Anda di halaman 1dari 13

Sintesis dan Karakterisasi Nanosilika

sebagai Upaya Pemanfaatan Potensi Sumberdaya


Banjarbaru

Totok Wianto, Nurma Sari, Darminto, dan Suminar Pratapa

Abstrak: Penelitian untuk mendapatkan bahan baru dengan kinerja tinggi telah
banyak dilakukan, khususnya di negara-negara industri. Salah satu program
yang cukup pesat perkembangannya dan hingga sekarang sedang giat
dilakukan penelitian, baik penelitian dasar maupun terapan adalah bidang
nanosains dan nanoteknologi. Perkembangan nanosains dan nanoteknologi
dewasa ini telah mulai mendominasi dunia industri, dan bahkah telah mengeser
teknologi mikro-elektronik (10-6 m) yang telah berperan dalam beberapa
dasawarsa terakhir (Edelstein, 1996). Nanomaterial, sebagai bagian dari
nanosains dan nanoteknologi, merupakan rekayasa material dalam orde
-9
nanometer (10 m) (Kebamoto, 2003). Hampir semua material dapat dibuat
dalam bentuk nanokristal dan nanopartikel, untuk menghasilkan sifat lebih
unggul, yang bergantung pada pemrosesan, manipulasi dan komposisinya
(Gleiter, 1989, Kimura, 1995). Produk-produk industri diperkirakan akan
menggunakan nanomaterial secara komersial (Inoue, 2003) mulai tahun 2010
(NSTC, 1993). Eksploitasi sejumlah mineral, seperti logam dan batuan, telah
dilakukan di daerah penambangan intan rakyat di daerah Cempaka, Kalimantan
Selatan, dan difokuskan pada fragmen-fragmen yang dihasilkan dari
penambangan intan. Ukuran fragmen-fragmen yang diperoleh ini berkisar
antara 1,5 – 15 cm. Tumpukan fragmen-fragmen ini tidak berada jauh dari
sungai yang melintas di daerah penambangan, yaitu paling jauh 100 m dan
masih merupakan daerah pelamparan sedimentasi sungai(sikumbang, 1994).
Dari penelitian pendahuluan didapatkan kadar silika (SiO2) didaerah cempaka
antara 94,4% - 99% (Wianto, 2008). Ketersediaan sumber alam berupa
beberapa material di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, seperti pasir silika, dapat
diolah lebih lanjut sebagai nanomaterial dengan karakteristik yang khas.
Nanomaterial ini dapat dibuat dalam dalam ukuran nano (< 100 nm) melalui
sintesis metode gaya berat kemudian melalui proses penggilingan
menggunakan planetary ball milling. Penggunaan peralatan X-ray diffractometer
(XRD) dan scanning electron microscope (SEM) serta transmission electron
microscope (TEM) akan menghasilkan karakteristik rinci nanosilika tersebut,
menyangkut struktur, bentuk dan ukuran partikelnya serta agregasi yang
mungkin terjadi. Hasil penelitian ini didapatkan material nano silika dengan
ukuran antara < 100 nm setelah proses kopresipitasi sedangkan sebelum
proses tersebut yaitu setelah proses ball mill didapatkan ukuran butir > 300 nm
ini berdasarkan hasil metode scherer XRD dan SEM. Sedangkan hasil analisis
kualitatif dan kuantitatif didapatkan mineral SiO2 yang dominan yaitu 98 - 99%,
ini setelah melalui proses pencucian untuk menghilangkan clay serta
menggunakan magnetik separator untuk menghilangkan material magnetik.

