KATA PENGANTAR
a. Zulkarnain Lucky
b. Anggi Prasetia
c. Dedi Agustin
penulis mengucapkan semoga laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Padang,10 September2015
Penulis
( Riyum Juniar )
BAB I
PENDAHULUAN
peta beserta ukuran daerahnya. Dan hal ini berhubungan dengan Ilmu Ukur
Tanah yaitu dengan pemakaian alat-alat seperti Thoedolit dan Waterpass dan
alat-alat lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan Ilmu Ukur Tanah itu sendiri
adalah suatu ilmu yang berperan dalam menentukan letak nisbi atau posisi dari
bidang datar
Secara umum pengertian dari Ilmu Ukur Tanah itu sendiri adalah suatu
Ilmu Ukur Tanah atau Geodesi berperan penting seperti menentukan data-data
yang bertugas secara bergantian dalam pemakaian alat dengan tujuan agar setiap
Maksud dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat secara langsung
memahami dan mengerti mengenai alat-alat Ilmu Ukur Tanah yang didapat pada
lapangan, agar setiap anggota kelompok mengerti dan memahami alat-alat yang
Ruang lingkup dari praktikum Ilmu Ukur Tanah ini adalah pada
pelaksanaan dari teori-teori yang dipelajari pada perkuliahan Ilmu Ukur Tanah
– 9 Oktober 2015, maka praktikum Ilmu Ukur Tanah ini dibatasi pada :
1. pengukuran Waterpass,
2. pengukuran Polygon,
3. pengukuran Theodolit,
Sumber data dari praktikum lapangan ini adalah hasil dari pengukuran
dan akurat akan menjadi sumber data yang sangat akurat akan menjadi sumber
Selain itu sumber data juga berasal dari informasi-informasi yang didapat
dari standar-standar yang ada yang dipergunakan maupun keterangan dari dosen
di dalam perkuliahan serta arahan dari instruktur maupun dari buku-buku dan
BAB II
PENGUKURAN WATERPASS
(waterpass).
1. dapat menentukan beda tinggi sebuah jalur dengan memakai alat waterpass.
tinggi titik-titik.
4. Meteran,
5. Formulir pengukuran,
2.3.1. PENDAHULUAN
titik. Bila beda tinggi h diketahui antara dua titik A dan B, sedang tinggi titik A
diketahui sama dengan Ha dan titik B letak lebih tinggi dari pada titik A, maka
tinggi titik B, Hb = Ha + h.
Yang diartikan dengan beda tinggi antara titik A dan titik B adalah jarak
antara dua bidang nuvo yang melalui titik A dan B. umumnya bidang nivo
adalah bidang yang lengkung, tetapi bila jarak antara titik-titik A dan B dapat
Beda tinggi antara dua titik dapat ditentukan dengan tiga cara yaitu:
Ketiga cara ini disusun sedemikian, hingga ketelitian dari atas ke bawah
akan menjadi besar. Cara yang memberikan hasil ketelitian terbesar adalah cara
c dengan pengukuran penyipat datar, sedang cara a cara yang terkasar untuk
menentukan beda tinggi antara dua titik. Dalam hal ini cara yang digunakan
Batas Udara
A B
Gambar II.3a
Syarat utama yang harus dipenuhi oleh semua macam alat ukur penyipat
datar ialah : garis bidik di dalam teropong harus sejajar dengan garis arah nivo.
Arah garis nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu alat ukur penyipat datar.
Bila garis bidik yang telah sejajar dengan garis arah nivo tidak tegak lurus
pada sumbu kesatu, maka garis sudut akan membuat sudut < 90O dengan
sumbu kesatu. Bila garis bidik diarahkan kemistar kiri dengan gelombang
nivo ditengah-tengah, maka garis arah nivo dan garis bidik akan mendatar.
Tetapi karena garis arah nivo tidak tegak lurus pada sumbu kesatu, maka
Benang mendatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu kesatu. Pada
pengukuran tingi dengan cara menyipat datar, yang dicari selalu titik potong
garis bidik yang mendatar dengan mistar-mistar yang dipasang di atas titik-
titik, sedang diketahui bahwa garis bidik adalah garis lurus yang
menghubungkan titik potong dua benang atau garis diafragma dengan titik
tengah lensa objektif teropong. Maka pada pengukuran akan selalu dibaca
pada mistar-mistar tempat titik potong dua garis diafragma itu pada mistar.
