Dosen Pembimbing:
Nuh Huda, M.Kep.Ns., Sp.KMB
Disusun Oleh :
1. Agung Prasetia Aji 151.0001
2. Dedi Permana Putra 151.0008
3. Dwi Rizqi Putri Wahyu D 151.0011
4. Imelda Sandy Wiratami S 151.0023
5. Novelda Febriyanti 151.0037
6. Selvia Kumala Dewi 151.0049
PRODI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
HANGTUAH SURABAYA
TAHUN AKADEMIK 2016/2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini yang berkenaan dengan Cerebrovaskuler Disease (CVD).
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu metode pembelajaran pada mata
kuliah NEUROBEHAVIOUR di Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Hang Tuah
Surabaya.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah memberikan masukan, dorongan dan bimbingan kepada penulis dalam
menyusun makalah ini baik dari segi moril dan materil. Ucapan terimakasih tersebut
ditujukan kepada:
1. Wiwiek Liestyaningrum, M.Kep. Selaku ketua STIKES Hang Tuah Surabaya.
2. Sri Anik R, SH,S.Kep,. Ns,.M.Kes. Selaku penaggung jawab mata kuliah
Neurobehavior STIKES Hang Tuah Surabaya.
3. Nuh Huda, M.Kep.Ns., Sp.KMB. Selaku dosen mata kuliah Neurobehaviour
STIKES Hang Tuah Surabaya.
4. Rekan-Rekan Angkatan 21 Prodi S1 Ilmu Keperawatan STIKES Hang Tuah
Surabaya.
Dalam penyusunan makalah ini penulis menyadari masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik yang sifatnya konstruktif
dari semua pihak untuk perbaikan makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi yang
membaca dan bagi pengembangan ilmu keperawatan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
1. Tujuan umumMahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien
dengan stroke hemoragic.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada klien dengan stroke
hemoragic
b. Mahasiswa mampu menganalisa data hasil pengkajian pada klien dengan stroke
hemoragic
c. Mahasiswa mampu melakukan rencana tindakan pada klien dengan stroke
hemorage
d. Mahasiswa mampu melakukan tindakan keperawata pada klien dengan stroke
hemoragic
e. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilakukan pada klien
dengan stroke hemoragic
1
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 DEFINISI
Menurut WHO. (2007) Stroke adalah disfungsi neurologi akut yang disebabkan
oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai
dengan daerah fokal pada otak yang terganggu.
Stroke terdiri dari 2 jenis yaitu : Stroke adalah sindrom yang awal timbulnya
mendadak, progresif cepat, berupa deficit neurologis fokal atau global yang langsung 24
jam atau lebih atau langsung menimbulkan kematian, dan semata-mata disebabkan oleh
gangguan peredaran otak non traumatic (Mansjoer 2007).
Stroke adalah suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara
tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak. Stroke atau Cerebro
Vasculer Accident (CVA) adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh
berhentinya suplai darah ke bagian otak (Brunner dan Suddarth, 2008).
2.2 ETIOLOGI
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan stroke antara lain :
1. Thrombosis Cerebral.
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti di
sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun
tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan
darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali
memburuk pada 48 jam sete;ah thrombosis.
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan thrombosis otak :
a. Atherosklerosis
Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya
kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis
atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme
berikut :
Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis.
2
Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan
thrombus (embolus)
Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi
perdarahan.
b. Hypercoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas /hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis( radang pada arteri )
1. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh
bekuan darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di
jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut
berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan
dibawah ini dapat menimbulkan emboli :
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease.(RHD)
b. Myokard infark
c. Fibrilasi, keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu
kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endocardium.
2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi
karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga
terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi :
a. Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.
b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis.
c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
3
d. Malformasi arteriovenous, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah
arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena.
e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan
degenerasi pembuluh darah.
3. Hypoksia Umum
Dari hasil data penelitian di Oxford,Inggris bahwa penduduk yang mengalami stroke
disebabkan kondisi-kondisi sebagai berikut :
1. Tekanan darah tinggi tetapi tidak diketahui 50-60%
2. Iskemik Heart Attack 30%
3. TIA 24%
4. Penyakit arteri lain 23%
5. Heart Beat tidak teratur 14%
6. DM 9%
4
Kemudian ada yang menunjukan bahwa yang selama ini dianggap berperan dalam
meningkatkan prevalensi stroke ternyata tidak ditemukan pada penelitian tersebut
diantaranya, adalah:
1. Merokok, memang merokok dapat merusak arteri tetapi tidak ada bukti kaitan
antara keduanya itu.
2. Latihan, orang mengatakan bahwa latihan dapat mengurangi resiko terjadinya
stroke. Namun dalam penelitian tersebut tidak ada bukti yang menyatakan hal
tersebut berkaitan secara langsung. Walaupun memang latihan yang terlalu berat
dapat menimbulka
3. Seks dan seksual intercouse, pria dan wanita mempunyai resiko yang sama terkena
serangan stroke tetapi untuk MCI jelas pria lebih banyak daripada wanita.
4. Obesitas. Dinyatakan kegemukan menimbulkan resiko yang lebih besar, namun
tidak ada bukti secara medis yang menyatakan hal ini.
5. Riwayat keluarga.
Klasifikasi
Menurut Lumbantobing (2007) kelainan yang terjadi akibat gangguan peredaran
darah. Stroke dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
a. Infark Ischemik (Stroke non Hemoragi). Hal ini terjadi karena adanya penyumbatan
pembuluh darah otak. Infark iskemic terbagi menjadi dua yaitu : stroke trombotik, yang
disebabkan oleh thrombus dan stroke embolik, yang disebabkan oleh embolus.
Membagi stroke non haemoragi berdasarkan bentuk klinisnya antara lain :
1) Serangan Iskemia sepintas atau transient ischemic Attack (TIA).
Pada bentuk ini gejala neurologik yang timbul akibat gangguan peredaran darah
di otak akan menghilang dalam waktu 24 jam.
2) Defisit Neurologik Iskemia Sepintas/ Reversible Ischemic Neurologik
Defisit(RIND). Gejala neurologik timbul ± 24 jam, tidak lebih dari seminggu.
3) Stroke Progresif (Progresive Stroke/ Stroke in evolution).
Gejala makin berkembang ke otak lebih berat.
4) Completed Stroke
Kelainan saraf yang sifatnya sudah menetap, tidak berkembang lagi.
b. Perdarahan (Stroke Hemoragi).
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau
ruangan subarachnoid yang menimbulkan perubahan komponen intracranial yang seharusnya
konstan. Adanya perubahan komponen intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh
5
akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak
sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang
subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada
daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis
jaringan otak. (Arif mutakin,2008)
2.4 PATOFISIOLOGI
1. stroke hemoragic
Perdarahan serebri termasuk urutan ketiga dari semua penyebab utama kasus
gangguan pembuluh darah otak. Perdarahan serebral dapat terjadi di luar duramater
(hemoragi ekstradural atau epidural), dibawah duramater, (hemoragi subdural), diruang
subarachnoid (hemoragi subarachnoid) atau di dalam substansi otak (hemoragi
intraserebral). Hemoragi ekstradural (epidural) adalah kedaruratan bedah neuro yang
memerlukan perawatan segera. Ini biasanya mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan
arteri dengan arteri meningea lain. Hemoragi subdural (termasuk hemoragi subdural
akut) pada dasarnya sama dengan hemoragi epidural, kecuali bahwa hematoma subdural
biasanya jembatan vena robek. Karenanya, periode pembentukan hematoma lebih lama (
intervensi jelas lebih lama) dan menyebabkan tekanan pada otak. Beberapa pasien
mungkin mengalami hemoragi subdural kronik tanpa menunjukkan tanda dan gejala.
