Anda di halaman 1dari 16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Pelabuhan Secara Umum

Pelabuhan (port) adalah daerah perairan yang terlindung terhadap


gelombang, yang dilengkapi dengan fasilitas terminal laut meliputi dermaga
dimana kapal dapat bertambat untuk bongkar muat barang, kran – kran (crane)
untuk bongkar muat barang, gudang laut (transito) dan tempat – tempat
penyimpanan dimana kapal membongkar muatannya, dan gudang – gudang dimana
barang – barang dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama selama, menunggu
pengiriman ke daerah tujuan atau pengapalan (Triatmodjo, 1996)
Pengertian pelabuhan secara umum menurut PP no 61 tahun 2009 adalah
sebuah tempat yang terdiri daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas – batas
tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan ekonomi yang
dipergunakan sebagai tempat kapal bersandar, berlabuh, naik turun penumpang dan
atau bongkar muat barang yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran
dan kegiatan penunjang pelabuhan serta sebagai tempat perpindahan intra dan antar
moda transportasi.
Kepelabuhan meliputi segala sesuatu dengan kegiatan penyelenggaraan
pelabuhan dan kegiatan lainnya dalam melaksanakan fungsi pelabuhan untuk
menunjang kelancaran, keamanan dan ketertiban arus lalu lintas kapal, penumpang
dan atau barang keselamatan berlayar, tempat perpindahan intra dan atau antar
moda serta mendorong perekonomian nasional dan daerah.
Sebagai negara maritim keberadaan pelabuhan di Indonesia merupakan
salah satu infrastruktur yang memiliki peran sangat penting dalam struktur
ekonomi, mobilitas barang jasa dan manusia, saat ini hampir 90% perdagangan di
dunia diangkut oleh transportasi laut, Pelabuhan sebagai simpul utama harus dapat
menjamin kelancaran aktivitas transportasi dan logistik .
Pelabuhan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam yang tergantung
pada sudut tinjauannya yaitu dari segi penyelenggaraannya, pengusahaannya,
fungsi dalam perdagangan nasional dan internasional, segi kegunaan dan letak
geografisnya .
Ditinjau dari segi penggunaannya pelabuhan dibagi menjadi 6 macam , sebagai
berikut :
1. Pelabuhan Ikan
Pelabuhan ikan merupakan pelabuhan yang tidak memerlukan
kedalaman air yang besar karena kapal – kapal motor yang digunakan untuk
menangkap ikan tidak besar. Di Indonesia pengusahaan ikan relatif masih
sederhana dan dilakukan oleh nelayan – nelayan dengan menggunakan
perahu kecil.

2. Pelabuhan Minyak
Pelabuhan ini biasanya tidak memerlukan dermaga atau pangkalan
yang harus dapat menahan muatan vertikal yang besar, melainkan cukup
membuat jembatan perancah atau tambatan yang besar, Bongkar muat
dilakukan dengan pipa – pipa dan pompa – pompa.

3. Pelabuhan Barang
Pelabuhan ini memiliki dermaga yang dilengkapi dengan fasilitas
untuk bongkar muat barang. Daerah perairan pelabuhan harus cukup tenang
sehingga memudahkan bongkar muat barang.

4. Pelabuhan Penumpang
Pelabuhan penumpang tidak banyak berbeda dengan pelabuhan
barang. Pada pelabuhan barang di belakang dermaga terdapat gudang –
gudang, sedang untuk pelabuhan penumpang dibangun stasiun penumpang
yang melayani segala kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan orang
yang berpergian, seperti ruang tunggu, kantor maskapai pelayaran, kantor
imigrasi, kantor bea cukai, keamanan, direksi pelabuhan dan sebagainya.

5. Pelabuhan Campuran
Umumnya pencampuran fungsi pelabuhan ini terbatas untuk
penumpang dan barang sedang untuk keperluan pelabuhan minyak dan ikan
biasanya tetap terpisah. Namun bagi pelabuhan kecil atau masih dalam taraf
perkembangan, keperluan untuk bongkar muat minyak juga menggunakan
dermaga atau jembatan yang sama guna keperluan barang dan penumpang.
6. Pelabuhan Militer
Pelabuhan ini mempunyai daerah perairan yang cukup luas untuk
memungkinkan gerakan cepat kapal – kapal perang dan agar letak bangunan
cukup terpisah. Konstruksi tambatan maupun dermaga hampir sama dengan
pelabuhan barang, hanya saja situasi dan perlengkapannya agak lain. Pada
pelabuhan barang letak / kegunaan bangunan harus seefisien mungkin,
sedang pada pelabuhan militer bangunan – bangunan pelabuhan harus
dipisah – pisah agar letaknya agak berjauhan.

