Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB 4
PERSIAPAN TAMBANG TERBUKA
(SURFACE MINE DEVELOPMENT)
Persiapan tambang umumnya mengikuti studi kelayakan pada tahap I dan II yang
dikembangkan sejauh mungkin dan informasi yang lebih baik tersedia selama
tetahapan dari proyek tersebut.
Dari sudut pandang pembukaan tambang, sifat utama persiapan adalah melengkapi
jalan menuju ke endapan bijih yang memungkinkan para pekerja, peralatan, power
supply, air dan udara dalam tambang.
Tabel 4.1
Diagram Penjadwalan untuk Tambang Terbuka (Petty,1981)
Tahun
Tahapan Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 dan 2 Propecting / Eksplorasi
Geologi
Pemboran pendahuluan
Survei dan ijin lingkungan
Uji jenjang metallurgi
Studi Kelayakan
Geologi
Pemboran konfirmasi
Jalan / akses ke deposit
Sampel curah (bulk samling)
Uji metallurgi dan desain flow sheet
Studi teknik dan ekonomi
Survei ijin dan kontrol lingkungan
Administrasi dan penunjang
3 Pembangunan dan Kontruksi
Desain dan rekayasa
Konstruksi fasilitas di permukaan
Pengupasan pra produksi
Kontrol lingkungan
Administrasi dan penunjang
Berdasarkan pada 11 tahapan persiapan tambang yang telah disebutkan di atas, ada 3
tahapan penting dan unik dalam tambang terbuka, yaitu :
1. Inisiasi rencana reklamasi sebagai bagian dari pernyataan dampak lingkungan.
2. Penentuan tempat penimbunan tanah pucuk dan limbah
3. Penentuan dan pengupasan tanah penutup lanjutan untuk mendapatkan jalan
ke ore/coal.
Sebagai petunjuk Tabel 4.1 menjelaskan diagram penjadwalam tambang terbuka yang
dirancang untuk produksi bijih metal 20.000 ton/hari. Tahap propeksi selama 2,5
tahun. Tahap eksplorasi dari studi kelayakan sekitar 5,5 tahun. Tahap persiapan
memerlukan lebih dari 3 tahun dengan tahun tambahan untuk mencapai produksi
yang direncanakan. Jadi waktu total sekitar 12 tahun.
Gambar 4.1
Plant Layout Tambang Batubara Black Thunder
Gambar 4.2
Plant Layout Tambang Emas di Batu Hijau, Newmont, Sulawesi, Indonesia
Selain penentuan pit limit yang sangat penting, Mathieson (1982) menekankan bahwa
tahapan optimal dan penjadwalan produksi juga merupakan hal yang sama
pentingnya, oleh karena itu, Mathieson membuat daftar objektif perencanaan
tambang seperti berikut ;
1. Menambang bijih sehingga diperoleh ongkos produksi minimum persatuan
berat bijih (Penambangan next best ore).
2. Menjaga viabilitas operasi tambang (kecukupan ukuran lebar dan tinggi
jenjang, kesiapan jalan serta alat mekanis).
3. Menjaga bijih untuk menimalisasi kesalahan perhitungan atau kekurangan data
eksplorasi.
4. Menunda pengupasan tanah penutup, bila terdapat ketidak keserasian
peralatan, tenaga kerja dan jadwal produksi.
5. Mengikuti jadwal mulai yang logis dan dapat dicapai (pelatihan, pembelian
peralatan, logistik dll) yang memperkecil resiko keterlambatan.
6. Optimalisasi rancangan pit slope dan memenimalkan runtuhan slope.
7. Menguji laju produksi yang ekonomis dan alternatif kadar rata-rata terendah.
8. Akhirnya, pencapaian tujuan dengan mendapatkan metode penambangan,
peralatan, dan jadwal yang sesuai dengan perencanaan sebelum memulai
pembangunan atau pengembangan.
Gambar 4.3
Penampang melintang (cross section) deposit bijih besi terhadap pit limit
Gambar 4.3 menunjukkan pemilihan atau alternatif pil limit 1, 2, 3 dan 4. Perubahan
untuk menentukan alternatif tersebut sangat dipengaruhi oleh nilai bijih (harga bijih)
dan teknologi penggalian. Bila nilai bijih bertambah baik, maka alternatif pit limit
dapat dikembangkan ke alternatif 2, 3 dan 4, sehingga akan berdampak terhadap
jumlah cadangan yang akan ditambang. Hal ini merupakan maximum allowable
stripping ratio SRmax dari pit limit atau break even ratio.
