara yang memberikan kepada ibu serta bayi
saturasi oksigen yang paling tinggi dengan perubahan fisiologik yang paling sedikit.
Anastesi konduksi terkadang menyebabkan hipotensi pada ibu. Penempatan tubuh ibu
pada sisi sebelah kiri akan memperbaiki permasalahan ini bagi sebagian besar kasus.
4. Pengamatan yang cermat diperlukan sehingga gawat janin (fetal bradycardia, denyut
jantung janin yang irregular, mengalirnya meconium pada presentasi kepala) dapat di
diagnosis dan terapi bisa segera diberikan baik selama persalinanan maupun sesudah
persalinan.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Asfiksia merupakan kondisi kekurangan oksigen pada pernapasan yang bersifat mengancam
jiwa. Keadaan ini bila dibiarkan dapat mengakibatkan hipoksemia dan hiperkapnia yang disertai
dengan metabolik asidosis. Asfiksia timbul karena adnya depresi dari susunan saraf pusat yang
menyebabkan gagalnya paru-paru untuk bernapas.
4.2 Saran
Setelah pembaca mengetahui apa pengertian dan etiologi dari asfiksia neonatorum,
diharapkan pembaca bisa mengantisipasi terhadap terjadinya asfiksia neonatorum dan dapat
melakukan pencegahan serta memahami tindakan pengobatan yang dapat dilakukan pada bayi
dengan asfiksia neonatorum.
DAFTAR PUSTAKA