Anda di halaman 1dari 9

ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH INTERVAL PENYADAPAN TERHADAP VOLUME SEMEN DAN


KONSENTRASI SPERMATOZOA PADA AYAM SENTUL

SKRIPSI

Oleh :
ZAINAL MUSTOFA
NIM. D1E014170

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN


FAKULTAS PETERNAKAN
PROGRAM STUDI PETERNAKAN
PURWOKERTO
2018
PENGARUH INTERVAL PENYADAPAN TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMATOZOA
PADA AYAM SENTUL

(THE EFFECT OF INTERVAL COLLECTION ON SEMEN VOLUME AND SPERMATOZOA CONCENTRATION


AT SENTUL COCKS)

Zainal Mustofa, Dadang Mulyadi Saleh dan Sigit Mugiyono


Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
email : zainalmustofa1995@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui interval penyadapan yang tepat dalam memperoleh Volume
Semen Dan Konsentrasi Spermatozoa yang optimal pada Ayam Sentul. Materi yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 24 ekor ayam sentul jantan. Metode penelitian dilakukan secara eksperimental dengan menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL), sebagai perlakuan yaitu interval penyadapan semen tiga (P1), enam (P2) dan
sembilan (P3) hari. Setiap perlakuan terdiri dari delapan kali ulangan dan setiap unit perlakuan terdiri dari satu ekor
ayam sentul jantan. Peubah yang diamati adalah volume semen dan konsentrasi spermatozoa. Rata-rata volume
semen untuk P1, P2 dan P3 secara berturut-turut adalah 0,49 ± 0,13, 0,60 ± 0,11, 0,78 ± 0,21. Rata-rata konsentrasi
spermatozoa untuk P1, P2 dan P3 secara berturut-turut adalah 1,86 ± 0,39, 2,50 ± 0,54, 3,40 ± 0,57. Hasil analisis
variansi menunjukkan bahwa interval penyadapan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) terhadap volume semen
dan konsentrasi spermatozoa. Hasil Uji lanjut orthogonal polinomial menunjukkan pengaruh Interval penyadapan
terhadap peubah bersifat linier. Kesimpulan dari penelitian ini adalah interval penyadapan yang semakin panjang
akan meningkatkan volume semen dan konsentrasi spermatozoa pada ayam sentul dan Setiap penambahan
interval penyadapan satu hari akan meningkatkan volume semen sebesar 0,05 ml dan konsentrasi spermatozoa
sebesar 0,26 miliar sel / ml semen.

Kata Kunci : Ayam Sentul, Inseminasi Buatan, Interval penyadapan, Volume Semen, Konsentrasi Spermatozoa.

