“ASPHALT CONCRETE”
Disusun Oleh :
(2016410007)
(2016410009)
FAKULTAS TEKNIK
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga saya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi
pembaca dalam mengetahui lebih lanjut mengenai Asphalt Concrete.
Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini agar kedepannya
dapat lebih baik.
Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang saya miliki sangat
kurang. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
2
DAFTAR ISI
1.3 Manfaat....................................................................................................................................................... 2
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.2 TUJUAN
1. Tujuan umum.
Tujuan yang ingin dicapai dalam tugas ini adalah untuk mengetahui proses pembuatan
dan material yang digunakan untuk membuat asphalt concrete.
4
1.3 MANFAAT
Adapun beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari tugas tersebut,
diantaranya yaitu:
a) Mengetahui jenis material yang dibutukan untuk pembuatan asphalt
concrete.
b) Mengetahui proses pembuatan asphalt concrete.
c) Mengetahui dampak pengaruh asphalt concrete terhadap lingkungan.
d) Mengetahui aplikasi design asphalt concrete.
e) Mengetahui kapasitas atau kekuatan asphalt concrete.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
Berdasarkan gambar diatas maka lapisan yang paling berat menerima beban
adalah lapisan surface course yang kemudian didistribusikan kelapisan
dibawahnya. Atau dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut:
7
2.2 Campuran Beton Aspal (AC WC)
A. Persyaratan Sifat Agregat
Secara umum bahan penyusunan beton aspal terdiri dari agregat kasar, agregat
halus, bahan pengisi dan aspal sebagai bahan pengikat. Dimana bahan bahan
tersebut sebelum digunakan harus diperiksa di laboratorium. Agregat yang akan
dipergunakan sebagai material campuran perkerasan jalan haruslah memenuhi
persyaratan sifat dan gradasi agregat seperti yang ditetapkan didalam buku
spesifikasi pekerjaan jalan atau ditetapkan badan yang berwenang. Menurut
Rancangan Spesifikasi Umum Bidang Jalan dan Jembatan, Divisi Vuntuk
Campuran Beraspal Panas Dep. PU, Edisi April 2007 memberikan persyaratan
untuk agregat sebagaberikut :
Agregat Kasar
Fraksi agregat kasar untuk rancangan adalah agregat yang tertahan saringan No. 8
(2,36 mm) dan haruslah bersih, keras, awet dan bebas dari lempung atau bahan
yang tidak dikehendaki lainnya dan memenuhi ketentuan yang diberikan dalam
Tabel 1.
Agregat Halus
Agregat halus adalah agregat yang lolos saringan No. 8 (2,36 mm), yang harus
memenuhi persyaratan agregat halus sebagai
berikut:
1).Agregat halus dari sumber bahan manapun harus terdiri dari pasir atau
pengayakan batu pecah dan terdiri dari bahan yang lolos ayakan No. 8 (2,36 mm)
sesuai SNI 03-68192002.
8
4).Agregat halus harus merupakanbahan yang bersih, keras, bebadari lempung
atau bahan yangtidak dikehendaki lainnya. Batupecah halus harus diperolehdari
batu yang memenuhketentuan mutu. Agar dapamemenuhi persyaratan
yangditentukan batu pecah harudiproduksi dari batu yang bersih
5).Agregat pecah halus dan pasir harus ditumpuk terpisah dan harus dipasok ke
instalasi pencampuran aspal dengan menggunakan pemasok penampung dingin
(Cold bin Feeds) yang terpisah sedemikian rupa sehingga rasio agregat pecah
halus dan pasir dapat dikontrol dengan baik.
6). Agregat halus harus mempunyai ketentuan seperti ditunjukkan pada tabel 2.
9
2.3 Bahan Pengikat (Aspal)
a. Pengertian aspal Aspal didefinisikan sebagai material berwarna hitam atau
coklat tua, pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak padat. Jika
dipanaskan sampai suatu temperature tertentu aspal dapat menjadi lunak/cair
sehingga dapat membungkus partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton
atau dapat masuk ke dalam pori-pori yang ada pada penyemprotan/penyiraman
pada perkerasan macadam maupun pelaburan.
Jika temperatur mulai turun, aspal akan mengeras dan mengikatagregat pada
tempatnya (sifat termoplastis). (Silvia Sukirman,1999).