Hemoragi subarachnoid dapat terjadi sebagai akibat trauma atau hipertensi, tetapi
penyebab paling sering adalah kebocoran aneurisma pada area sirkulus wilisi dan
malformasi arteri-vena kongenital pada otak. Arteri di dalam otak dapat menjadi tempat
aneurisma. Hemoragi intraserebral paling umum pada pasien dengan hipertensi dan
aterosklerosis serebral, karena perubahan degeneratif karena penyakit ini biasanya
menyebabkan ruptur pembuluh darah. pada orang yang lebih muda dari 40 tahun,
hemoragi intraserebral biasanya disebabkan oleh malformasi arteri-vena,
hemangioblastoma dan trauma, juga disebabkan oleh tipe patologi arteri tertentu, adanya
tumor otak dan penggunaan medikasi (antikoagulan oral, amfetamin dan berbagai obat
aditif). Perdarahan biasanya arterial dan terjadi terutama sekitar basal ganglia. Biasanya
awitan tiba-tiba dengan sakit kepala berat. Bila hemoragi membesar, makin jelas defisit
neurologik yang terjadi dalam bentuk penurunan kesadaran dan abnormalitas pada tanda
vital. Pasien dengan perdarahan luas dan hemoragi mengalami penurunan kesadaran dan
abnormalitas pada tanda vital.
6
2. Stroke Non Hemoragic
2.5 PATHWAY
7
Factor pencetus/etiologi Penimbunan lemak/kolestrol Lemak yang sudah nekrotik dan Menjadi kapur / mengandung
yg meningkat dalam darah berdegenerasi kolesterol dg infiltrasi limfosit
(trombus)
Disfungsi N II (optikus)
8
Penurunan kemampuan Perubahan ketajaman Control otot facial / oral Kelemahan pada satu /
retina untuk sensori, penghidu, menjadi lemah keempat anggota gerak
menangkap penglihatan, dan
obyek/bayangan pengecap Hemiparase/ plegi
Ketidakmampuan bicara
kanan&kiri
Kebutaan Ketidak mampuan
Kerusakan artikular, tidak
menghidu, melihat,
dapat berbicara (disatria)
mengecap
Kerusakan komunikasi
Resiko Jatuh Gangguan perubahan verbal
Persepsi sensori
Disfagia
Anoreksia
9
2.6 PENATALAKSANAAN
Untuk mengobati keadaan akut perlu diperhatikan faktor-faktor kritis sebagai berikut
a. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan :
1) Mempertahankan saluran nafas yang paten yaitu lakukan pengisapan lender
yang sering, oksigenasi, kalau perlu lakukan trakeostomi, membantu
pernafasan.
2) Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien, termasuk usaha
memperbaiki hipotensi dan hipertensi.
3) Berusaha menemukan dan memperbaiki aritmia jantung.
4) Merawat kandung kemih, sedapat mungkin jangan memakai kateter.
5) Menempatkan pasien dalam posisi yang tepat, harus dilakukan secepat mungkin
pasien harus dirubah posisi tiap 2 jam dan dilakukan latihan-latihan gerak pasif.
10
BAB III
IDENTIFIKASI
1. Pengkajian
Pengkajian adalah pemikiran dasar dalam proses keperawatan yang bertujuan untuk
mengumpulkan informasi dan data agar dapat mengidentifikasikan masalah kesehatan dan
keperawatan baik fisik, mental, sosial dan lingkungan.
Pada pasien dengan gangguan neurologi: Cerebrovaskular Disease (CVD), hal-hal yang
perlu dikaji adalah sebagai berikut:
a. Aktifitas/istirahat
Gejala : Merasa kesulitan untuk melakukan aktifitas karena kelemahan, kehilangan
sensasi atau paralysis (hemiplegia), mudah lelah, susah untuk beristirahat
(nyeri/kejang otot).
Tanda : Gangguan tonus otot (flaksid, spastis), paralitik (hemiplegia), dan terjadi
kelemahan umum, gangguan penglihatan, gangguan tingkat kesadaran.
b. Sirkulasi
Gejala : Adanya penyakit jantung (MI, RHD, GJK, endokarditis bakterial), polisitemia,
riwayat hipotensi postural.
c. Integritas Ego
Gejala : Perasaan tidak berdaya, perasaan putus asa.
11
Tanda : Emosi yang labil dan ketidaksiapan untuk marah, sedih, dan gembira, kesulitan
untuk mengekspresikan diri.
d. Makan/cairan
Gejala : Nafsu makan berkurang bahkan hilang, mual, muntah selama fase akut
(peningkatan TIK, kehilangan sensasi kecap, pipi, tenggorok, disfagia, adanya
riwayat diabetes, peningkatan lemak dalam darah.
Tanda : Kesulitan menelan (gangguan pada refleks palatum dan faringeal), obesitas
(faktor resiko).
e. Eliminasi
Gejala : Perubahan pola eliminasi, seperti inkontinensia urine, anuria, distensi abdomen
(distensia kandung kemih berlebihan), bising usus negatif (ileus paralitik).
f. Neurosensori
Gejala : Sinkop/pusing (sebelum serangan CVS/selama TIA), sakit kepala, akan sangat
berat dengan adanya perdarahan intraserebral atau subarachnoid,
kelamahan/kesemutan /kebas, penglihatan menurun (buta total, sebagian,
penglihatan ganda) atau gangguan lain, hilangnya rangsang sensorik kontralateral
pada ekstermitas dan kadang-kadang pada ipsilateral pada wajah.
Tanda : Status mental/tingkat kesadaran : biasanya terjadi koma pada tahap awal
hemoragik: akan tetap sadar jika penyebabnya adalah thrombosis yang alami;
gangguan tingkah laku (letargi, apatis, menyerang); gangguan fungsi kognitif,
pemecahan masalah; paralisis kontralateral (pada semua jenis stroke),
genggaman tidak sama, refleks tendon tidak sama secara kontralateral: paralisis
wajah,: gangguan fungsi bahasa (afasia); kehilangan kemampuan motorik
(apraksia); ukuran/reaksi pupil tidak sama, dilatasi atau miosis pupil ipsilateral
(perdarahan/herniasi).
g. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala : Sakit kepala dengan intensitas berbeda (karena terkena pada arteri karotis).
Tanda : Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan pada otot/fasia.
h. Pernafasan
12
Gejala : Merokok (faktor resiko)
Tanda : Ketidakmampuan menelan/ batuk/ hambatan jalan nafas, pernafasan tidak teratur,
nafas berbunyi/ronkhi (aspirasi sekresi).
i. Keamanan
Tanda : Masalah dengan penglihatan, perubahan persepsi terhadap orientasi tempat tubuh
atau kesulitan melihat objek dari sisi kiri (stroke kanan); hilangnya kewaspadaan
terhadap bagian tubuh yang sakit; tidak mampu mengenali objek, warna, kata dan
wajah yang pernah dikenal dengan baik; gangguan berespon terhadap
panas/dingin/ gangguan regulasi suhu tubuh; kesulitan dalam menelan, tidak
mampu memenuhi kebutuhan nutrisi secara mandiri; gangguan dalam mengambil
keputusan, perhatian sedikit terhadap keamanan; tidak/ kurang sabar, kurang
kesadaran diri (stroke kanan).
j. Interaksi Sosial
Tanda : Masalah bicara, ketidakmampuan untuk berkomunikasi.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin timbul pada pasien dengan gangguan neurologi :
Cerebrovascular Disease (CVD) antara lain :
a. Perubahan perfusi jaringan cerbral berhubungan dengan interupsi aliran darah; gangguan
oklusif, hemoragik; vasospasme serebral, oedema serebral.
b. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan keterlibatan neuromuskuler: kelemahan,
parestesia; flaksid/paralisis, hipotonik (awal); paralisis spastis.
c. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan kerusakan sirkulasi serebral:
kerusakan neuromuskuler, kehilangan tonus/kontrol otot fasial/oral;
kelemahan/kelelahan umum.
d. Inkontinensia fungsional berhubungan dengan ketidakmampuan atau kesulitan mencapai
toilet sekunder terhadap penurunan mobilitas atau motivasi.
e. Gangguan menelan berhubungan dengan paralisis atau paresis otot sekunder terhadap
kerusakan pada neuron motorik atas.