Kata Kunci: Nanosilika, SEM, TEM, XRD

PENDAHULUAN telah banyak dilakukan, khususnya


Penelitian untuk mendapatkan di negara-negara industri. Salah satu
bahan baru dengan kinerja tinggi program yang cukup pesat
1)
Staf Pengajar Program Studi Fisika FMIPA Universitas Lambung Mangkurat
2)
Staf Pengajar Jurusan Fisika FMIPA ITS

53
54 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No. 1, Pebruari 2010 (53 – 65)

perkembangannya dan hingga Ukuran fragmen-fragmen yang


sekarang sedang giat dilakukan diperoleh ini berkisar antara 1,5–15
penelitian, baik penelitian dasar cm. Tumpukan fragmen-fragmen ini
maupun terapan adalah bidang tidak berada jauh dari sungai yang
nanosains dan nanoteknologi. melintas di daerah penambangan,
Perkembangan nanosains dan yaitu paling jauh 100 m dan masih
nanoteknologi dewasa ini telah mulai merupakan daerah pelamparan
mendominasi dunia industri, dan sedimentasi sungai (Sikumbang,
bahkah telah mengeser teknologi 1994). Dari penelitian pendahuluan
-6
mikro-elektronik (10 m) yang telah didapatkan kadar silika (SiO2)
berperan dalam beberapa dasa- didaerah cempaka antara 94,4-99%
warsa terakhir (Edelstein, 1996). (Wianto, 2008)
Nanomaterial, sebagai bagian dari Ketersediaan sumber alam
nanosains dan nanoteknologi, berupa beberapa material di
merupakan rekayasa material dalam Banjarbaru, Kalimantan Selatan,
-9
orde nanometer (10 m) (Kebamoto, seperti pasir silika, dapat diolah lebih
2003). Hampir semua material dapat lanjut sebagai nanomaterial dengan
dibuat dalam bentuk nanokristal dan karakteristik yang khas.
nanopartikel, untuk menghasilkan Nanomaterial ini dapat dibuat dalam
sifat lebih unggul, yang bergantung dalam ukuran nano (<100 nm)
pada pemrosesan, manipulasi dan melalui sintesis metode gaya berat
komposisinya (Gleiter, 1989, Kimura, kemudian melalui proses penggiling-
1995). Produk-produk industri an menggunakan planetary ball
diperkirakan akan menggunakan milling. Penggunaan peralatan X-ray
nanomaterial secara komersial diffractometer (XRD) dan scanning
(Inoue, 2003) mulai tahun 2010 electron microscope (SEM) serta
(NSTC, 1993) transmission electron microscope
Eksploitasi sejumlah mineral, (TEM) akan menghasilkan
seperti logam dan batuan, telah karakteristik rinci nanosilika
dilakukan di daerah penambangan tersebut, menyangkut struktur,
intan rakyat di daerah Cempaka, bentuk dan ukuran partikelnya serta
Kalimantan Selatan, dan difokuskan agregasi yang mungkin terjadi.
pada fragmen-fragmen yang Dalam aplikasinya, nanosilika
dihasilkan dari penambangan intan. dapat digunakan sebagai bahan
Wianto, T., Sari, N., Darminto dan Pratapa, S., Sintesis dan Karakterisasi............. 55

substitusi semen/pasir untuk struktur b. Pengambilan Sampel Penelitian


bangunan. Dengan ukuran yang Sampel penelitian berupa
berskala nanometer, partikel silika pasir kuarsa diambil dengan melihat
dapat menyisip di antara partikel – sifat fisik antara lain bersih, memiliki
partikel material penyusun yang ukuran partikel yang halus hingga
saling bercampur dan berukuran sedang, serta memiliki berat jenis
lebih besar. Partikel silika ini dengan dan indeks refraksi yang tinggi.
teknik percampuran yang tepat Berat jenis yang tinggi (memungkin-
dalam pembuatan beton, kan zirkon dapat dipisahkan dari
selanjutnya akan menyisip ke ruang mineral lain menggunakan prinsip
kosong yang tercipta di antara gravitasi yaitu berdasarkan perbeda-
partikel–partikel berukuran lebih an berat jenisnya. Salah satu
besar (mikrometer) dan mengurangi metoda pemisahan berdasarkan
porositas. Produk beton dengan perbedaan berat jenis ini antara lain
porositas minimal sangat sesuai yakni pendulangan. Konsentrat yang
untuk struktur bangunan yang diperoleh dari hasil pendulangan ini
terendam di lahan berair/rawa. biasanya masih bercampur dengan
mineral-mineral berat lainnya seperti