Maka syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh semua alat ukur penyipat datar
adalah:
a. Syarat utama : garis bidik teropong harus sejajar dengan garis nivo
b. Syarat kedua : garis arah nivo harus tegak lurus pada sumbu kesatu
c. Syarat ketiga : garis memdatar diafragma harus tegak lurus pada sumbu
kesatu.
syarat-syarat ini harus dipenuhi lebih dahulu dengan perkataan lain: alat ukur
penyipat diatur lebih dahulu, supaya tiga syarat itu dapat dipenuhi.
a. Alat ukur penyipat datar dengan semua bagiannya tetap. Nivo tetap
b. Alat ukur penyipat datar yang mempunyai nivo refersi, dan ditempatkan pada
kesatu sebagai pemutar, dapat pula diputar dengan satu sumbu yang letak
searah dengan garis bidik. Sumbu putar ini dinamakan sumbu mekanis
teropong. Teropong dapat diangkat dari bagian bawah alat pengukur penyipat
datar;
c. alat ukur penyipat datar dengan teropong yang mempunyai sumbu mekanis,
lepas dari teropong. Teropong dapat di angkat dari bagian bawah alat ukur
penyipat datar;
d. alat ukur penyipat datar dengan teropong yang dapat di angkat dari bagian
bawah alat ukur penyipat datar dan dapat diletakkan di bagian bawah dengan
alat ukur penyipat datar akan berbeda pula, meskipun syarat-syarat yang harus di
mendatar, setel garis bidik dibuat sejajar dengan garis arah nivo lebih dahulu.
pekerjaan ini, Sekrup itu dinamakan sekrup miring yang bekerja dengan
langsung pada teropong dan dengan tidak langsung pada nivo yang
b. Untuk pembacaan yang sempurna, konstruksi yang lebih baik adalah, bila
dapat dilakukan, konstruksi ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
c. Syarat uatma yang berlaku untuk semua alat ukur penyipat datar adalah; garis
bidik harus sejajar dengan garis arah nivo. Meskipun alat ukur penyipat datar
telah di atur lebig dahulu dan syarat utama ini telah dipenuhi, keadaan baik
dari alat ukur dapat berubah karena pengangkutan dan sebagainya, sehingga
gambar-gambar alat ukur penyiat datar, pada alat mana garis bidik akan
penyipat datar tidak lagi didapat nivo tabung. Nivo kotak tetap ada untuk
membuat tegak lurus sumbu kesatu dengan cara yang kasar. Pada Gambar II.
3e didapat alat ukur penyipat datar yang dibuat oleh pabrik Askania di Berlin
Sedangkan pada Gambar II. 3f menerangkan bahwa alat ukur penyipat datar
dengan garis bidik selalu mendatar yang dibuat oleh pabrik Zeiss
Mistar yang digunakan pada pengukuran penyipat datar dibuat dari kayu
yang panjangnya ada 3 a 4 meter, bahkan ada yang 5 meter. Karena panjangnya
ini dan untuk memudahkan pengangkutannya, maka mistar dapat dilipat a 1.50
m atau a 2.00 m. Skala mistar dibuat dengan cm; tiap-tiap centimeter adalah
blok merah, putih atau hitam. Tiap-tiap meter diberi warna yang berlainan,
merah putih dan hitam putih untuk memudahkan pembacaan meter. Pada
Gambar II. 3g ada beberapa contoh skala mistar. Pada gambar pertama tiap-tiap
dm diberi 2 bagian a 5 cm yang berbentuk E, satu dengan latar merah atau latar
hitam, sesuai dengan warna meternya, dan lainnya dengan latar putih. Pada
mistar kelihatan bentuk E yang berwarna putih, merah atau hitam dan kombinasi
waterpass yang diminta, yaitu harus mencapai tingkat ketelitian orde II yaitu
10 D mm. Dimana D adalah jumlah jarak dalam Km. Ketentuan ini penting
digunakan. Untuk mencapai ketelitian yang digunakan apakah sesuai atau tidak
tengah antara kedua rambu namun alat tetap harus diperbaiki yaitu dengan
setelah dihitung bedanya terlalu jauh atau melebihi toleransi yang diizinkan)
o Pengaruh refleksi
pengukuran seperti yang telah dijelaskan dimuka dan mengingat hasil ketelitian
agar:
agar jumlah jarak ke muka dan jumlah jarak ke belakang pada setiap seksi
diusahakan sama. Medan yang relatif sulit tetap dituntut agar ketelitian
ke belakang untuk slag-slag yang telah diukur (satu slag = satu kali berdiri alat).
artinya rambu muka pada slag pertama menjadi rambu belakang pada slag
berikutnya.
i. Jika beda tinggi ukuran pergi dan pulang mempunyai selisih yang lebih dari
telah ditentukan maka digunakan tata rambu, hal ini apabila patok-patok
dimana :
lainnya.