13
f. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler, penurunan
kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol/koordinasi otot.
g. Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan biofisik, psikososial, perseptual
kognitif.
h. Resiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan lapang pandang, motorik atau
persepsi.
i. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan pengobatan
berhubungan dengan kurang pemajanan, keterbatasan kognitif, kesalahan interpretasi
informasi, kurang mengingat.
3. Rencana Keperawatan
Berkaitan dengan diagnosa-diagnosa keperawatan yang mungkin timbul tersebut, maka
rencana keperawatan yang bisa dibuat adalah sebagai berikut :
a. Perubahan perfusi jaringan cerbral berhubungan dengan interupsi aliran darah; gangguan
oklusif, hemoragik; vasospasme serebral, oedema serebral.
Hasil yang diharapkan :
14
2). Pantau/catat status neurologis sesering mungkin dan bandingkan dengan keadaan
normalnya/standar.
3). Pantau tanda-tanda vital, seperti catat adanya hiper/hipotensi, bandingkan tekanan
darah dari kedua lengan.
4). Evaluasi pupil, catat ukuran, bentuk, kesamaan, dan reaksinya terhadap cahaya.
Rasional : Reaksi pupil diatur oleh saraf cranial okulomotoris (N. III) dan berguna
dalam menentukan apakan batang otak tersebut masih baik. Uuran dan kesamaan
pupil ditentukan oleh keseimbangan antara persarafan simpatis dan parasimpatis
yang mempersarafunya. Respon terhadap refleks cahaya mengkombinasikan fungsi
dari saraf cranial opticus (N. II) dan saraf cranial okulomotoris (N. III).
5). Letakkan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi anatomis (netral).
6). Pertahankan keadaan tirah baring; ciptakan lingkungan yang tenag, batasi
pengunjung/aktifitas pasien sesuai indikasi. Berikan istirahat secara periodikantara
aktifitas perawatanbatasi lamanya setiap prosedur.
Mempertahankan posisi optimal dan fungsi yang dibuktikan oleh tidak terjadi
kontraktur, footdrop.
Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena atau
kompensasi.
Mendemonstrasikan teknik/perilaku yang memungkinkan melakukan aktifitas.
Mempertahankan integritas kulit.
Rencana Keperawatan :
1). Kaji kemampuan secara fungsional/ luasnya kerusakan awal dan dengan cara yang
teratur. Klasifikasikan melaui skala 0-4.
2). Ubah posisi minimal setiap 2 jam, dan jika memungkinkan bisa lebih sering jika
diletakkan dalam posisi bagian yang terganggu.
3). Letakkan pada posisi telungkup satu kali atau dua kali nsehari jika pasien dapat
mentoleransinya.
16
Rasional : Membantu mempertahankan eksistensi pinggul fungsional; tetapi
kemungkinan akan meningkatkan ansietas terutama mengenai kemampuan pasien
untuk bernafas.
4). Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstermitas
saat masuk. Anjurkan melakukan latihan quadricef/gluteal, meremas bola karet,
melebarkan jari-jari dan telapak kaki.
Lakukan masase secara hati-hati pada daerah kemerahan dan berikan alat bantu
seperti bantalan lunak kulit sesuai kebutuhan.
Rasional : Titik-titik tekanan pada daerah yang menonjol paling berisiko untuk
terjadi penurunan perfusi/ iskemia. Stimulasi sirkulasi dan memberikan bantalan
membantu mencegah kerusakan kulit dan berkembangnya dekubitus.
8). Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan denagn menggunakan
ektermitas yang tidak sakit untuk menyokong/ menggerakkan daerah tubuh yang
mengalami kelemahan.
Rasional : Dapat berespons dengan baik jika daerah yang sakit tidak menjadi lebih
terganggu dan memerlukan dorongan serta latihan aktif untuk ‘menyatukan kembali’
sebagai bagian dari tubuhnya sendiri.
9). Konsultasi dengan ahli fisioterapi secara aktif, latihan resistif dan ambulasi pasien.
17
Rasional : Program yang khusus dapat dikembangkan untuk menemukan kebutuhan
yang berarti/menjaga kekurangan tersebut dalam keseimbangan, koordinasi dan
kekuatan.
1). Kaji tipe/derajat disfungsi, seperti pasien tidak dapat memehami kata atau
mengalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri.
Rasional: Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang terjadi
dan kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh tahap proses komunikasi.
2). Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana (seperti “buka mata”, “tunjuk
pintu”), ulangi dengan kata/kalimat sederhana.
3). Tempatkan tanda pemberitahuan pada ruang rawat dan ruangan pasien tentang
adanya gangguan bicara. Berikan bel khusus bila perlu.
4). Diskusikan mengenai hal-hal yang dikenal pasien, seperti pekerjaan keluarga, dan
hobi (kesenangan).
18
Rasional : Meningkatkan percakapan yang bermakna dan memberikan kesempatan
untuk ketrampilan khusus.
1). Kaji lingkungan terhadap hambatan akses bagi klien untuk ke kamar mandi.
2). Siapkan pegangan tangan dan toilet duduk yang ditinggikan bila perlu.
3). Bila klien memerlukan bantuan siapkan akses yang mudah untuk meraih bel
pemanggil dan berikan respon dengan segera bila dipanggil.
4). Anjurkan klien menggunakan piyama atau pakaian yang d\biasa dikenakan.
5). Pertahankan hidrasi optimal (2000 hingga 2500 ml/hr kecuali dikontraindikasikan).
Berikan cairan dengan jarak pemberian 2 jam.
19
Rasional : Dehidrasi dapat menghambat sensasi penuhnya kandung kemih dan dapat
mengakibatkan penurunan tonus kandung kemih. Pemberian cairan berjarak
membantu meningkatkan pengisian dan pengosongan kandung kemih.
6). Kurangi masukan kopi, teh, cola dan jus buah anggur.
e. Gangguan menelan berhubungan dengan paralisis atau paresis otot sekunder terhadap
kerusakan pada neuron motorik atas.
Hasil yang diharapkan :
1). Konsultasi dengan patologis wicara untuk evaluasi dan rencana yang spesifik.
Rasional : Patologis wicara punya keahlian yang dibutuhkan untuk evaluasi disfagia
yang akan terjadi kemudian.
2). Tetapkan metoda visual untuk mengkomunikasikan pada staf perawatan bahwa klien
mengalami disfagia.
Rasional : Risiko terjadi aspirasi dapat dikurangi jika semua staf perawatan
diingatkan.
3). Rencanakan waktu makan saat pasien segar; pastikan bahwa suction selalu siap
tersedia selama klien makan.
4). Beri makanan kental pertama kali makan (mis:bubur, tomat, atau kuah daging).
20
5). Bila bolus makanan tertampung pada sisi yang sakit, ajarkan klien untuk
memindahkan makanan atau berikan tekanan eksternal dengan jari pada pipi untuk
membantu memindahkan bolus yang terperangkap.
1). Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan (gunakan skala 0-4) untuk melakukan
kebutuhan sehari-hari.
2). Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan sendiri, tetapi berikan
bantuan sesuai dengan kebutuhan.
Rasional : Klien ini mungkin sangat ketakutan dan sangat tergantung, namun
meskipun bantuan yang diberikan bermanfaat dan mencegah frustasi adalah penting
bagi klien untuk melakukan sebanyak mungkin untuk diri sendiri demi
mempertahankan harga diri dan mningkatkan pemulihan.
3). Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau
keberhasilannya.
Bicara/berkomunikasi dengan orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang telah
terjadi.
Mengungkapkan penerimaan pada diri sendiri dalam situasi.
Mengenali dan menggabungkan perubahan dalam konsep diri dalam cara yang akurat
tanpa menimbulkan harga diri negatif.
Rencana keperawatan :
1). Kaji luasnya gangguan persepsi dan hubungkan dengan derajat ketidakmampuannya.
3). Anjurkan klien untuk mengekspresikan perasaannya termasuk rasa bermusuhan dan
perasaan marah.
22
Rasional : Mendemonstrasikan penerimaan/membantu klien untuk mengenali dan
mulai memahami perasaan ini.
5). Berikan penguatan terhadap penggunaan alat-alat adaptif, seperti tongkat untuk
berjalan.
Rasional : Dapat memudahkan adaptasi terhadap perubahan peran yang perlu untuk
perasaan/merasa menjadi orang yang produktif.
h. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan lapang pandang, motorik atau
persepsi.
Hasil yang diharapkan :
1). Lakukan tindakan untuk mengurangi bahaya lingkungan, seperti : orientasikan klien
pada lingkungan sekitarnya, istruksikan klien untuk menggunakan bel pemanggil
untuk meminta bantuan.
2). Lakukan tindakan untuk mengurangi risiko yang berkenaan dengan penggunaan alat
bantu, seperti : kaji terhadap ketepatan alat, kaji terhadap kecocokan dan kondisi alat.
23
Rasional : Penggunaan alat bantu yang tidak tepat/pas menyebabkan regangan atau
jatuh.
3). Anjurkan klien dan keluarga untuk memaksimalkan keamanan di rumah seperti:
pinggirkan almari, benda yang berserakan, lantai yang sangat licin, pasang pegangan
tangan di kamar mandi.
Rasional : Klien dengan masalah mobilitas memerlukan pemasangan alat bantu ini
dan menghilangkan bahaya untuk mendukung aktifitas sehari-hari.
2). Diskusikan keadaan patologi yang khusus dan kekuatan pada individu.
24
5). Sarankan pasien menurunkan/membatasi stimulasi lingkungan terutama selama
kegiatan berpikir.
Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap ini rencana keperawatan yang telah disusun tersebut dilaksanakan dengan tujuan
untuk memenuhi kebutuhan klien dan disesuaikan dengan prioritas masalah keperawatannya.
Evaluasi
Evaluasi merupakan respon klien terhadap pelaksanaan rencana keperawatan dalam
rangka memenuhi kebutuhan klien. Tahap ini merupakan kunci keberhasilan perawat dalam
proses perawatan.
Adapun kriteria evaluasi asuhan pada klien dengan gangguan sistem neurologi;
Cerebrovascular Disease (CVD) adalah :
25
m. Dapat merawat diri; dalam bentuk perawatan kebersihan dan menunjukkan adaptasi
terhadap pemakaian alat-alat.
n. Pembuangan kandung kemih dapat diatur.
o. Berpartisipasi dalam program penigkatan kognitif.
p. Adanya peningkatan komunikasi.
q. Mempertahankan keutuhan kulit /organ tubuh tanpa adanya kerusakan/cedera.
r. Anggota keluarga memperlihatkan tingkah laku positif dan menggunakan mekanisme
koping dengan mendukung program latihan serta berpartisipasi dalam proses rehabilitasi.
s. Tidak terjadi komplikasi: tekanan darah dan kecepatan irama jantung dalam batas normal
bagi klien, nilai gas darah arteri dalam batas normal.
26
BAB IV
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. IDENTIFIKASI
a. KLIEN
Nama Initial : Tn.”BA”
Jumlah Anak : -
b. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. Mz
3. KEADAAN UMUM
a. Keadaan sakit :
Klien tampak sakit sedang, tubuh terbaring lemah, tampak terpasang infus RL 25
tetes/menit set makro di lengan kiri, ekstermitas kiri atas dan bawah tidak bisa
digerakkan.
b. Riwayat kesehatan
1). Keluhan Utama :
Klien mengatakan tangan dan kaki sebelah kiri tidak bisa digerakkan.
Klien mengatakan sejak dua hari yang lalu tangan dan kaki sebelah kiri tiba-tiba
lemas dan tidak bisa digerakkan, oleh keluarga klien dijemur di luar rumah selama
sekitar 1 jam.
Klien mengatakan sekitar 12 tahun yang lalu pernah jatuh dan luka di kepala dan
sudah sembuh, sudah sekitar 4 tahun belakangan klien mempunyai hobi main musik,
kebiasaan merokok sekitar 16 batang perhari, sering telat makan dan sering
begadang serta minum kopi 2 gelas perhari dan sesekali minum minuman keras
sejenis anggur bernama ’marjan’ dan sesekali menghisap candu/ganja bersama
kawan-kawan.
28
4. TANDA-TANDA VITAL
Secara kualitatif kesadaran klien composmentis, dimana secara kuantitatif : penilaian
dengan skala koma Glasgow didapatkan nilai : respon motorik: 6, respon bicara: 5, respon
buka mata: 4, berjumlah 15 sehingga klien disimpulkan dalam keadaan sadar penuh,
flapping tremor/asterixis negatif, Tekanan darah: 110/70 mmHg, MAP: 83,3 mmHg
memberi kesimpulan bahwa perfusi ginjal memadai, Suhu tubuh Axilla : 36.5 derajat
Celcius, Nadi Radialis 84 x/menit, Pernafasan 18 x/menit, teratur dan menggunakan
pernafasan perut.
5. PENGUKURAN
Tinggi Badan klien : 165 cm, Berat Badan : 50 kg, jadi Indeks Massa Tubuh
sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa klien termasuk golongan kekurangan nutrisi.
Catatan: nilai normal IMT adalah lebih dari 22 – 25 kg/m², jadi klien masih memerlukan
minimal 6,85 kg/m².
29
6. GENOGRAM :
Hipertensi
21
Keterangan :
: Laki-laki
: perempuan
: meninggal
21 : klien
: orang terdekat
: tinggal serumah
30
Catatan :
Klien dan kedua orang tuanya mengatakan saat berusia sembilan tahun kilien pernah jatuh,
terbentur dinding sekolah dan terluka 2 cm di kepala, kakek klien sebelah ayah punya riwayat
Tekanan Darah Tinggi dan meninggal gara-gara terkejut saat gempa bumi.
Klien mengatakan sejak 4 tahun ini punya hobi main band, sering begadang
sehingga tidur dan istirahat tidak teratur, makan sehari kadang hanya dua kali,
merokok sekitar 16 batang perhari, minum kopi 2 gelas perhari, sesekali minum
’marjan’ bersama kawan-kawan, dan sekali-sekali menghisap candu/ganja.
Klien mengatakan dua hari yang lalu pasien tiba-tiba merasa dingin dan lemas
pada kaki sebelah kiri, diikuti tangan sebelah kiri, oleh keluarga klien dijemur
selama satu jam kemudian dibawa ke RS PTBA, dirawat satu hari kemudian
dirujuk ke RSRK Charitas, hingga saat ini kaki dan tangan kiri masih belum bisa
digerakkan.
Observasi :
Rambut klien tampak bersih, ikal tak teratur, tidak mudah rontok, kulit kepala
bersih, kulit tampak lembab dan elastis, rongga mulut tampak agak kotor, tidak
ada stomatitis dan aphtae, nafas bau, bibir agak kering, genitalia tampak bersih,
anus tampak bersih, tak tampak hemoroid.