2.2 Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan perikanan adalah suatu wilayah perpaduan antara daratan dan


lautan yang dipergunakan sebagai pangkalan untuk kegiatan penangkapan ikan dan
dilengkapi dengan berbagai fasilitas sejak ikan didaratkan sampai dengan ikan
didistribusikan (Dephub, 1983)
Menurut Alonze de F Quin dalam W.J. Guckian, 1970 pelabuhan perikanan adalah
suatu kawasan perairan yang tertutup atau terlindung dan cukup aman dari
pengaruh angin dan gelombang laut , dilengkapi dengan berbagai fasilitas logistik,
bahan bakar, perbengkelan dan pengangkutan barang – barang.
Menurut peraturan menteri kelautan dan perikanan tahun 2006, Pelabuhan
Perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan di sekitarnya dengan
batas – batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem
bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar,
berlabuh atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan
pelayaran dan kegiatan penunjang pelabuhan perikanan.
Pengertian pelabuhan perikanan dilihat dari aspek aktivitas perikanan
tangkap disebutkan bahwa pelabuhan perikanan adalah suatu pengembangan
ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan pemasaran baik
lokal, nasional maupun internasional (Lubis , 2006).
Menurut Direktorat Jenderal Perikanan (1994) bahwa aspek – aspek
tersebut secara terperinci yaitu produksi (bahwa pelabuhan perikanan sebagai
tempat para nelayan untuk melakukan kegiatan – kegiatan peroduksinya, mulai dari
memenuhi kebutuhan perbekalan untuk menangkap ikan di laut sampai
membongkar hasil tangkapannya), Pengolahan (bahwa pelabuhan perikanan
menyediakan sarana – sarana yang dibutuhkan untuk mengolah hasil
tangkapannya), Pemasaran (bahwa pelabuhan perikanan merupakan pusat
pengumpulan dan tempat awal pemasaran
Pelabuhan Perikanan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan
produksi perikanan, memperlancar arus lalu lintas kapal perikanan, mendorong
pertumbuhan perekonomian masyarakat perikanan, pelaksanaan dan pengendaliaan
sumber daya ikan dan mempercepat pelayanan terhadap kegiatan di bidang usaha
perikanan.

2.3 Klasifikasi Pelabuhan Perikanan


Menurut Lubis, 2006 Pelabuhan Perikanan dapat diklasifikasikan
berdasarkan jenis usaha perikananya dibagi menjadi 3 macam ,sebagai berikut.
1. Pelabuhan perikanan berskala besar atau perikanan laut dalam yaitu
pelabuhan untuk perikanan industri atau untuk berlabut atau besandarnya
kapal – kapal penangkapan berukuran besar dengan panjang antara 40
sampai 120 m dan berat lebih besar dari 50 GT. Mempunyai kolam
pelabuhan yang dalam, dermaga yang panjang, pada pelabuhan ini juga
terdapat perusahan – perusahan pengolahan dan pedagang – pedagang
besar, hasil tangkapan yang didaratkan dan didistribusikan untuk tujuan
nasional maupun internasional.
2. Pelabuhan perikanan berskala menengah yaitu pelabuhan perikanan untuk
perikanan semi – industri atau tempat berlabuh dan bertambatnya kapal –
kapal penangkapan ikan berukuran antara 15 sampai 50 GT, pada pelabuhan
ini terkadang terdapat juga perusahan – perusahan pengolahan ikan dan
pada umumnya hasil tangkapannya untuk tujuan nasional dan sedikit untuk
lokal.
3. Pelabuhan perikanan berskala kecil / perikanan pantai yaitu pelabuhan
untuk perikanan kecil atau tradisional atau tempat berlabuh dan
bertambatnya kapal – kapal penangkapan ukuran lebih kecil dari 15 GT.
Mempunyai kolam pelabuhan yang tidak dalam, hasil tangkapan yang
didaratkan pada umumnya adalah dalam bentuk segar atau dipertahankan
kesegarannya dengan menambahkan es, hasil tangkapannya ditujukan
terutama untuk pemasaran lokal.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor :


PER.08/MEN/2012 tentang Pelabuhan Perikanan, Pelabuhan Perikanan dibagi
menjadi 4 kategori utama yaitu :
1. Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS)
Pelabuhan perikanan samudera atau pelabuhan perikanan kelas I (dikenal
juga sebagai pelabuhan perikanan tipe A) terdapat lima pelabuhan perikanan
samudera (PPS) di Indonesia yaitu PPS Nizam Zachman di Jakarta, PPS
Cilacap di Jawa Tengah, PPS Belawan di Sumatera Utara, PPS Bungus di
Sumetra Barat dan PPS Kendari di Sulawesi Tenggara. Pelabuhan
Perikanan Samudera mempunyai kemampuan beroperasi di samudera dan
lepas pantai yang sifatnya nasional dan internasional, menurut peraturan
Menteri Kelautan dan Perikanan PER.08/MEN/2012 tentang pelabuhan
perikanan samudera (PPS) memiliki kriteria – kriteria sebagai berikut.
1) Kriteria teknis terdiri dari :
a) melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di
perairan Indonesia, Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEE), dan
laut lepas;
b) memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran
sekurang – kurangnya 60 GT;
c) panjang dermaga sekurang – kurangnya 300 m, dengan kedalaman
kolam sekurang – kurangnya minus 3 m;
d) mampu menampung sekurang – kurangnya 100 unit kapal atau
jumlah keseluruhan sekurang – kurangnya 6000 GT;
e) memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang – kurangnya 20 ha.
2) Kriteria operasional terdiri dari :
a) ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan ekspor;
b) terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil perikanan
rata – rata 50 ton per hari;
c) terdapat industri pengolahan ikan dan industri penunjang lainnya.

3) Pelabuhan Perikanan Nusantara (PPN)


Pelabuhan perikanan nusantara atau pelabuhan perikanan kelas II (dikenal
juga sebagai pelabuhan perikanan tipe B) terdapat beberapa Pelabuhan
Perikanan Nusantara di Indonesia diantaranya adalah berada di Tanjung
Pandan (Bangka Belitung), Pemangkat (Kalimantan Barat), Pelabuhan Ratu
(Jawa Barat) Tual (Maluku) dan lain lain. Pelabuhan Perikanan Nusantara
(PPN) mempunyai kemampuan beroperasi di lepas pantai yang sifatnya
regional dan nasional. menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
PER. 08/MEN/2012 tentang pelabuhan perikanan, PPN memiliki kriteria –
kriteria sebagai berikut.
1) Kriteria teknis terdiri dari :
a) melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di
perairan Indonesia dan Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia;
b) memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran
sekurang – kurangnya 30 GT
c) panjang dermaga sekurang – kurangnya 150 m, dengan kedalaman
kolam sekurang – kurangnya minus 3 m;
d) mampu menampung kapal perikanan sekurang – kurangnya 75 unit
kapal atau jumlah keseluruhan sekurang – kurangnya 2250 GT;
e) memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang – kurangnya 10 ha.
2) Kriteria operasional terdiri dari :
a) terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan pemasaran hasil
perikanan rata – rata 30 ton per hari ; dan
b) terdapat industri pengolahan ikan dan industri penunjang lainnya.

3) Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP)


Pelabuhan perikanan pantai atau (PPP) atau pelabuhan perikanan kelas III
(dikenal juga sebagai pelabuhan perikanan tipe C) , Pelabuhan Perikanan
Pantai (PPP) banyak tersebar di Indonesia diantaranya terdapat di Bawean,
Banjarmasin, Karimun Jawa Morodemak, Tawang, Tegalsari dan juga
Pelabuhan Sadeng yang terletak di Kabupaten Gunungkidul. Pelabuhan
Perikanan Pantai (PPP) mempunyai kemampuan beroperasi di pantai yang
sifatnya regional. Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan
Nomor 08/MEN/2012 tentang pelabuhan perikanan pantai (PPP) memiliki
kriteria – kriteria sebagai berikut.
1) Kriteria teknis terdiri dari :
a) melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di
perairan Indonesia dan Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia;
b) memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan sekurang –
kurangnya 10 GT;
c) panjang dermaga sekurang – kurangnya 100 m, dengan kedalaman
kolam sekurang – kurangnya minus 2 m;
d) mampu menampung sekurang – kurangnya 30 kapal perikanan atau
jumlah keseluruhan sekurang – kurangnya 300 GT;
e) memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang – kurangnya 5 ha.

2) Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI)


Pangkalan Pendaratan ikan (PPI) atau pelabuhan perikanan kelas IV
(dikenal juga sebagai pelabuhan perikanan tipe D) pelabuhan ini dikelola
daerah untuk mendukung penangkapan ikan di daerah pantai. Menurut
Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Permen.08/ MEN/2012 tentang
pelabuhan perikanan , pangkalan pendaratan ikan (PPI) memiliki kriteria –
kriteria sebagai berikut.
1) Kriteria teknis terdiri dari :
a) melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan perikanan di
perairan Indonesia;
b) Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran
sekurang – kurangnya 5 GT;
c) Panjang dermaga sekurang – kurangnya 50 m dengan kedalaman
kolam sekurang – kurangnya minus 1 m;
d) Mampu menampung sekurang – kurangnya 15 unit kapal perikanan
atau jumlah keseluruhan sekurang – kurangnya 75 GT;
e) Memanfaatkan dan mengelola lahan sekurang – kurangnya 1 ha.
2) Kriteria operasional yaitu terdapat aktivitas bongkar muat ikan dan
pemasaran hasil perikanan rata – rata 2 ton per hari.

2.4 Fasilitas Pelabuhan Perikanan

Menurut Peraturan Kementrian Kelautan dan Perikanan Nomor


08/MEN/2012 menyatakan bahwa pelabuhan harus dapat berfungsi dengan baik ,
yaitu dapat melindungi kapal yang berlabuh dan beraktivitas di dalam areal
pelabuhan . Agar dapat memenuhi fungsinya maka pelabuhan dilengkapi dengan
berbagai fasilitas , Fasilitas pada pelabuhan perikanan dapat dikelompokkan
menjadi sebagai berikut :

a. Fasilitas Pokok :
Merupakan fasilitas pokok yang harus ada dan berfungsi untuk melindungi
pelabuhan dari gangguan alam , tempat pembongkaran ikan hasil tangkapan
dan memuat perbekalan , serta tempat tambat labuh kapal – kapal
penangkap ikan . Fasilitas pokok ini meliputi :
1) pelindung seperti breakwater, revetment, dan groin dalam hal secara
teknis diperlukan;
2) dermaga;
3) jetty;
4) kolam pelabuhan;
5) jalan komplek dan drainase;
6) lahan.

b. Fungsi Fungsional :
Fasilitas yang berfungsi untuk memberikan pelayanan dan manfaat
langsung yang diperlukan untuk kegiatan operasional suatu pelabuhan
perikanan. Fasilitas fungsional ini terdiri dari :
1) Tempat Pemasaran Ikan (TPI)
2) navigasi pelayaran dan komunikasi seperti telepon, internet, radio,
rambu – rambu, lampu suar dan menara pengawas;
3) air bersih, instalasi Bahan Bakar Minyak (BBM), es, dan instalasi
listrik;
4) tempat pemeliharaan kapal dan alat penangkap ikan seperti
dock/slipway, bengkel dan tempat perbaikan jarring;
5) tempat penanganan dan pengolahan hasil perikanan seperti transit
sheed dan laboratorium pembinaan mutu;
6) perkantoran seperti kantor administrasi pelabuhan, pos pelayanan
terpadu, dan perbankan;
7) transportasi seperti alat – alat angkut ikan;
8) kebersihan dan pengolahan limbah seperti Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL), Tempat Pembuangan Sementara (TPS);
9) pengamanan kawasan seperti pagar kawasan.