BAB III
PENGUKURAN SITUASI DETAIL
( POLYGON TERIKAT )
dengan baik.
ketinggian yang sama) dari data yang diperoleh dari hasil pengukuran
titik detail.
2. Statif Theodolit,
3. Rambu ukur,
5. Kalkulator,
6. Meteran.
situasi detail dengan mengukur sebanyak mungkin titik detail. Makin rapat titik
detailnya, maka akan memberikan gambaran permukaan tanah yang lebih baik.
kontur.
Cara pengukuran yang digunakan adalah dengan cara CROO atau RAAI.
sekitarnya. Penggunaan lebih lanjut dari pengukuran situasi detail ini adalah
untuk pembuatan peta kontur. Peta kontur adalah suatu peta yang menunjukkan
kontur.
1. Selalu merupakan garis yang tertutup kecuali pada batas gambar peta
4. Untuk keadaan tanah yang landai pada peta terlihat bahwa jarak antara
a. Metode Radial.
b. Metode Profil.
c. Metode Grid
tinggi titik menurutarah garis lurus dalam setiap jarak tertentu dan pada setiap
interval Grid tertentu pula. Hasil pemetaan kontur dengan metode Grid dapat
berikut:
permukaan bumi.
b) Tancapkan kaki statif di atas titik di station dan usahakan kepala statif
(base plate) mendekati datar agar memudahkan kita untuk menstel alat
ukur theodolite.
A C
Gambar III. 3a
yaitu dengan jalan di putar sampai gelembung nivo berada tepat ditengah.
d) Arah dari ibu jari menentukan arah yang akan diikuti gelembung, umpama
bila gelembung berada disebeleh kiri dari bagian tengah, maka ibu jari kiri
harus bergerak ke kanan (ibu jari kanan ke kiri) agar gelembung masuk
ketengah.
e) Putar alat theodolite sebanyak 90O mengikuti arah tangan lonceng sehingga
nivo tabung akan tegak lurus pada garis A – C (gelembung akan keluar dari
kedudukannya di tengah).
ketengah lagi.
dan 1 (satu) orang melekukan pembacaan (juru ukur). Dalam hal melakukan
tengah (Bt).
Hal yang harus diketahui oleh juru ukur adalah sebagai berikut :
a) Menyetel sekrup sebelum sekrup halus di stel, sekrup kasar dulu yang di
stel.
tabung.
c) Setelah statif datar dan pesawat di stel kakinya, maka pesawat harus dijaga
d) Pengukuran terhadap sumbu harus di bidik bagian sumbu yang pas seperti
e) Setiap selesai membaca suatu titik gelembung, nivo harus dicek kembali
supaya distel.
dan benang silang di tengah sumbu dengan menggunakan sekrup penggerak halus
garis benang silang bahwa supaya mudah dalam perhitungan jarak miringnya
nanti.
Dari hasil pembacaan rambu yang didirikan pada titik B tersebut, dapat
= 104.0 m
Disamping melakukan pembacaan pada rambu, juru ukur harus bisa membuat
gambar, sedangkan data-data sket kasar dari lokasi yang di ukur itu di ambil pada
b. Pembacaan sudut
5. Sudut Vertikal
(kedudukan satu) maka pembacaan sudut vertical adalah 90O. Sedangkan angka
yang terbaca lebih besar dari 90O, maka titik objek berada lebih rendah dari
apabila terbaca lebih kecil dari 90O, maka ketinggian alat ukur lebih rendah dari
ketinggian titik objek daerah yang di ukur. Contoh : Pembacaan sudut vertical
lihat gambat.