SRmax didefenisikan sebagai perbandingan dari nilai bijih dikurangi dengan ongkos
produksi terhadap ongkos pengupasan tanah penutup. Secara matematik dapat ditulis
sebagai berikut.
( )
(4.1)
Maksimum allawance stripping ratio sangat dipengaruhi oleh lokasi batas ultimate pit,
kondisi ekonomi (harga pasar dari bijih) dan kondisi geometri pit (pit slope dan
kemiringan formasi (Soderberg and Rausch,1968 dan Pfleider, 1973). Suatu model tiga
dimensi dalam menentukan SRmax dan hubungannya dengan pit limit (Gambar 4.4).
Pada kondisi ini rancangan pit tambang tembaga ore grade dan kritis SRmax = 3,0
yd3/ton (2,5 m3/ton), sehingga bila SRmax < 3, maka alternatif metode penambangan
adalah dengan metode tambang bawah tanah (Gambar 4.5).
Gambar 4.4
Batas Pit dengan Simulasi Komputer
Gambar 4.5
Lokasi Pit Limit Ore Body
Secara garis besar, ada empat faktor dalam pemilihan alat ekskavasi (Pfleider, 1973.,
Martin dkk, 1982 dalam Harman, 1987) ;
1. Faktor performansi (unjuk kerja) ; faktor ini berhubungan langsung dengan
produktivitas mesin yang meliputi ; kecepatan putar, tenaga yang tersedia
(power supply), jangkauan penggalian, kapasitas bucket, kecepatan tempuh
dan reabilitas.
2. Faktor Desain ; mencakup kecakapan operator, teknologi yang digunakan, jenis
pengawasan dan power supply.
3. Faktor penunjang
4. Faktor biaya
Tabel 4.2 memberikan petunjuk dalam pemilihan alat mekanis untuk penanganan
material (materials handling).
Tabel 4.2
Petunjuk pemilihan alat mekanis untuk penanganan material di tambang terbuka
Excavator
Dozer Dragline Wheel
Dozer Excavator Hopper
Front end (direct Excavator
Scrapper Truck Crusher
Loader casting) Conveyor
Conveyor
Produksi maksimum Sedang Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi
Laju produksi Sedang Rendah Tinggi Sedang Sedang Sedang
Umur pit Pendek Pendek Panjang Sedang Panjang Panjang
Dangkal
Kedalaman pit Sedang Sedang Dalam Dalam Sedang
Dan datar
Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Seragam
Deposit terkon terkon terkon terkon terkon Sedikit
solidasi Solidasi Solidasi Solidasi Solidasi Boulder
Bor-
Preperasi (bila perlu) Garu Garu Bor-ledak Bor-ledak Bor-ledak
ledak
Kompleksitas sistem Rendah Sedang Rendah Sedang Tinggi Tinggi
Fleksibilitas operasi Tinggi Sedang Rendah Tinggi Rendah Rendah
Kapasitas blending Tinggi Tinggi Rendah Sedang Rendah Rendah
Sangat
Penempatan selektif (Pembuangan) Baik Buruk Baik Sedang Sedang
Baik
Pengaruh cuaca basah Besar Besar Kecil Sedang Kecil Kecil
Kebutuhan penjadwalan Kecil Besar Kecil Besar Sedang Sedang
Ketersediaan sistem Sedang Sedang Tinggi Sedang Kecil Kecil
Peralatan pendukung Kecil Kecil Sedang Sedang Tinggi Tinggi
Kemudahan memulaipekerjaan Sederhana Sederhana Sedang Sederhana Rumit Rumit
Investasi Kecil Kecil Sedang Sedang Tinggi Tinggi
Ekivalen Yardage
Menyatakan berapa ongkos pemindahan lapisan penutup per satuan unit volume
tanah penutup ($/m3, $/yd3). Besarn ini diterima dan menjadi standar pada berbagai
tambang di distrik Amerika Serikat. Konsep ini berguna untuk menghitung maximum
allowble stripping ratio dan pit limit. Beberapa standar yang dipakai adalah ;
Lake Superior iron ranges (louded dan hauled)
Gasial till $0.25 – 0,50 /yd3 ($0.33 – 0.651 /m3)
Eastem US Coal fields (cast)
Tanah atau batuan lepas $0.10 – 0,30 /yd3 ($0.13 – 0.39 /m3)
Westerm US Porphyry Copper District (blasted, loaded, hauled)
Quartz monzonite porphyry $0.50 – 1,00 /yd3 ($0.65 – 1.31 /m3)
Ekivalen Yardage Rating (e) adalah perbandingan ongkos pengupasan suatu material
terhadap ongkos pengupasan rata-rata standar pada e = 1 untuk $0,20 /yd3 (0.26 /m3).