c. Fasilitas Penunjang
Merupakan fasilitas tambahan yang diperlukan untuk mendukung kegiatan
pelabuhan perikanan melalui peningkatan kesejahterahan sosial ekonomi.
Fasilitas penunjang tersebut dapat berupa :
1) pembinaan nelayan seperti balai pertemuan nelayan;
2) pengelola pelabuhan seperti mess operator, pos jaga dan pos
pelayanan terpadu;
3) wisma nelayan;
4) fasilitas sosial dan umum seperti tempat peribadatan dan mandi cuci
kakus (MCK);
5) pertokoan;
6) pos jaga.
Secara umum penyusunan rencana pengembangan fasilitas – fasilitas tersebut harus
didasarkan pada pertimbangan yang komprehensif dengan sekurang – kurangnya
harus memenuhi beberapa aspek berikut.
 Aspek kapasitas, fasilitas dasar harus direncanakan mempunyai ruang
yang cukup untuk mengakomodasi rencana peningkatan kelas pelabuhan.
 Aspek fungsional, fasilitas dasar harus mampu memenuhi fungsinya
mendukung kelancaran, keamanan dan kebebasan maksimal kapal – kapal
melakukan pelayaran masuk, manuver dan parkir di kolam, mengadakan
pendekatan dan bersandar di dermaga, melakukan bongkar muat serta
pelayaran keluar meninggalkan pelabuhan hingga akhir masa perencanaan.
 Aspek teknis, pengembangan fasilitas dasar khususnya perencanaan teknis
infrastruktur di laut harus mengacu pada spesifikasi khusus berhubung
karena berada pada kondisi alam spesifik dengan kadar garam (salinity)
yang tinggi, hidro-oseanografi dan klimatogi yang sangat dinamis.
 Aspek Lingkungan, daya dukung lingkungan harus menjadi perhatian dan
pengembangan pelabuhan harus bersinergi dengan pengembangan
kawasan.

2.5. Fungsi dan Peranan Peranan Pelabuhan Ikan


Pelabuhan perikanan merupakan basis utama dalam kegiatan industri
perikanan tangkap yang harus dapat menjamin suksesnya aktivitas usaha perikanan
tangkap di laut. Pelabuhan perikanan berperan sebagai terminal yang
menghubungkan kegiatan usaha di laut dan di darat ke dalam suatu sistem usaha
dan berdayaguna tinggi. Aktivitas unit penangkapan ikan di laut harus
keberangkatannya dari pelabuhan dengan bahan bakar, makanan, es, dan lain-lain
secukupnya. Informasi tentang data harga dan kebutuhan ikan di pelabuhan perlu
dikomunikasikan dengan cepat dari pelabuhan ke kapal di laut. Setelah selesai
melakukan pekerjaan di laut kapal akan kembali dan masuk ke pelabuhan untuk
membongkar dan menjual ikan hasil tangkapan (Bambang, 2003). Sesuai dengan
Permen PER.08/MEN/2012 Pelabuhuan perikanan mempunyai 2 fungsi ,sebagai
berikut.
a) Fungsi Pemerintahan
Fungsi pemerintahan pada pelabuhan perikanan merupakan fungsi untuk
melaksanakan pengaturan, pembinaan, pengendalian, pengawasan, serta
keamanan dan keselamatan operasional kapal perikanan di pelabuhan
perikanan. Fungsi pemerintahan tersebut meliputi :
1. pelayanan pembinaan mutu dan pengolahan hasil perikanan;
2. pengumpulan data tangkapan dan hasil perikanan;
3. tempat pelaksanaan penyuluhan dan pengembangan masyarakat
nelayan;
4. pelaksanaan kegiatan operasional kapal perikanan;
5. tempat pelaksanaan pengawasan dan pengendalian sumberdaya ikan;
6. pelaksanaan kesyahbandaraan;
7. tempat pelaksanaan fungsi karantina ikan;
8. publikasi hasil pelayanan sandar dan labuh kapal perikanan dan kapal
pengawas kapal perikanan;
9. tempat publikasi hasil penelitian kelautan dan perikanan;
10. pemantauan wilayah pesisir;
11. pengendalian lingkungan;
12. kepabeanan ;
13. keimigrasian.
b) Fungsi Pengusahaan
Fungsi pengusahaan pada pelabuhan perikanan merupakan fungsi untuk
melaksanakan pengusahaan berupa penyediaan dan/atau pelayanan jasa kapal
perikanan dan jasa terkait di pelabuhan perikanan. Fungsi pengusahaan
tersebut meliputi :
1. pelayanan tambat dan labuh kapal perikanan;
2. pelayanan bongkar muat ikan;
3. pelayanan pengolahan hasil perikanan;
4. pemasaran dan distribusi ikan;
5. pemanfaatan fasilitas dan lahan di pelabuhan perikanan;
6. pelayanan perbaikan dan pemeliharaan kapal perikanan;
7. pelayanan logistik dan perbekalan kapal perikanan;
8. wisata bahari;
9. penyediaan dan/atau pelayanan jasa lainnya sesuai dengan peraturan
perundang – undangan.

