Disusun Oleh :
Kelompok2 / kelas 4C
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Faktor – faktor yang mendasar yang terkait erat dengan kinerja adalah kepuasan kerja
yang berkaitan dengan kesejahteraan. Kepuasan kerja dilatar belakangi oleh faktor –faktor, yaitu
imbalan jasa, rasa aman, pengaruh antar pribadi, kondisi lingkungan kerja, kesempatan untuk
pengembangan, kondisi lingkungan kerja, kesempatan untuk pengembangan dan peningkatan
diri.
Teori motivasi Maslow menjelaskan bahwa imbalan jasa merupakan hirarki kebutuhan
yang paling rendah guna memenuhi kebutuhan fisiologis seperti pangan, sandang, dan papan.
Rasa aman merupakan hirarkii kebutuhan kedua dari bawah. Pengaruh antar pribadi atau disebut
juga kebutuhan social merupakan kebutuhan ketiga dari bawah. Kesempatan untuk berkembang
merupakan kebutuhan keempat dari bawah. Kebutuhan untuk meningkatkan diri dalam rangka
aktualisasi diri merupakan kebutuhan kelima dari bawah. Berdasarkan uraian tersebut dapat
diketahui bahwa kinerja dipengaruhi oleh motivasi dan kepuasan kerja.
Nilai penting untuk mempelajari perilaku organisasi karena nilai menjadi dasar untuk
memahami sikap dan motivasi karena nilai mempengaruhi persepsi manusia. Nilai umumnya
mempengaruhi sikap dan perilaku, sebagai contoh seseorang yang memasuki organisasi dengan
keyakinan bahwa penentuan gaji berdasarkan kinerja bukan berdasarkan senioritas dan
kenyataanya orang tersebut mendapati organisasi dengan penentuan gaji berdasarkan senioritas
tentunya orang tersebut kecewa. Rasa kecewa inilah yang akan menimbulkan ketidakpuasan
kerja, berbeda jika nilai-nilai orang tersebut selaras dengan kebijakan upah.
BAB II
PERMASALAHAN
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
LANDASAN TEORI
3.1 NILAI
I.1. Pengertian Nilai
Menurut Gibson (1985) Nilai adalah kumpulan perasaan senang dan tidak senang,
pandangan, keharusan, kecenderungan dalam diri orang, pendapat rasional dan tidak rasional,
prasangka dan pola asosiasi yang menentukan pandangan seseorang tentang dunia. Nilai dapat
digunakan sebagai suatu cara mengorganisasi sejumlah sikap. Nilai-nilai juga penting untuk
memahami perilaku manajer yang efektif.Nilai sangat penting untuk membantu mempelajari
perilaku organisasi, karena nilai memberikan dasar untuk memahami sikap dan motivasi serta
dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Individu saat memasuki sebuah organisasi memiliki
gagasan yang dikonsepkan sebelumnya mengenai apa yang seharusnya dan tidak seharusnya
dilakukan. tentu saja hal itu dipengaruhi karena adanya nilai – nilai yang dianut individu
tersebut.
Menurut Veithzal Rivai (2003), sumber sistem nilai sebagian besar ditentukan secara
genetik. Sisanya disebabkan oleh faktor – faktor seperti budaya nasional, perintah orang tua,
guru, teman, dan pengaruh lingkungan yang serupa.
3.2 SIKAP
II.1 Pengertian Sikap
Menurut G.W Alport dalam (Tri Rusmi Widayatun, 1999 :218) sikap adalah kesiapan
seseorang untuk bertindak. La Pierre (dalam Azwar, 2003) mendefinisikan sikap sebagai
suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri
dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang
telah terkondisikan. Sedangkan menurut Soetarno (1994), sikap adalah pandangan atau
perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu.Sikap
senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek.Sikap berkaitan
dengan persepsi, kepribadian dan motivasi. Sebuah sikap adalah perasaan positif atau negatif
atau keadaan mental yang selalu disiapkan , dipelajari, dan diatur melalui pegalaman yang
memberikan pengaruh khusus pada respon seseorang terhadap orang, objek atau peristiwa.
Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian tentang sikap, tetapi berdasarkan pendapat-
pendapat tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam
manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan
perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan
sekitarnya.Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif
atau negatif terhadap obyek atau situasi.
Teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas, tergantung
pada ada atau tidaknya keadilan dalam suatu situasi, khususnya situasi kerja. Menurut
teori ini komponen utama dalam teori keadilan adalah input,hasil, keadilan dan ketidak
adilan. Input adalah faktor bernilai bagi karyawan yang dianggap mendukung
pekerjaannya, seperti pendidikan, pengalaman, kecakapan, jumlah tugas dan peralatan
atau perlengkapan yang dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaannya. Hasil adalah
sesuatu yang dianggap bernilai oleh seorang karyawan yang diperoleh dari
pekerjaannya, seperti upah/gaji, keuntungan sampingan, simbol, status, penghargaan
dan kesempatan untuk berhasil atau aktualisasi, sedangkan orang selalu
membandingkan dapat berupa seseorang diperusahaan yang sama atau di tempat lain.
Menurut teori ini setiap karyawan akan membandingkan rasio input hasil dirinya
dengan rasio input hasil orang lain. Bila perbandingan itu tidak seimbang tetapi
menguntungkan bisa menimbulkan kepuasan, tetapi bisa pula tidak. Tetapi bila
perbandingan itu tidak seimbang akan timbul ketidakpuasan.
Pendapat yang lain dikemukan oleh Ghiselli dan Brown, mengemukakan adanya lima faktor
yang menimbulkan kepuasan kerja, yaitu:
1. Kedudukan / Posisi
Umumnya manusia beranggapan bahwa seseorang yang bekerja pada pekerjaan yang
lebih tinggi akan merasa lebih puas daripada karyawan yang bekerja pada pekerjaan yang
lebih rendah.
2. Pangkat / Golongan
Pada pekerjaan yang didasarkan atas perbedaan pangkat, maka kenaikan upah juga akan
berdasarkan tinggi rendahnya pangkat tersebut. Semakin tinggi pangkat maka akan
semakin besar pula upah yang diterima, dan akan semakin puas seseorang tersebut.
3. Jaminan Finansial dan Sosial
Jaminan Finansial dan jaminan sosial merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
kepuasan kerja. Tidak ada orang yang tidak ingin kebutuhan finansial dan kebutuhan
sosial nya terjamin.
4. Mutu Pengawasan
Kepuasan karyawan dapat ditingkatkan dengan perhatian dan hubungan yang baik antara
pimpinan dan bawahan. Sehingga karyawan akan merasa dirinya merupakan bagian
penting dari sebuah organisasi.
Selain penyebab kepuasan kerja, ada juga faktor penentu kepuasan kerja.Diantaranya
adalah gaji, kondisi kerja dan hubungan kerja (atasan dan rekan kerja).
a. Gaji/Upah
Menurut Theriault, kepuasan kerja merupakan fungsi dari jumlah absolute dari gaji yang
diterima, derajat sejauh mana gaji memenuhi harapan-harapan tenaga kerja dan bagaimana gaji
diberikan. Selain untuk pemenuhan kebutuhan dasar, uang juga merupakan simbol dari
pencapaian (achievement), keberhasilan dan pengakuan/penghargaan.
Berdasarkan teori keadilan Adams, orang yang menerima gaji yang dipersepsikan terlalu
kecil atau terlalu besar akan mengalami ketidakpuasan. Jika gaji dipersepsikan adil berdasarkan
tuntutan-tuntutan pekerjaan, tingkat ketrampilan individu dan standar gaji yang berlaku untuk
kelompok pekerjaan tertentu maka akan ada kepuasan kerja.