ABSTRACT
The aim of this research is to determine the effect of interval collection on the semen volume and
Spermatozoa concentration at Sentul cocks. The material used in this research were 24 sentul cocks. The
experimental method was conducted experimentally using Completely Randomized Design (CRD), as the
treatment of three intercepting interval (P1), six (P2) and nine (P3) days. Each treatment consisted of eight replicates
and each treatment unit consisted of one cock. The variables observed were the volume of semen and
spermatozoa concentration. The average semen volume for P1, P2 and P3 was 0.49 ± 0.13, 0.60 ± 0.11, 0.78 ± 0.21,
respectively. The average spermatozoa concentrations for P1, P2 and P3 was 1.86 ± 0.39, 2.50 ± 0.54, 3.40 ± 0.57,
respectively. The result of variance analysis showed that the interval collection had a very significant effect (P
<0,01) on semen volume and spermatozoa concentration. The orthogonal polynomial test results show that the
interval collection effect on the variables is linear. The conclusion of this study is that the longer interval
collection will increase the semen volume and spermatozoa concentration at the chicken cocks and Each addition
of one day interval collection will increase the semen volume for 0,05 ml and spermatozoa concentration for
0,26 billion cells / ml of semen.
Keywords: Sentul Cocks, Artificial Insemination, interval collection, Semen Volume, Spermatozoa Concentration.
PENDAHULUAN
Ayam Sentul merupakan ayam lokal yang berkembang di wilayah Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Ayam Sentul mempunyai keunggulan dari ayam lokal lain dalam produksi telurnya yang dapat
mencapai 10 – 18 butir / periode peneluran, sehingga menarik untuk dikembangkan. Permintaan Ayam
Sentul terbilang cukup tinggi dibandingkan supply yang tersedia sehingga harga Ayam Sentul di pasaran
cukup bersaing, namun populasi Ayam Sentul di Indonesia sangat rendah karena regenerasi Ayam
Sentul yang belum dikelola dengan baik.
Kualitas bibit juga menjadi salah satu faktor penghambat pengembangan Ayam Sentul. Peternak
cenderung menjual Ayam Sentul dengan fenotipe yang unggul seperti bobot badan besar dan
pertambahan bobot badan harian yang tinggi untuk dijual menjadi produk konsumsi. Hal tersebut
membuat Ayam Sentul yang dijadikan bibit untuk generasi berikutnya memiliki kualitas genetik yang
buruk.
Penjantan Ayam Sentul dengan kulitas genetik unggul akan digunakan sebagai bibit dalam upaya
untuk meningkatkan produkivitas ayam sentul, namun jumlah pejantan ini sangat terbatas sehingga
dibutuhkan sebuah metode perkawinan untuk menanggulangi kekurangan pejantan ini. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk menanggulangi kekurangan pejantan ini adalah melalui teknologi
Inseminasi Buatan. Inseminasi Buatan pada unggas merupakan alternatif yang paling tepat yang dapat
diharapkan untuk mengatasi kesulitan dalam upaya pelestarian ayam sentul yang kekurangan populasi
pejantan, karena semen seekor pejantan dapat digunakan untuk mengawini beberapa ekor betina.
Penggunaan teknik Inseminasi Buatan (IB) berkaitan erat dengan kualitas semen, keberhasilan
suatu program kegiatan Inseminasi Buatan (IB) pada ternak tergantung pada kualitas dan kuantitas
semen yang diejakulasikan seekor pejantan. Volume Semen dan Konsentrasi Spermatozoa merupakan
beberapa parameter kualitas semen yang akan menentukan keberhasilan dan kapasitas Inseminasi
Buatan.
Semen yang diinseminasikan harus dengan dosis yang ideal untuk menghasilkan fertilitas telur
yang baik. Volume dan konsentasi spermatozoa yang dihasilkan berhubungan erat dengan jumlah
betina yang bisa diinseminasi, semakin tinggi volume dan konsentrasi semen menandakan semakin
banyak betina yang bisa diinsemanasi.
Interval penyadapan Semen merupakan faktor penting yang akan mempengaruhi kualitas
semen, baik itu Volume Semen maupun Konsentrasi Spermatozoa yang diejakulasikan. Produksi
semen dari seekor pejantan harus digunakan dengan maksimal mengingat terbatasnya jumlah
pejantan, namun semakin sering semen diejakulasikan tentu akan membuat volume dan
konsentrasinya menurun, karena proses pembentukan spermatozoa membutuhkan rentang waktu
tertentu sehingga ketika semen banyak diejakulasikan maka cadangan spermatozoa yang ada di
saluran reproduksi jantan akan semakin sedikit. Perlu adanya percobaan untuk menemukan interval
penyadapan yang ideal untuk memaksimalkan jumlah semen yang disadap tanpa mengurangi kualitas
semen yang akan diinseminasikan.