Selain itu, terdapat dua jenis pengelompokkan fungsi pelabuhan perikanan yaitu
ditinjau dari pendekatan kepentingan dan aktivitasnya. Fungsi pelabuhan perikanan
berdasarkan pendekatan kepentingan dan aktivitasnya, fungsi pelabuhan perikanan
berdasarkan kepentingan salah satunya adalah fungsi jasa, fungsi ini meliputi
seluruh jasa – jasa pelabuhan mulai dari ikan didaratkan hingga ikan
didistribusikan. Fungsi jasa dapat dikelompokkan menjadi (Lubis , 2006) :
1. jasa – jasa yang melayani pendaratan ikan ;
2. jasa – jasa yang melayani kapal – kapal penangkap ikan antara lain
dalam penyediaan bahan bakar, air bersih dan es;
3. jasa – jasa yang menangani mutu ikan;
4. jasa – jasa yang melayani keamanan pelabuhan, antara lain adanya
jasa pemanduan bagi kapal – kapal yang akan masuk dan keluar
pelabuhan, syahbandar dan beacukai yang masing – masing
berfungsi memeriksa surat – surat kapal dan jumlah serta jenis –
jenis barang yang dibawa;
5. jasa – jasa pemeliharaan kapal , antara lain adanya fasilitas docking,
slipway dan bengkel untuk memelihara kondisi baik dan siap
kembali melaut. Slipway berguna untuk memelihara atau
memperbaiki bagian kapal;
6. jasa Kebersihan.

Menurut Suboko (2005) Pelabuhan perikanan / Pangkalan Pendaratan Ikan


(PP/PPI) merupakan suatu pusat kegiatan dan berfungsi prasarana untuk
meningkatkan fasilitas pelayanan kegiatan perikanan dalam berbagai aspek, yaitu :
1. Pelayanan pada industri perikanan
a) tempat berlabuhnya kapal perikanan;
b) tempat pendaratan ikan hasil tangkapan;
c) tempat untuk memperlancar kegiatan – kegiatan kapal perikanan;
d) pusat pemasaran dan distribusi hasil;
e) pusat penanganan dan pengolahan mutu hasil perikanan; dan
f) kawasan industri yang disediakan di PP/PPI menjadi tempat untuk
mendirikan pabrik – pabrik pengolahan, pabrik es, dan sarana
komersial oleh swasta / industri.
2. Sebagai instrumen pemerinta dalam pembinaan usaha perikanan
a) sebagai tempat pelayanan administrasi pemerintah seperti
pembayaran pungutan, dsb ;
b) pusat pelaksanaan penyuluhan dan pengumpulan data perikanan;
c) tempat pelaksanaan pengawasan sumberdaya ikan. Kegiatan
pengawasan meliputi pemeriksaan spesifikasi teknis alat tangkap
dan kapal perikanan, ABK, dokumen kapal dan hasil tangkapan ;
d) pusat pengembangan masyarakat nelayan diarahkan untuk dapat
menunjang kegiatan nelayan yang berbasis di pelabuhan perikanan
tersebut, nelayan pendatang maupun nelayan asing .

2.6 Pelayanan Pelabuhan


Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Laut Nomor
UM/002/18/DJPL.11 tentang standar kinerja operasional pelabuhan laut, standar
kinerja operasional adalah standar hasil kerja dari tiap – tiap pelayanan yang harus
dicapai oleh operator terminal / pelabuhan dalam pelaksanaan pelayanan jasa
kepelabuhan termasuk dalam penyediaan fasilitas dan peralatan pelabuhan.
Terdapat beberapa ketentuan terkait dengan standar kinerja pelayanan operasional
pelabuhan, yang dijelaskan sebagai berikut.
1. Waiting time (waktu tunggu kapal) merupakan jumlah waktu sejak
pengajuan permohonan tambat setelah kapal tiba di lokasi labuh sampai
kapal digerakkan menuju tambatan.
2. Approach time (waktu pelayanan pemanduan) merupakan jumlah waktu
terpakai untuk kapal bergerak dari lokasi labuh sampai ikat tali ditambatan
atau sebaliknya
3. Effective time (waktu efektif) merupakan jumlah jam bagi suatu kapal yang
benar – benar digunakan untuk bongkar muat selama kapal ditambatan.
4. Berth time merupakan jumlah waktu siap operasi tambatan untuk melayani
kapal.
5. Receiving / delivery petikemas adalah kecepatan pelayanan penyerahan atau
penerimaan diterminal petikemas yang dihitung sejak alat angkut masuk
hingga keluat yang dicatat dipintu masuk atau keluar.
6. Berth occupancy ratio (tingkat penggunaan dermaga) merupakan
perbandingan antara waktu penggunaan dermaga dengan waktu yang
tersedia (dermaga siap operasi) dalam periode waktu tertentu yang
dinyatakan dalam presentase.
7. Shed occupancy ratio (tingkat penggunaan lapangan penumpukan)
merupakan perbandingan antara jumlah pengguna ruang penumpukan
dengan ruang penumpukan yang tersedia yang dihitung dalam satuan ton
hari atau satuan m3 hari.
8. Yard occupancy ratio (tingkat penggunaan lapangan penumpukan)
merupakan perbandingan atara jumlah pengguna ruang penumpukan
dengan ruang penumpukan (siap operasi) yang tersedia yang dihitung dalam
satuan ton hari atau satuan m3 hari.
9. Kesiapan operasi peralatan merupakan perbandingan antara jumlah
peralatan yang siap untuk dioperasikan dengan jumlah peralatan yang
tersedia dalam periode waktu tertentu.
Menurut Murdiyanto (2004) operasional pelabuhan perikanan merupakan tindakan
atau gerakan sebagai pelaksanaan rencana yang telah dikembangkan untuk
memanfaatkan fasilitas pada pelabuhan perikanan agar berdaya guna secara optimal
bagi failitas itu sendiri maupun fasilitas yang terkait
Menurut Direktoran Jenderal Perikanan (1994) kegiatan operasional yang
berlangsung di pelabuhan perikanan, sebagai berikut.
1. Pendaratan
Pendaratan ikan di pelabuhan perikanan sebagian besar dari kapal
penangkap ikan yang mendaratkan hasil tangkapannya di pelabuhan, hanya
sebagian kecil yang berasal dari pangkalan pendaratan ikan atau pelabuhan
lainnya yang dibawa ke pelabuhan itu menggunakan sistem transportasi
darat.
2. Penanganan, pengolahan dan pemasaran ikan
Sesuai dengan salah satu fungsinya sebagai tempat pembinaan pengawasan
mutu hasil perikanan, penanganan ikan segar di Pelabuhan perikanan
dilakukan dengan menggunakan es, Pengolahan ikan dimaksudkan untuk
mempertahankan mutu sehingga waktu pemasaran menjadi lebih lama serta
dapat mempertahankan nilai jual ikan. Kegiatan pemasaran yang dilakukan
di pelabuhan perikanan bersifat lokal, nasional maupun ekspor.
3. Penyaluran perbekalan
Penjualan atau pengisian perbekalan yang terkait dengan fasilitas pelabuhan
perikanan saat ini adalah penjualan es, penjualan air bersih, penjualan BBM
dan suku cadang. Pelayanan perbekalan ini umumnya dilakukan oleh pihak
UPT, KUD, koperasi pegawai, BUMN dan pihak swasta

Menurut Lubis (2006) Beberapa prinsip penting bilamana pengoperasian suatu


pelabuhan perikanan dikatakan berhasil adalah :
1. Sangat baik dipandang dari sudut ekonomi, yang berarti hasil pengoperasian
pelabuhan itu sendiri dapat menguntungkan baik bagi pengelola pelabuhan
itu sendiri maupun bagi pemiliknya. Disamping itu hasil dari pengoperasian
pelabuhan tersebut mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan
kota khususnya dan nasional umumnya.
2. Sistem penanganan ikan yang efektif dan efisien, dengan kata lain
pembongkaran ikan dapat dilakukan secara cepat disertai penseleksian yang
cermat, pengangkutan dan penanganan yang cepat.
3. Fleksibel dalam perkembangan teknologi. Dalam hal ini pengembangan
suatu pelabuhan perikanan misalnya seringkali diperlukan mekanisasi dari
fasilitas – fasilitas pelabuhan tersebut. Misalnya perlunya fasilitas Vessel lift
pada fasilitas dock, tangga berjalan (tapis roulant) untuk pembongkaran dan
penseleksian ikan. Disamping itu diperlukan penambahan fasilitas
pelabuhan karena semakin meningkatnya produksi perikanan pelabuhan,
misalnya perluasan gedung pelelangan, perluasan dermaga, dsb.
4. Pelabuhan dapat berkembang tanpa merusak lingkungan sekitarnya
(lingkungan alam dan lingkungan sosial).
5. Organisasi serta pelaku – pelaku di dalam pelabuhan bekerja secara aktif
dan terorganisasi baik dalam kegiatannya.

Anda mungkin juga menyukai