METODE PENELITIAN clay dan pasir besi. Pengambilan

a. Persiapan sampel lebih diutamakan di

Penelitian diawali dengan Penambangan Intan Daerah

tahap persiapan yaitu Studi Literatur Cempaka Kota Banjarbaru dimana

yang dimulai dari pembuatan pendulang telah memisahkan antara

proposal, pembelian dan pengambil- silika pasir besi serta pasir zirkon

an material penelitian, serta dengan material lain.

penyiapan peralatan indikator c. Pencucian

keberhasilannya adalah didapatkan- Pasir silika yang masih

nya sampel yang dapat mengandung lempung dan material

dikarakterisasi dan terdapat alat pengotor dibersihkan dengan

untuk karakterisasinya. Pasir silika disemprotkan air tekanan tinggi

diambil dari lokasi tambang dengan d. Pemisahan material magnetik


dan Non magnetik dengan
mempertimbangkan penelitian Magnetik Separator
sebelumnya, guna mendapatkan Konsentrat yang diperoleh
kadar silika yang tinggi. dari hasil pendulangan ini biasanya
56 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No. 1, Pebruari 2010 (53 – 65)

masih bercampur dengan mineral- keberhasilan dari kegiatan


mineral berat lainnya seperti Pemisahan material ini dapat di lihat
magnetit, ilmenit, emas dan rutil. dengan terpisahnya material
Sehinga perlu dipisahkan dengan pengikut selain pasir kuarsa (cirinya
magnetik separator. Indikator seperti pada pengambilan sampel).

Vibrator

Gerakan kepala
pembersih

Magnet

Penyemprot
air

Gambar 1. Skema Peralatan Magnetik Separator

Pasir silika yang telah bersih ball milling digerus sampai dengan
dan kering dimurnikan lagi dengan menghasilkan material silika dengan
magnetic separator guna mendapat- ukuran nano (≤ 100 nm), metode
kan pasir silika dengan tingkat seiving dan ball mill hanya
kemurnian yang tinggi serta terpisah menghasilkan ukuran kristalin > 300
dari material magnetik. Dilakukan nm sehingga diperlukan metode
pengayakan dengan tujuan untuk bottom up dengan larutan kimia yaitu
mendapatkan material dengan NH4OH.
ukuran atau agregat yang lebih kecil
sehingga proses selanjutnya menjadi
lebih mudah.
e. Crushing, Pengayakan dan
Seiving serta Ball Mill dan
Kopresipitasi
Silika yang dihasilkan dari
metode tersebut kemudian dengan Gambar 2. Peralatan Ball Mill
Wianto, T., Sari, N., Darminto dan Pratapa, S., Sintesis dan Karakterisasi............. 57

f. Karakterisasi dengan XRD, SEM metode search match. Dari hasil


dan TEM
search match ini dilakukan analisa
Difraksi Sinar-X atau XRD
lanjut yaitu analisa rietveld dalam
terjadi akibat dua fenomena (Culity,
Penelitian ini untuk menentukan
1983): 1.) adanya hamburan tiap
kandungan mineral (batuan) (Wianto
atom dan 2.) interferensi gelombang-
dan Wahyono, 2004) .
gelombang yang dihamburkan oleh
Difraktometer merupakan
atom-atom tersebut. Interferensi
suatu peralatan yang digunakan
terjadi karena adanya gelombang-
untuk mempelajari struktur bahan.
gelombang yang dihamburkan oleh
Identifikasi mineral yang terkandung
atom-atom yang memiliki koherensi
dalam suatu bahan dan lain-lainya
dengan gelombang datang dan
dengan mengamati pola difraksi
demikian dengan mereka sendiri.
yang dihasilkan oleh bahan tersebut.
(Pratapa, 2004). Sampel tanah yang
Dalam penelitian ini digunakan
telah dikeringkan dihancurkan atau
difraktometer sinar-x, MD-10
ditumbuk halus, kemudian bahan
Difraktometer yang dilengkapi
disintering pada suhu 100C selama
tabung dengan logam sasaran Cu
1 jam. Sampel yang sudah dan filter Ni, mempunyai panjang
disintering ditaruh dalam spesimen gelombang alpa 1 (a1)= 1,5406oA
usahakan pada bagian atasnya
dan alpa 2 (a2 ) = 1,5460oA.
harus rata. Kemudian X-ray tube
1. Sampel kuarsa (SiO2) yang
akan menghasilkan sinar yang
berbentuk kristal (pasir)
menggunakan target Cu. Sinar ini terdapat di Cempaka dan
akan dipancarkan agar mengenai
Barambai, diambil beberapa
sampel dan sinar pantulannya akan
tumpukan sampel, kemudian
diterima oleh detektor. Pengukuran
pasir kuarsa ditumbuk sampai
dilakukan dengan interfal waktu 2 halus dengan lumpang porselin
detik dan jangkauan sudutnya 2. Serbuk sampel ditempatkan
sebesar 5-85. Dari hasil detektor ini pada alat difraktometer sinar-x .
diperoleh intensitasnya, dari Dari hasil keluran pola difraksi
intensitas ini dapat diketahui fase- dan hasil perhitungan d dari
fase yang terdapat didalamnya. sampel merupakan “sidik jari”
Untuk mengetahui fase-fase dari dari bahan tersebut. Setiap pola
bahan tersebut dilakukan dengan serbuk dicirikan dengan sekum-
58 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No. 1, Pebruari 2010 (53 – 65)