METODE
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 24 ekor ayam sentul jantan dengan umur 48
minggu dan bobot badan rata-rata 2,6 kg, 24 petak kandang beserta peralatan penunjang
pemeliharaan ayam sentul yang meliputi tempat makan dan minum, vitamin, obat –obatan, vaksin, air
minum dan pakan sebanyak 100 g per ekor per hari. Seperangkat alat penyadapan semen yang meliputi
termos es, micro tube, antiseptik, dan tissue. Seperangkat alat pengamatan kualitas spermatozoa yang
meliputi mikroskop, object glass, cover glass, haemocytometer, pipet eritrosit, bilik hitung Neubauer,
batang pengaduk, pipet, spuit ukuran 1 ml, gelas ukur, tissue, timbangan, alat dokumentasi, alat hitung
dan alat tulis.
Penelitian dilaksanakan dengan metode eksperimental. Rancangan penelitian yang digunakan
yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 3 perlakuan, dan 8 ulangan. Masing-masing unit
perlakuan berisi 1 ekor ayam sentul jantan. Jumlah keseluruhan ayam yang digunakan yaitu 24 ekor
ayam sentul jantan.
Perlakuan yang digunakan merupakan penyadapan sebanyak 3 perlakuan berupa penyadapan
semen ayam sentul dengan frekuensi yang berbeda sebagai berikut :
P1 = Penyadapan semen setiap tiga hari
P2 = Penyadapan semen setiap enam hari
P3 = Penyadapan semen setiap sembilan hari
Peubah yang diukur dalam penelitian ini adalah Volume Semen dan Konsentrasi Spermatozoa
Ayam Sentul. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 Februari sampai 29 Maret 2018, bertempat
di Gemah Ripah Farm, Kampung Sinekung, Dusun Depok RT 02 RW 04, Kelurahan Sukajadi, Kecamatan
Sadananya, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil evaluasi kualitas semen yang meliputi volume semen dan konsentrasi spermatozoa pada
Ayam Sentul dengan interval penyadapan semen yang berbeda disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Rataan nilai Volume Semen dan Konsentrasi Spermatozoa Ayam Sentul
Perlakuan Volume (ml) Konsentrasi (x109/ml)
(Rataan ± Sd) (Rataan ± Sd)
P1 0,49 ± 0,13 1,86 ± 0,39
P2 0,60 ± 0,11 2,50 ± 0,54
P3 0,78 ± 0,21 3,40 ± 0,57
Rata-rata 0,62 ± 0,19 2,58 ± 0,50

Keterangan : P1 : Penyadapan semen setiap tiga hari sekali


P2 : Penyadapan semen setiap enam hari sekali
P3 : Penyadapan semen setiap sembilan hari sekali

VOLUME SEMEN
Volume semen merupakan jumlah milliliter semen setiap penampungan (Toelihere,1993).
Volume semen Ayam Sentul jantan yang disadap dengan interval waktu yang berbeda yaitu dengan
interval tiga, enam dan sembilan hari menunjukkan rataan volume total 0,62 ± 0,19 dengan kisaraan
antara 0,3 ml sampai dengan 1,05 ml. P1 adalah penyadapan semen dengan interval tiga hari
menunjukkan rataan volume semen sebesar 0,49 ± 0,13 ml. P2 adalah penyadapan semen dengan
interval enam hari menunjukkan rataan volume semen sebesar 0,60 ± 0,11 ml. P 3 adalah penyadapan
semen dengan interval sembilan hari menunjukkan rataan volume semen sebesar 0,78 ± 0,21 ml. Hasil
tersebut menunjukkan kisaran volume semen ayam yang normal sesuai dengan pendapat Toelihere
(1985), bahwa semen ayam berkisar antara 0,3-1,5 ml per ejakulat. Pendapat ini diperkuat dengan
hasil penelitian yang dilaporkan Kismiati (1997), bahwa volume semen ayam berkisar antara 0,11-1 ml.
Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa perlakuan interval penyadapan semen yang berbeda
yaitu dengan interval tiga, enam dan sembilan hari berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) terhadap
volume semen pada ayam sentul. Hasil uji orthogonal polinomial menunjukkan pengaruh interval
penyadapan yang berbeda terhadap volume semen bersifat linier. Hasil analisis regresi menunjukkan
persamaan garis linier Ŷ = 0,33 + 0,05 X. Hal tersebut berarti setiap penambahan satu hari interval
penyadapan akan meningkatkan volume semen sebesar 0,05 ml. Kurva linier yang menggambarkan
hubungan antara interval penyadapan yang berbeda dengan volume semen ditunjukkan oleh gambar
1.
1.20

