Anda di halaman 1dari 2

Kakek-kakek yang sedang bercanda pasti tidak ada yang legowo dikatakan lebih tua.

Walaupun salah satu kakek ini lebih tua secara tahun lahir, ia akan bersikeras menolak tua.

“Jo, Karjo. Putumu kuwi wes ana sing mlebu SMA, ora usah ngeyel, kowe kuwi le paling
tua!”

“Wah, ra aturan kowe. Aku ki adi kelasmu pas SR zaman Landa, lheh!”

“Ha-ha-ha.” Semua kakek tertawa, persis seperti remaja yang bercanda soal ngemut umur.

Ada yang menganalogikan tua sebagai: hanya sebatas umur; silsilah keluarga menurut orang
Jawa; orang yang menyebalkan; terlalu berpikiran panjang; sulit disalahkan; banyak omong
sedikit tindakan; dan penyuruh. Tapi ada juga yang mengartikan sebagai kelemahan. Seperti
kata Soe Hok Gie, seakan-akan orang yang mati muda adalah orang yang beruntung.

Tua,Muda itu Relatif.Yang tampak itu Kapitalis,“Jika Bayern Munchen sedang main, saya
malah lebih suka menjagokan lawannya. Karena seperti kapitalis melawan proletariat,”.

“Seumpama keempat Bupati itu, Sleman, Klaten, Boyolali, dan Magelang, tidak mau
mengusir backhoe selamanya, maka akan diberi (pasir) beserta awan panas.”

Mbah Maridjan

Nasihat dari almarhum Mbah Maridjan sepertinya dimengerti betul oleh Bupati Magelang.
Setelah mendengar keluhan warga, Zaenal Arifin,S.IP akhirnya membuat larangan tertulis
yang berisi tidak boleh ada aktivitas penambangan pasir menggunakan alat berat di lereng
Merapi – daerah Magelang – kecuali untuk penambangan secara manual dan berizin tetap
diperbolehkan .Namun, pada kenyataannya larangan tinggallah larangan tanpa tindakan yang
lebih serius. Penambangan pasir mengunakan alat berat dan mengangkutnya menggunakan
truk masih saja dilakukan.Mendapati sikap pemerintah yang tidak tegas dalam mengurusi hal
ini, warga sekitar penambangan pasir pun mengambil tindakan sendiri. Selasa (28/2) warga
menutup akses jalan menuju lokasi penambangan dengan cara melintangkan lima pohon
mahoni yang telah ditebang ke jalan dan menumpuk lima truk blantak (batu dan pasir) limbah
penambangan.Warga merasa terganggu oleh suara bising deru ratusan truk pengangkut pasir
yang berlalu-lalang di dusun. Efek lain, aktivitas penambangan pasir menggunakan alat berat
mengakibatkan mata air mampet, sehingga usaha perikanan dan tani kesulitan mendapatkan
air. Belum lagi dengan jalan yang rusak akibat sering dilewati truk bermuatan pasir, membuat
angka kecelakaan lalu lintas semakin melonjak.Butuh waktu bermilyar tahun untuk manusia
agar dapat meratakan Gunung Merapi menggunakan cangkul. Akan tetapi, hanya butuh
waktu beberapa tahun untuk membuat Merapi doyong menggunakan alat berat. Aktivitas
pengeboran di Porong, Sidoarjo sudah memberi contoh nyata tentang eksploitasi alam yang
berlebihan menggunakan alat berat. Haruskah Gunung Merapi menunggu gejala alam
semacam itu?

Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) hari-hari itu tengah melakukan
aksi di depan Gedung Gubernuran Jawa Tengah. Buah salak yang tumbuh dan berbuah di
lereng Gunung Merapi menjadi perantara kesamaan nasib yang sedang dialami. Warga di
lereng Merapi giat menolak penambangan pasir secara liar menggunakan alat berat dan tak
berizin sementara JMPPK secara tegas menolak pembukaan pabrik semen yang berada di
sekitar Pegunungan Kendeng. Alasan dari kedua belah pihak melakukan tindakan tersebut
sama; menolak adanya kegiatan perusakan lingkungan yang ada di lingkungan sekitar
mereka.

Maka, menjadi hal wajar ketika simpati kepada pejuang lingkungan berdatangan dari banyak
arah.Termasuk dalam lingkup Sepakbola terlihat satu spanduk yang menarik di antara
spanduk-spanduk sepak bola lain. Spanduk tersebut bertuliskan, “Jaga Merapi, Kendeng
Lestari”. Kesadaran tentang sepak bola bukan sekadar hal yang terjadi selama 90 menit di
atas lapangan, mungkin merupakan alasan spanduk tersebut bisa bersanding dengan spanduk
lain di pagar tribun. Spanduk semacam ini juga beberapa kali terlihat terpampang di tribun
suporter Persija dan Persip. Membuktikan kepedulian untuk menjaga lingkungan agar tetap
lestari sudah mulai meluas ke dalam stadion yang di dalamnya berisi suporter sepak bola.
Semoga saja dengan simpati yang diperlihatkan ini juga berbanding lurus dengan sikap
mereka untuk turut menjaga lingkungan.

Sikap sebagai suporter sepak bola yang dimaksud yaitu harus mampu menjaga lingkungan
stadion tetap dalam keadaan bersih. Karena tak munafik, para suporter pun masih banyak
yang suka membuang sampah sembarangan di atas tribun. Sampah tersebut biasanya
merupakan sampah makanan yang dijajakan di dalam stadion. Sebenarnya, apa susahnya
membuang sampah tersebut ke tempatnya? Toh, jika stadion bersih, suporter sendiri juga
yang bakal merasa nyaman menyaksikan, bernyanyi, dan berjingkrak di stadion.

Anda mungkin juga menyukai