pulan posisi sudut difrafsi (2q) penembakan lokasi tersebut dengan


dan intensitas relatif (I/I1), EDXA (Electron Dispersion of X-Ray
selama 50 menit setiap satu Analysis). Elektron-elektron yang
sampel, dengan tegangan 30 dihasilkan diarahkan pada sampel
KV yang akan dianalisa. Elektron-
3. Dari data keluaran harga jarak elektron tersebut akan berinteraksi
antar bidang (d) setiap bahan dengan sampel dan dihasilkan:
merupakan grup utama  Sinar X karakteristik, yang
Hanawalt. Langkah berikutnya ditangkap oleh detektor spektro-
dibandingkan dengan Utama meter yang dirangkaikan dengan
Hanawalt pada kartu JCPDS, raremeter sehingga intensitas
sehingga memenuhi senyawa sinar-X (fonon sinar-X) dapat
atau bahan apa yang diukur. Perbandinagn intensitas
diperkirakan sesuai dengan sampel dengan intensitas
bahan tadi. standart menggambarkan prosen
konsentrasi unsur.
 Sinar Elektron Terhambur, yang
dapat diubah menjadi signal
video sehingga diperoleh
gambar BEI/COMPO yang
dipakai untuk menganalisa
permukaan yang halus
 Sinar elektron sekunder,yang
Gambar 3. Peralatan Difraksi Sinar-X dapat diubah menjadi signal
video yang ditangkap di layar
Scanning Electron Micros- CRT dan menghasilkan gambar
copy (SEM) merupakan suatu alat SEI.
yang dapat digunakan untuk melihat Dengan menggunakan scanning
struktur mikro bahan dengan hasil coil, elektron dapat diarahkan ke
visualisasi tiga dimensi. Digunakan permukaan dari satu titik ke titik
untuk foto sebagai perbandingan yang lain seperti gerak membaca
dengan data XRD. Dari pengujian permukaan sampel/scanning. Pada
dapat diketahui unsur-unsur yang gambar terlihat bahwa sampel
ada pada suatu titik tertentu dengan dihubungkan dengan ground,
Wianto, T., Sari, N., Darminto dan Pratapa, S., Sintesis dan Karakterisasi............. 59