1.00
Volume semen (ml)

y = 0,33 + 0,05x
0.80 r² = 0,3801

0.60

0.40

0.20

0.00
0 2 4 6 8 10
Interval penyadapan ( Hari )

Gambar 1. Kurva linier Volume Semen


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pejantan ayam sentul yang disadap dengan interval
waktu yang berbeda yakni setiap tiga, enam dan sembilan hari menunjukkan rataan volume semen
yang berbeda pula. Perlakuan tiga menunjukkan volume semen yang lebih tinggi dibanding Perlakuan
dua, dan Perlakuan dua menunjukkan volume semen yang lebih tinggi dibanding Perlakuan satu. Hasil
tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan volume semen seiring dengan bertambahnya interval
penyadapan, hal tersebut berkaitan dengan proses spermatogenesis dimana spermatozoa diproduksi
oleh sel germinal dalam tubulus seminiferus selanjutnya spermatozoa akan melewati berbagai saluran
reproduksi yang terdiri dari retetestis, vas efferens, epididymis dan vas deferens. Spermatozoa akan
bercampur dengan seminal plasma yang merupakan cairan yang dihasillkan oleh epididymis dan
kelenjar aksesoris selama melewati saluran reproduksi tersebut. Semen yang terdiri dari sel
spermatozoa dan seminal plasma ini akan ditampung di bagian distal Vas deferns yang merupakan
tempat penyimpanan akhir semen sebelum diejakulasikan, proses ini berlangsung secara kontinu
sehingga ketika selang waktu penyadapan berlangsung lama maka semen yang tertampung pada distal
vas deferens juga semakin banyak dan membuat volume semen menjadi tinggi ketika diejakulasikan.
Menurut Bebas (2013), Frekuensi ejakulasi yang terlalu sering dalam satuan waktu yang terlalu
pendek akan menurunkan volume semen, konsentrasi per ejakulasi juga disertai penurunan motilitas
spermatozoa dan libido. Ejakulasi merupakan proses pengeluaran semen dari tempat penampungan
semen di bagian distal vas deferen yang berbatasan dengan kloaka yang mengakibatkan terjadinya
pengurangan atau pengosongan tempat penyimpanan maka akan terjadi penurunan volume semen
dan penurunan konsentrasi spermatozoa. Penelitian yang dilakukan oleh Hulfah (2007), menunjukkan
bahwa frekuensi penampungan semen yang berbeda (satu kali, tiga kali, dan lima kali seminggu) pada
ayam kampung, menunjukkan perbedaan yang sangat nyata pada volume semen, pH semen, dan
konsentrasi spermatozoa.
Uji orthogonal polynomial menunjukkan pengaruh tersebut bersifat linier. Pengaruh yang
bersifat linier menunjukkan bahwa interval penyadapan semen yang semakin lama akan menghasilkan
volume semen yang semakin tinggi. volume semen yang dihasilkan seiring dengan bertambahnya
interval penyadapan dapat diketahui dari persamaan garis yang hasilkan dari analisis regresi, dimana
setiap kenaikan satu hari penyadapan akan meningkatkan volume semen sebesar 0,05 ml. Menurut
Bebas (2013), bahwa volume semen ayam hutan hijau (Gallus varius) yang disadap dengan interval
waktu satu, dua, and tiga hari sekali menunjukkan perbedaan volume 0,02 ml tiap perlakuan, artinya
volume semen bertambah 0,02 ml per hari.
Nilai Koefisien determinasi ( r2) yang dihasilkan dari uji orthogonal polinomial (Lampiran 3) adalah
sebesar 0,3801. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh interval penyadapan yang berbeda
terhadap volume semen adalah sebesar 38,01 % sedangkan sisanya 61,99 % dipengaruhi oleh faktor
lain. Faktor lain tersebut bisa berupa umur atau kemampuan individu ayam dalam membiasakan
dirinya untuk disadap secara artifisial. Menurut Bahr dan Bakst (1993), Volume semen yang diperoleh
secara artifisial selain tergantung pada umur dan bangsa ayam, juga dipengaruhi oleh kebiasaan ayam
menjalani proses penampungan semen secara artifisial dan tingkat keahlian operator yang merangsang
dan mengurutnya (Fujihara, 1992).
Rataan volume semen ayam sentul yang dihasilkan pada penelitian ini lebih tinggi dibanding yang
dilaporkan oleh Soeparna et al., (2005), yaitu Nilai volume semen ayam Sentul berkisar antara 0,25-
0,33 ml. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh frekuensi penampungan semen yang berbeda.
Penelitian yang dilakukan Soeparna et al., (2005), Ayam Sentul disadap setiap satu minggu sekali
selama delapan minggu atau dengan interval tujuh hari, berbeda dengan penelitian ini yang melakukan
penyadapan semen yang lebih bervariasi yaitu dengan interval tiga, enam dan sembilan hari.