10
Aspal jenis ini diperoleh dari hasil destilasi atau penyulingan minyak bumi
sehingga sering disebut aspal minyak dan aspal inilah yang umum digunakan yang
berasal dari bahan baku minyak bumi dengan kandungan paraffin yang rendah.
Adapun jenis – jenis aspal minyak adalah sebagai berikut :
a). Aspal Keras / Panas (Asphalt Cement, AC), adalah aspal yang digunakan
dalam keadaan cair dan panas serta penyimpanannya dalam bentuk padat pada
temperatur ruang antara 25°C - 30°C. AC dengan penetrasi rendah dipakai untuk
daerah yang memiliki cuaca panas atau volume lalu lintasnya tinggi, sedangkan
AC dengan penetrasi tinggi dipakai untuk daerah dingin atau untuk volume lalu
lintasnya rendah. Di Indonesia umumnya dipakai penetrasi 60/70 dan 80/100.
b). Aspal Dingin / Cair (Cutback Asphalt), adalah aspal yang digunakan dalam
keadaan cair pada suhu ruang. Aspal ini dibuat dengan mencampur aspal keras /
panas (AC) dengan bahan pencair hasil penyulingan minyak bumi yang berbentuk
cair dalam temperatur ruang seperti minyaktanah, bensin atau solar. Terdiri dari :
RC (Rapid Curing Cut Back) :
AC + gasoline/premium
MC (Medium Curing Cut Back) :
AC + kerosene/minyak tanah
SC (Slow Curing Cut Back) : AC
+ diesel oil/solar
c). Aspal Emulsi (Emultion Asphalt), adalah aspal yang lebih cair dari aspal cair
yaitu campuran aspal, air dan bahan pengemulsi. Memiliki sifat dapat menembus
pori-pori halus dalam batuan yang tidak dapat dilalui aspal cair biasa karena sifat
pelarut yang membawa aspal dalam emulsi lebih mempunyai daya Tarik terhadap
batuan yang lebih baik dibanding aspal cair. Digunakan dalam keadaan dingin dan
panas digunakan campuran dingin atau penyemprotan dingin.
Aspal keras (AC) dengan penetrasi rendah digunakan didaerah bercuaca panas
atau lalu lintas dengan volume tinggi, sedangkan aspal semen penetrasi tinggi
11
digunakan untuk daerah bercuaca dingin atau lalu lintas dengan volume rendah.
Pada penelitian ini akan digunakan aspal cement Penetrasi 60/70. Selain itu aspal
untuk lapis beton harus memenuhi beberapa syarat sebagaimana tercantum pada
tabel 4.
12
Catatan :
1. Untuk HRS-WC dan HRS-Base, harus dijaga kesenjangannya, dimana
paling sedikit 80% dari butiran yang lolos saringan No. 8 harus juga lolos
saringan No. 30 (0,600 mm).
2. Untuk AC, digunakan titik kontrol gradasi agregat, berfungsi sebagai batas
rentang utama yang harus ditempati oleh gradasi-gradasi tersebut. Batas-
batas gradasi ditentukan pada saringan ukuran nominal maksimum,
saringan menengah (2,36 mm) dan saringan terkecil (0,075 mm).
13
2.5 Persyaratan Campuran Beton Aspal
Campuran untuk lapis beton aspal pada dasarnya terdiri dari agregat kasar,
agregat halus, bahan pengisi dan aspal. Masing – masing fraksi agregat terlebih
dahulu harus diperiksa gradasinya dan selanjutnya digabungkan menurut
perbandingan yang menghasilkan agregat campuran yang memenuhi spesifikasi
gradasi. Spesifikasi umum dari campuran beton aspal dapat dilihat pada tabel 6.
14
2.6 Proses Pembuatan Aspal Beton
3. Filler.
Filler adalah bahan penambah pada proses pencampuran atara agregat dengan
aspal yang berfungsi untuk menutup pori-pori yang ada pada permukaan aspal
beton yang disebabkan karena kurangnya campuran dari gradasi agregat pada unit
timbangan. Bahan pengisi yang ditambahkan terdiri atas debu batu kapur
(limestone dust), kapur padam (hydrated lime),
15
4. Bin dingin
Bin dingin (coold bin) adalah bak tempat menampung material agregat dari tiap-
tiap fraksi mulai dari agregat halus sampai agregat kasar yang diperlukan dalam
memproduksi campuran aspal panas (hot mix). Bagian pertama dari AMP (Aspal
Mixing Plant) adalah bin dingin, yaitu tempat penyimpanan fraksi agregat kasar,
agregat sedang, agregat halus dan pasir. Bin dingin harus terdiri dari minimum 3
sampai 5 bak penampung (bin). Masing-masing bin berisi agregat dengan gradasi
tertentu. Agregat-agregat tersebut harus terpisah satu sama lain, untuk menjaga
keaslian gradasi dari masing masing bin sesuai dengan rencana campuran kerja
(RCK). Untuk memisahkannya, dapat dipasang pelat baja pemisah antara bin.