maksudnya sampel harus konduktif, untuk mengetahui campuran


sehingga elektron-elektron yang yang tepat.
mencapai sampel terus dialirkan ke b. Kemudian dilakukan pengujian
ground. Karena itu sampel yang dan karakterissasi untuk
belum konduktif perlu diberikan mengetahui struktur dengan
lapisan tipis emas atau karbon. TEM dan XRD serta dilakukan uji
Dalam hal ukuran partikel mekanik.
nanosilika yang dihasilkan terlalu c. Langkah kegiatannya adalah
kecil (< 100 nm), diperlukan aplikasi ke beton bangunan
pengujian dengan menggunakan lahan rawa.
Transmission Electron Microscope
(TEM), yang dapat memperbesar HASIL DAN PEMBAHASAN
gambar sampel hingga perbesaran Dari serangkaian pengujian
lebih dari 105 kali. yang telah dilakukan diperoleh data
Langkah di atas merupakan dari hasil Difraksi Sinar-X, berupa
tahapan tahun pertama sedangkan kandungan mineral dan juga
untuk tahapan tahun kedua adalah: kandungan unsur pada masing-
a. Setelah mendapatkan silika masing sampel kuarsa. Distribusi
dengan ukuran <100 nm atau silika yang paling optimal berada di
nanosilika maka dilakukan Kecamatan Cempaka yaitu didaerah
pencampuran dengan semen penambangan Intan.

Gambar. 4. Lokasi penelitian


60 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No. 1, Pebruari 2010 (53 – 65)

Untuk penelitian karakteri- oleh difraksi sinar-x hanyalah suatu


sasi kandungan mineral pada bahan yang memiliki sistem kristal
sampel digunakan data dari karena menggunakan prinsip dari
difraksi sinar-x. Kenapa dilakukan hukum Bragg. Pada umumnya struk-
dengan menggunakan dari tur dari mineral kuarsa yaitu SiO2,
peralatan tersebut karena dari hal ini dapat dilihat dalam gambar
difraksi sinar-x dapat diketahui mikro dari lumpur tersebut yang
kandungan mineral dari masing- direkam dalam hasil SEM. Kan-
masing sampel dan kandungan dungan mineral, prosentase fasa,
mineral ini telah mengalami dan ukuran kristal dari hasil Difraksi
pengkristalan. Yang dapat terbaca Sinar-X dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan mineral, prosentase fasa, dan ukuran kristal dari hasil
Difraksi Sinar-X

Sampel Mineral Rumus Kimia % Fasa D (nm)


Kuarsa SiO2 98
1 300
Sodium Alumium Silicate NaAlSiO2 1,5
Kuarsa SiO2 97,8
2 350
Sodium Alumium Silicate NaAlSiO2 2
Kuarsa SiO2 98
3 325
Sodium Alumium Silicate NaAlSiO2 1
4 Kuarsa SiO2 98,2 329
5 Kuarsa SiO2 99 420
6 Kuarsa SiO2 99 390
7 Kuarsa SiO2 98,5 400
8 Kuarsa SiO2 99 325
9 Kuarsa SiO2 98,5 315
10 Kuarsa SiO2 99 375

a. Karakteristik Silika dan


nanosilika banjarbaru.

Gambar 5. Hasil silika dan nanosilika


Wianto, T., Sari, N., Darminto dan Pratapa, S., Sintesis dan Karakterisasi............. 61

Gambar 6. Hasil SEM dan TEM sampel nanosilika

Pengujian difraksi sinar-x Hasil difraksi sinar-x


dilakukan preparasi sampel pada menunjukkan bahwa fasa atau
spesimen. Sampel yang berbentuk senyawa terbesar adalah kuarsa/
serbuk diusahakan dapat tercetak silika antara 98–99 %, dalam
secara rapat pada spesimen, hal ini analisis difraksi sinar-x data yang
bertujuan agar sampel tidak terjatuh didapatkan seharunya masih
pada saat spesimen diputar. Hasil terdapat senyawa lainnya seperti
keluaran pola difraksi sinar-x dan magnetic atau hematite (Fe2O3),
hasil perhitungan d dari sampel tetapi dalam analisis kuantitatif ditun-
merupakan “sidik jari” bahan jukkan hanya persentase kuarsa/
tersebut. silika saja. Hasil difraksi sinar-X
ditunjukkan pada Gambar 7 dan 8.