KONSENTRASI SPERMATOZOA
Konsentrasi spermatozoa yaitu jumlah spermatozoa yang terkandung dalam satu mililiter
ejakulasi (Supriatna, 2000). Konsentrasi spermatozoa Ayam Sentul jantan yang disadap dengan interval
waktu yang berbeda yaitu dengan interval tiga, enam dan sembilan hari menunjukkan rataan
konsentrasi 2,58 ± 0,50 miliar sel/ml semen dengan kisaran antara 1,22 miliar sampai dengan 4,45
miliar sel/ml semen. P1 adalah penyadapan semen dengan interval tiga hari menunjukkan rataan
konsentrasi spermatozoa sebesar 1,82 ± 0,45 miliar sel/ml semen. P2 adalah penyadapan semen
dengan interval enam hari menunjukkan rataan Konsentrasi spermatozoa sebesar 2,50 ± 0,80 miliar
sel/ml semen. P3 adalah penyadapan semen dengan interval sembilan hari menunjukkan rataan
Konsentrasi spermatozoa sebesar 3,40 ± 0,78 miliar sel/ml semen. Rataan tersebut masih dalam
kisaran yang normal untuk konsentrasi spermatozoa pada ayam. Menurut Sastrodihardjo dan
Resnawati (2003), spermatozoa ayam memiliki nilai konsentrasi berkisar antara 1,75-3 milyar sel/ml,
sedangkan menurut Toelihere (1993), konsentrasi spermatozoa ayam berkisar antara 0,03-11 milyar
sel/ml.
Hasil analisis variansi menunjukkan bahwa perlakuan interval penyadapan semen yang berbeda
yaitu dengan interval tiga, enam dan sembilan hari berpengaruh sangat nyata (P < 0,01) terhadap
Konsentrasi spermatozoa pada Ayam Sentul. Hasil uji orthogonal polinomial menunjukkan pengaruh
interval penyadapan terhadap Konsentrasi spermatozoa bersifat linier. Hasil analisis regresi
menunjukkan persamaan garis linier Ŷ = 1,04 + 0,26 X. Hal tersebut berarti setiap penambahan satu
hari interval penyadapan akan meningkatkan Konsentrasi spermatozoa sebesar 0,26 milyar sel/ml.
Kurva linier yang menggambarkan
5.00 hubungan antara interval penyadapan yang berbeda dengan

Konsentrasi spermatozoa (x109/ml)


konsentrasi spermatozoa ditunjukkan oleh gambary 2.
4.50 = 1,04 + 0,26x
r² = 0,6317
4.00
3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00
0 2 4 6 8 10
Interval penyadapan (Hari)