31
b. NUTRISI DAN METABOLIK
1). Data Subyektif
a). Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan sering terlambat makan, sangat menyukai telur, punya
riwayat alergi udang, minum air putih sekitar 1000 cc perhari, minum kopi
sekitar 2 gelas perhari, sesekali suka minum minuman keras, sekali minum
sekitar 1 gelas.
Klien mengatakan sejak sakit kurang nafsu makan karena diberi makan bubur,
padahal klien tidak menyukai bubur, klien minum air putih 6-8 gelas perhari.
a). Observasi :
Klien makan habis ½ porsi yang disediakan rumah sakit, diet Bubur Biasa,
badan klien tampak kurus.
Rambut klien tampak berwarna hitam agak kusam, ikal panjang tidak teratur,
tidak mudah rontok, hidrasi kulit elastis, tak tampak edema palpebrae, sklera
tampak an ikterik, konjungtiva an anemis, rongga hidung tampak bersih, tampak
ada polip di rongga hidung sebelah kiri, bibir tampak kering, rongga mulut agak
kotor dan bau, tampak banyak plak melekat di antara geligi, gigi geligi masih
utuh, mampu menjulurkan lidah, lidah tampak asimetris, lebih condong ke
kanan, uvula berada orosentris, tak tampak pembesaran tonsil, ukuran T1,
pasien mampu menelan ludah, tidak tampak pembesaran pada thyroid, abdomen
tampak simetris, tak tampak bayangan vena pada abdomen, auskultasi
peristaltik 18 x/menit.
32
c.. POLA ELIMINASI
1). Data Subyektif
a). Keadaan sebelum sakit :
Klien mengatakan kencing 4-5 kali sehari, warna air kencing kuning seperti teh,
banyaknya sekitar ¾ gelas sekali kencing, buang air besar satu kali sehari, tinja
berwarna kuning kecoklatan, lembek, waktu BABnya tidak teratur, kadang pagi,
kadang siang atau malam.
Klien mengatakan kencing 6-8 kali sehari, dibantu oleh keluarga atau perawat di
tempat tidur, dari mulai masuk rumah sakit pasien belum pernah BAB.
a). Observasi :
Urine klien tampak berwarna kuning jernih, berjumlah sekitar 150 cc setiap kali
BAK
Palpasi suprapubika, kandung kemih teraba kosong, tidak ada nyeri tekan dan
nyeri ketuk di kedua area ginjal, mulut uretra dan anus tampak bersih, tak tampak
tanda-tanda peradangan
33
Klien mengatakan dua hari yang lalu tidak bisa melakukan aktifitas karena kaki
dan tangan kiri terasa lemas, terbaring terus, mandi, dan kencing dibantu di
tempat tidur oleh perawat dan keluarga.
a). Observasi :
Klien tampak terbaring, kaki dan tangan kiri tidak bisa digerakkan.
Aktifitas harian klien masih didampingi dan dibantu oleh perawat atau
keluarga, seperti mandi, defekasi, berpakaian, mobilisasi di tempat tidur, klien
mampu memegang handphone dan menelpon sendiri menggunakan tangan
kanan.
Tidak ditemukan atropi otot, pada uji kekuatan otot anggota gerak atas, tangan
sebelah kanan lebih kuat ( nilai 5 ) dibandingkan tangan sebelah kiri ( nilai 1 ),
sedangkan pada uji kekuatan otot anggota gerak bawah, kaki kanan juga lebih
kuat untuk menahan gravitasi ( nilai 5 ) dibandingkan dengan kaki sebelah kiri
( nilai 1 ), pada pemeriksaan columna vertebralis tidak ditemukan kelainan
bentuk, tidak ditemukan nyeri tekan serta kaku kuduk.
34
Klien mengatakan sehari-harinya tidur tidak teratur, tidur malam sekitar empat
jam, sebagian besar waktu digunakan untuk kumpul-kumpul bersama kawan-
kawan dan main band, setiap latihan band sekitar 3 jam, istirahat sekitar 1 jam,
selanjutnya ngobrol atau jalan-jalan.
Klien mengatakan sejak sakit kurang tidur, setiap malam paling-paling tidur 3
jam, pasien sudah mencoba untuk tidur tapi tetap tidak bisa.
a). Observasi :
a). Observasi :
Klien mampu berorientasi terhadap waktu, tempat dan orang, pasien mampu
bicara dengan jelas sehingga dapat dimengerti.
35
b). Pemeriksaan Fisik :
Kornea mata klien tampak kemerahan, klien mampu membaca tulisan pada
badge nama perawat dari jarak sekitar 50 cm, TIO kanan dan kiri teraba sama
lunak, pupil kanan dan kiri isokor 3 mm, pina kanan dan kiri tampak simetris,
canalis bersih, membran timpani utuh pasien mampu mendengar detak arloji
dari telinga kanan dan kiri sama kuat, klien dapat merasakan goresan kasa pada
pipi kanan dan kiri dengan mata terpejam.
Klien mengatakan dirinya adalah anak ke empat dari tujuh bersaudara, ayuknya
yang nomor dua sudah meninggal sejak lahir, klien masih tinggal bersama
kedua orang tua dan tiga orang adiknya, yang lain sudah menikah, pasien sudah
tamat SMU tapi belum mau kuliah karena mau santai dulu, ngeband dengan
kawan-kawan.
a). Observasi :
Kontak mata saat bicara baik, perhatian fokus, suara dan gaya bicara baik dan
jelas.
36
h. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA
1). Data Subyektif
Klien mengatakan belum punya pekerjaan tetap, masih tinggal dengan orang
tua, punya banyak teman akrab.
Klien mengatakan walau sakit masih diperhatikan orang tuanya, selalu dijaga,
tapi belum ada teman yang besuk karena jauh.
a). Observasi :
Klien tampak sedang ditemani oleh kedua orang tua dan adiknya.
Klien mengatakan masih bujang, belum menikah, saat ini klien sudah punya
pacar dan saling mencintai.
a). Observasi :
37
j. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES
1). Data Subyektif
Sejak sakit kalau ada masalah atau bila merasa cemas diceritakan pada orang
tua dan perawat.
a). Observasi :
Klien mengatakan tidak bisa melakukan sholat, tapi yakin Tuhan akan
menyembuhkan penyakitnya.
2). Data Obyektif
a). Observasi :
38
2. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. HEMATOLOGI I
DARAH RUTIN
DARAH KHUSUS
39
b. Lain-lain
TDK YA
Tulang-tulang X
Gyri X
Sulci X
Fissura X
Menyempit
Cisternal X
Menyempit
Ventrikel X
Midline X
Pons X
Cerebellum X
Kesan :
40
B. PATOFLOW DIAGRAM KASUS
Nama/Umur : Tn. B.A
Mengeluarkan horefinefrin
hipoksia serebri,
kerusakan fungsi otak
41
N. XI (n. accesorius) N. XII (hypoglossus)
- Hemiparesis sinistra - Lidah asimetris
MK: - Intoleransi aktifitas
- Resiko terhadap cedera
42
C. ANALISA DATA
Nama/Umur : Tn. B.A
44
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama/Umur : Tn. B.A
45
E. PRIORITAS MASALAH
46
F. RENCANA KEPERAWATAN
Nama/Umur : Tn BA
Ruang/Kamar : Elisabeth / 30-2
No. Diagnosa Hasil Yang Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan diharapkan
1. Gangguan perfusi Tupan : 1. Kaji tanda dan gejala 1. Untuk menentukan
jaringan cerebral penurunan perfusi inter-vensi
-Klien dapat jaringan otak, seperti: selanjutnya sesuai
berhubungan
memperlihatkan pusing, sesak nafas, kondisi klien.
dengan menurunnya
perbaikan perfusi peningkatan tekanan
aliran darah serebral
jaringan cerebral. darah.
ditandai dengan:
2. Observasi tanda-tanda
Tupen :
DS: vital setiap 3 jam 2. Mengetahui keadaan
Dalam waktu 2x24 sekali. umum klien
- Klien 3. Pertahankan posisi
mengatakan jam:
tirah baring.
kepala pusing, -Klien mengatakan 3. Mengurangi aktifitas
tangan dan kaki kepala tidak pusing, untuk mencegah
kiri lemas. 4. Ciptakan lingkungan peningkatan TIK
tangan dan kaki kiri
DO: yang tenang 4. Suasana tenang me-
tidak lemas lagi.