Gambar 7. Hasil Difraksi Sinar-X


62 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No. 1, Pebruari 2010 (53 – 65)

Gambar 8. Hasil Difraksi Sinar-X

Dari kedua data di atas Kandungan utama dari pasir


dibandingkan pada kartu data kuarsa cempaka adalah kuarsa
Hanawalt diterbitkan oleh JCPDS (SiO2) antara 98–99 % hal ini
(Joint Commtes on Power dikarenakan sampel telah dimurni-
Diffraction). Pada nomor kartu kan dengan mengambil persentase
standart 5-0490 lihat tabel 5-4 kartu kuarsa/pasir silika yang besar.
data Hanawalt, data paling sesuai Ukuran kristalin didapatkan
adalah bahan kuarsa (SiO2). antara 300 - 420 nm, sedangkan dari
Disamping bahan kuarsa komponen ukuran partikel dapat dimanfaatkan
utamanya terdapat juga sub sebagai partikel nano karena
komponen bahan lain. Dari kedua persyaratan nano adalah antara 1-
data tersebut dibandingkan dengan 100 nm. Hasil tersebut didapatkan
dengan kartu Hanawalt, pada nomor melalui perhitungan dengan difraksi
kartu Standard 10-393, yang paling sinar-X, dan menggunakan alat
sesuai adalah bahan Sodium karakterisasi pembanding lainnya
Alumium Silicate (NaAlSiO2). Data seperti SEM EDX. Untuk membukti-
diatas dalam bentuk grafik pola kan ukuran partikel tersebut.
difraksi antara cacah (counts) Hasil difraksi dan SEM
terhadap sudut. menunjukkan bahwa ukuran kristalin
masih sangat besar yaitu di atas 300
Wianto, T., Sari, N., Darminto dan Pratapa, S., Sintesis dan Karakterisasi............. 63

nm, sehingga diperlukan metode DAFTAR PUSTAKA


baru yaitu opresipitasi hasil Darminto, S. Pratapa, Triwikantoro,
kopresipitasi yang didapatkan dan S. Purwaningsih (2006),
“Pengembangan Prototipe
adalah berdasarkan hasil TEM pada Bahan Nano-coating
Gambar 6 menunjukkan bahwa Magnetik”, Program Insentif
Penelitian Bidang Nanosains
ukuran dari kristalin hasil kom- dan Nanoteknologi,
presipitasi <100 nm, sehingga dapat Litbangraptek NANO,
Kementerian Riset dan
dikatakan bahwa material hasil Teknologi (KNRT) – Republik
penelitian ini adalah nanomaterial. Indonesia.
Cullity, B.D., (1983), Elements of X-
Ray Difraction, Second edition,
KESIMPULAN University of Notre Dame,
1. Distribusi mineral silika yang London, 32 – 141.
didapatkan sebelum pemisahan/ Edelstein, A.S., Cammarata, R.C.,
(1996), Nanomaterials:
magnetik separator >75%, Syntesis, Properties and
dengan magnetik separator Aplication, Institute of Physics
Publishing Bristol and
didapatkan >98% berdasarkan Philadelpia, USA
hasil difraksi sinar-x. Gleiter, H. (1989), Nanocristaline
2. Pembuatan nanosilika dilakukan Materials, Progress in
Materials Science, 33, 223 –
dengan metode sieving 315.
menghasilkan mikro silika (>300 Illinsky, A.G., (2000), On
nm) dan dengan metode Determination of Volume
Fraction of Crystalline phase in
kopresipitasi menghasilkan nano- Partiallly Crystallized
silika dengan distribusi ukuran Amorphous and Nanocrytaline
Materials, Journal of Material
<100 nm. Metode atau proses ini Science, 35, 4495-4500.
diharapkan mendapatkan HAKI. Inoue, A., (1999), Amorphous,
3. Karakteristik silika daerah Banjar- Nanoquasicrystalline and
Nanocrystalline Alloys in Al-
baru memiliki kadar SiO2 > 98% based Systems, Progress
4. Karakteristik nanosilika yang Material Science,43, 365-520.

berhasil dibuat memiliki kadar Inoue, A., (2003), Frontiers in Bulk


Mettalic Glassy ang Nano-
SiO2 > 98% dan berdasarkan Structured Alloys Challenges
hasil SEM dan TEM didapatkan as We Approach 2010.
http://www.liquidmetalgolf.com/
ukuran yang lebih kecil yaitu adv board/
<100 nm.
64 Jurnal Fisika FLUX, Vol. 7 No. 1, Pebruari 2010 (53 – 65)