Gambar 2. Kurva linier konsentrasi Spermatozoa


Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pejantan ayam sentul yang disadap dengan interval
waktu yang berbeda yakni setiap tiga, enam dan sembilan hari menunjukkan rataan konsentrasi
spermatozoa yang berbeda pula. Perlakuan tiga menunjukkan konsentrasi spermatozoa yang lebih
tinggi dibanding Perlakuan dua, dan Perlakuan dua menunjukkan konsentrasi spermatozoa yang lebih
tinggi dibanding Perlakuan satu. Hasil tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan konsentrasi
spermatozoa seiring dengan pertambahan interval penyadapan, hal tersebut berkaitan dengan proses
spermatogenesis yang terjadi dalam 3 fase yaitu Spermatositogenesis, meiosis dan spermiogenesis
dalam tubulus seminiferous testis, dan membutuhkan waktu 13-14 hari. Sel Spermatozoa kemudian
melewati saluran reproduksi dan akan mengalami pematangan serta penampungan di bagian distal
vas deferens selama satu sampai empat hari. Proses ini berlangsung secara kontinu sehingga ketika
semen diejakulasikan akan membuat jumlah sel spermatozoa yang tertampung dalam bagian distal
vas deferens semakin berkurang, disamping itu proses spermatogenesis dan penyaluran
spermatozoa ke distal vas deferens membutuhkan waktu tertentu, sehingga interval waktu
penyadapan yang pendek akan membuat jumlah spermatozoa semakin berkurang dan
konsentrasinya menurun. Partodihardjo (1982), menyatakan bahwa konsentrasi sperma tergantung
pada umur, bangsa ternak, bobot badan serta frekuensi / interval penampungan.
Uji orthogonal polynomial menunjukkan pengaruh tersebut bersifat linier. Pengaruh yang
bersifat linier menunjukkan bahwa interval penyadapan semen yang semakin lama akan menghasilkan
konsentrasi spermatozoa yang semakin tinggi. Jumlah spermatozoa yang dihasilkan seiring dengan
bertambahnya interval penyadapan dapat diketahui dari persamaan garis yang hasilkan dari analisis
regresi, dimana setiap kenaikan satu hari penyadapan akan meningkatkan Konsentrasi spermatozoa
sebesar 0,26 miliar. Menurut Bath Dan Chaudhari (2002), Cadangan sel spermatozoa pada bagian
duktus deferens pada ayam lokal di Nigeria adalah sebesar 1,59 miliar. Menurut Etches (1996),
ejakulasi pertama mengandung 40 % dari total spermatozoa yang tersimpan pada duktus deferens. Sel
yang ada pada duktus deferens ini yang merupakan sel spermatozoa matang yang akan dikeluarkan
ketika ejakulasi terjadi. Proses produksi spermatozoa atau spermatogenesis pada unggas terjadi di
dalam testis selama 13 sampai 14 hari yang terdiri atas fase spermatogonial, meiosis, dan
spermiogenesis, Selanjutnya spermatozoa akan menuju ke saluran deferens yang kemudian akan
mengalami pemasakan dan penyimpanan pada bagian distal saluran deferens sebelum diejakulasikan.
Rentang waktu yang dibutuhkan spermatozoa untuk melewati testis ke daerah distal dari ductus
deferens bervariasi dari satu sampai empat hari.
Nilai Koefisien determinasi ( r 2) yang dihasilkan dari uji orthogonal polinomial adalah sebesar
0,6317. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh interval penyadapan terhadap Konsentrasi
spermatozoa adalah sebesar 63,17 % sedangkan sisanya 36,83 % dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor
tersebut bisa berupa umur dan bobot badan yang berbeda pada ayam sentul yang dijadikan bahan
penelitian. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Partodihardjo (1982), bahwa selain frekuensi
penampungan, konsentrasi spermatozoa juga dipengaruhi oleh umur, bangsa ternak, dan bobot
badan. Gilbert (1980), menyatakan bahwa konsentrasi spermatozoa adalah salah satu karakteristik
yang diturunkan.
Rataan konsentrasi spermatozoa dalam penelitian ini lebih rendah dari penelitian Khaeruddin
(2016), yaitu sebesar 2,81 ± 0,11 miliar sel / ml semen dan Soeparna et al., (2005), yaitu sebesar 3,03
miliar (2,71 miliar – 3,39 miliar) sel / ml semen. Hal tersebut mungkin disebabkan oleh frekuensi
penampungan semen yang berbeda. Penelitian yang dilakukan Soeparna et al., (2005), Ayam Sentul
disadap setiap satu minggu sekali selama delapan minggu atau dengan interval tujuh hari, berbeda
dengan penelitian ini yang melakukan penyadapan semen yang lebih bervariasi yaitu dengan interval
tiga, enam dan sembilan hari.