Harga e pada bebagai material dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 4.3
Ekivalen Yardage Rating
Material Rating, e
Dredged 0.5
Loose sand 0.7
Common soil (sand, loam, till 1.0
Hard soil (clay, hardpan) 1.5
Shaley rock 1.5-2.5
Sandstone, limestone 2-3
Hard taconite 3-5
Pada Gambar 4.5a menunjukkan kasus sederhana deposit mineral dengan permukaan
yang horizontal, tebal deposit (t), kemiringan (α), Tonase Faktor (TF), dan panjang
mineral deposit pit limit (m). Pit slope (β), panjang kemiringan pit slope (l), tinggi
vertikal (h), jarak horizontal out crop pit limit (d).
Dari Gambar juga memberikan uraian bahwa (d) diukur dari crest dan (m) diukur dari
toe. Volume overbudden dari penampang tersebut adalah (V) dan berat bijih adalah
(W).
Sedangkan pada Gambar 4.5b volume prisma overbudden (v) dan berat prisma ore
(w). Secara matematis dapat ditulis ;
(4.2)
Dimana (b) dan (l) dalam satuan feet (ft) atau meter (m) dan (v) dalam unit yd3 (m3,
dengan faktor konversi, SI units 27, omit) dan untuk ore adalah ;
(4.3)
(4.4)
Gambar 4.6
Hubungan Geometri pada Paramater SRmax (a) tubuh bijih dan overbudden (b) Detail pit limit (c) Detail
intersection ore-overbudden (d) Efek berm pada Pit Limit. Dimensi Unit = 1’.
α + β +ϒ + 90o = 180o
dimana ;
SRmax dapat dihitung dari persamaan (4.1) dan disubsitusi ke persmaan (4.4),
kemudian dengan memasukkan ekivalen Yardage, maka inclined slope (l) pada
ekonomi pil limit dapat ditulis ;
(4.6)
(4.7)
(4.8)
(4.9)
Masih banyak lagi kemungkinan bentuk geometri deposit dan overbudden dalam
memperhitungkan SRmax dan Pil Limit. Berikut ini diberikan variasi formasi overbudden
yang berbeda secara signifikan akibat diagenesanya. Kemudian hal ini dihubungkan
dengan ekivalen Yardage (e1 dan e2). Gambar 4.7a menunjukkan permukaan yang
horizontal dan deposit yang mempunyai dip. Sedangkan pada Gambar 4.7b
permukaannya miring dan depositnya datar (flat). Dari modifikasi persamaan (4.4),
maka maksimum stripping ratio dapat ditulis sebagai berikut ;
(4.10)
Catatan ; sudut bank slope konstan dari kedua overbudden tersebut (b 1 = b2)
Gambar 4.7
Variasi Geometri Depositt dan Overbudden
(4.11)
(4.10)
(4.11)
Sebelum menguraikan COG dan BESR terlebih dahulu harus mengetahui arti nilai
(value) dari bijih dan biaya produksi.
Nilai bijih adalah nilai endapan bijih per unit berat, dan biasanya dinyatakan dalam
$/ton atau Rp/ton. Misalnya dipunyai endapan emas 10 gram/ton. Harga emas 1 gram
Rp. 75.000, maka nilai endapan bijih adalah Rp. 750.000.
Biaya produksi adalah ongkos yang diperlukan sampai mendapatkan produknya (ore
atau metal) diluar biaya strippingnya yang dinyatakan dalam per ton bijih. Misalnya
ongkos untuk menambang dan mengolah hingga sampai menjadi metal. Bisa pula
ongkos penambangannya saja, bila kegiatan penambangan tersebut tidak dilanjutkan
kepada kegiatan pengolahan.
Cut Off Grade (COG)
Cut off grade dapat diartikan sebagai berikut :
Kadar endapan bahan galian terendah yang masih memberikan keuntungan
apabila ditambang.
Kadar rata-rata endapan bahan galian terendah yang masih memberikan
keuntungan apabila endapan tersebut ditambang.
