“MESIN PENGOLAHAN KAKAO DI PUSLIT KOKA : DESA NOGOSARI KECAMATAN RAMBIPUJI JEMBER”
Dosen Pembimbing: Ir. Iswahyono, MP
Disusun oleh: Khomida Wiryo Dhiningrum B31161857 Golongan D
PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2018 BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang memegang peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia, yakni sebagai penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan agribisnis dan agroindustri. Menurut Anonim (2012), luas areal tanaman kakao di Indonesia pada tahun 2012 tercatat 1,7 juta hektar dengan produksi sebesar 740.513 ton pertahun yang menempatkan Indonesia sebagai negara produsen terbesar ketiga dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Pantai Gading, dengan luas area kurang lebih 1,6 Ha dan produksinya sebesar 1,3 juta ton per tahun dan Ghana sebesar 900 ribu ton per tahun. Produksi kakao di Indonesia, dihasilkan dari perkebunan rakyat yang sangat mendominasi yakni sekitar 92,7 %, perkebunan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan perkebunan swasta. Luas perkebunan kakao di Indonesia terus meningkat sepanjang 5 tahun terakhir. Sebagian besar produksi kakao dari Indonesia diekspor. Kondisi ini terjadi karena industri pengolahan kakao kurang berkembang di Indonesia (Anonim, 2007). Petani kakao yang sebagian besar merupakan petani rakyat lebih memilih menjual kepada eksportir karena pembayarannya lebih cepat dibanding mengolah biji kakao kering tersebut menjadi produk olahan kakao yang mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi. Hal ini mungkin disebabkan karena minimnya pengetahuan para petani rakyat tentang cara mengolah biji kakao kering menjadi produk olahan kakao yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi. Saat ini, banyak petani rakyat menjual kakao dalam bentuk biji kering yang terfermentasi atau yang tidak terfermentasi. Hal ini justru merugikan para petani rakyat karena nilai tambah hanya didapat oleh para pembeli. Namun, jika para petani rakyat dapat mengolah biji kakao kering menjadi produk olahan kakao seperti cokelat batang ataupun produk-produk olahan lainnya, maka hal tersebut dapat memberikan nilai tambah yang besar, investasi teknologi dan petani sendiri dapat merasakan cokelat yang bahan bakunya dihasilkan dari kebunnya serta memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan makanan makanan lokal berbasis cokelat. 1.2 Tujuan
Untuk mengetahui mesin pengolahan kakao
Untuk mengetahui fungsi dan kapasitas mesin BAB 2. METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat
1. Waktu : Kamis, 11 Mei 2018 2. Tempat : PUSLIT Kopi Dan Kakao “Desa Nogosari Kecamatan Rambipuji Jember”
2.2 Alat dan Bahan
1. Buku catatan 2. Alat tulis 3. Kamera 4. Perekam suara 5. Mesin yang ada di PUSLIT BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Alat Pengolahan Produk Kakao
Nama Alat/Mesin Gambar Fungsi Kapasitas Mesin pemecah Buah dibelah dengan alat mekanis Kapasitas 500kg/jam buah kakao dan untuk memisahkan biji kakao Persyaratan : Buah segar habis pemisah biji [pod dengan kulit buah dan plasenta. Biji panen telah disortasi breaker] kakao diolah lanjut sebagai bahan Penggerak : motor bakar Honda makanan, sedangkan kulit buah 5,5 PK Transmisi pulley dan merupakan limbah yang dapat sabuk karet V digunakan sebagai bahan baku Pemisah biji : ayakan SS kompos, pakan ternak dan biogas. Rangka mesin : baja profil kotak Dimensi (P X L X T)mm : 1410 X 1100 X 156 Mesin pemeras Biji kakao dilapisi oleh pulpa kapasitas 500 kg/jam lendir biji kakao berwarna putih. Lapisan pulpa Persyaratan : Biji kakao segar (depulper) dikurangi secara mekanik antara 30 setelah diambil dari buah kakao – 40 % dari berat pulpa awal agar Penggerak motor bakar Honda fermentasi berjalan lebih sempurna 5,5 PKTransmisi pulley dan dan mencegah timbulnya cacat rasa sabuk karet V asam. Pulpa hasil perasan adalah Pemisah lendir : ayakan SS limbah yang dapat diolah menjadi Rangka mesin : baja profil kotak nata de kakao dan jus kakao. Dimensi ( P X L X T )mm : 1660 x 530 x 1430 Kotak Fermentasi Fermentasi digunakan untuk Kapasitas : 40-50 kg/batch [dua kotak] Tipe menumbuhkan senyawa pembentuk Ukuran : 400 mm x 400 mm x 500 mm, tebal 20 - 30 mm bak kayu citarasa dan aroma khas cokelat Persyaratan : biji kakao yang dengan bantuan mikroalami. telah dipisahkan dari kulit buahnya Pengeringan Biji kakao hasil fermentasi Kapasitas 1.5 ton/batch (1 batch Mekanis dikeringkan secara mekanis pada = 40 jam) Persyaratan :Waktu pengeringan suhu 50-55 oC. Kadar air biji kakao maksimum 40 jam dari kadar air yang semula 55 % turun menjadi 7 awal 55% sampai dengan % selama 40 jam. Sumber energi pengeringan 7 % Sumber panas : tungku kayu pengeringan adalah kolektor surya dengan 2 kipas aksial penggerak dan kayu yang diperoleh pangkasan motor diesel 6 - 7 PK ber-SNI pohon pelindung tanaman kakao Lantai pengering : Ayakan alumunium Sistem pemanasan biji : Tidak langsung lewat pipa pindah panas Rangka mesin : Baja profil kotak Dimensi (P X L X T)mm : 4800 x 2160 x 3950 Mesin sortasi biji Biji kakao hasil pengeringan Kapasitas 400 kg/jam, kakao [grader] Tipe disortasi secara mekanik untuk Penggerak motor listrik 1 HP atau motor bakar honda 5,5 PK Meja Getar memisahkan biji ukuran besar Persyaratan : Biji kakao yang [jumlah biji 85 – 90/100 gr diambil dari proses sample], ukuran medium [jumlah pengeringan Transmisi pulley dan sabuk karet V. biji 95 – 110/100 gr sampel] dan Pemisah biji : Ayakan SS ukuran kecil [jumlah biji > 110/100 Rangka mesin : Baja profil kotak gr sampel]. Biji pecah dan kotoran Dimensi (P X L X T)mm : terpisah di rak paling bawah. 1550 x 900 x 1195 DAFTAR PUSTAKA
http://iccri.net/alsin-pengolahan-kakao/ [Diakses, 10 mei 2018]