Fobia berasal dari kata Phobos, nama salah satu Dewa Yunani yang dapat menimbulkan rasa takut. Sang Dewa digambarkan sebagai satu lukisan memakai kedok/topeng dan pelindung untuk menakuti lawan dalam peperangan. Kata “phobia” berasal dari namanya yang diartikan dengan kekhawatiran, ketakutan, atau kepanikan. Fobia sosial (social phobia) dalam DSM IV-R disebut juga gangguan ansietas sosial (social anxiety disorder).1 Fobia social adalah adanya rasa takut yang kuat dan menetap akan situasi yang dapat menimbulkan rasa malu. Orang dengan fobia social (disebut juga gangguan ansietas social) memiliki rasa takut yang berlebihan akan rasa malu di berbagai lingkungan social, seperti berbicara didepan umum, buang air kecil di WC umum dan berbicara dengan seorang kencan. 2 Fobia sosial merupakan salah satu di antara jenis gangguan cemas (neurosis-cemas) dengan gelaja utama perasaan takut yang disertai keinginan untuk menghindar. Karakteristik temperamen seseorang seperti rasa malu, behavioral inhibition, selfconsciousness, embarrassment dan keturunan (heredity) merupakan faktor predisposisi terjadinya fobia sosial. Prevalensi fobia sosial pada kelompok eksekutif di Indonesia besarnya antara 9,6 -16%, yang timbul sejak usia muda dan terus berlangsung sampai pada usia dewasa. Di negara maju prevalensi fobia sosial besarnya 2-13%, dan secara bermakna mengganggu pekerjaan, status akademik dan hubungan seseorang. 3 Perhatian terhadap fobia sosial masih kurang, dan sering dinyatakan sebagai “gangguan cemas yang terabaikan”. Kurangnya perhatian terhadap fobia sosial disebabkan oleh sedikitnya penderita yang mencari pengobatan untuk gangguan fobia yang dideritanya. Penderita berobat bukan untuk fobia sosial tetapi untuk keluhan lain.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana definisi, etiologi, gambaran klinis, cara penegakan diagnosa, dan penatalaksanaan fobia social. 2
1.3 Tujuan Mengetahui definisi, etiologi, gambaran klinis, cara penegakan diagnosa, dan penatalaksanaan fobia social.