Dengan demikian maka loader (alat pengangkut) yang digunakan mengisi
masing-masing bin harus mempunyai bak (bucket) yang lebih kecil dari mulut
pemisah masing-masing bin. Jika pemisah tidak ada maka pengisian masing-
masing bin tidak boleh berlebih yang dapat berakibat tercampurnya agregat
16
berfungsi dengan baik akan menyebabkan terjadinya polusi udara, dan ini terlihat
jelas dari adanya kotoran atau debu di pohon-pohon atau atap rumah di sekitar
lokasi AMP (Aspal Mixing Plant). Pada PT. Bahtera Karang Raya yang digunakan
adalah sistem pengumpul debu jenis basah (wet scrubber dust collector), debu
yang terbawa gas buangan disemprot dengan air, sehingga partikel berat akan
terjatuh ke bawah dan gas yang telah bersih keluar dari cerobong asap. Partikel
berat tersebut kemudian dialirkan ke bak penampung (bak air). Jika pada bak air
penampung terlihat jelaga yang mengambang dengan jumlah yang cukup banyak,
maka hal ini menunjukkan terjadi pembakaran yang tidak sempurna pada
pengering (dryer). Untuk mencegah hal yang tidak diinginkan maka dilakukan
koreksi atau perbaikan pada pengering (dryer).
17
dioperasikan secara manual atau otomatis. Jika agregat halus masih menyisakan
kadar air (pengering kurang baik) setelah pemanasan, maka agregat yang sangat
halus (debu) akan menempel dan menggumpal pada dinding bin panas dan akan
jatuh setelah cukup berat. Hal tersebut dapat menyebabkan perubahan gradasi
agregat, yaitu penambahan material yang lolos saringan No. 2000.
9. Timbangan
Timbangan adalah alat yang digunakan untuk menakar/menimbang jumlah
masing-masing agregat sesuai dengan komposisi yang telah ditentukan, proses
penimbanga dilakukan dengan sistem komputerisasi/otomatis. sebelum timbangan
digunakan timbangan telebih dahulu dikalibrasi agar hasil timbangan dapat akurat
biasanya timbangan dikalibrasi dengan bobot teringanya 10 kg, ini dikarenakan
berat jenis dari agregat yang terlalu tinggi sehingga timbangan tidak akan akurat/
tidak dapat membaca apabila agregat yang ditimbang di bawah 10 kg.
18
temperatur dan kelembaban terhadap penuaan aspal tersebut sangat jauh berbeda
dengan yang terjadi di gurun pasir.
Pada temperatur tinggi, umur kelelahan suatu perkerasan jalan
menurun drastis sebagai akibat peningkatan regangan tarik yang terjadi.
Sementara itu, kekuatan atau stabilitas lapis beraspal akan menurun bila
temperatur meningkat, karena adanya penurunan modulus kekakuan campuran
beraspal. Penurunan kekuatan ini selanjutnya akan meningkatkan kecenderungan
terjadinya deformasi permanen dan alur pada lapis ini. Selain itu, akibat
temperatur yang tinggi pada struktur perkerasan beraspal akan terjadi pengalihan
tegangan secara berlebihan ke lapisan bawah struktur perkerasan, yang pada
akhirnya akan memberikan kontribusi pada distorsi lapisanlapisan tersebut.
Campuran beraspal merupakan campuran yang peka terhadap
temperatur dan waktu pembebanan. Oleh sebab itu campuran beraspal akan
melunak pada temperatur tinggi dan atau pada waktu mengalami pembebanan
yang relatif lama (Monismith, 1981). Hal ini menunjukkan bahwa kinerja
campuran beraspal sangat dipengaruhi oleh temperatur dan waktu pembebanan.
19
A.Penentuan Komposisi Agregat Dalam Campuran
Dari hasil pemeriksaan gradasi/analisa saringan agregat dibuat grafik yang
didasarkan pada persen lolos untuk masing-masing nomor saringan yang
digunakan. Selanjutnya untuk mendapatkan prosentase masing-masing fraksi
agregat (chipping, pasir dan abu batu) dalam campuran dipakai Metode Grafis
Diagonal, dimana prosedurnya sebagai berikut :
• Diketahui gradasi ideal yang akan digunakan dari persyaratan gradasi yang
ditentukan.