Jika dianggap gajinya terlalu rendah, pekerja akan merasa tidak puas. Tapi jika gaji
dirasakan tinggi atau sesuai dengan harapan, pekerja tidak lagi tidak puas, artinya tidak ada
dampak pada motivasi kerjanya. Gaji atau imbalan akan mempunyai dampak terhadap motivasi
kerja seseorang jika besarnya imbalan disesuaikan dengan tinggi prestasi kerjanya.
b. Kondisi kerja yang menunjang
Bekerja dalam ruangan atau tempat kerja yang tidak menyenangkan (uncomfortable)akan
menurunkan semangat untuk bekerja. Oleh karena itu perusahaan harus membuat kondisi kerja
yang nyaman dan menyenangkan sehingga kebutuhan-kebutuhan fisik terpenuhi dan
menimbulkan kepuasan kerja.
c. Hubungan Kerja
Hubungan kerja meliputi:
Hubungan dengan rekan kerja
Ada tenaga kerja yang dalam menjalankan pekerjaannya memperoleh masukan
dari tenaga kerja lain (dalam bentuk tertentu).Keluarannya (barang yang setengah
jadi) menjadi masukan untuk tenaga kerja lainnya.Misalnya pekerja
konveksi.Hubungan antar pekerja adalah hubungan ketergantungan sepihak yang
berbentuk fungsional.
Kepuasan kerja yang ada timbul karena mereka dalam jumlah tertentu berada
dalam satu ruangan kerja sehingga dapat berkomunikasi.Bersifat kepuasan kerja yang
tidak menyebabkan peningkatan motivasi kerja. Dalam kelompok kerja dimana para
pekerjanya harus bekerja sebagai satu tim, kepuasan kerja mereka dapat timbul
karena kebutuhan-kebutuhan tingkat tinggi mereka seperti harga diri, aktualisasi diri
dapat dipenuhi dan mempunyai dampak pada motivasi kerja mereka.
Hubungan dengan atasan
Kepemimpinan yang konsisten berkaitan dengan kepuasan kerja adalah tenggang
rasa (consideration).Hubungan fungsional mencerminkan sejauhmana atasan
membantu tenaga kerja untuk memuaskan nilai-nilai pekerjaan yang penting bagi
tenaga kerja. Hubungan keseluruhan didasarkan pada ketertarikan antar pribadi yang
mencerminkan sikap dasar dan nilai-nilai yang serupa, misalnya keduanya
mempunyai pandangan hidup yang sama.
Tingkat kepuasan kerja yang paling besar dengan atasan adalah jika kedua jenis
hubungan adalah positif. Atasan yang memiliki ciri pemimpin yang transformasional,
maka tenaga kerja akan meningkat motivasinya dan sekaligus dapat merasa puas
dengan pekerjaannya.
Hubungan antara kepuasan kerja dengan variabel lain dapat bersifat positif atau negatif.
Kekuatan hubungan mempunyai rentang dari lemah sampai kuat. Hubungan yang kuat
menunjukkan bahwa atasan dapat mempengaruhi dengan signifikan variabel lainnya
dengan meningkatkan kepuasan kerja (Kreitner dan Kinicki,2001:226).
Terdapat hubungan positif rendah antara kepuasan dan prestasi kerja.Sementara itu menurut
Gibson (2000:110) menggambarkan hubungan timbal balik antara kepuasan dan kinerja. Di satu
sisi dikatakan kepuasan kerja menyebabkan peningkatan kinerja sehingga pekerja yang puas
akan lebih produktif. Di sisi lain terjadi kepuasan kerja disebabkan oleh adanya kinerja atau
prestasi kerja sehingga pekerja yang lebih produktif akan mendapatkan kepuasan.
Konsep ini merupakan konsep satu dimensi, semacam ringkasan psikologi dari semua
aspek pekerjaan yang disukai atau tidak disukai dari suatu jabatan.Pengukuran ini dilakukan
dengan menggunakan kuesioner satu pertanyaan (soal).Cara ini memiliki sejumlah kelebihan,
diantaranya adalah tidak ada biaya pengembangan dan dapat dimengerti oleh mereka yang
ditanyai. Selain itu cara ini cepat, mudah diadministrasikan dan diberi nilai. Kuesioner satu
pertanyaan menyediakan ruang yang cukup banyak bagi penafsiran pribadi dari pertanyaan yang
diajukan. Responden akan menjawab berdasarkan gaji, sifat pekerjaan, iklim sosial organisasi,
dan sebagainya .