Cut off grade akan menentukan batas-batas atau besarnya cadangan serta
menentukan perlu tidaknya dilakukan mixing.
Cut off grade dipengaruhi kemajuan teknologi dan pamasaran, jika harga logam naik
maka cut off grade dapat diturunkan dan cadangan akan bertambah. Sebagai contoh
(Tabel 4.4) suatu endapan besi sekunder memiliki bed rock yang mengandung kadar
Fe yang kecil. Jumlah cadangan dan kadar Fe dan stripping ratio adalah sebagai
berikut.
Tabel 4.4
Data kadar, COG, jumlah cadangan dan stripping ratio endapan besi
60 59,5 1 25 25 : 1
60 54,5 6 20 3,3 : 1
55 49,5 11 15 1,4 : 1
Cut off grade yang rendah akan memerlukan ongkos pengolahann, namun umumnya
dengan menurunkan Cut off graden selalu menaikkan recovery dan keuntungan.
Tetapi sebaiknya dalam suatu penambangan harus mempunyai nilai kadar rata-rata
endapan bahan galian yang konstan dengan melakukan mixing atau blending.
A C
Keterangan :
$2,00 $0,30
BESR1 4,86
$0,35
Ini berarti bahwa hanya bagian endapan bahan galian yang mempunyai BESR 4,86
yang dapat ditambang secara terbuka dan menguntungkan. Jadi 4,86 adalah BESR 1
terendah yang masih dibolehkan untuk operasi tambang terbuka untuk kondisi
tersebut di atas.
Setelah ditentukan bahwa akan digunakan metoda tambang terbuka, maka dalam
rangka pengembangan rencana penambangan digunakan BESR2 dengan rumus
sebagai berikut.
DE
BESR 2
C
dimana :
D = Nilai recovery per ton bijih
E = Biaya produksi per ton bijih
C = Biaya pengupasan tanah penutup per ton
BESR2 ini disebut sebagai economic stripping ratio yang artinya berapa besar
keuntungan yang dapat diperoleh bila endapan bijih tersebut ditambang secara
tambang terbuka.
Contoh perhitungan BESR2 untuk bijih tembaga dengan kadar 0,80%, 0,70% dan
0,60% Cu adalah sebagai berikut. (Tabel 4.5)
Tabel 4.5
Contoh Perhitungan Break Even Stripping Ratio (BESR2)
GRAFIK BESR
6
4
$ 0,25 per lb Cu
BESR
3
$ 0,30 per lb Cu
2 $ 0,35 per lb Cu
0
0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1
KADAR Cu
Gambar 4.9
Grafik Break Even Stripping Ratio (BESR)
Dari hasil perhitungan (Tabel 4.5) terlihat bahwa bila harga logam Cu = $0.25/lb,
ternyata untuk bijih Cu dengan kadar 0,80% mempunyai BESR 2,5 : 1, untuk kadar 0,70
mempunyai BESR 1,5 : 1 dan untuk kadar 0,60% mempunyai BESR 0,6 : 1. Demikian
untuk harga logam $ 0.30/lb Cu dan $ 0.35/lb Cu. Harga logam Cu = $0.30/lb, untuk
bijih Cu dengan kadar 0,80% mempunyai BESR 4,2 : 1, untuk kadar 0,70 mempunyai
BESR 3,0 : 1 dan untuk kadar 0,60% mempunyai BESR 1,8 : 1. Dan harga logam Cu =
$0.35/lb, untuk bijih Cu dengan kadar 0,80% mempunyai BESR 6,0 : 1, untuk kadar
0,70 mempunyai BESR 4,5 : 1 dan untuk kadar 0,60% mempunyai BESR 3,2 :1.
Dari grafik BESR (Gambar 4.9) menunjukkan bahwa tinggi rendahnya BESR dipengaruhi
oleh :
- kadar logam dari bijih yang akan ditambang
- harga logam dipasaran
Jadi pada dasarnya, jika terjadi kenaikan harga logam di pasaran, maka akan dapat
mengakibatkan perluasan tambang sehingga cadangan akan bertambah, sebaliknya
jika harga logam turun, maka jumlah cadangan akan berkurang.
Dalam operasi penambangan ada dua pilihan yaitu melakukan stripping overbudden
terlebih dahulu, kemudian baru menggali ore, atau menggali overbudden dalam batas-
batas tertentu kemudian diikuti dengan penggalian ore.