• Digambar empat persegi panjang dengan ukuran (10 x 20) cm.
• Dibuat garis diagonal dari ujung kiri bawah keujung kanan atas.
• Sisi vertikal menyatakan persen lolos saringan dengan skala 0 dibawah dan 100
diatas.
• Dengan melihat spefikasi ideal, tiap-tiap nilai ideal tersebut diletakkan pada
garis diagonal berupa titik.
• Dari tiap titik pada diagonal ditarik garis vertikal untuk menempatkan nomor-
nomor saringan.
• Digambar grafik gradasi dari masing-masing fraksi yang akan dicampur.
• Untuk menentukan prosentase agregat kasar, dilihat dari jarak antara grafik
gradasi kasar terhadap tepi bawah dan jarak grafik sedang terhadap tepi atas yang
harus sama, pada suatu garis lurus.
• Pada garis tersebut, ditarik garis vertikal yang memotong garis diagonal.
Kemudian dari titik potong ini ditarik garis horisontal yang memotong garis tepi,
sehingga didapat prosentase agregat kasar yang diperlukan.
• langkah 8 dan 9 diulangi untuk mendapatkan prosentase agregat halus dan bahan
pengisi. Setelah diperoleh komposisi dari setiap jenis fraksi agregat, dibuat suatu
tabel hasil analisa gabungan agregat, dimana prosentase masing-masing fraksi
yang akan digunakan diperoleh dari hasil perkalian dengan prosentase lolos untuk
masing-masing nomor saringannya. Kemudian dijumlahkan untuk masing-masing
nomor saringan lalu dilihat apakah gradasi tersebut sudah memenuhi spesifikasi
yang diisyaratkan sesuai jenis campuran yang akan dibuat.
Hasil penggabungan agregat diusahakan mendekati “ideal spec”, jika melalui
20
grafik diagonal belum bagus maka digunakan metode coba-coba (Trial and Error)
yaitu menentukan terlebih dahulu prosentase dari masing-masing agregat (tanpa
mengubah persen lolos) kemudian hasil penggabungan agregat diperoleh melalui
perkalian prosentase dengan persen lolos dari agregat.
Selanjutnya hasil perkalian tersebut masing-masing dijumlahkan dan dilihat
apakah hasilnya mendekati nilai “ideal spec”. Selanjutnya dibuat grafik
penggabungan agregat dan grafik spesifikasinya, setelah itu dihitung berat
masing-masing fraksi yaitu prosentase fraksi dikali dengan kapasitas mould.
Berat masing-masing fraksi campuran ini, dibagi-bagi lagi berdasarkan ukuran
saringan sesuai dengan prosentase tertahan agregatnya yang akan digunakan untuk
pembuatan bricket uji.
Berdasarkan bahan yang digunakan dan kebutuhan desain konstruksi jalan aspal
Beton mempunyai beberapa jenis Antara Lain :
21
6. Sand Sheet dengan tebal Maximum 2,8 cm biasanya digunakan untuk jalan
perumahan dan perparkiran.
1. Lapisan konstruksi Aspal beton tidak peka terhadap air, (kedap air )
4. Waktu pekerjaan yang relatif sangat cepat sehingga terciptanya efesiensi waktu.
5. Stabilitas yang tinggi sehingga dapat menahan beban lalu lintas tanpa terjadinya
deformasi.
8. Ekonomis.
Kandungan utama aspal adalah senyawa karbon jenuh dan tak jenuh, alifatik dan
aromatik yang mempunyai atom karbon sampai 150 per molekul. Atom-atom
selain hidrogen dan karbon yang juga menyusun aspal adalah nitrogen, oksigen,
belerang dan beberapa atom lain. Secara kuantitatif, biasanya 80% massa aspal
adalah karbon, 10% hidrogen, 6% belerang, dan sisanya oksigen dan nitrogen,
serta sejumlah renik besi, nikel dan vanadium. Massa molekul aspal bervariasi,
dari beberapa ratus sampai beberapa ribu. Senyawa-senyawa ini sering dikelaskan
atas aspalten (yang massa molekulnya kecil) dan malten (yang massa molekulnya
besar). Biasanya aspal mengandung 5% sampai 25% aspalten. Sebagian besar
22
senyawa di aspal adalah senyawa polar. Akibat kepolaran molekul dalam aspal,
molekul satu dengan lainnya dapat membentuk jejaring atau kluster seperti
polimer dengan massa sampai ratusan ribu.