- GCS: 15. mungkinkan jantung
-Ekspresi wajah dan otak bekerja
- Mata klien
rileks. efektif.
tampak merah.
- Hemiparesis 5. Libatkan keluarga 5. Meningkatakan
-Tanda-tanda vital : dalam mendampingi koping individu
sinistra.
-TD: 110/70 mmHg TD: 110/70 mmHg – klien dalam proses
130/90 mmHg. penyembuhan.
- S: 36.5 ºC 6. Pemberian obat yang
- N: 88 x/mnt. Suhu: 36-37ºC. 6. Kolaborasi dalam tepat
- P: 22 x/mnt. pemberian obat
Nadi: 70-90 x/mnt. Akan mempercepat
sesuai indikasi. pe-nyembuhan.
RR: 16-24 x/mnt.
47
No. Diagnosa Hasil Yang Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan diharapkan
2 Intoleransi aktifitas Tupan: 1. Kaji sejauh mana 1. Untuk menentukan
berhubungan ketidakmampuan intervensi
Klien mampu klien melakukan selanjutnya.
dengan kelemahan
melakukan aktifitas aktifitas.
fisik
sesuai kemempuan 2. Kaji tanda-tanda vital
DS: hingga mandiri. setiap3 jam 2. Aktifitas
khususnya TD dan berlebihan akan
Klien mengatakan berpengaruh
nadi.
tidak mampu terhadap
Tupen:
menggerakkan peningkatan tanda-
tangan dan kaki Dalam waktu 6x24 tanda vital.
kirinya. jam: 3. Meningkatkan rasa
3. Biarkan klien makna diri klien
DO: - Klien dapat melakukan sendiri sekaligus memberi
mengatakan aktifitas yang mampu bantuan pada klien.
- Klien tampak secara verbal dilakukan, beri
susah bahwa tangan dan bantuan bila
menggerakkan kakinya tidak diperlukan.
tangan dan kaki lemas lagi. 4. Berikan motivasi dan
kirinya. penghargaan terhadap 4. Meningkatkan
- Klien dapat kemandirian klien
- Tangan dan kaki melakukan ADL setiap usaha yang
kiri tampak mandiri secara dilakukan klien
lemas. bertahap, misal: 5. Anjurkan klien terus
- Nilai ROM: mengangkat mengge-rakkan organ
tangan kiri (0), bagian tubuh yang yang lemah 5. Untuk mencegah
kaki kiri (0). lemah, duduk, terjadinya
- Aktifitas dibantu berdiri. kontraktur dan
perawat dan 6. Libatkan keluarga atropi otot.
- Klien mampu untuk membantu
keluarga. melakukan 6. Keluarga adalah
- TD: 110/70 aktifitas klien. orang terdekat
personal hygiene
mmHg secara mandiri. yang paling
- S: 36.5 ºC - TD: 110/70 ddipercayai klien.
- N: 88 x/mnt mmHg-130/90
- P: 22 x/mnt. mmhg 7. Kolaborasi dalam
pemberian fisioterapi. 7. Fisioterapist adalah
- S: 36-37 ºC ahli dalam
- N: 70-90 x/mnt. penjadwalan dan
- P: 16-24 x/mnt pemberian porsi
latihan untuk hasil
yang optimal.
48
No. Diagnosa Hasil Yang Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan diharapkan
3 Risiko tinggi Tupan: 1. Kaji sejauh mana 1. Untuk menentukan
terhadap cedera keterbatasan gerak intervensi
Cedera tidak sampai klien selanjutnya.
berhubungan
terjadi. 2. Lakukan pengawasan 2. Untuk mencegah
dengan adanya
kelemahan fisik pada setiap aktifitas kemungkinan
yang dilakukan klien, terjadi kehilangan
DS: Tupen: berikan bantuan bila kontrol gerak.
diperlukan.
Klien mengatakan Dalam waktu 1x24 3. Pasang pagar
tidak mampu jam : pengaman tempat 3. Untuk mencegah
menggerakkan tidur. klien jatuh.
tangan dan kaki kiri - Klien memahami 4. Dekatkan peralatan
faktor-faktor yang
yang dibutuhkan 4. Kemudahan
dapat
klien, misalnya meja meraih barang-
menyebabkan
ke arah yang tidak barang yang
cedera serta cara
lemah. dibutuhkan dapat
mencegahnya.
meminimalkan
5. Anjurkan klien risiko cedera.
- Klien terbebas 5. Menekankan
memencet bel bila
dari hal-hal yang keamanan untuk
memerlukan bantuan
dapat mencegah cedera.
petugas.
menyebabkan
6. Libatkan keluarga
cedera.
untuk mendampingi 6. Pendampingan dan
dan membantu klien. bantuan keluarga
akan sangat
bermakna dan
menebalkan
kepercayaan.
49
No. Diagnosa Hasil Yang Rencana Tindakan Rasional
Keperawatan diharapkan
4 Kurang Tupan: 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui sejauh
pengetahuan pengetahuan klien dan mana pengetahuan
Klien keluarga mengenai klien tentang
berhubungan
mengungkapkan kebiasaan hidup yang pemeliharaan
dengan kekeliruan
secara verbal berdampak negatif kesehatan dan
menginterpretasikan
pemahamannya terhadap kesehatan. kebiasaan hidup
informasi.
tentang pola hidup yang
DS: yang keliru dan mempengaruhinya.
dampak yang 2. Hubungan saling
-Klien percaya akan
diakibatkannya. 2. Bina hubungan saling
mengatakan tidur mempermudah
percaya dengan klien
dan istirahat tidak mendapatkan input
dan keluarga.
teratur, merokok dan memberikan
Tupen:
16 batang perhari, solusi masalah.
minum kopi 2 Dalam waktu 1x24 3. Daya tangkap dan
gelas perhari, jam: faktor emosional
sering begadang, klien sangat
sesekali minum - Klien mengatakan 3. Kaji derajat menentukan metode
akan berusaha kemampuan kognitif pengajaran apa yang
minuman keras
menghentikan misalnya kemampuan akan diterapkan.
dan menghisap
semua kebiasaan- menginterpretasikan 4. Menambah
ganja. pengetahuan klien
kebiasaan buruk informasi.
- Kilen yang dapat dengan tetap
mengatakan tidak berpengaruh menjaga privasi.
apa-apa merokok, terhadap 4. Berikan informasi
begadang, minum kesehatannya. secara sederhana
kopi, minum dengan bahasa yang
minuman keras mudah dimengerti dan
dan menghisap tidak menghakimi.
ganja, kalau tidak
banyak.
DO:
-Klien kurang
memahami efek
buruk dari gaya
hidup yang
dijalaninya
50
G. PELAKSANAAN KEPERAWATAN
Nama/Umur : Tn. BA
Nama
Tgl Waktu Pelaksanaan Keperawatan
Jelas
51
09.35 Pasien dilakukan perekaman ECG, hasil: tampak ST Freddy
Elevasi ringan pada V3-V4.