6. Sudut Horizontal
Sudut horizontal adalah besar sudut yang didapat dari selisih hasil
pembacaan antara dua jurusan/arah. Arah Utara yang digunakan berupa Utara
langsung putar micrometer dan masukkan angka sudut 2 garis sejajar lihat
gambar:
Pengukuran situasi menggunakan sistem RAAI yakni alat berdiri pada titik
pengikatan pada dua titik polygon situasi) seperti diketahui kerangka dasar luar
(Kring polygon luar) dan kerangka dasar dalam (Kring polygon dalam) kemudian
di dalamnya terdapat jalur-jalur polygon situasi yang terikat pada titik kerangka
perencanaan apabila terdapat bangunan maupun fasilitas lainnya yang telah ada
3.3.4.1 Pengantar
yang cepat dan efisien dalam mengukur jarak yang cukup teliti untuk sifat
topografik. Lebih lanjut, dalam metode ini cukup dibentuk regu 2 atau 3 orang,
sedangkan pada pengukuran dengan transit dan pita biasanya diperlukan 3 atau
4 orang.
Stadia berasal dari kata Yunani untuk satuan panjang yang asal
dari sinilah muncul kata “stadium” (stadion) dalam pengertian modern. Kata
ini menyatakan 600 satuan Yunani (sama dengan satuan “feet”), atau 609 ft 9
Istilah stadia sekarang sekarang dipakai untuk benang silang dan rambu
(stadia) dapat dilakukan dengan transit, theodolite, alidade, dan alat sipat datar.
untuk mendapatkan posisi horizontal dan ketinggian dari titik detail tersebut.
Untuk mendapatkan ketinggian titik detail tersebut dihitumg beda tinggi antara
maupun ketinggian dasar rambu dapat dihitung. Oleh karena itulah dipakai
1. Theodolit reiterasi
2. Theodolit repetisi
Dalam konstruksi perbedaan antara kedua Theodolit ini hanya pada bagian
sedemikian rupa sehingga pelat ini dapat berputar sendiri dengan tabung
BAB IV
PENGUKURAN POLYGON
selanjutnya
2. statif Theodolit
4. pita ukur
5. formilir polygon
6. meteran
Cara membuat suatau polygon adalah untuk menentukan tempat lebih dari satu
titik. Telah diketahui pula bahwa pada ujung awal polygon diperlukan satu titik
yang telah diketahui sudut jurusannya. Supaya keadaan menjadi simetris, maka pada
ujung akhir dibuat titik yang tentu pula dan diikat pada jurusan yang tentu lagi.
Umumnya suatu polygon dimulai dan diakhiri pada titik-titik tertentu dan diikat
koordinat-koordinat diperlukan sudut dan jarak pada polygon itu. Untuk dapat
melakukan penelitian, maka harus diketahui dan ditentukan lebih dahulu syarat-
2. d sin = 0
3. d cos = 0
1. Pengukuran dilakukan 1 seri yaitu biasa – biasa - luar bi asa – luar biasa
1. Letakkan alat ( theodolit ) pada titik yang akan diukur sudut horizontalnya
4. Apabila alat sudah siap untuk digunakan maka persiapkan alat dan formulir
pengukuran
6. Putar teropong pada titik lain yang akan dibaca sudut horizontalnya dalam
luar biasa
8. Memindahkan alat ketitik lain dan mengulangi pekerjaan (1) sampai (&). Jadi
sudut yang dibaca adalah sudut biasa,biasa,luar biasa dan luar biasa.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dengan berakhirnya praktikum Ilmu Ukur Tanah ini, maka mahasiswa dapat
membuktikan hal-hal yang terjadi dalam pelaksanaan teori dilapangan baik dari cara
pemetaan peta kedaerah daerah yang akan dibangan, contoh jalan,bangunan dan lain-
lain.
Selain itu kita juga dapat membuktikan apa-apa saja yang dapat diukur dan
sehingga nanti bisa melaksanakannya sewaktu terjun dalam pelaksanaan suatu proyek
Dengan keadaan cuaca dan keadaan alam pada waktu praktikum kurang baik
yang merupakan salah satu penghambat dalam pelaksanaan praktikum dan akan
mengurangi tingkat ketelitian pengukuran. Selain itu praktikum ini dapat menambah
Semoga pengalaman yang didapat dari praktek Ilmu Ukur Tanah ini akan sangat
membantu dalam menyelesaikan masalah yang timbul dilapangan nantinya, dan juga
Saran-saran
praktikum
3. Asisten kalau bisa memberikan keterangan lebih jelas agar mahasiswa praktikan
DAFTAR PUSTAKA
PembanguanPrakarya, Bandung.
1983.
6. Manual Praktikum Ilmu Ukur tanah, laboratorium Mekanika Tanah & Ilmu
DOKUMENTASI
Pembacaan Theodolit