Konsep ini menggunakan konsep facet (permukaan) atau komponen, yang menganggap
bahwa kepuasan karyawan dengan berbagai aspek situasi kerja yang berbeda dapat bervariasi
secara bebas dan harus diukur secara terpisah.Diantara konsep facet yang dapat diperiksa adalah
beban kerja, keamanan kerja, kompetensi, kondisi kerja, status dan prestise kerja.Kecocokan
rekan kerja, kebijaksanaan penilaian perusahaan, praktek manejemen, hubungan atasan-bawahan,
otonomi dan tanggung jawab jabatan, kesempatan untuk menggunakan pengetahuan dan
keterampilan, serta kesempatan untuk pertumbuhan dan pengembangan.
Pendapat lain, Greenberg dan Baron menunjukkan tiga cara untuk melakukan pengukuran
kepuasan kerja yaitu :
1. Rating Scale dan Kuesioner
Dengan metode ini orang menjawab pertanyaan dari kuesioner yanmenggunakan
rating scales sehingga mereka melaporkan reaksi mereka pada pekerjaan mereka.
2. Critical incidents
Individu menjelaskan kejadian yang menghubungkan pekerjaan mereka yang
dirasakan terutama memuaskan atau tidak memuaskan.Jawaban mereka dipelajari untuk
mengungkap tema yang mendasari.Sebagai contoh misalnya apabila banyak pekerja yang
menyebutkan situasi pekerjaan dimana mereka mendapatkan perlakuan kurang baik oleh
supervisor atau sebaliknya.
3. Interviews
Dengan melakukan wawancara tatap muka dengan pekerja dapat diketahui sikap
mereka secara langsung dan dapat mengembangkan lebih dalam dengan menggunakan
kuesioner yang terstruktur.
Sedangkan menurut Riggio, peningkatan kerja dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Melakukan perubahan struktur kerja
Misalnya dengan melakukan perputaran pekerjaan (job rotation), yaitu sebuah sistem
perubahan pekerjaan dari salah satu tipe tugas ke tugas yang lainnya (yang disesuaikan
dengan job description).Cara kedua yang harus dilakukan adalah dengan pemekaran (job
enlargement), atau perluasan satu pekerjaan sebagai tambahan dan bermacam-macam
tugas pekerjaan.Praktek untuk para pekerja yang menerima tugas-tugas tambahan dan
bervariasi dalam usaha untuk membuat mereka merasakan bahwa mereka adalah lebih
dari sekedar anggota dari organisasi.
Perubahan sistem pembayaran ini dilakukan dengan berdasarkan pada keahliannya (skill-
based pay), yaitu pembayaran dimana para pekerja digaji berdasarkan pengetahuan dan
keterampilannya daripada posisinya di perusahaan.Pembayaran kedua dilakukan
berdasarkan jasanya (merit pay), sistem pembayaran dimana pekerja digaji berdasarkan
performancenya, pencapaian finansial pekerja berdasarkan pada hasil yang dicapai oleh
individu itu sendiri.Dan pembayaran yang ketiga adalah Gainsharing atau pembayaran
berdasarkan pada keberhasilan kelompok (keuntungan dibagi kepada seluruh anggota
kelompok).
Dengan memberikan kontrol pada para pekerja mengenai pekerjaan sehari-hari mereka,
yang sangat penting untuk mereka yang bekerja di daerah padat, dimana pekerja tidak
bisa bekerja tepat waktu atau untuk mereka yang mempunyai tanggung jawab pada anak-
anak.Compressed work week (pekerjaan mingguan yang dipadatkan), dimana jumlah
pekerjaan per harinya dikurangi sedang jumlah jam pekerjaan per hari ditingkatkan.Para
pekerja dapat memadatkan pekerjaannya yang hanya dilakukan dari hari senin hingga
jum’at, sehingga mereka dapat memiliki waktu longgar untuk liburan. Cara yang kedua
adalah dengan sistem penjadwalan dimana seorang pekerja menjalankan sejumlah jam
khusus per minggu (Flextime), tetapi tetap mempunyai fleksibilitas kapan mulai dan
mengakhiri pekerjaannya.
4. Mengadakan program yang mendukung
Perusahaan mengadakan program-program yang dirasakan dapat meningkatkan kepuasan
kerja para karyawan, seperti; health center, profit sharing, employee sponsored child care,
dll.
BAB IV
PEMBAHASAN
2. Afektif (affective). Dengan sikap ketidakadilan dari sang manajer di PT. Primarindo Asia
Infrastruktur Tbk para karyawan yang tadinya sangat kualitas dibidang kerjanya kini
mereka mulai acuh tak acuh terhadap keberlangsungan dari perusahaan karena mereka
merasa tidak dihargai sama sekali setelah mereka bekerja dan berusaha meningkatkan
kualitas kinerjanya. Dan tidak mendapat hasil seperti yang mereka harapkan.
3. Konatif (conative).Dengan adanya sikap acuh tak acuh dari para karyawan tersebut
mereka lalu bekerja semaunya, mereka tidak memperdulikan lagi kaulitas kinerja mereka.
Mereka sering ngobrol sendiri saat tidak ada penjagaan dari si manajer, dan
mengakibatkan produksi PT. Primarindo Asia Infrastruktur Tbk tidak memenuhi target
dan mengalami penurunan secara drastis.
Teori kepuasan kerja mencoba mengungkapkan apa yang membuat sebagian orang lebih
puas terhadap suatu pekerjaan daripada beberapa lainnya. Teori ini juga mencari landasan
tentang proses perasaan orang terhadap kepuasan kerja. Ada beberapa teori tentang
kepuasan kerja yaitu :
1. Teori Dua Faktor (Two Factor Theory)
Teori ini menganjurkan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan merupakan bagian dari
kelompok variabel yang berbeda yaitu motivators dan hygiene factors. Pada teori ini
ketidakpuasan dihubungkan dengan kondisi disekitar pekerjaan (seperti kondisi kerja,
upah, keamanan, kualitas pengawasan dan hubungan dengan orang lain) dan bukan
dengan pekerjaan itu sendiri. Karena faktor mencegah reaksi negatif dinamakan sebagai
hygiene atau maintainance factors.
Sebaliknya kepuasan ditarik dari faktor yang terkait dengan pekerjaan itu sendiri atau
hasil langsung daripadanya seperti sifat pekerjaan, prestasi dalam pekerjaan, peluang
promosi dan kesempatan untuk pengembangan diri dan pengakuan.Karena faktor ini
berkaitan dengan tingkat kepuasan kerja tinggi dinamakan motivators.
2. Teori Nilai (Value Theory)
Menurut teori ini kepuasan kerja terjadi pada tingkatan dimana hasil pekerjaan
diterima individu seperti diharapkan. Semakin banyak orang menerima hasil, akan
semakin puas dan sebaliknya. Kunci menuju kepuasan pada teori ini adalah perbedaan
antara aspek pekerjaan yang dimiliki dengan yang diinginkan seseorang.Semakiin besar
perbedaan, semakin rendah kepuasan orang.
3. Teori Ketidaksesuaian
Teori ini mengukur kepuasan kerja seseorang dengan menghitung selisih antara
sesuatu yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan,sehingga apabila
kepuasannya diperoleh melebihi dari yang diinginkan, maka orang akan menjadi lebih
puas lagi. Kepuasan kerja seseorang tergantung pada selisih antara sesuatu yang
dianggap akan didapatkan dengan apa yang dicapai.
5. Teori Keadilan
Teori ini mengemukakan bahwa orang akan merasa puas atau tidak puas, tergantung
pada ada atau tidaknya keadilan dalam suatu situasi, khususnya situasi kerja. Menurut
teori ini komponen utama dalam teori keadilan adalah input,hasil, keadilan dan ketidak
adilan. Input adalah faktor bernilai bagi karyawan yang dianggap mendukung
pekerjaannya, seperti pendidikan, pengalaman, kecakapan, jumlah tugas dan peralatan
atau perlengkapan yang dipergunakan untuk melaksanakan pekerjaannya. Hasil adalah
sesuatu yang dianggap bernilai oleh seorang karyawan yang diperoleh dari
pekerjaannya, seperti upah/gaji, keuntungan sampingan, simbol, status, penghargaan
dan kesempatan untuk berhasil atau aktualisasi, sedangkan orang selalu
membandingkan dapat berupa seseorang diperusahaan yang sama atau di tempat lain.
Menurut teori ini setiap karyawan akan membandingkan rasio input hasil dirinya
dengan rasio input hasil orang lain. Bila perbandingan itu tidak seimbang tetapi
menguntungkan bisa menimbulkan kepuasan, tetapi bisa pula tidak. Tetapi bila
perbandingan itu tidak seimbang akan timbul ketidakpuasan.
Teori Kepuasan Kerja yang sesuai dengan teori kepuasan kerja di PT. Primarindo Asia
Infrastuktur Tbk adalah teori yang terakhir yaitu teori keadilan, jika dibanding dengan teori dua
faktor kurang tepat karena di dalam PT. Primarindo Asia Infrastuktur Tbk sudah ada jaminan
financial berupa gaji lembur yang cukup tinggi tetapi karyawan tidak melihat dari sisi itu saja.
Para karyawan masih bekerja seenaknya dan tidak peduli dengan kualitas produknya karena
sikap manajer yang kurang adil antara karyawan yang berkualitas dan tidak berkualitas.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Nilai mencerminkan keyakinan-keyakinan dasar bahwa bentuk khusus perilaku atau
bentuk akhir keberadaan secara pribadi atau social lebih dipilih dibandingkan dengan bentuk
perilaku atau bentuk akhir keberadaan perlawanan atau sebaliknya.
Sikap adalah peryataan evaluatif baik yang menguntungkan atau tidak menguntungkan
mengenai objek, orang, atau peristiwa Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan
sesuatu.
Kepuasan kerja adalah suatu efektivitas atau respon emosional terhadap berbagai aspek
pekerjaan.Kepuasan bukanlah suatu konsep tunggal, sebaliknya, seseorang dapat relatif puas
dengan suatu aspek dari pekerjaannya dan tidak puas dengan salah satu atau lebih aspek lainnya.
Sistem nilai yang dianut seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku seseorang karena nilai
mempengaruhi sikap dan sikap mempengaruhi perilaku.Seseorang yang memiliki sistem nilai
lebih tinggi cenderung berperilaku lebih terkendali dibandingkan seseorang yang memiliki
sistem nilai lebih rendah.Seseorang yang memiliki sistem nilai berbeda maka akan
mempengaruhi pandangan tentang mutu suatu tindakan atau produk.
B. Saran
Pihak perusahaan seharusnya menerapkan sistem promosi jabatan dengan benar. Karena
promosi jabatan merupakan salah satu faktor yang perlu dipertimbangkan untuk dapat
meningkatkan prestasi kerja karyawan sehingga karyawan bisa bekerja mencapai target
perusahaan, yang akhirnya akan memampukan perusahaan mampu bersaing dengan perusahaan
lainnya. Selain itu seorang manajer dalam perusahaan juga harus menjaga komunikasi dan
hubungan baik terhadap karyawannya, saling menghargai, saling menyapa dan dari hal kecil itu
loyalitas karyawan di perusahaan akan tercipta.
DAFTAR PUSTAKA
Rivai, Veithzal. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta : PT.Raja Grafindo
Persada
http://ehsablog.com/perilaku-organisasi-po.html
http://valmband.multiply.com/journal/item/1
http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
http://pksm.mercubuana.ac.id/new/elearning/…/32017-4-168692199309.doc
http://septiancahyosusilo.wordpress.com/2012/11/06/manajemen-korporasi-2/
http://mettatya.wordpress.com/2013/05/11/nilai-sikap-kepuasan-kerja-persepsi-dan-
pengambilan-keputusan-individu/