Nama
Tgl Waktu Pelaksanaan Keperawatan
Jelas
52
keluarga mendampingi, klien diinjeksi Kalnex 500 mg Team
i.v
Nama
Tgl Waktu Pelaksanaan Keperawatan
Jelas
53
mengatakan rasa pusing mulai berkurang, tadi malam
bisa tidur sekitar empat jam setelah diberi obat oleh
suster, klien belum bisa menggerakkan tangan dan kaki
kiri, tapi sudah mulai terasa bila digores atau diremas,
kaki dan tangan kiri tampak bereaksi ketika digores
dengan ujung pena, TD: 120/80 mmHg, N: 88 x/menit,
S: 36.7 ºC, P: 20 x/menit.
Freddy
Nama
Tgl Waktu Pelaksanaan Keperawatan
Jelas
Nama
Tgl Waktu Pelaksanaan Keperawatan
Jelas
54
15-11- 20.00 Mengobservasi dan mengevaluasi klien, klien tampak
2007 tirah baring ditemani oleh ibunya, klien mengatakan
sakit kepala masih datang pergi sesekali, tangan dan
kaki kiri masih belum bisa digerakkan, tapi sudah mulai
merasa sentuhan atau goresan, pagar tempat tidur Freddy
masih terpasang,
Nama
Tgl Waktu Pelaksanaan Keperawatan
Jelas
08.30 Memberi klien obat oral Alganax 0,5 mg 1 tablet, klien Freddy
minum obat.
09.00
Memberi klien tiga macam injeksi ( Brainact 500 mg i.v,
Freddy
Kalnex 500 mg i.v, Nootropil 3 gram i.v)melalui selang
09.15 infus, klien bersedia diinjeksi.
Nama
Tgl Waktu Pelaksanaan Keperawatan
Jelas
56
H. EVALUASI KEPERAWATAN
Nama/Umur : T. BA
14-11-2007
13.00 S : Klien mengatakan kepalanya masih terasa pusing, tangan dan kaki kiri masih
lemas.
O : Klien tampak terbariing, posisi semi dowler, klien tampak meringis sambil
memegangi kepalanya, TD: 120/70 mmHg, S: 36.2 ºC, N: 88 x/menit, P: 20
x/menit.
A : Gangguan perfusi jaringan serebral belum teratasi.
P : Dilanjutkan no. 1,2,3,4,5,6. Freddy
13.00 S : Klien mengatakan tangan dan kaki kiri belum bisa digerakkan, kepala masih Freddy
terasa pusing.
57
Tanggal Evaluasi (SOAP) Nama
Jelas
15-11-2007
20.00 S : Klien mangatakan rasa pusing mulai berkurang, tapi masih suka datang pergi.
O : Klien tampak berbaring, ekspresi wajah rileks,
TD: 110/80 mmHg, S: 36.7 ºC, N: 84 x/menit,
P: 20 x/menit.
A : Gangguan perfusi jaringan serebral mulai teratasi.
P : Dilanjutkan no. 3,4,5,6 Freddy
S : Klien mengatakan tangan dan kaki kiri masih belum bisa digerakkan, tapi
20.00 sudah bisa merasa goresan/sentuhan
O : Tampak tangan dan kaki kiri klien masih lemas, tapi sudah mulai bisa
merasakan sentuhan atau goresan, aktifitas masih dibantu oleh perawat dan
keluarga, TD: 110/80 mmHg, S: 36.7ºC, N: 84 xmenit, P: 20 x/menit.
A : Intoleransi aktifitas belum teratasi.
P : Dilanjutkan no. 1,2,3,4,5,6. Freddy
S : Klien mengatakan sepulang dari Rumah Sakit nanti klien akan menghentikan
20.00
kebiasan-kebiasaan buruk yang telah dijalaninya.
58
Tanggal Evaluasi (SOAP) Nama
Jelas
16-11-2007
13.00 S : Klien mengatakan rasa pusing sudah berkurang, sesekali masih timbul,
O : Ekspresi wajah klien tampak rileks, TD: 120/80 mmHg, S: 36.5 ºC, N: 88
x/menit, P: 20 x/menit.
A : Gangguan perfusi jaringan cerebral mulai teratasi.
P : Dilanjutkan no.3,4,5,6 Freddy
S : Klien mengatakan tangan dan kaki kiri belum bisa diangkat, tapi sudah bisa
13.00
digerakann.
O : Klien mampu menunjukkan pergerakan pada jari-jari tangan dan kaki kirinya,
TD: 120/80 mmHg, S: 36.5 ºC, N: 88 x/menit, P: 20 x/menit.
A : Intoleransi aktifitas mulai teratasi sebagian kecil.
P : Dilanjutkan no.1,3,4,5,6.
Freddy
13.00 S : Klien mengatakan tangan dan kaki kiri belum bisa diangkat, tapi sudah disa
digerakkan
59
BAB V
PEMBAHASAN
Pada Bab II dan Bab III telah diuraikan landasan teori tentang penyakit Cerebrovascular
Disease (CVD) dan Asuhan Keprawatan pada TN. “BA” dengan Gangguan Sistem Neurologi
: Cerebrovascular Disease Hemorrhagic di Paviliun Elisabeth II RS, yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi serta evaluasi.
Dalam Bab ini penulis akan melakukan pembahasan tentang keselarasan dan
kesenjangan yang penulis temukan antara asuhan keperawatan secara teoritis dengan yang
penulis terapkan secara langsung pada TN. “BA” sesuai dengan urutan fase dari proses
keperawatan.
Adapun hal-hal yang penulis temukan dan analisir mulai dari pengkajian hingga
evaluasi penulis uraikan sebagai berikut :
1. Pengkajian
Pengkajian penulis lakukan pada hari kedua klien masuk RS. Klien masuk tanggal 13
Nopember 2007, sedangkan pengkajian dilakukan pada tanggal 14 Nopember 2007.
Didalam teori, stroke diakibatkan oleh salah satu kejadian, antara lain:
Selama pengkajian serta melaksanakan asuhan keperawatan, diketahui bahwa Tn. ”BA”
menderita stroke hemoragik. Ada beberapa faktor kemungkinan yang merupakan
penyebab maupun faktor pencetus terjadinya stroke pada Tn. ”BA”, yaitu : riwayat
benturan yang terjadi 12 tahun yang lalu, pola hidup keliru dalam 4 tahun terakhir
(merokok, begadang, minum minuman keras, menghisap ganja), kakek klien punya
riwayat hipertensi, hasil laboratorium didapatkan peningkatan faal hati dimana hasil
SGOT (62 U/L) sedangkan nilai normal (10-34 U/L), peningkatan faal jantung, dimana
hasil CPK (446 U/L), nilai normal (< 190 U/L), tapi terjadi penurunan kadar Cholesterol
(139 mg/dL), nilai normal (150-200 mg/dL) dan Asam Urat (3.3 mg/dL) dari nilai normal
(3.4–7 mg/dL) walaupun tidak terlalu significan. Hasil pemeriksaan NCCT Cranium
memperlihatkan hasil yang identik dengan teori : adanya lesi, edema, hematoma, iskemik
dan infark (Marylin Doenges, 1999), dan hasil NCCT Cranium klien melaporkan adanya
60
lesi hiperdens di lobus parietalis dextra yang menunjukkan adanya hemoragik pada lobus
parietalis dextra.
Di dalam teori dikatakan, tanda dan gejala yang di temukan pada klien stroke
antara lain:kelemahan atau kelumpuhan tangan atau tungkai salah satu sisi tubuh,
hilangnya sebagian penglihatan atau pendengaran, penglihatan ganda, pusing, bicara tidak
jelas/pelo, sulit memikirkan atau mengucapkan kata-kata yang tepat, tidak mampu
mengenali bagian tubuh, hilangnya pengendalian tehadap kandung kemih, ketidak
seimbangan dan terjatuh, pingsan. Selain itu stroke juga dapat menyebabkan depresi atau
labilitas emosi. Dan pada saat pengkajian penulis menemukan sebagian dari gejala-gejala
di atas, antara lain: kelemahan pada ekstermitas kiri atas dan bawah, pusing. Penulis juga
menemukan lidah asimetris. Ini menunjukkan adanya kerusakan pada Nervus Accesorius
(N.XI) dan Nervus Hypoglossus (N.XII). Penulis tidak menemukan adanya kerusakan
pada sistem saraf lainnya.