Adhesi antara aspal dan batu agregatnya juga sangat bergantung dari kepolaran
molekul-molekul dalam aspal. Polimer yang terbentuk dalam aspal adalah polimer
yang termoplastik, yakni melunak ketika dipanaskan dan mengeras kembali
setelah didinginkan.
Sifat penting inilah yang sebaiknya harus dimanfaatkan dalam pengolahan hotmix
untuk jalan. Pada rentang suhu tertentu, aspal dapat bersifat viskoelastik. Artinya
aspal dapat menunjukkan sifat seperti cairan kental dan dapat dengan mudah
berubah bentuk.
Sebagai contoh; pada rentang suhu 85-150 derajat Celcius, umumnya aspal cukup
encer dan di dalam proses pengolahan berperilaku seolah pelumas atau pelincir di
antara butiran kerikil atau agregat dalam campuran aspal panas (hotmix).
Jadi sebenarnya, adonan atau campuran aspal panas dan batu agregat harus diolah
pada rentang suhu ini. Pada suhu tertentu campuran aspal ini harus segera
digelar/dihampar dipermukaan jalan yang hendak dilapisi untuk selanjutnya
dipadatkan dengan jumlah lintasan alat penggilas yang memadai.
Jika terus digilas, maka sesama batu agregat akan saling menindas dan
kemungkinan pecah, dan atau akan terjadi permukaan lapis atas perkerasan aspal
akan kasar berbentuk agregat tidak rata.
23
Indikasi Adanya Oplosan Aspal Akibat kurangnya pengawasan, bagi pelaksana
nakal, ada peluang untuk menghindari risiko anjloknya suhu aspal dan berakibat
sulit penghamparan dan pemadatan, campuran tetap terkesan hitam merata walau
kurang aspal dan sambil mengirit aspal/bitumen; ditengarai telah memicu
terjadinya pengoplosan aspal bitumen. Sebenarnya kadar bitumen ini dapat
terlihat pada laporan kadar aspal ekstraksi sesuai lazimnya standar pengujian
untuk pendukung pembayaran pekerjaan aspal.
Pengaspalan pada saat hujan atau pada temperatur aspal yang rendah di bawah
persyaratan, permukaan aspalnya akan terlihat seperti ini; jika habis hujan lokasi
tersebut tampak lebih lambat kering (tetap basah/lembab) tidak kedap air sehingga
masih banyak menyerap air.
Walaupun lapis perkerasan aspal ini akan tampak lebih tebal (lihat sketsa), namun
dipastikan kerapatan (kepadatannya) tidak dapat memenuhi persyaratan
spesifikasi, lokasi seperti ini tidak dapat dibayar sebelum dibongkar dan
diperbaiki.
24
Air dapat menurunkan usia layanan perkerasan jalan aspal. Akibat air merembes
masuk ke dalam badan jalan, lapis pondasi jalan melemah dan mengakibatkan
permukaan perkerasan aspal juga dapat bergelombang selain itu ikatan antara
agregat pada lapis perkerasan aspal menjadi mudah lepas lepas. Selain niat baik
dan kemampuan penyelenggara jalan, faktor penting menuju pekerjaan jalan aspal
berkualitas, antara lain;
25
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari hasil makalah yang telah dibuat dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1) Untuk membuat aspal beton dibutuhkan beberapa bahan pokok diantaranya
yaitu :
Agregat kasar
Agregat halus
Bahan pengisi (Filler)
Bahan pengikat (Aspal)
2) Untuk mencapai kualitas asphalt concret yang baik pelaksanaan harus
mengikuti prosedur dan persyaratan (rujukan SNI)
26
DAFTAR PUSTAKA
-------------, 1996, Hot Mix Asphalt Materials, Mixture Design and Construction,
Second Edition, NAPA Research and Education Foundation Lanham, Maryland,
USA.
http://prawiramukti.blogspot.co.id/2015/05/proses-pembuatan-aspal-jalan-
asphalt.html
https://id.scribd.com/document/256225745/Rancangan-Campuran-Aspal-Beton
http://rajaaspal.com/aspal/berbagai-macam-jenis-aspal-beton-atau-hotmix/
27