Kebamoto, (2003), Era Dunia Baru Journal of Mineralogy, Vol. 2,


Era Nanoteknologi, Kompas p. 63 (1990)
rabu 9 Juli 2003.
Wells A.F. (1984). Structural
Kimura, H., et al ( 1995 ), Physical Inorganic Chemistry. Oxford
and Mechanical Properties of Science Publications. ISBN 0-
Zr-based Metallic Glasses, 19-855370-6.
Material Transactions, 36, 890-
Kirfel, A. (2001). "Electron-density
895.
distribution in stishovite, SiO2:
Omar, M.A., (1975), Elementery a new high-energy
Solid State Physics, Adison synchrotron-radiation study".
Wesley Publishing Company Acta Crystallographica A 57:
Inc., Philipines. 663.
Pratapa, S. (2003), Analisis Data Peter Jutzi, Ulrich Schubert (2003).
difraksi Sinar-X, Workshop Silicon chemistry: from the
angkatan II, ITS, Surabaya. atom to extended systems.
Wiley-VCH. ISBN 3527306471.
Reynold, J.M, 1997, An Introduction
to Applied and Environmental Sunggyu Lee (2006). Encyclopedia
Geophysics, John Wiley and of chemical processing. CRC
Sons Ltd., New York. Press. ISBN 0824755634.
Sikumbang, N, 1994, Geologi Robert Doering, Yoshio Nishi (2007).
Lembar Banjarmasin, P3G, Handbook of Semiconductor
Bandung. Manufacturing Technology.
CRC Press. ISBN
Sikumbang, N. & Heryanto, R.,
1574446754.
1994, Geological Map of
Banjarmasin Quadrangle, A.B.D. Nandiyanto; S.-G Kim; F.
scale 1 : 250.000, Geological Iskandar; and K. Okuyama
Research and Development (2009). "Synthesis of Silica
Centre, Indonesia. Nanoparticles with Nanometer-
Size Controllable Mesopores
Wianto, T., Haryanti, N.H., (2008),
and Outer Diameters".
Studi awal pemanfaatan
Microporous and Mesoporous
material cempaka sebagai
Materials 120 (3): 447–453.
nanomaterial, Laporan DIPA
Fournier R.O., Rowe J.J. (1977).
Iler, R.K., The Chemistry of Silica
"The solubility of amorphous
(Plenum Press, New York
silica in water at high
1979)
temperatures and high
Lidong Wang,D Major, P Paga, D pressures". American
Zhang, M G Norton, D N Mineralogist 62: 1052–1056.
McIlroy. "High yield synthesis
Brinker, C.J. and Scherer, G.W., Sol-
and lithography of silica-based
Gel Science: The Physics and
nanospring mats".
Chemistry of Sol-Gel
Nanotechnology 17: S298-
Processing (Academic Press,
S303.
New York, 1990)
Kihara, K., An X-ray study of the
Kamiya, K., Sakka, S., Mizutani, M.,
temperature dependence of
Preparation of silica glass
the quartz structure, European
fibers and transparent silica
Wianto, T., Sari, N., Darminto dan Pratapa, S., Sintesis dan Karakterisasi............. 65

glass from silicon Rondeau, V; Jacqmin-Gadda, H;


tetraethoxide, Yogyo Kyokai Commenges, D; Helmer, C;
Shi, Vol. 86, p.553 (1978) Dartigues, Jf (2009).
"Aluminum and silica in
Ikesue, A., et al., Fabrication and
drinking water and the risk of
Optical Properties of High
Alzheimer's disease or
Performance Polycrystalline
cognitive decline: findings from
Ceramics of Solid State
15-year follow-up of the
Lasers, J. Am. Ceram. Soc,
PAQUID cohort.". American
Vol. 78, p. 1033 (1995),
journal of epidemiology 169
Polycrystalline Lasers, Optical
(4): 489–96.
Materials, Vol. 19, p.183
(2002)

Anda mungkin juga menyukai