2. Diagnosa Keperawatan
Ada satu diagnosa keperawatan yang muncul pada kasus Tn.”BA” ini yang tidak terdapat
di dalam teori. Diagnosa keperawatan yang dimaksud adalah :
Diagnosa ini penulis angkat berdasarkan keluhan klien serta tanda dan gejala yang
ditemukan pada Tn. ”BA”, dimana klien tidak mengalami kelumpuhan pada semua
ekstermitas, melainkan kelemahan pada ekstermitas atas dan bawah sebelah kiri saja.
3. Perencanaan
Asuhan yang akan diberikan adalah berdasarkan teori yang sudah disesuaikan dengan
kondisi RS serta kondisi klien Tn. ”BA”. Prinsip perencanaan ini di susun guna memberi
solusi, mengurangi dan mengatasi masalah yang lebih diutamakan pada penanganan
penyebab masalah, karena bila penyebab sudah teratasi maka masalah juga teratasi.
4. Pelaksanaan
Pelaksanaan/implementasi merupakan penerapan dari rencana asuhan keperawatan yang
telah disusun sebelumnya. Penulis tidak mengalami kesulitan dalam merealisasikan
perencanaan tersebut, karena klien mampu dam mau bekerjasama, pun juga keluarga klien
bersedia bekerjasama dan ikut membantu dalam merealisasikan rencana-rencana yang
sudah disusun tersebut. Namun karena keterbatasan waktu yang tersedia, penulis tidak
dapat melaksanakan asuhan secara utuh hingga kepulangan klien, melainkan hanya 3 hari
saja.
61
5. Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan merupakan umpan balik untuk menilai sejauh mana
keberhasilan suatu rencana keperawatan yang telah dibuat. Evaluasi ditulis sesuai dengan
tujuan yang telah ditentukan sejak masalah ditemukan melalui data subjektif maupun
objektif, analisa perawat dan rencana, selanjutnya hasil analisa tersebut didokumentasikan
sebaik mungkin.
Adapun hasil tindakan keperawatan yang dapat penulis evaluasi tanggal 14 Nopember
2007 sampai dengan 16 Nopember 2007 adalah sebagai berikut:
Pada hari pertama, tanggal 14 Nopember 2007, klien masih mengeluh pusing, meringis
sambil memegangi kepala, mengeluh tangan dan kaki kiri masih belum bisa digerakkan,
aktifitas masih dibantu perawat dan keluarga, masih terpasang pagar tempat tidur, cedera
tidak terjadi.
Pada hari kedua, tanggal 15 Nopember 2007, klien mengatakan rasa pusing mulai
berkurang, tapi masih suka datang pergi, ekspresi wajah klien rileks, mengeluh tangan dan
kaki kiri masih lemas, tapi sudah mulai bisa merasakan goresan atau sentuhan, aktifitas
masih dibantu, pagar tempat tidur masih terpasang, cedera tidak terjadi, klien mampu
mengungkapkan secara verbal kemauan dan keinginannya untuk merubah gaya hidup
keliru yang ditempuh sebelum klien sakit.
Pada hari ketiga, tanggal 16 Nopember 2007, klien mengatakan rasa pusing berkurang,
sesekali masih timbul, ekspresi wajah klien rileks, Klien mengatakan tangan dan kaki kiri
masih belum bisa diangkat, tapi sudah mulai bisa bergerak, klien dapat menunjukkan
kemampuan jari tangan dan kaki kirinya bergerak, pagar tempat tidur masih terpasang,
cedera tidak terjadi.
Untuk mengetahui perkembangan yang optimal, perawatan pada klien dengan gangguan
sistem neurologis : CVD memerlukan waktu yang optimal pula. Selama tiga hari
melakukan asuhan keperawatan pada klien Tn.’BA’, masalah yang telah teratasi adalah
masalah kurang pengetahuan atau sekitar 25 % dari semua masalah yang ditemukan.
Karena keterbatasan waktu yang penulis miliki itulah sehingga perkembangan untuk
masalah lain yang terdapat pada Tn. ’BA’ belum bisa diketahui secara pasti.
62
BAB VI
PENUTUP
1. Simpulan
Ada beberapa hal yang dapat disimpulkan mengenai asuhan keperawatan yang
penulis lakukan pada klien Tn.’BA’ dengan Gangguan Sistem Neurologi :
Cerebrovaskular Disease di Paviliun Elisabeth II Rumah Sakit, yaitu :
1. Stroke diakibatkan oleh salah satu kejadian : (1) trombosis/bekuan darah di dalam
pembuluh darah otak atau leher, (2) embolisme otak (bekuan darah/materi lain yang
dibawa ke otak dari bagian lain tubuh), (3) iskemia (penurunan aliran darah ke otak),
dan (4) hemoragik serebral (pecahnya pembuluh darah otak dengan perdarahan ke
jaringann otak atau ruang sekitar otak).
Selama pengkajian serta melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. ’BA’, ada
beberapa faktor yang menyebabkan maupun faktor pencetus terjadinya stroke, yaitu
riwayat benturan yang terjadi 12 tahun yang lalu, pola hidup keliru dalam 4 tahun
terakhir (merokok, begadang, minum-minuman keras, menghisap ganja), didukung
oleh hasil pemeriksaan NCCT Cranium yakni adanya lesi hiperdens di lobus parietalis
dextra.
2. Dari tanda dan gejala serta respon yang didapat dari klien Tn. ’BA’, masalah
keperawatan yang muncul adalah sebagai berikut:
a. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan penurunan aliran darah
cerebral.
b. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
c. Risiko tinggi terhadap cedera berhubungan dengan adanya kelemahan fisik.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kekeliruan menginterpretasikan
informasi.
3. Perencanaan yang dibuat guna menyelesaikan masalah kesehatan kesehatan klien
adalah berdasarkan diagnosa keperawatan yang sesuai dengan kondisi klien,
kemampuan dari penulis dan fasilitas yang tersedia di RS.
Implementasi dilakukan secara mandiri, serta bekerjasama dengan teman sejawat,
dokter, klien dan keluarganya.
63
2. Saran
Dari kesimpulan tersebut, penulis ingin memberikan saran-saran sebagai berikut :
2. Keluarga
Agar lebih peka terhadap keluhan-keluhan klien seperti sakit kepala, kelemahan fisik,
ketidakmampuan melaksanakan aktifitas, mencegah cedera serta membantu memenuhi
kebutuhan biopsikososiospiritual sesuai dengan keterbatasan yang dialami klien.
Keluarga juga diharapkan berperan dalam memperhatikan gaya hidup klien sebagai
salah satu anggota keluarga.
3. Perawat
Agar perawat melakukan pengkajian secara teliti, cermat, dan kritis sehingga dapat
mengidentifikasi masalah yang ditemukan, dapat menentukan rencana tindakan yang
tepat dan rasional, sehingga mendapatkan hasil evaluasi yang optimal dan memuaskan
semua pihak.
4. Rumah Sakit
Agar RS senantiasa mempertahankan dan berusaha lebih baik dalam meningkatkan
penyediaan fasilitas dan pengembangan SDM yang mendukung segala usaha
pelayanan ( care, cure and rehabilitation ) khususnya bidang keperawatan saraf dan
gawat darurat.
64
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/75984032/KTI-CVD-HEMORAGIC
Batticaca Fransisca, C. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan.Jakarta : Salemba Medika
Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. 2014. NANDA International Nursing Diagnoses: Definitions &
Classification, 2015–2017. 10nd ed. Oxford: Wiley Blackwell.
65