SIMPULAN
Interval penyadapan semen yang semakin panjang akan meningkatkan volume semen dan
konsentrasi permatozoa pada Ayam Sentul dan Setiap penambahan interval satu hari penyadapan akan
meningkatkan volume semen sebesar 0,05 ml dan konsentrasi spermatozoa sebesar 0,26 miliar sel/ ml
semen.

DAFTAR PUSTAKA
Bahr, J.M. And M.R. Bakst. 1993. Poultry. In: Hafez, E.S.E. (Ed.). Reproduction in Farm Animals. 6th
edition. Lea and Febiger. Philadelphia. pp. 385 - 402.
Bath, G.S. and S.U.R. Chaudhari. 2002. Sperm reserves and it relationship to parameters of the testis,
epididymis and vas deferens of local cocks in the sahel region of Nigeria . International journal of
agriculture and biology. Vol. 4 No. 4: 561-564.
Bebas, W. 2013. Pengaruh Lama penyimpanan Semen Ayam Hutan Hijau (Gallus Varius) pada Suhu 4 o
C Terhadap Daya Hidup Spermatozoa dan Fertilitas Telur Ayam Kampung (Gallus Domesticus).
Jurnal Veteriner (Veterinary Journal). Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Udayana.
Denpasar.
Etches, R.J. 1996. Reproduction in Poultry. Department of Animal and Poultry Science, University of
Guelph Ontario, Canada.
Fujihara, N. 1992. Accessory reproductive fluids and organs in male domestic birds. World’s Poultry
Science Journal, 48: 39-56.
Gilbert, A.B. 1980. Poultry. In : E.S.E. Hafez (Ed). Reproduction in farm animals. 4th Ed. Lea and
Febiger, Philadelphia. Pp 423-446.
Hulfah. 2007. Pengaruh Frekuensi Penampungan Sperma terhadap Kuantitas, Kualitas Sperma dan
Dosis terhadap Fertilitas Telur Ayam Kampung. Thesis. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Kismiati, S. 1997. Pengaruh Interval Inseminasi Terhadap Performan Reproduksi dan Heritabilitas
Pertumbuhan Ayam Kedu Hitam. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. hlm 96.
Partodihardjo, S. 1982. Ilmu Reproduksi Hewan. Cetakan I. Mutiara, Jakarta.
Sastrodiharjo, S. dan H. Resnawati. 2003. Inseminasi Ayam Buras Meningkatkan Produksi Telur
Mendukung Pengadaan DOC Unggul. Penebar Swadaya, Yogyakarta.
Soeparna,., K. Hidajat dan T.D. Lestari. 2005. “Penampilan reproduksi tiga jenis ayam lokal Jawa Barat”.
Pros. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal. Semarang, 26 Agustus
2005. Puslitbang Peternakan dan Fakultas Peternakan Universitas Dipenogoro, Semarang. hlm.
105 – 113.
Supriatna, I. 2000. Inseminasi buatan pada ayam. Kegiatan Pelatihan Inseminasi Buatan Pada Ayam.
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Toelihere, M.R. 1985. Fisiologi Reproduksi pada Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.
Toelihere, M.R. 1993. Inseminasi Buatan Pada Ternak. Penerbit Angkasa, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai