Mengejar Imunisasi
Mengejar Imunisasi
IMUNISASI (BAGIAN I)
Untuk mencapai kadar perlindungan tersebut, imunisasi harus diberikan sesuai jadwal
yang telah ditentukan. Jadwal imunisasi terbagi atas jadwal imunisasi dasar dan jadwal
imunisasi ulangan. Ada yang cukup satu kali imunisasi, ada yang memerlukan beberapa
kali imunisasi dan bahkan pada umur tertentu diperlukan ulangan imunisasi. Jadwal
imunisasi tersebut dibuat berdasarkan rekomendasi WHO dan organisasi profesi yang
berkecimpung dalam imunisasi setelah melalui uji klinis. Oleh karena itu, jika ada
imunisasi yang belum diberikan sesuai jadwal yang seharusnya, atau imunisasi tertunda,
imunisasi harus secepatnya diberikan atau dikejar.
mengejar-imunisasi
Masalah yang paling umum dijumpai dalam praktek sehari-hari adalah imunisasi yang
tidak sesuai dengan jadwal, terlambat, tidak lengkap atau belum imunisasi. Pemberian
imunisasi yang tidak sesuai jadwal atau belum lengkap tersebut bukan merupakan
hambatan untuk melanjutkan imunisasi. Imunisasi yang telah diberikan sudah
menghasilkan respon imunologis walaupun masih di bawah ambang kadar proteksi atau
belum mencapai perlindungan untuk kurun waktu yang panjang (life long
immunity)sehingga dokter tetap perlu melanjutkan dan melengkapi imunisasi (catch up
immunization) agar tercapai kadar perlindungan yang optimal.
Saat ini, angka kematian anak di Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan Negara maju
dan Negara di Asean lainnya. Sebanyak 28 persen kematian disebabkan oleh diare (54
persen diare pada balita disebabkan oleh infeksi rotavirus) dan 20 persen lainnya
disebabkan oleh radang paru/pneumonia. Pneumonia dapat disebbkan oleh berbagai
kuman patogen di antaranya kuman HiB dan Pneumokokus.
IMUNISASI yang wajib diberikan adalah imunisasi yang telah menjadi suatu komitmen
global. Artinya, imunisasi tersebut harus diberikan oleh semua negara di dunia seperti
program pemberantasan penyakit polio, tetanus, pertusis, campak, Hib, hepatitis B,
rotavirus. Imunisasi BCG hanya dianjurkan bagi negara endemis.
Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B idealnya diberikan sedini mungkin (<12 jam) setelah lahir, lalu
dianjurkan pada jarak 4 minggu dari imunisasi pertama. Jarak imunisasi ke-3 dengan ke-
2 minimal 2 bulan dan terbaik setelah 5 bulan. Apabila anak belum pernah mendapat
imunisasi hepatitis B pada masa bayi, ia bisa mendapat serial imunisasi kapan saja saat
berkunjung. Hal ini dapat dilakukan tanpa harus memeriksa kadar anti hepatitis B.
BCG
Imunisasi lain adalah imunisasi BCG. Indonesia saat ini merupakan negara ke-3 tertinggi
di dunia untuk penyakit TBC, setelah India dan Tiongkok. Imunisasi BCG terbaik diberikan
pada usia 2-3 bulan karena pada bayi usia <2 bulan sistem imun anak belum matang.
Pemberian imunisasi penyokong (booster) tidak dianjurkan.
DPT
Imunisasi DPT juga termasuk komitmen global dalam rangka eliminasi tetanus. Imunisasi
DPT diberikan 3 kali sebagai imunisasi dasar, dilanjutkan dengan imunisasi ulangan 1 kali
(interval 1 tahun setelah DPT3). Pada usia 5 tahun, diberikan ulangan lagi (sebelum
masuk sekolah) dan pada usia 12 tahun berupa imunisasi Td. Pada wanita, imunisasi TT
perlu diberikan 1 kali sebelum menikah dan 1 kali pada ibu hamil, yang bertujuan untuk
mencegah tetanus neonatorum (tetanus pada bayi baru lahir).
Polio
Vaksin polio oral (OPV) diberikan saat lahir, usia 2, 4, 6, 18 bulan (atau usia 2, 3, 4 bulan
sesuai program pemerintah), sedangkan untuk vaksin polio suntik (IPV) diberikan pada
usia 2, 4, 6-18 bulan dan 6-8 tahun. Apabila imunisasi polio terlambat diberikan, jangan
mengulang pemberiannya dari awal, tetapi lanjutkan dan lengkapi sesuai jadwal, tidak
peduli berapa pun interval keterlambatan dari pemberian sebelumnya.
Campak
Imunisasi campak diberikan pada usia 9 bulan dan dosis ulangan (second
opportunity pada crash programcampak) pada usia 6-59 bulan serta saat SD kelas 1-6.
Terkadang, terdapat program PIN (Pekan Imunisasi Nasional) campak yang bertujuan
sebagai penguatan (strengthening). Program ini bertujuan untuk mencakup sekitar 5
persen individu yang diperkirakan tidak memberikan respon imunitas yang baik saat
diimunisasi dahulu. Bagi anak yang terlambat/belum mendapat imunisasi campak: bila
saat itu anak berusia 9-12 bulan, berikan kapan pun saat bertemu. Bila anak berusia >1
tahun, berikan MMR.
MMR
Vaksin MMR diberikan pada usia 15-18 bulan dengan minimal interval 6 bulan antara
imunisasi campak dengan MMR. MMR diberikan minimal 1 bulan sebelum atau sesudah
penyuntikan imunisasi lain. Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MMR pada
usia 12-18 bulan dan diulang pada usia 6 tahun, imunisasi campak (monovalen)
tambahan pada usia 6 tahun tidak perlu lagi diberikan. Bila imunisasi ulangan (booster)
belum diberikan setelah berusia 6 tahun, berikan vaksin campak/MMR kapan saja saat
bertemu. Pada prinsipnya, berikan imunisai campak 2 kali atau MMR 2 kali.
HiB
IMUNISASI HiB dapat berupa vaksin PRP-T (konjugasi) diberikan pada usia 2, 4, dan 6
bulan, dan diulang pada usia 18 bulan. Vaksin HiB juga dapat diberikan dalam bentuk
vaksin kombinasi. Apabila anak datang pada usia 1-5 tahun, HiB hanya diberikan 1 kali .
Anak di atas usia 5 tahun tidak perlu diberikan karena penyakit ini hanya menyerang anak
dibawah usia 5 tahun. Saat ini, imunisasi HiB telah telah masuk program pemerintah, yaitu
vaksin Pentabio produksi Bio Farma, vaksin HiB diberikan bersama DPT, Hepatitis B.
Pneumokokus
Imunisasi yang penting lainnya yaitu imunisasi Pneumokokus untuk mencegah infeksi
kuman pneumokokus salah satu penyebab penting dari radang telinga, pneumonia,
meningitis dan beredarnya bakteri dalam darah. Sayangnya, imunisasi ini belum masuk
program pemerintah.
2 dosis, interval 6 -
12 - 23 bulan
8 minggu
Influenza
Vaksin influenza diberikan dengan dosis tergantung usia anak. Pada usia 6-35 bulan
cukup 0,25 mL. Anak usia >3 tahun, diberikan 0,5 mL. Pada anak berusia <8 tahun, untuk
pemberian pertama kali diperlukan 2 dosis dengan interval minimal 4-6 minggu,
sedangkan bila anak berusia >8 tahun, maka dosis pertama cukup 1 dosisi saja.
Varisela
Vaksin varisela (cacar air) diberikan pada usia >1 tahun, sebanyak 1 kali. Untuk anak
berusia >13 tahun atau pada dewasa, diberikan 2 kali dengan interval 4-8 minggu. Apabila
terlambat, berikan kapan pun saat pasien datang, karena imunisasi ini bisa diberikan
sampai dewasa.
Imunisasi HPV, pencegahan kanker mulut rahim yang diberikan pertama kali pada usia remaja
awal, sebagai persiapan menuju masa dewasa dan kehamilan. Vaksin HPV diberikan sejak
anak berusia 10 tahun, dapat diberikan hingga anak berusia 26 tahun. Vaksin ini bertujuan
untuk mencegah kanker leher rahim. Kejadian kanker serviks di Indonesia lebih tinggi
dibandingkan dengan kanker payudara. Terdapat dua jenis vaksin HPV. Pertama, vaksin HPV
bivalen (tipe 16 dan 18), yang diberikan pada 0, 1, dan 6 bulan. Kedua, vaksin HPV kuadrivalen
(tipe 6, 11, 16, dan 18) diberikan pada 0, 2, dan 6 bulan, Pada masa remaja pertengahan,
imunisasi diberikan pada remaja yang tidak mendapat imunisasi lengkap sebelumnya, misalnya
imunisasi hepatitis B, polio, MMR, varisela, hepatitis A, pnumokokus polisakarida, serta
vaksin untuk remaja tertentu yang berisiko tinggi. Demikian juga, pada masa remaja akhir,
semua jenis vaksin sudah harus dilengkapi pemberiannya. Imunisasi juga penting diberikan
pada lansia untuk mengurangi terjadinya penyakit, khususnya influenza dan bakteri
pneumokokus.
Berikut rancangan imunisasi menurut WHO (Gambar 1) termasuk catch up, jadwal imunisasi
Departemen Kesehatan (Gambar 2) dan Jadwal imunisasi anjuran Ikatan Dokter Anak
Indonesia (Gambar 3). Apabila status imunisasi pasien tidak diketahui, maka dianggap belum
pernah diimunisasi dan harus diimunisasi sesuai jadwal.